You are on page 1of 27

2018

MAKALAH RESIN

DI SUSUN OLEH :
YULY ARTHA BUTARBUTAR (NIM : 201609064)
DENNY MANURUNG (NIM : 201609062)

AKADEMI FARMASI

YAYASAN TP ARJUNA PINTUBOSI - LAGUBOTI


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Farmakologi. Adapun makalah ini mengenai
“Anestesi Lokal”.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan kreatifitas kami
sebagai penyusun dan kesempurnaan makalah ini, kami menunggu kritik dan saran dari
pembaca, baik dari segi isi serta pemaparannya. Harapan kami semoga pada makalah yang akan
datang dapat diperbaiki.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka
kami dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini
dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Akademi Farmasi
Yayasan T.P Arjuna Laguboti.
Akhir kata, melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.

Porsea, Juni 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ 1


Daftar isi................................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................................................... 3


B. Tujuan penulisan ............................................................................................................... 3
C. Manfaat penulisan ............................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Sejarah Ilmu Anastesi ........................................................................................................ 5


B. Pengertian anestesi lokal ................................................................................................... 11
C. Struktur anestesi lokal ....................................................................................................... 12
D. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat anestesi lokal................................................. 12
E. Mekanisme Kerja .............................................................................................................. 17
F. Efek Samping obat anestesi lokal ..................................................................................... 17
G. Cara-cara Pemberian obat anestesi lokal........................................................................... 20
H. Nama - nama obat dalam anestesi lokal ............................................................................ 21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 24
B. Saran .................................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 28

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. (Wikipedia, 2007)
Penggunaan anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih
dari 100 tahun yang lalu sewaktu Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina, mencatat
kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat (PABA), dalam
menghasilkan anstesi korneal. (Rusda, 2004)
Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang
disintesa oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat adiksi dan jauh
kurang toksik dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk Benzocaine,
Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya,
tetapi kadang-kadang menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi. (Rusda, 2004)
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat-obat dengan
berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa
kedokteran harus mempelajari bagaimana memilih jenis obat anastesi lokal yang akan
digunakan dan cara penggunaannya. Obat – obat anastsi lokal dikembangkan dari kokain
yang digunakan untuk pertama kalinya dalam kedokteran gigi dan oftalmologi pada abad
ke – 19. Kini kokain sudah diganti dengan lignokain (lidokain), buvikain (marccain),
prilokain dan ropivakain. Prilokain terutama digunakan dalam preparat topical.

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Sejarah Ilmu Anestesi
2. Untuk mengetahui Pengertian Anestesi Lokal
3. Untuk mengetahui Struktur Anastesi Lokal
4. Untuk mengetahui Mekanisme Kerja
5. Untuk mengetahui Farmakokinetik dan Farmakologi Anestesi Lokal

3
6. Untuk mengetahui Efek Samping Obat Anastesi Lokal
7. Untuk mengetahui Jenis – jenis Anestesi Lokal
8. Untuk mengetahui Nama – Nama Obat Dalam Anastesi Lokal

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai penambah pengetahuan tentang obat-obat anestesi lokal.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang obat-obat anestesi lokal.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Sejarah Ilmu Anestesi


16 Oktober 1846 dicatat sebagai revolusi dalam bidang pengobatan. William T.G
Morton menyediakan anestesi kepada pasien bernama Edward G. A., menggunakan dietil
eter untuk pertama kali pada operasi pengangkatan lesi vaskuler pada leher Edward. Nyeri
yang diderita pada pasien ini tidak dirasakannya. 16 Oktober 1846, tanggal penting tentang
sejarah pengobatan tetapi juga penting terhadap penyediaan anestesi. Hal itu adalah
pengukuhan dari yang ahli untuk teknik pengurangan rasa sakit. Diruang operasi, di medan
perang, kamar bersalin, dan klinik-klinik, pasien-pasien mendapat keuntungan dari team
anestesi yang mengikuti jejak para pendahulunya. Sebuah perusahaan mengerti aspek
bersejarah dari pembangunan teknik dan teknologi dari anestesi dan sebuah penghargaan
kepada segala kepribadiaan yang mendalam atau ilmu anestesiologi, dimana praktek untuk
menguragi rasa sakit adalah lebih dari suatu skill namun itu merupakan suatu seni.

Sejarah awal ilmu anestesiaologi


Latar Belakang
Kontrol sakit selama operasi tidak selalu sepenting seperti sekarang ini. Penulis roman,
Celcius menyatakan “tanpa kasihan” adalah karakteristik esensial dri seorang ahli bedah,
selama berabad-abad. Meskipun beberapa ahli bedah mengaku bahwa mereka menemukan
elemen yang menyebabkan pekerjaannya yang selalu terganggu, kebanyakan menjadi
terbiasa dengan kemauan dari pasien tersebut. Peelajar kedokteran bertanding dengan
guru-guru mereka, biasanya menghilangkan segala taksiran distress dari pasiennya
sementara mereka mencatat apa yang disaksikannya. Bahkan tulisan dari penulis dari
pimpinan ahli bedah biasanya menolak menulis nyeri pembedahan sebagai topik
diskusinya. Sebelum kedatangan anestesi, edisi 1842 ‘elemen dari pembedahan”dari
Robert Liston meliputi deskripsi detail dari prosedur elektif dan emergensi pada
ekstremitas, kepala dan leher, dada dan genital, tapi mengabaikan diskusi dari segala
bentuk analgesik. Pada jaman Liston, dalam beberapa tahun sebelumnya, nyeri merupakan
hal yang dipertimbangkan sebagai simptom yang penting.

