Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ENDOMETRIOSIS
2.1.1. Definisi
jaringan yang terdiri dari kelenjar dan stroma endometrium ektopik atau di luar dari
2.1.2. Epidemiologi
kasus endometriosis sendiri dikatakan sering terjadi pada sekitar 5-15% wanita usia
antara umur 25-30 tahun. Endometriosis jarang terjadi pada gadis remaja premenars
tetapi dapat diidentifikasi pada 50% atau lebih wanita dengan umur kurang dari 20
tahun dengan keluhan dismenorea, nyeri pelvik kronis atau dispareunia. Kurang dari
proses inflamasi yang terjadi pada endometriosis dikaitkan dengan proses inflamasi
2.1.3. Etiologi
dengan mikroskop elektron, terlihat bahwa serpih haid atau endometrium hanya
peritoneum. Hal ini terjadi karena pada lesi endometriosis terdapat protein intergin
perekat haid seperti (cell-adhesion molecules, CAMs) hanya ada di endometrium dan
dengan tuba falopi yang paten membawa endometrium hidup ke rongga peritoneum
sewaktu haid. Begitu juga ditemukannya jaringan endometriosis pada irisan serial
jaringan pelvik pada wanita 40 tahun dengan tuba falopi paten dan siklus haid
dan perlekatan jaringan endometrium. Jumlah haid dan jaringan yang terdiri dari
kelenjar dan stroma serta sifat-sifat biologis bawaan dari endometrium sangat
pengaruh buruk isi darah haid telah dipelajari pada biakan gabungan dengan lapisan
tunggal sel mesotel, terlihat bahwa endometrium haid yang luruh, endometrium haid
yang tersisip, serum haid dan medium dari jaringan biakan haid, menyebabkan
testosteron dan berada pada sel retikulum endoplasma. Pada sel granulosa 17 beta-
lemah (estron).9-14
aromatase kadar tinggi, faktor pertumbuhan, sitokin dan beberapa faktor lain
sasaran tertentu terhadap kerja progesteron. Resistensi juga terjadi dilihat dari
seks dapat dihambat oleh beberapa faktor, seperti: interferon-gamma yang dilepas di
eutopik menjadi lapisan basal dan superfisial. Lapisan basal merupakan sisi
metaplasia siklik aktif sel-sel stroma endometrium basal untuk menjadi miofibroblas
atau sebaliknya.6,7,8
basal oleh metaplasia dan diferensiasi otot polos secara siklik. 6,7,8
berubah bentuk menjadi lesi endometriosis. Dalam hal ini ikut berperan faktor
imunologi. Sistem imunitas yang terdapat dalam aliran darah peritoneal berupa sel
limfosit B,T dan Natural Killer (NK). Kemudian terjadi pengaktifan makrofag, namun
tidak dapat membersihkan rongga pelvik dari serpih darah haid. Aktifitas sel NK
seluler.6,7,8
banyak dipelajari dan ditemukan banyak kelainan imunologi. Namun apakah kelainan
imun merupakan penyebab atau akibat endometriosis masih belum diketahui. Sel
endometrium bersifat resisten terhadap apoptosis dan fagositosis, namun hanya 10-
jelas.15-17
subpopulasi sel T yang disebut sebagai sel T Regulator. Salah satu peran sel T
Regulator adalah menjaga keseimbangan peran dari sel Th1 dan Th2. Fungsi utama
intraselular. Sel yang memiliki peran utama dalam respon imunitas selular adalah
limfosit T atau sel T. Fungsi sel T umumnya adalah: membantu sel B dalam
memproduksi antibodi, mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan
terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. Sekitar 90%-
95% sel timus tersebut mati dan hanya sekitar 5-10% menjadi matang dan
meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi dan kelenjar getah bening. Di
spesifik serta toleransi terhadap dirinya. Sel T terdiri atas beberapa sel subset seperti
sel T naif, Th1, Th2, T delayed Type Hypersensitivity (Tdth), Cytotoxic T Limphocyte
(CTL) atau cytotoxic atau cytolytic (Tc) dan T supresor (Ts) atau regulator (Tr).8,10
pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan laparoskopi yang merupakan gold standard
riwayat nyeri yang berhubungan dengan siklus haid, nyeri pelvik kronik, dispareunia,
dischezia, infertilitas atau perdarahan yang tidak teratur. Salah satu keluhan yang
paling sering dialami wanita dengan endometriosis adalah nyeri pelvik kronik
bertahan selama menstruasi berlangsung dan dapat terjadi lebih lama dari itu.
