You are on page 1of 3

Pernahku Berharap

Padamu
Dulu, sebelum aku mengenal orang
lain, aku pernah sangat berharap
banyak padamu. Aku selalu berharap
kau akan menjadi orang yang selalu
ada di setiap kehidupanku. Kaulah
orang yang selalu mengisi buku
ceritaku. Iya itu sebelum aku mengenal
orang lain. Iya benar, sebelum aku
mengenal dia yang menunjukkan
sebuah kebenaran.

Tak masalah bagiku, kalau aku pernah


sangat berharap kepadamu. Ya,
namanya juga seorang perempuan labil
yang baru mengenal cinta-cintaan. Aku
mencoba memaafkan diriku sendiri,
atas kesalahan yang pernah kulakukan.
Iya, parah. Aku dengan sengaja
menjual fisik ini pada laki-laki yang
bukan muhrimku. Bukan hanya aku,
tapi orang tuaku ikut andil dalam
menjualku. Marah? Pasti. Tapi diri ini
akan lebih rendah jika ikutan marah.
Jadi, kucoba memafkan mereka saja
dan pastinya aku mencoba memafkan
diri ini sendiri.

Tentangnya? Entahlah, yang pasti aku


lupa sama dia. Sedih? Mungkin iya,
awalnya. Tapi lama kelamaan aku
paham, maksud sang Ilahi
memberikanku hal seperti itu. Allah
memang sengaja mengenalkanku arti
dari sebuah cinta yang melebihi cintaku
pada-Nya. Allah menunjukkan bahwa
mencintai sebelum waktunya hanya
akan meninggalkan sebuah luka. Entah
luka di hatiku, atau di hatinya. Yang
pasti, aku hanya ingin meluruskan jalan
yang salah saja. Iya, aku jahat
memang. Tapi kalau tidak aku
putuskan, mungkin diriku kan semakin
rusak. Cukup sudah menyakiti diri
sendiri.

Oh iya, terimakasih karena telah


memberikan cerita yang mungkin bisa
kujadikan pelajaran dalam hidupku.
Semoga hari-harimu menyenangkan,
dan semoga kau segera dipertemukan
dengan separuh agamamu. Yang pasti,
bukan diriku.

“mencintai, sebelum waktunya


hanya akan meninggalkan luka.
Entah luka di hati sendiri atau
malah luka di hati lawanmu.”

You might also like