5
Terhadap perkenalandari dietil eter yang diberikan sebelumnya, banyak ahli bedah
menyetujui pendapat Liston, bahwa nyeri merupakan konsekuensi yang pasti terjadi dari
pembedahan. Disamping pendapat-pendapat tersebut banyak sarana yang dipergunakan
untuk memperoleh anestesi. Dioscorides, ahli dari abad Iberkomentar bahwa Madragora,
obat yang dipersiapkan dari kulit pohon dan daun tanaman Manrake. Dia menyatakan
bahwa substansi tanaman dapat direbus dalam anggur dan dipergunakan “bila orang yang
akan dibedah, bila mereka mau untuk di anestesi,”. Mandragora masih sering dipergunakan
untuk menganestesi pasien sampaidengan abad ke 17.

Dari abad ke 9-13, spons dengan obat tidur adalah mode yang doinan untuk
mengurangi sakit selama operasi. Daun Mandrake dengan tanaman beracun, candu dan
tumbuhan lain, direbus bersama-sama dan disiramkan ke atas spons.Spons tersebut lalu
disusun kedalam air panas dan diletakan ke hidung pasien selama pembedahan. Sebagai
publikasi dari laporan pada saat itu. Spons tersebut pada umumnya mengandung mofin
dan skopolamin dalam jumlah yang bervariasi, obat yang dipergunakan dalam anestesi
modern. Sebagai tambahan daripada menggunakan “spons tidur” orang Eropa mengurangi
rasa nyeri dengan hipnosis dengan meminum alkohol, tumbuhan dan ekstrak dari tanaman
yang telah dipersiapkan dan sebagai anestesi topikal yaitu dengan tekanan atau memakai
es.
Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai ditemukan. Pada
pertengahan abad ke 17, Marco Aurelio Severino medeskripsikan “anestesi kulkas”
meletakan salju dalam garis paralel melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat tempat
operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa menit. Teknik ini tidak pernah menjadi
terkenal, mungkin karena tantangan dari penyimpanan salju tahunan yang tidak cukup.
Dietil eter telah diketahui selama berabad-abad karena penggunaannya dahulu
sebagai anestesi pembedahan. Hal itu dilakukan bersama, pada mulanya pada abad ke-8
oleh filsafat Arab, Jabri Ibnu Hayyam atau mungkin oleh Raymond Lully, pada abad ke 13,
seorang ahli kimia Eropa. Tetapi dietil eter baru pertama kali diketahui pada abad ke-16
oleh Valerius Cordus dan Paracelcius, yang mempersiapkan hal itu dengan menyuling asam
sulfur (minyak dari vitriol) dengan anggur dicampur alkohol untuk memproduksi oleum
Vitroli dulce (minyak panas dari vitriol). Paracelsius (1493-1541) mengobservasi bahwa