dan semakin nyeri tepat di awal menstruasi. Nyeri ini lebih sering terjadi pada wanita
diakibatkan oleh adanya kelainan pada ovarium yang luas sehingga fungsi ovarium
dengan infertilitas. Endometriosis dijumpai pada 20-40% wanita infertil, dan diduga
reseptifitas endometrium, folikulogenesis ovarium dan kerja dari saluran tuba. Kedua
insemination (IUI) dan IVF, juga telah digunakan pada wanita infertil dengan
endometriosis.9,21,24
yang tepat dan juga diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit
penilaian dari posisi, ukuran dan mobilitas uterus, dimana uterus retrofleksi yang
rektovaginal mungkin diperlukan dan tepat untuk menilai ligamen uterosakral dan
septum rektovaginal yang dapat menunjukkan adanya nodul pada deep infiltrating
terhadap nyeri pelvik. Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas, spesifisitas dan nilai
duga yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pembedahan yang merupakan
mioma uteri dan kista ovarium. Pencitraan ini tidak mamadai untuk menetukan
sebagai struktur kistik dengan internal berdifusi rendah yang dikelilingi oleh kapsul
menerima suplai darah yang banyak. Apabila endometriosis diduga memiliki invasif
yang lebih dalam terhadap organ-organ tertentu seperti usus atau kandung kemih,
sensitivitas 70% dan spesifisitas 75% untuk deteksi penyakit yang didapati dari
karena harganya mahal dan memiliki sensitivitas yang buruk untuk mendeteksi lesi
perlengketan padat pada distorsi usus yang berada di dekatnya dan susunan
anatomik di sekelilingnya.21,22,24,26,27
Belum ada uji laboratorium darah yang dapat digunakan untuk diagnosa pasti
endometriosis derajat sedang dan berat, ketentuan ini tidak dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin. Pada suatu meta analisis dari 23 penelitian yang meneliti serum
90%.26,27
penyakit paling baik digambarkan dengan tampilan langsung dan lokasi dari lesi
dianggap sebagai prosedur yang minimal invasif, namun tetap dapat memberikan
resiko pembedahan termasuk perforasi usus dan kandung kemih dan juga cedera
pembuluh darah.11,22
2.1.5. Penatalaksanaan
infertilitas dan nyeri terkait endometriosis perlu ditetapkan manakah yang menjadi
prioritas utama dari dua pilihan pengobatan, yaitu hormonal ataukah pembedahan,
karena belum ada bukti bahwa pengobatan hormonal tunggal dapat memperbaiki
dapat ditegakkan pada saat laparoskopi atau laparatomi. Saat ini perencanaan
beragam.21
Mengingat kendala dalam biaya, seorang klinisi harus menetapkan secara ketat
indikasi pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk itu spesialis ginekologi perlu dengan
menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan.
Namun stadium ini tidak memiliki korelasi dengan derajat nyeri, keluhan pasien,
maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas. Hal ini dapat
asimptomatik.11,12,27,28
tampilan lesi dapat sebagai warna merah (merah, merah muda, merah menyala,
biru).24,27,29
minimal-ringan adalah AFS I-II dan endometriosis sedang-berat adalah AFS III-
IV.10,13,26
terhadap lesi endometriosis pada peritoneum dan tuba menggunakan nilai yang
berhubungan dengan ukuran lesi. Penilaian ini juga didasarkan pada perlengketan
pada ovarium dan tuba fallopi. Dan juga terdapat penilaian untuk lesi yang dijumpai
sebagai berikut:10
2.1.7. Patogenesis
metaplasia coelomic dari pelapis epitel ovarium atau dapat terjadi akibat implantasi
langsung jaringan endometrium ke dalam kista folikel atau kista luteum. Mekanisme
baru yang didapat dari penelitian akhir-akhir ini dengan menggunakan metode
genetik, molekular dan biokimia yang baru telah membantu untuk menjelaskan
11
Gambar 2.4 Skema lesi endometriosis di dalam panggul.
vascular endothelial growth factor (VEGF) yang merupakan salah satu faktor
angiogenik yang paling poten, ditemukan dalam cairan peritoneum pada pasien
Estrogen juga memiliki peranan dalam apoptosis. Defisit estrogen pada kultur
sel dihubungkan dengan penurunan viabilitas sel dan peningkatan sel-sel apoptosis.
