You are on page 1of 14

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil

Tabel 3. Pengukuran Viskositas dengan Viskometer Brookfield

Speed I (1%) II (2%) III (3%)


(Rpm) Cp % cp % cp %
10 - - 296 7,4 17040 42,6
12 - - 293 8,8 14930 44,8
20 10 0,5 - - - -
30 24 1,8 287 21,5 9030 67,7
50 31,2 3,9 277 34,7 6936 86,7
60 30 4,4 - - 6527 97,7
100 (I) 40 10 272 68 - -
100 (II) 42 10,5 272,8 68,2 - -
60 30 4,5 - - 6400 96
50 26,4 3,3 278,4 34,8 6856 85,7
30 16 1,2 288 21,6 9110 68,3
20 0 0 - - - -
12 - - 297 8,9 14670 44
10 - - 292 7,3 17040 42,6
Keterangan :
CP : Centi Poise (viskositas) dalam cgs
% : Torque (kekuatan putaran)
1 Cp = 1 mPa.s
Speed = kecepatan putaran per menit (rpm)

Tabel 4. Pengamatan Speed dan cP rata-rata


Speed 1 2 3 
No.
(rpm) (cP) (cP) (cP) (cP)
1 10 - 296 17040 5778,67

2 12 - 293 14930 5074,33

3 20 10 - - 3,3

4 30 24 287 9030 3113,67

5 50 31,2 277 6936 2414,73

6 60 30 - 6527 2185,66

7 100 (I) 40 272 - 104

8 100 (II) 42 272,8 - 104,93

9 60 30 - 6400 2143,33

10 50 26,4 278,4 6856 2386,93

11 30 16 288 9110 3138

12 20 0 - - 0

13 12 - 297 14670 4989

14 10 - 292 17040 5777,33

 Perhitungan tekanan geser


Rotasi 10 rpm
Diketahui :  = 5778,67 cP
dv
= 10 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 5778,67  10
A
cm
= 57786,7
cm
det ik

Rotasi 12 rpm
Diketahui :  = 5074,33 cP
dv
= 12 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F 
A
Jawab :
 dx 
dv

F dv
 
A dx
F
 5074,33 12
A
cm
= 60891,96
cm
det ik

Rotasi 20 rpm
Diketahui :  = 3,3 cP
dv
= 20 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 3,3  20
A
cm
= 66
cm
det ik

Rotasi 30 rpm
Diketahui :  = 3113,67 cP
dv
= 30 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F 
A
Jawab :
 dx 
dv

F dv
 
A dx
F
 3113,67  30
A
cm
= 93410,1
cm
det ik

Rotasi 50 rpm
Diketahui :  = 2414,73 cP
dv
= 50 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 2414,73 50
A
cm
= 120736,5
cm
det ik

Rotasi 60 rpm
Diketahui :  = 2185,66 cP
dv
= 60 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 2185,66  60
A
cm
= 131139,6
cm
det ik

Rotasi 100 rpm


Diketahui :  = 104 cP
dv
= 100 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 104  100
A
cm
= 10400
cm
det ik

Rotasi 100 rpm


Diketahui :  = 104,93 cP
dv
= 100 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 104,93 100
A
cm
= 10493
cm
det ik

Rotasi 60 rpm
Diketahui :  = 2143,33 cP
dv
= 60 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 2143,33 60
A
cm
= 128599,8
cm
det ik

Rotasi 50 rpm
Diketahui :  = 2386,93 cP
dv
= 50 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 2386,93 50
A
cm
= 119346,5
cm
det ik

Rotasi 30 rpm
Diketahui :  = 3138 cP
dv
= 30 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 3138 30
A
cm
= 94140
cm
det ik

Rotasi 20 rpm
Diketahui :  = 0 cP
dv
= 20 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 0  20
A
cm
=0
cm
det ik
Rotasi 12 rpm
Diketahui :  = 4989 cP
dv
= 12 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A