6
hal itu membuat ayam tertidur dan bangun tanpa kesakitan. Dia menjadi waspada terhadap
kualitas analgetik tesebut. Walaupun demikian tidak ada catatan bahwa sarannya tersebut
diikuti.
Tiga abad kemudian, hal yang sederhana ini meninggalkan agen terapetik dengan
hanya penggunaannya yang secara kebetulan. Beberapa dari milik tersebut diperiksa oleh
beberapa ilmuwan Inggris termasuk Robert Boyle, Isaac Newton dan Michael Faraday,
namun tanpa ketertarikan. Hal itu hanya merupakan alikasi rutin dan merupakan obat
rekreasi yang tidak mahal diantara orang-orang miskin di Inggris dan Irlandia, dimana
kadang-kadang meminum satu atau dua eter yang mana karena pajak membat
kepemilikannya menjadi mahal. Variasi Amerika dari praktek ini dilakukan oleh
sekelompok pelajar yang membasuh muka dengan handuk bereter pada aktu malam
“gurauan eter”.
Seperti eter, nitrat oksida diketahui berguna untuk menginduksi sehingga kepala
terasa ringan dan sering dihirup oleh orang yang mendapat ketegangan. Barang ini jarang
dipergunakan seperti eter karena lebih kompleks untuk dipersiapkan dan kaku untuk
disimpan. Benda itu diproduksi dengan memanaskan amonium nitrat. Gas yang bekerja
lambat melewati air untuk mengeliminasi oksida oksik dari nitrogen sebelum disimpan.
Nitrat oksida pertama kali dipersiapkan tahun 1773 oleh Joseph Prietsley, seorang
ilmuwan Inggris. Dalam tahun pembelajarannya, Prietsley mempersiapkan dan memeriksa
beberapa gas termasuk nitrat oksida, amonia, sulfur dioksida, oksigen, karbon monooksida
dan karbon dioksida
Pada akhir abad ke-19 di Inggris, ada keinginan yang kuat dalam dugaan
penggunaan efek yang menyehatkan dari air mineral dan gas. Hal ini membuat
pembangunan tempat air panas untuk umum. Partikel air dan gas dipercaya untuk
mencegah dan mengobati penyakit. Hal itu membuat penggunaan dari gas untuk
menyembuhkan sariawan, tuberkulosis dan penyakit lain membuat Thomass Beddoes
untuk membuka Institut pneumonia dekatdengan pemandian kecil dari Hotwells, dikota
Bristol, dimana dia menyewa Humphry Davy pada tahun 1798 untuk menjalankan proyek
penelitiannya.
Humphry Davy (1778 – 1892) adalah seorang muda dengan penuh kemampuan. Dia
mempertunjukan seri-seri penelitian yang luar biasa dari beberapa gas, namun terutama di
7
fokuskan pada nitrat oksida, dimana dia bersama temannya menghirup melalui masker
wajah yang didesain untuk perusahaan James Watt, penemu dari mesin uap. Davy
mempergunakan mesin ini untuk mengukur rata-rata pengambilan nitrat oksida dan
efeknya pada pernapasan dan aksinya pada sistem saraf pusat. Hasil ini dikombinasikan
dengan penelitian properti fisik dari nitrat oksida, 580 halaman buku dipublikaasikan pada
tahun 1800. Uraian yang mengesankan ini sekarang diingat sebagai beberapa observasi
yang tanpa sengaja. Komentar Davy bahwa nitrat oksida secara sementara meringankan
sakit kepala yang berat, membebaskan sakit kepala yang ringan dan menghilangkan rasa
sakit gigi. Kutipan yng paling sering diutarakan :”seperti nitrat oksida dalam operasi yang
liuas muncul dengan kemampuan untuk menghilangkan rasa nyeri, benda itu mungkin
dapat dipergunakan dalam operasi pembedahan dengan pancaran darah yang tidak besar”.
Meskipun Davy tidak mengikuti ramalan ini, mungkin karena mengatur karirnya dalam
dasar penelitiannya, dia menguangkan sifat dari nitrat oksida sebagai “gas tertawa”.
John Snow ; Ahli anestesi pertama
John Snow telah merupakan ilmuwan yang ternama yang telah mempresentasikan
makalah dari subjek fisiologis waktu kabar dari anestesi eter telah mencapai Inggris pada
Desember 1846. Dia menunjukan ketertarikannya dalam praktek anestesi dan dalam
waktu singkat diundang untuk bekerja sama dengan ahli bedah pada waktu itu. Dia tidak
hanya fasih dalam penyediaan anestesi tetapi juga seorang peneliti yang ulet. Deskripsi
inovatif tentang derajat anestesi berdasarkan respon pasien tidak dapat ditingkatkan
selama 70 tahun.
Sebagai tambahan untuk membangun aspek yang kuat untuk memperdalam
fisiologi anestesi, Snow juga mempromosikan pengembangan alat-alat anestesi. Dia segera
menyadari bahwa pengisapan eter yang tidak adekuat pada waktu pasien bernapas dengan
alat yang ditempelkan pada mulut. Setelah berlatih anestesi hanya selama 2 minggu, Snow
merancang seri pertana dari eter inhaler. Peralatannya mengandung katup unudireksional.
Masker wajah sederhana buatan sendiri, yang mendekati bentuk masker wajah modern.
Bagian dari wsjah tersebut dihubungkan kedalam alat penguapan dengan sebuah tabung
pernapasan, yang mana dirancang lebih lebar dari trakea manusia sehingga meskipun
pernapasan yang epat tidak akan terbuang. Kait besi didalam alat memastikan
pengangkutan dari eter. Objek tersebut menggantung tempat dari air hangat untuk
8
mengatur agen yang cenderung setelah tercukupi dengan membeikan observasi secara
Cuma-Cuma. “Tidak ada batasan kebanggaan dalam membuatnya”.
Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler kloroform, dia telah
mengenal sifat-sifatnya dan memilihnya sebagai bahan uji coba. Pada saat yang bersamaan,
dia menyatakan bahwa untuk menjadi seri percobaan yang luar biasa harus meliputi
lingkungan dan sikap.Snow menyadari bahwa ahli anestesi yang baik tidak hanya
menghilangkan nyeri, tetapi juga mencegah pergerakan. Dia menganestesi beberapa
spesies binatang dan beberapa variasi konsentrasi daripada eter dan kloroform untuk
mengetahui konsentrasi yang tepat untuk mencegah gerakan terhadap stimulus yang
tajam. Meskipun adanya keterbatasan teknologi pada tahun 1848, elemen dari
pekerjaannya mengantisipasi konsep modern dari konsentrasi alveolar minimal (MAC).
Snow menyatakan bahwa aksi dari anestesi dalam jumlah yang potensial dan meskipun dia
tidak menemukan pengganti terhadap kloroform atau eter, dia menemukan hubungan
antara kelarutan, gaas, tekanan dan potensi anestesi yang tidak terlalu dihargai sampai
setelah perang dunia II dimana Charles Suckling memerintahkan prinsip Sow dalam
menciptakan halotan. Dia juga membuat percobaan dengan peralatan sirkuit tertutup yang
subjeknya Snow sendiri, menghirup oksigen sambil mengeluarkan karbondioksida yang di
absorbsi oleh potasium hidroksida. Snow menciptakan 2 buku Inhalasi dari bentuk gas eter
(1847) dan kloroform dan anestesi lainnya (1858) yang hampir selesai ketika dia
meninggal karena stroke pada umur 45 tahun.
Penyelidikan Snow tidak membatasi ilmu anestesi. Memorinya juga dihargai oleh
berbagai spesialis dalam bidang penyakit infeksi dan tropis yang di buktikn dengan studi
epidemologi pada tahun 1854, dimana kolera ditrnsmisikan melalui air. Pada saat itu
sebelum perkembangan mikrobiologi oleh Louis Pasteur dan Robert Koch banyakilmuwan
di Amrika utara dan Eropa menyangka bahwa bahaya epidemi kolera berulang karena
kontaminasi dari udara. Dalam beberapa tahun, Snow telah percaya bahwa karena
penyakit tersebut disebabkan oleh traktus gastrointestinal maka agen penyebabnya pasti
karena termakan, bukan karena pernapasan. Pada tahun 1854 dia memperoleh
kesempatan membuktikan tesisnya ketika kolera melanda daerahnya di London dan
menyebabkan kematiaan 500 orang di dekat kediamannya. Snow menyatakan bahwa
persediaan suplai air dari orang-orang tersebut berasal dari pompa di broad street. Dia
9
menyipkan apa yang menjadi survey epidemologi pertamanya. Dengan informasi tersebut
dia dapat meyakinkan orang-orang pada daerah tersebut untuk mencari sumber air lain.
Masalah epidemologi tersebut terselesaikan.
Penemuan Anestesia Regional pada Abad XIX
Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca.
Kemampuannya dalam mematirasakan membran mukosa dan jaringan terbuka telah
diketahui selama berabad-abad di Peru. Albert Niemann memurnikan alkaloid aktif
tersebut dan menamainya cocaine.
Carl Koller (1857 – 1944), seorang dokter mata di Wina, Austria, pertama kali
menggunakan kokain pada praktek kliniknya pada 1884. Sebelumnya, banyak operasi mata
tanpa anestesia dan empat dekade setelah ditemukannya eter, anestesi umum memiliki
keterbatasan.
Dokter-dokter bedah Amerika dengan cepat mengembangkan aplikasi kokain:
a. Oktober 1884, anetesia terhadap hidung, mulut, laring, trakea, rektum dan uretra.
b. November 1884, injeksi subkutan.
c. Desember 1884, Wiliam Halstead dan Richard Hall menjabarkan blok sensorik muka
dan lengan.
Kecanduan kokain dan morfin merupakan masalah yamng sering timbul pada akhir
abad XIX.
Teknik anestesia lokal lainnya dilakukan sebelum akhir abad XIX. Tahun 1885,
Leonard Corning, dokter ahli saraf, melakukan anestesia spinal dan mengusulkan substitusi
eter untuk tindakan bedah genitourinaria atau cabang-cabang bedah lainnya.
August Bier dan Theodor Tuffier, menjelaskan anestesia spinal otentik. Dalam
comparative review dari artikel asli dari Bier, Tuffier, dan Corning, disimpulkan bahwa
injeksi Corning merupakan anestesia ekstradural dan Bier berjasa dalam memperkenalkan
anestesia spinal.

