Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dikutip Notoatmodjo (2012) seorang ahli
digolongkan menjadi 2 yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit),
dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Bentuk perilaku ini dapat diamati
melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bentuk perilaku itu hanya
dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja, perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni
perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun
tidak langsung yang diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2014) perilaku adalah
orang menghadapi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu:
terhadap stimulus).
a. Faktor Genetik: Perilaku terbentuk dari dalam individu itu sendiri sejak ia
dilahirkan.
c. Proses Belajar: Bentuk mekanisme sinergi antara faktor heriditas dan lingkungan
a. Perilaku Pasif: Perilaku yang sifatnya tertentu, terjadi dalam diri individu dan
b. Perilaku Aktif: Perilaku yang sifatnya terbuka berupa tindakan yang nyata dan
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang over (over behavior)
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. New Comb, salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
c. Praktik/practice
kesehatan dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
- Faktor pendukung: yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
- Faktor pendoron: yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
masyarakat.
adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
kesehatan)
3. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
terlebih dahulu
4. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh
5. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka
apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh Sumber-sumber daya
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green (Kholid.A, 2012), yang dirintis
sejak tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari
pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-
arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi
ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari
masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari
Tim kerja dari organisasi kesehatan dunia atau WHO (1984) menganalisis
bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya
a. Pengetahuan
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal
1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
masyarakat maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian lagi sangat lambat untuk
melakukan seperti yang diharapkan. Contoh ini dapat dilakukan pada penerapan
Undang- Undang.
3. Diskusi Partisipasi
Dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak searah tetapi dua arah.
Hal ini masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif
partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi dan
pesan-pesan kesehatan
2.1.9 Tindakan
Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung/ suatu kondisi
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
tersebut.
Menurut Teori Green (1980), WHO (1984), dan Teori Caplan (1976), perilaku
a. Umur
Umur diartikan dengan masa hidup seseorang atau sejak dilahirkan atau
diadakan. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Dewi dan Wawan, 2010).
b. Pengetahuan
dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
rasional seorang ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentu akan berpikir lebih
dalam bertindak, dia akan memperhatikan akibat yang akan diterima bila dia
Adapun faktor ekstrinsik meliputi pendidikan, pekerjaan, keadaan bahan yang akan
ada dalam diri dan faktor ekstrinsik diharapkan pengetahuan ibu akan meningkat
(Notoatmojo, 2014).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
wawancara dan kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:
c. Pendidikan
perkembangan orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu yang menentukan manusia
untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.
Dewi dan Wawan (2011), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri
individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat
Maulana, 2014). Sikap ibu ini dipengarui oleh beberapa faktor-faktor, yang
menjelaskan bahwa sikap ini memiliki tiga komponen pokok (Allport, 1954 dalam
Maulana, 2014) :
penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting, beranjak dari pengetahuan ibu baik yang didapat dari pengalaman orang lain,
kesehatan cepat tersampaikan dan ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya
diberikan makanan pendamping sesui dengan waktu yang tepat. Metode yang
Setuju :3 Setuju :2
2. Faktor Pendukung
a. Sumber informasi
hakikatnya adalah alat bantu yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan
bahan, materi, atau pesan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena
berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses promosi agar
tersebut lebih jelas dan tepat pula. Media promosi ini terdiri dari media cetak
(booklet, leaflet, flyer, flif chart, poster), media elektronik (televisi, radio, video,
digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi, atau pesan kesehatan.
kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat dapat menerima pesan
tersebut lebih jelas dan tepat pula. Media promosi ini terdiri dari media cetak
(booklet, leaflet, flyer, flif chart, poster), media elektronik (televisi, radio, video,
3. Faktor Pendorong
Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Referensi itu dapat berupa dari guru, tokoh masyarakat, sosial keluarga (Priyoto,
2015).
4. Dukungan Suami
imunisasi dasar. Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan
dan dukungan kepada istri sebelum pihak lain turut memberikannya. Dukungan
suami akan memberikan rasa aman, nyaman, dan membuat ibu bayi merasa semangat
motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material. (Bobak, 2005)
yaitu :
1. Dukungan informasional
stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran,
petunjuk dan pemberian informasi. Untuk keluarga yang mempunyai bayi diberi
2. Dukungan emosional
Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan belajar serta
3. Dukungan instrumental
makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan ini
juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu,
stres.
serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah
Imunisasi Dasar.