F 
A
Jawab :
dv dx 
F dv
 
A dx
F
 4989  12
A
cm
= 59868
cm
det ik

Rotasi 10 rpm
Diketahui :  = 5777,33 cP
dv
= 10 rpm
dx
F
Ditanyakan : = …….?
A


F 
A
Jawab :
 dx 
dv

F dv
 
A dx
F
 5777,33 10
A
cm
= 57773,3
cm
det ik

Tabel 4. Hasil perhitungan shearing stress

Rate of Shear dv dx


 Viskositas ( )  A
Shearing Stress F

10 5778,67 57786,7

12 5074,33 60891,96
20 3,3 66

30 3113,67 93410,1

50 2414,73 120736,5

60 2185,66 131139,6

100 104 10400

100 104,93 10493

60 2143,33 128599,8

50 2386,93 119346,5

30 3138 94140

20 0 0

12 4989 59868

10 5777,33 57773,3

Kurva hubungan antara kecepatan geser dan tekanan geser serta kurva hubungan antara
viskositas dan tekanan geser
6.2 Pembahasan
Pada percobaan viskosita dan rheologi dilakukan pengukuran viskositas cairan Newton
menggunakan alat viskosimeter Hoeppler atau viskometer bola jatuh pada 4 zat cair yang
berbeda dan menentukan jenis aliran non Newton dengan menggunakan alat viskosimeter
Brookfield pada sebuah sampel.
Viskositas dan rheologi merupakan dua sifat fisik penting yang umum digunakan untuk
mengevaluasi karakteristik sediaan cair. Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk
mengalir. Kemudahan mengalir dari suatu cairan sangat ditentukan oleh viskositas dari zat cair
tersebut. Pengetahuan mengenai viskositas zat cair sangat penting baik dalam desain maupun
pengendalian selama proses pengolahan maupun uji mutu dan standarisasi mutu. Umumnya
semakin rendah viskositas suatu zat maka akan semakin mudah mengalir. Sebaliknya, semakin
tinggi viskositas suatu zat maka akan semakin sulit mengalir. Viskositas juga dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya kerusakan, penyimpangan atau penurunan mutu pada beberapa produk.
Berbagai produk sediaan farmasi seperti sediaan suspensi, gel, pasta dan emulsi akan sangat
dipengaruhi oleh viskositas, baik dari segi kestabilan maupun tujuan penggunaan atau
pengaplikasian sediaan tersebut. Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang
sebaiknya tidak dibuat terlalu kental atau memiliki viskositas yang tinggi. Hal ini karena
suspensi merupakan dispersi dari zat padat dalam medium pelarut yang dapat mengalami
presipitasi didalamnya, oleh karena itu untuk menghomogenkannya perlu dilakukan
penggojogan. Apabila dibuat terlalu kental, maka penggojogan yang dilakukan tidak efektif dan
tidak dapat menjamin zat padat kembali terdispersi homogen. Contoh lainnya adalah tetes telinga
disarankan untuk dibuat dengan viskositas yang lebih tinggi karena viskositas yang tinggi
dimanfaatkan untuk membantu agar sediaan tertahan pada jaringan dalam telinga dan tidak
mudah kembali keluar sehingga pengobatan yang dilakukan optimum (Ansel, 2005).
Pada praktikum ini dilakukan uji viskositas dengan dua jenis viskosimeter yaitu
viskosimeter Hoeppler dan viskosimeter Brookfield. Viskosimeter merupakan alat yang
digunakan untuk menghitung nilai viskositas atau kekentalan suatu fluida (Ridwan, 1999).
Viskosimeter Hoeppler merupakan jenis viskosimeter satu titik dimana viskosimeter ini bekerja
pada satu titik kecepatan geser sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Prinsipnya
adalah mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap.
Viskosimeter Hoeppler digunakan untuk cairan yang memenuhi sistem Newton yaitu
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser,
sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser. Cairan yang diuji dengan
viskosimeter ini antara lain aquades, sorbitol , propilenglikol, dan Oleum ricini.
Pada viskometer ini sampel dan bola diletakkan dalam tabung gelas. Tabung kemudian
dibalik, yang akan menyebabkan bola berada pada puncak tabung gelas dalam. Waktu bagi bola
tersebut untuk jatuh antara dua tanda diukur dengan teliti dan diulangi beberapa kali (Martin
dkk., 2008). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini, seperti tidak boleh
terdapat gelembung udara pada tabung karena dapat mempengaruhi kecepatan bola jatuh.
Tabung yang digunakan agak miring dimaksudkan agar bola jatuh tidak terlalu cepat sehingga
dapat diukur. Pemilihan bola yang sesuai dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dimana bola dipilih berdasarkan kemampuannya untuk bergerak dari titik awal (m1) menuju titik
akhir (m3) dengan waktu <300 detik. Bola yang dianggap sesuai kemudian dipilih sebagai bola
yang akan digunakan untuk pengujian. Cairan uji berupa aquades dan digunakan bola nomor 1
dengan konstanta forward yaitu 0,00151 mPa.cm3/gr dan konstanta backwardnya yaitu 0,0853
mPa.cm3/gr. Cairan uji berupa propilenglikol digunakan bola nomor 3 dengan konstanta forward
yaitu 0,1303 mPa.cm3/gr dan konstanta backwardnya yaitu 0,1309 mPa.cm3/gr. Sementara pada
cairan uji sorbitol dan Oleum ricini menggunakan bola 4 dengan konstanta forward dan
backward 0,650 mPa.cm3/gr. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dihitung viskositas dari tiap
larutan dengan menggunakan rumus:

η = B (ρ1 – ρ2) t

Keterangan :
B : konstanta bola (mPa.cm3/gr)
t : waktu tempuh bola jatuh (detik)
ρ1 : bobot jenis bola
ρ2 : bobot jenis cairan
Dari persamaan tersebut diperoleh hasil yaitu viskositas aqudes, gliserin propilenglikol,
dan Oleum ricini berturut-turut adalah 3,45 mPa.sec, 2521,7 mPa.sec, 1095,5 mPa.sec, dan
340,05 mPa.sec. Cairan yang memiliki viskositas tertinggi adalah gliserin, diikuti propilenglikol,
Oleum ricini, dan air.
Viskositas jika ditinjau dari waktu yang diperlukan bola jatuh maka akan berbanding
lurus dengan besarnya viskositas. Semakin besar viskositas dari larutan maka akan semakin
susah bola untuk jatuh, berbeda dengan larutan yang mempunyai viskositas rendah bola akan
jatuh dengan mudah.
Pada pengukuran sifat alir dengan menggunakan viskosimeter Brookfield digunakan
spindel nomor 02 dan 05. Spindel nomor 02 digunakan untuk fluida yang memiliki kekentalan
rendah (encer) dan sedangkan spindel nomor 05 digunakan untuk fluida yang memiliki
kekentalan tinggi. Pemilihan spindel dilakukan dengan dua cara, yaitu menyesuaikan dengan
petunjuk literatur yang tersedia dan apabila tidak diperoleh literatur yang dapat digunakan
sebagai acuan maka digunakan cara coba-coba atau eksperimental. Bila pengukuran dilakukan
pada fluida yang kekentalannya belum diketahui, dianjurkan untuk menggunakan spindel dari
bernomor kecil hingga besar dan kecepatan putar dari kecepatan putar rendah ke kecepatan yang
tinggi. Spindel yang digunakan berbanding terbalik dengan viskositas dari sampel yang
digunakan. Viskositas sampel yang tinggi, pengukuran dilakukan dengan spindel dengan ukuran
kecil dengan nomor yang besar, begitu pula sebaliknya. Tahap pertama yang dilakukan adalah
melepas penutup alat dan memasang spindel pada gantungan spindel kemudian stop kontak
dihidupkan. Pada layar diatur seri spindel menjadi seri 02 untuk gel dengan konsentrasi CMC-Na
1 % dan 2 % dan spindel dengan seri 05 untuk gel dengan konsentrasi 3 % serta kecepatannya
diatur secara bertahap mulai dari 10 rpm sampai dengan 100 rpm. Selanjutnya cairan sampel
dimasukkan dalam gelas beaker ukuran 100 mL lalu, diletakkan di bawah spindel hingga spindel
tercelup sampai ke bagian dalam cairan sampel. Agar pengukuran memiliki nilai viskositas
menghasilkan nilai yang stabil, letak spindel harus berada tepat di tengah-tengah larutan. Spindel
tidak boleh menyentuh bagian bawah atau samping dari wadah yang digunakan untuk
meletakkan sampel karena dapat menyebabkan kesalahan pengukuran nilai viskositas.
Setelah itu, diatur tombol ON ditekan dan dicatat besar viskositas yang terbaca pada layar
dalam satuan cP (centi Poise), setelah teramati lalu tekan kembali tombol off dan didiamkan
selama 1-2 menit pada saat kecepatan di bawah 50 rpm. Ketika kecepatan dinaikkan di atas 50
rpm, pada setiap pergantian kecepatan spindel didiamkan selama 5 menit. Pendiaman bertujuan
untuk mengembalikan larutan ke keadaan semula yang kemungkinan masih dipengaruhi oleh
putaran spindle pada kecepatan geser yang sebelumnya. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 2
kali pada masing-masing kecepatan. Pengukuran cairan sampel digunakan variasi kecepatan
pengukuran yaitu 10 rpm, 12 rpm, 20 rpm, 30 rpm, 50 rpm, 60 rpm, 100 rpm. Kemudian
dilakukan pengulangan pengukuran dari kecepatan 100 rpm hingga 10 rpm. Viskositas yang
diperoleh dari kecepatan geser yang ditentukan, dilakukan penghitungan nilai shearing stress
(F/A) dengan rumus

ɳ= F/A =

Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara kecepatan geser dan viskositas dengan tekanan
geser.

Gambar 9. Kurva hubungan antara tekanan geser (F/A) dengan kecepatan geser (dv/dx)
dan viskositas cairan (ɳ)
Sumbu X merupakan tekanan geser, sementara sumbu Y merupakan ecepatan geser dan
viskositas. Berdasarkan grafik yang diperoleh, terlihat bahwa pada bagian sebelah kiri adalah
kurva hubungan antara kecepatan geser dengan tekanan geser, dimana kecepatan geser
meningkat maka tekanan geser juga meningkat. Pada bagian sebelah kiri adalah kurva hubungan
antara viskositas dengan tekanan geser, dimana viskositas dengan tekanan geser menunjukkan
semakin tinggi viskositas maka semakin menurun tekanan geser yang dihasilkan begitu juga
sebaliknya. Aliran yang diperoleh adalah aliran rheopeksi.Pada aliran rheopeksi, kurva menurun
berada di sebelah kanan kurva menaik. Hal ini terjadi karena pengocokan perlahan dan teratur
akan mempercepat pemadatan suatu sistem dilatan.

You might also like