SKOPE ANESTESIOLOGY MODERN


Pengamatan perkembangan anesthesiology dapat diperluas sampai waktu yang tidak
terbatas oleh sebuah eksplorasi masing-masing subbagian, tetapi suatu penilaian dari
pekerjaan kita langsung akan tampak oleh “personal survey” tempat dimana kita bertugas.

10
Setelah pembedahan, pasien dipindahkan ke perawatan posenestesia atau ruang
pemulihan, sebuah tempat yang sekarang dianggap sebagai bangsal ahli anestesi.
Limapuluh tahun yang lalu, dibawa secara langsung dari ruang operasi ke bangsal bedah
dan hanya diikuti oleh perawat junior. Orang tersebut beruntung baik ketrampilan dan
intervensi peralatan ketika komplikasi terjadi. Setelah perang dunia II berpikir tentang
pentingnya perawatan sentral. Tahun 1960, perawatan kritis berkembang melalui
penggunaan ventilator mekanik. Pasien yang membutuhkan beberapa hari pengobatan
intensif dan perawatan dirawat di sudut ruang pemulihan. Pada waktu itu, beberapa
tempat tidur diberi sekat dan direlokasi menjadi “intensice care units”. Prinsip perawatan
resusitasi dan suportif didirikan oleh ahli anestesi mentansformasi “critical care medicine”.
Masa depan anestesiologi sangat cerah. Obat-obat yang lebih aman yang sekali
direvolusi merawat pasien-pasien setelah pembedahan dengan konstan akan terus
diperbaiki. Tugas anestesi berlanjut meluas, sebagai dokter dengan latar belakang spesialis
telah mengembngkan klinik kontrol nyeri kronik dan pasien bedah rawat jalan. Praktek
anestesi, baik didalam maupun diluar kamar operasi, akan menjadi bagian dari pengalaman
di atas meja operasi.

B. Pengertian Anestesi Lokal


Anestesi lokal adalah obat analgesik yang dirancang untuk digunakan secara klinis
guna menghilangkan sensasi secara reversible pada bagian tubuh tertentu. (Intisari
Farmakologi untuk Perawat, 2009 : 37)
Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke
sistem saraf pusat pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri,
gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika Sari, 2013).
Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik local sebaiknya tidak mengiritasi
dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik local memenuhi
syarat ini. Batas keamanan harus lebar, sebab anastetik lokal akan diserap dari tempat
suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama
sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama

11
sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anastetik local juga harus larut dalam air,
stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.

C. Struktur Anestesi Lokal


Struktur dasar dari anastesi lokal terdiri dari tiga bagian, yakni suatu gugus amino
hidrofil ( sekunder atau tersiaer ) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester ( alcohol ) atau
amaida dengan gugus aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya maka semakin
besar daya anastesinya, tetapi toksisitasnya juga meningkat.
Anastesi lokal dapat digolongkan secara kelompok sebagai berikut :
a. Senyawa ester : kokain dan ester – PABA (tetrakain, benzokain, kokain, prokain)
b. Senyawa amida : dibukain, lidokain, prilokain, mepivakain
c. Lainnya : fenol, benzialkohol, etilklorida
Semua obat tersebut diatas adalah sintetis kecuali kokain yang alami.