2.2 Imunisasi
2.2.1 Pengertian
DPT/HB 3 kali, Polio 4 kali, dan Campak 1 kali (Proverawati dan Andhini,
2010)
a. Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berikut :
1. Bagi Anak
atau kematian.
2. Bagi Keluarga
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
3. Bagi Negara
Menurut Proverawati dan Andhini (2010), Imunisasi dibagai atas 2 macam yaitu:
1. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa
seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen –
vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah
tumbuhnya mikroba. Bahan – bahan yang digunakan seperti air raksa atau
c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein serum,
imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat
2. Imunisasi Pasif
zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bias ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan
ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain
adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibody dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan,
Dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia, edisi ke lima (2014) ada lima jenis
imunisasi yaitu:
a. Fungsi
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung bakteri tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang
berbagai organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal,
dikutip oleh Proverawati dan Andhini (2010) mengatakan bahwa imunisasi BCG
atau TB miliar.
b. Jadwal pemberian
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi baru lahir sampai
bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila imunisasi ini berhasil, maka
setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka
dilakukan dip aha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak
c. Kemasan
Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin. Setiap 1
dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang
dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang
dewasa jika sudah melalui tes tuberculin dengan hasil negative. Imunisasi BCG
e. Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi: seorang anak menderita
penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti eksim, furunkolosis dan sebagainya.
Serta tidak boleh diberikan pada anak yang sedang menderita TBC (Proverawati dan
Andhini, 2010).
f. Efek samping
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada
imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-
2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan
yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan.
kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan demam (Proverawati dan
Andhini, 2010).
1. Fungsi
Pertusis, Tetanus.
Diphtheria. Difteria bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran
melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
demam lebih kurang 380C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat
pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring atau tonsil, tidak mudah lepas
dan mudah berdarah, leher membengkak seperti leher sapi disebabkan karena
pembengkakan kelenjar di leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor). Pada
pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Difteri disebabkan
oleh bakteri yang ditemukan di hidung, tenggorokan, dan mulut (Proverawati dan
Andhini, 2010).
Pertusis merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella Pertusis. Sering dikenal dengan Batuk Seratus Hari atau Batuk rejan.
Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah
atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan
tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking. Penularan umumnya terjadi
melalui udara (batuk/ bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan
imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi
Tetani (Proverawati dan Andhini, 2010). Gejala tetanus umumnya diawali dengan
kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismuus atau kejang mulut) bersamaan
dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau
tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf disekitar area luka dan
dibawa ke system syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan
pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot.
Infeksi tetanus terjadi karena luka. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14
hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala
yang mulai timbul pada dua minggu pertama kehidupan (Lisnawati, 2011). Masa
inkubasi biasanya 3-21 hari, walaupun rentang waktu bias satu hari sampai beberapa
bulan. Hal ini tergantung pada cirri, letak dan kedalaman luka. Rata – rata masa
inkubasi adalah 10 hari. Kebanyakan kasus terjadi dalam waktu 14 hari. Pada
umumnya, makin pendek masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminasi berat,
akibatnya makin berat penyakitnya dan makin jelek prognosisnya. Cara pencegahan
dapat dilakukan dengan pemberian tetanus toxoid bersama – sama diphtheria toxoid
2. Kemasan
tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (Difteri dan Tetanus) dan kombinasi ketiganya
dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 4 bulan dengan interval 4
minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibody dalam
tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga
diperoleh cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-
90%, daya proteksi tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih
rendah yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan untuk
terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis, tetapi lebih ringan (Proverawati dan
Andhini, 2010).
4. Efek samping
Pemberian imunisasi DPT memberikan efek sampingan ringan dan berat, efek
ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam
sedangkan efek berat bayi menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih
empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan shock (Proverawati
4. Imunisasi Polio
polio disebabkan oleh poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3. Semua tipe
kelumpuhan. Tipe 3 lebih jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling
sering menyebabkan kejadian luar biasa. Sebagian besar kasus vaccine associated
disebabkan oleh tipe 2 dan 3. Masa inkubasi umumnya 7-14 hari untuk kasus
Penularan terjadi dari orang ke orang melalui orofecal, virus lebih mudah
dideteksi dari tinja, dalam jangka waktu panjang dibandingkan dari secret
tenggorokan. Di daerah denga sanitasi lingkungan yang baik penularan lebih sering
terjadi melalui secret faring dari pada melalui rute orofecal. Cara pencegahan dengan
memproduksi antibodi terhadap virus polio. Satu dosis OPV menimbulkan kekebalan
terhadap ketiga tipe virus polio pada sekitar 50% penerima vaksin. Dengan 3 dosis
seumur hidup. Dosis ke empat akan meningkatkan serokonversi sehingga 3 dosis OV.