Syarat ideal anestesi local :


1. Tidak merusak jaringan secara permanen
2. Batas keamanan lebar
3. Onset cepat
4. Durasi lambat
5. Larut air
6. Stabil dalam bentuk larutan
7. Tidak rusak karena proses penyaringan

D. Farmakokenetik dan Farmakodinamik Anestesi lokal


a. Farmakokinetik Anastesi Lokal
Anestesi lokal biasanya diberikan secara suntikan ke dalam daerah serabut saraf
yang akan menghambat. Oleh karena itu, penyerapan dan distribusi tidak terlalu penting
dalam memantau mula kerja efek dalam menentukan mula kerja anestesi dan halnya mula
kerja anestesis umum terhadap sistem saraf pusat dan toksisitasnya pada jantung. Aplikasi
topikal anestesi lokal bagaimanapun juga memerlukan difusi obat guna mula keja dan lama
kerja efek anestesinya.

12
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat jaringan, adanya bahan
vasokonstriktor, dan sifat fisikokimia obat. Bahan vasokonstriktor seperti epinefrin
mengurangi penyerapan sistematik anestesi lokal dari tempat tumpukan obat dengan
mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang
massa kerjanya singkat atau menengah seperti prokain, lidokain, dan mepivakain (tidak
untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang
tinggi ,dan efek dari toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk
dalam darah hanya 1/3 nya saja.
Distribusi anestesi lokal amida disebar meluas dalam tubuh setelah pemberian
bolus intravena. Bukti menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadi dalam
jaringan lemak. Setelah fase distribusi awal yang cepat, yang mungkin menandakan
ambilan ke dalam organ yang perfusinya tinggi seperti otak, ginjal, dan jantung, dikuti oleh
fase distribusi lambat yang terjadi karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang,
seperti otot dan usus. Karena waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester,
maka distribusinya tidak diketahui.
Metabolisme dan ekskresi anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi
metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena
anestesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit
atau tidak ada sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan kerana bentuk ini tidak
mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obatini khas sekali mempunyai
waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokain dan kloroprokain.
Penurunan pembersihan anestesi lokal leh hati ini harus diantisipasi dengan menurunkan
aliran darah kehati. Sebagai contoh, pembersihan lidokain oleh hati pada binatang yang
dianestesi dengan halotan lebih lambat dari pengukuran binatang yang diberi nitrogen
oksida dan kurare. Penurunan pembersihan ini berhubungan penurunan aliran darah ke
dalam hati dan penekanan mikrosom hati karena halotan.
Farmakokinetik suatu anestetik lokal ditentukan oleh 3 hal, yaitu:

13
1. Lipid/Water solubility ratio, menentukan ONSET OF ACTION. Semakin tinggi kelarutan
dalam lemak akan semakin tinggi potensi anestesi local.
2. Protein Binding, menentukan DURATION OF ACTION. Semakin tinggi ikatan
dengan protein akan semakin lama durasi nya.
3. pKa, menentukan keseimbangan antara bentuk kation dan basa. Makin rendah pKa
makin banyak basa, makin cepat onsetnya. Anestetik lokal dengan pKa tinggi
cenderung mempunyai mula kerja yang lambat. Jaringan dalam suasana asam (jaringan
inflamasi)akan menghambat kerja anestetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi
lebih lama. Hal tersebut karena suasana asam akan menghambat terbentuknya asam
bebas yang diperlukan untuk menimbulkan efek anestesi.
Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan oleh:
a. Kadar obat dan potensinya
b. Jumlah pengikatan obat oleh protein dan
c. Pengikatan obat ke jaringan local
d. Kecepatan metabolisme
e. Perfusi jaringan tempat penyuntikan obat. Pemberian vasokonstriktor
(epinefrin) ditambah anestetika lokal dapat menurunkan aliran darah lokal dan
mengurangi absorpsi sistemik.

b. Farmakodinamik Anastesi Lokal


Adapun farmakodinamik untuk obat anestesi lokal adalah:
1. Mekanisme Kerja
Selama eksitasi, saluran natrium terbuka dan arus natrium masuk ke dalam sel
dengan cepat mendepolarisasi membran ke arah keseimbangan potensial natrium
(+40mV). Sebagai akibat depolarisasi ini, maka saluran natrium menutup (inaktif) dan
saluran kalium terbuka. Aliran kalium keluar sel merepolarisasi membran ke arah
keseimbangan potensial kalium (sekitar -95mV); terjadi lagi repolarisasi saluran natrium
menjadi keadaan istirahat. Perbedaan ionic transmembran dipertahankan oleh pompa
natrium. Sifat ini mirip dengan yang terjadi pada otot jantung dan anestesi local pun
mempunyai efek yang sama pada kedua jaringa tersebut.

14
Anestesi local mengikat reseptor dekat ujung intrasel saluran dan menghambat
saluran dalam keadaan bergantung waktu dan voltase.
Bila peningkatan konsentrasi dalam secara progresif anestesi local digunakan pada satu
serabut saraf, nilai ambang eksitasinya meningkat, konduksi impuls melambat, kecepatan
muncul potensial aksinya menurun, amplitude potensial aksi mengecil dan akhirnya
kemampuan melepas satu potensial aksi hilang. Efek yang bertambah tadi merupakan hasil
dari ikatan anestesi local terhadap banyak dan makin banyak saluran natrium; pada setiap
saluran, ikatan menghasilkan hambatan arus natrium. Jika arus ini dihambat melebihi titik
kritis saraf, maka propagasi yang melintas daerah yang dihambat ini tidak mungkin terjadi
lagi. Pada dosis terkecil yang dibutuhkan untuk menghambat propagasi, potensial istirahat
jelas tidak terganggu.
Karakteristik Struktur-Aktivitas Anestesi Lokal. Makin kecil dan makin banyak
molekul lipofilik, makin cepat pula kecepatan interaksi dengan reseptor saluran natrium.
Potensi mempunyai hubungan positif pula dengan kelarutan lipid selama obat menahan
kelarutan air yang cukup untuk berdifusi ke tempat kerja. Lidokain, prokain, dan
mepivakain lebih larut dalam air dibandingkan tetrakain, etidokain, dan bupivakain. Obat
yang terakhir lebih kuat dengan masa kerja yang panjang. Obat-obat tadi terikat lebih
ekstensif pada protein dan akan menggeser atau digeser dari tempat ikatannya oleh obat-
obatan lain.

2. Aksi Terhadap Saraf


Karena anestesi local mampu menghambat semua saraf, maka kerjanya tidak saja
terbatas pada hilangnya sensasi sakit dan nyeri yang diinginkan. Perbedaan tipe serabut
saraf akan membedakan dengan nyata kepekaannya terhadap penghambatan anestesi local
atas dasar ukuran dan mielinasi. Aplikasi suatu anestesi local terhadap suatu akar serabut
saraf, serabut paling kecil B dan C dihambat lebih dulu. Serabut delta tipe A akan dihambat
kemudian. Oleh karena itu, serabut nyeri dihambat permulaan; kemudian sensasi lainnya
menghilang; dan fungsi motor dihambat terakhir.
Adapun efek serabut saraf antara lain:
 Efek diameter serabut

15
Anestesi lokal lebih mudah menghambat serabut ukuran kecil karena jarak di mana
propagasi suatu impuls listrik merambat secara pasif pada serabut tadi (berhubungan
dengan constant ruang) jadi lebih singkat. Selama mula kerja anestesi local, bila bagian
pendek serabut dihambat, maka serabut berdiameter kecil yang pertama kali gagal
menyalurkan impuls.
Terhadap serabut yang bermielin, setidaknya tiga nodus berturut-turut dihambat oleh
anestesi local untuk menghentikan propagasi impuls. Makin tebal serabut saraf, makin
terpisah jauh nodus tadi yang menerangkan sebagian, tahanan yang lebih besar untuk
menghambat serabut besar tadi. Saraf bermielin cenderung dihambat serabut saraf yang
tidak bermielin pada ukuran yang sama. Dengan demikian, serabut saraf preganglionik B
dapat dihambat sebelum serabut C kecil yang tidak bermielin.

 Efek frekuensi letupan


Alasan penting lain terhadap mudahnya penghambatan serabut sensoris mengikuti
langsung dari mekanisme kerja yang bergantung pada keadaan anestesi local. Serabut
sensoris, terutama serabut nyeri ternyata berkecukupan letupan tinggi dan lama potensial
aksi yang relative lama (mendekati 5 milidetik). Serabut motor meletup pada kecepatan
yang lebih lambat dengan potensial aksi yang singkat (0,5 milidetik). Serabut delta dan C
adalah serabut berdiameter kecil yang terlibat pada transmisi nyeri berfrekuensi tinggi.
Oleh karena itu, serabut ini dihambat lebih dulu dengan anestesi local kadar rendah dari
pada serabut A alfa.

 Efek posisi saraf dalam bundle saraf


Pada sekumpulan saraf yang besar, saraf motor biasanya terletak melingkari bundle
dan oleh karena itu saraf ini akan terpapar lebih dulu bila anestesi local diberikan secara
suntikan ke dalam jaringan sekitar saraf. Akibatnya bukan tidak mungkin saraf motor
terhambat sebelum penghambatan sensoris dalam bundle besar. Jadi, selama infiltrasi
hambatan saraf besar, anestesi muncul lebih dulu di bagian proksimal dan kemudian
menyebar ke distal sesuai dengan penetrasi obat ke dalam tengah bagian bundle saraf.

16
E. Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan
cara menghindarkan untuk sementara pembentukan dan trasmisi implus melalui sel saraf
ujungnya. Seperti juga alcohol dan barbital, anastesi lokal menghambat penerusan implus
dengan cara menurunkan permebilitas membran sel saraf untuk ion – natrium yang perlu
bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion kalsium
yang berada berdekatan dengan membran neuron. Pada waktu yang bersamaan, akibat
turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun
meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara resevibel.

F. Efek samping obat anastesi lokal


Pemberian obat anestesi lokal memiliki efek samping yang potensial sama tanpa
bergantung pada cara pemberian. Bidan harus memehami efek samping samping obat
anestesi lokal ketika obat in diberikan lewat jalur epidural atau spinal.
Efek samping obat anestesi lokal berhubungan dengan kerjanya, khususnya
kemampuannya untuk menghambat hantaran implus dalam jaringan yang dapat
tereksitasi. Obat – obatan anestesi lokal akan menyekat saluran cepat ion natrium
padasemua jaringan penghantar implus, yaitu :
a. System saraf pusat
b. System pernafasan
c. Jantung dan system kardiovaskuler
d. imunologi
e. Depresi Otot polos
f. Otot sketlet.

a. Sistem saraf pusat


Sistem saraf pusat sangat rentan terhadap toksisitas anastesi lokal dan merupakan
tempat tanda – tanda pertanda dari overdosis ada pasien terjaga. Gejala awal adalah mati
rasa circumoral, paresthesia lidah, dan pusing. Keluhan sensory mungkin termasuk
tinnitus dan penglihatan kabur. Tanda – tanda rangsang ( kegelisahan, agitasi, paranoia)
sering mendahului depresi system saraf pusat ( bebicara cadel, mengantuk, pingsan)

17
berkedut otot pembawa timbulnya kejang tonik – klonik. Dengan penurunan aliran darah
otak dan paparan obat, benzodiazepines dan hiperventilasi meningkatkan ambang kejang
yang disebabkan anastesi lokal.