Disamping itu, virus yang ada pada OPV dapat mengimunisasi orang – orang
disekitarnya dengan cara penyebaran sekunder. Hal ini dapat memutuskan rantai
5. Imunisasi Campak
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular
lewat udara melalui system pernapasan, terutama percikan ludah seseorang penderita.
Penyebab penyakit campak adalah virus yang termasuk ke dalam genus Morbilivirus
kadang-kadang 2-4 hari. Gejala awal berupa demam, malaise atau demam gejala
conjunctivis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala
Penyakit campak secara klinik dikenal memiliki tiga stadium, yaitu (Depkes RI,
2005) :
a. Stadium kataral, berlangsung selama 4-5 hari disertai panas malaise, batuk,
fotofobia (takut terhadap suasana terang atau cahaya), konjunctive dan coryza.
Menjelang akhir stadium kataral timbul bercak berwarna putih kelabu khas
sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema, lokasi disekitar mukosa mulut.
b. Stadium erupsi, dengan gejala batuk yang bertambah serta timbul eritema di
mana-mana. Ketika erupsi berkurang maka demam makin lama makin berkurang.
c. Stadium Konvalesen.
dilemahkan.
6. Imunisasi Hepatitis B
manusia, yang disebabkan oleh virus. Sedangkan Hepatitis B adalah penyakit liver
(hati) kronik hingga akut, umumnya kroni-subklinik dan sembuh sendiri (self
limited). Penularan penyakit ini dapat melalui ibu ke bayi dalam kandungan (vertical
transmission), jarum suntik yang tidak steril dan hubungan seksual. Masa inkubasi
biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan
waktu selama 2 minggu untuk bias mendeteksi HBsAg dalam darah, dan pernah
ke lima, 2014).
Umur Antigen
mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih
dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, Hepatitis B-1 dan Campak.
b. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala
c. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi
yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi
Tanggung
No. Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Jawab
1 Peneliti menhimbau bidan Ibu memiliki 10-30 menit Puskesmas Peneliti
danpara kader bagaimana bayi(9-12 Pangkalan Bidan Desa
cara memandu para ibu bulan)di Susu
yang memiliki bayi(9-12 Puskesmas Kabupaten
bulan) dalam mengisi Pangkalan Langkat.
kuesioner yang akan diisi. Susu.
2. Peneliti beserta Bidan Desa Ibu yang 60-180 Puskesmas Peneliti
dan para kader mengundang memiliki menit Pangkalan Bidan Desa
ibu yang mempunyai bayi bayi (9-12 Susu
(9-12 bulan) untuk datang bulan) di Kabupaten
ke Puskesmas dengan Puskesmas Langkat.
membawabayinya Pangkalan
dalam kegiatan Susu Kab.
pemeriksaan bayi sehat dan Langkat
pemberian makanan
tambahan bayi sprt bubur
kacang hijau
Tanggung
No. Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Jawab
3. Setelah dilakukan Ibu yang 60-180 Puskesmas Peneliti
pemeriksaan bayi memiliki menit Pangkalan Bidan Desa
sehat,Peneliti, Bidan Desa bayi (9-12 Susu
dan para Kader memandu bulan) di Kabupaten
ibu yang memiliki bayi (9- Puskesmas Langkat.
12 bulan) untuk mengisi Pangkalan
kuesioner yang hendak diisi Susu Kab.
oleh ibu Langkat
Sumber : Teori L Green (1980), Teori WHO (1984), Teori Caplan (1976) dalam buku
Ilmu Perilaku Kesehatan Notoatmodjo (2014) dan Keperawatan Keluarga Teori dan
Praktik Friedman (1998)
- Dalam kasus penelitian ini variabel yang tidak di teliti menurut pendapat
- Peneliti belum menemukan variabel tersebut pada penelitian orang lain yang
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sikap