b. System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne
dapat hasil dari kelumpuhan saraf frenik dan interkostal atau depresi pusat pernafasan
medural berikut kontak lansung dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne
postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial, lidokain intravena ( 1.5 mg/kg )
dapat memblokir refleks bronkokonstriksi kadang – kadang dikaitkan dengan intubasi.
Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan bronkospasme pada
beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.

c. Jantung dan System kardiovaskuler


Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi IV
spontan ) dan mengurangi durasi periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan kecepatan
konduksi juga tertekan pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari peubahan
langsung membrane otot jantung ( natrium blockade saluran jantung ) dan penghambat
system saraf otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain menghasilkan relaksasi otot
polos, yang menyebabkan beberapa derajat vasodilatasi arteriol. Kombinasi berikutnya
dari bradikardi, blok jantung, dan hipotensi dapat berujung pada serangan jantung. Mayor
toksisitas kardiovaskuler biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah yang
menghasilkan kejang.
d. Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat
para amnino benzoic acids ( PABA ) yang dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat
menediakan efek anti bakteri dari sulfonamide yang berdasarkan antagonism persaingan
dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan sulfa tidak boleh dikombinasikan dengan
penggunaan ester – ester tersebut. Toksisitas sangat bergantung pada :
1. Jumlah larutan yang disuntukan
2. Kosentrasi obat

18
3. Ada tidaknya adrenalin
4. Vaskularisasi tempat suntikan
5. Absorpsi obat
6. Laju destruksi obat
7. Hipersensitivitas
8. Usia
9. Keadaan umum
10. Berat badan

e. Depresi Otot polos


Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obat – obat
anastesi lokal. Inhibisi kandung kemih biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi
sebaliknya inkontinensia urine da fases mungkin saja terjadi. Analgesia epidural akan
disertai dengan peningkatan resiko retensi urin postpartum. Masalah yang potensial dlam
jangka pendek dan jangka panjang yang timbul akibat kateterisasi urine yang berkali – kali
tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural
maka:
1. Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata
antara anastesi epidural dan pemberian opoid adalah 42 dan 14 menit )
2. Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
3. Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
4. Malposisi janin lebih sering terjadi
5. Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
6. Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali

Obat – obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :


1. Menimbulkan relaksasi otot – otot dasar panggul
2. Mengurangi refleks mengejan
3. Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
4. Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot

19
5. Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.

 Efek anastesi lokal pada neonatus.


Dalam pemberian obat anastesi lokal secara epidural dapt memberikan efek
neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates yang tidak terdeteksi pada usia 18 bulan.
System auditorius pada neonates dapat mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek
samping neurobehavioural tidak merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal, takipnea
dan gangguan pada metabolism lipid. Tindakan analgesia epidural pada neonates
memberikan kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki nilai APGAR yang
rendah pada waktu lima menit atau memerlukan nalokson jika dibandingkan dengan
kemungkinan yang terjadi setelah pepmberian opoid.

 Kewaspadaan dan kontraindkasi


Kewaspadaan dan kontraindikasi pada penggunaan obat anastesi lokal
a. Obat anestesi lokal tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat alergi terhadap
setiap obat anastesi yang secara kimia yang ada hubungannya terhadap konstituen
yang membentuk obat tersebut.
b. Pemberian anastesi lokal tidak dianjurkan ibu hamil atau pasien baru saja mengalami
perdarahan karena respon kardiovaskuler terhadap kehilangan darah tersebut akan
terganggu.
c. Obat anastesi lokal harus diberikan dengan hati – hati sekali jika terpaksa digunakan
didaerah yang mengalami inflamasi.
d. Obat anastesi lokal harus digunakan dengan hati – hati pada : blok jantung atau
gangguan hantaran jantung, epilepsi, penyakit hati atau ginjal, riwayat hipertermia,
gangguan respirasi dan laktasi.

G. Cara - Cara Pemberian Obat Anestesi Lokal


Anestesi lokal umumnya digunakan secara parental misalnya pada waktu
pembedahan kecil dimana pemakaian anestesi umum tidak diperlukan. Beberapa cara
pemberian anestesi lokal adalah:

20
 Anestesi Infiltrasi, suntikan diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung syarafnya.
Misal pada daerah kecil kulit atau pada gusi untuk pencabutan gigi.
 Anestesi Penyaluran Saraf, penyuntikan dilakukan pada tempat banyak saraf
berkumpul, hingga tercapai anestesi pada bagian yang lebih luas. Misal pada lengan
atau kaki
 Anestesi Permukaan, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau
gatal. Misalnya dalam bentuk suppositoria untuk penyakit ambein.

Pada obat anestesi lokal, biasanya yang digunakan adalah garam-garam kloridanya
yang mudah larut dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya, maka sering
ditambahkan obat lain untuk menciutkan pembuluh darah (vasokonstriktor) misalnya
larutan adrenalin. Selain itu absorpsi akan diperlambat dan toksisitasnya akan berkurang,
mulai kerja akan lebih cepat dengan khasiat yang lebih bagus, serta lokasi pembedahaan
tidak berdarah namun larutan yang mengandung vasokonstriktor sebaiknya jangan
digunakan pada jari-jari tangan karena resiko gangrene.

H. Nama – Nama Obat Dalam Anastesi Lokal


1. Prokain
a. Farmakodinamik
 Dosisi 100 – 800 mg : analgesic ringan efek maksimal 10 – 20 ‘ hilang setelah 60 ‘
 Dhirolisis menjadi PABA ( para amino binzoic acid ) dapat menghambat kerja
sulfonamid.
b. Farmakokinetik
 Absorpsi PABA ( para amino binzoic acid ) dan dietilaminoetanol
Hidrolisisnya cepat oleh enzim plasma ( prokain esterase )
 PABA Di eksresikan dalam urin ( dalam bentuk utuh dan tergonjugasi )
c. Indikasi
 Anastesi infitrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal
 Geriatric : perbaikan aktivitas seksual dan fungsi kelenjar endokrin
d. Kontra indikasi
Pemberian intravena untuk penderita miastenia gravis karena prokain
menghasilkan derajat blok neuromuskuler.
e. Dosis : 15 mg/kg BB
 Untuk infitrasi : larutan 0.25 – 0.5 % dosis maksimumnya 1000 mg.
 Onset : 2- 5 menit, durasi 30 – 60 menit.
 Bisa ditambah adrenalin ( 1 : 100.000 atau 1 : 200.000)

21
 Dosis untuk epidural ( maksimum ) 25 ml larutan 1.5% . Untuk kaudal 25 ml
larutan 1.5%. spinal analgesia 50 – 200 mg. tergantung efek yang diinginkan lamanya 1
jam.

2. Lidokain ( lignocain, xylocain, lidonest )


a. Farmakodinamik
 Anestesi lokal kuat. Terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif
dari pada prokain.
 Larutan lidokain o.5 % adalah anastesi infiltrasi, 1 – 2 % ; nastesi blok dan topical.
 Efektif tanpa vasokontraktor, kcepatan absorpsi dan toksitas, masa keja lebih
pendek.
b. Farmakokinetik
 Absorpsinya mudah diserap dari tempat ijeksi
 Dapat tembus sawar darah otak
 Metabolism : di hati , eksresinya di urin
c. Indikasi
1. Injeksi : anastesi infitrasi, blok saraf anestesi epidural, kaudal dan mukosa
2. Anest infitrat : larutan .025 % – 0.50% dengan atau tanpa adrenalain
3. Kedok gigi : larutan 1 – 2 % lidokain dengan adrenalin
4. Anestesi permukaan, anest kornea mata ( lidokain 2 % + adrenalin )
d. Kontra indikasi
Iritabilitas jantung
e. Efek samping
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efek terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Lidokain dosis
berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung.
f. Dosis
1. Kosentrasi efektif minimal 0.25 %.
2. Infitrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
3. Kerja sekitar 1 – 1.5 juam tergantung konsetrasi larutan.
4. Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer.
22
5. 0.25 % - 0.5 % + adrenalin 200.000 untu infitrasi.
6. 0.5 % untuk blok sensorik tanpa blok motorik.
7. 1 % untuk blok motorik dan sensorik
8. 2 % untuk blok motorik pasien yang berotot (muscular)
9. 4% atau 10 % untuk topical semprot faring – laring
10. 5 % bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakea
11. 5 % lidokain dicampur prilokain untuk topical kulit.
12. 5 % hiperbarik untuk analgesia intratekal

3. Bupivakain (marcain)
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan tetrakain.
Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0.25 – 0.75%. Dosisi maksimal
200mg. Duration 3 – 8 jam, kosentrasi efekti minimal 0.125 %. Mulai kerja lebih lambat
disbanding lidokain. Setelah suntik kaudal, epidural, atau infiltrasi, kadar plasma puncak
dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan – lahan dalam 3 – 8 jam. Untuk
anastesi spinal 0.5% volume antara 2 – 4 ml iso atau hiperbarik. Untuk blok sensorik
epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.

4. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas.
Lama kerja 2 – 30 menit.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang
artinya “tidak ada rasa sakit”. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat
sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
pembedahan.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Anestesia lokal → hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
b. Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak
persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan
menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Ada kalangan medis yang
membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi
atau area kulit.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai
anestesi lokal, antara lain;
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam
air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan
semoga bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi lokal sehingga
materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dapat diterima dengan baik.

24
Penggunaan Anestesi dan golongannya untuk meniadakan gangguan rasa sakit di SSP
sangatlah penting dan berguna. Tetapi, harus tetap berpegang teguh pada aturan dan juga
sang konseler yaitu dokter. Apabila penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara
universal ini disalah gunakan, tentulah akibat buruk yang akan di dapat di akhir
eksperimen kita sebagai orang awam yang tak tahu apapun tentang obat dan efek
sampingnya apabila penggunaannya salah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Jordan, Sue. 2002. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC. 2004


Barber, Paul dan Deboran Robertson. 2009. Intisari Farmakologi untuk Perawat. Jakarta :
EGC. 2013
Sunaryo. 1995. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam : ed. Ganiswarna SG. Farmakologi
dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995: 234-47
Nurlianti, Sitti. 2011. Anastesi Lokal. http://lianchingublog.blogspot.com/2011/12
/anastesi-lokal.html. Diakses pada tanggal 12 November 2014 (pukul 15.50 wib)
Novertasari, Blisa. 2011. Anestesi Lokal. http//blisha.wordpress.com/2011/04/03/
Farmakologi-anestesi-lokal/. Diakses pada tanggal 12 November 2014 (pukul 15.54)
Saputra,Arif. 2014. Makalah Anestesi Umum dan Lokal. http://arifsaputra96.blogspot.
com/2014/01/makalah-farmakologi-tentang-obat.html. Diakses pada tanggal 16
November 2014 (pukul 20.19 wib)
Halimah, Nova Nurul. 2013. Makalah Anestesi. http ://peinovenuru.blogspot.com
/2013/07/makalan-anestesi.html. Diakses pada tanggal 17 November (pukul 02.26)
Sidauruk, Polobye. 2011. Obat Anestesi Lokal. http://polobye.blogspot.com/2011/05/
Obat-anestesi-lokal.html. Diakses pada tanggal 17 November (pukul 08.00)

26

You might also like