Estrogen juga meningkatkan fosforilasi Akt, sebuah regulator apoptosis dan survival
sel-sel endometrium.25,26,32-34
terjadi selama menstruasi dan setelah injeksi peritoneum intrapelvik. Tingkat aktivasi
basal yang lebih tinggi dari makrofag peritoneum pada pasien dengan endometriosis
meningkatkan kadar sitokin seperti TNF-α. TNF-α juga dapat memfasilitasi implantasi
endometrium dengan cara mensekresi growth factor dan angiogenetic factor seperti
pathway inhibitor.9,32
motilitas, adesi, kemotaksis dan morfogenesis dari sel. Beberapa sitokin seperti IL-1,
IL-5, IL-6, IL-8, IL-15, monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1), TNF-α, transforming
growth factor-β (TGF-β) dan Regulated on Activation, Normal T-cell Expressed dan
juga diobservasi bahwa kadar beberapa sitokin dalam cairan peritoneum dan serum
berkorelasi dengan keparahan penyakit. Ekspresi TNF-α, IL-8, dan MCP-1 lebih
tinggi pada endometriosis tingkat dini dan menurun pada endometriosis tingkat
RANTES juga meningkat dalam cairan peritoneum wanita dengan penyakit yang
lebih berat.32,33,34
20
Gambar :2.5 Imunobiologi Endometriosis
meningkat pada akhir siklus menstruasi tetapi proses apoptosis ini secara signifikan
direkrut dari sirkulasi darah ke dalam lesi endometriosis sehingga terjadi perubahan
jumlah dan fungsi dari leukosit ini dalam endometrium eutopik dan cairan peritoneum
dan juga dalam lesi endometriosis. Makrofag, sel natural killer, limfosit T, limfosit B,
sel mast dan sel dendritik meningkat dalam lesi endometriosis sebagai melalui
progresifitasnya.32,33,34
jaringan tubuh dan berperan vital dalam sistem imun innate dan sistem imun didapat.
Monosit yang bersirkulasi yang diproduksi disumsum tulang dari progenitor mieloid
dalam sirkulasi darah perifer, monosit bersirkulasi selama beberapa menit sampai
sel-sel efektor yang heterogen secara morfologi dan secara fungsional, termasuk
makrofag alveolar dalam paru-paru yang bertanggung jawab untuk pertahanan lokal
melawan patogen dan materi partikulat; Sel Langerhans yang bertempat dalam
epidermis; Osteoklas yang meremodelling tulang; makrofag splen dan sel Kupffer
dalam hati, yang menyokong pembersihan patogen yang berasal dari darah.32,36,37
dengan cara melekat ke endotel pembuluh darah dan mengikuti gradien haptotaktik
dan kemotaktik lokal sebelum berdiferensiasi menjadi makrofag. Makrofag baik yang
tinggal di dalam jaringan atau yang baru direkrut adalah sumber utama kemokin
dalam jaringan.32,36,37
debris seluler dan material asing dan akhirnya keluar dari tempat inflamasi.
tempat perbaikan jaringan adalah biasanya menjadi indikasi adanya inflamasi kronik
pada lingkungan lokal. Makrofag bisa diaktifkan secara klasik (M1 makrofag) atau
dalam fenotip makrofag, karena sebagian peran luas yang makrofag jalankan
Makrofag adalah suatu elemen kunci dari respons imun nonspesifik, yaitu
bagian dari sistem imun innate yang tidak spesifik antigen dan tidak melibatkan
sementara menstimulasi pertumbuhan dan proliferasi tipe sel lain. Makrofag memiliki
habitat normal pada cairan peritoneum dan jumlah dan aktivitasnya sangat
peritoneum yang diaktifkan secara alternatif (makrofag M2) dan monosit sirkulasi
tikus. Sedangkan makrofag inflamasi (makrofag M1) secara efektif melindungi tikus
dari endometriosis. Oleh karena itu, makrofag endogen yang terlibat dalam
yang dibutuhkan untuk membentuk vaskularisasi yang efektif dan pertumbuhan lesi
endometriosis.32,38,39,40
faktor pertumbuhan seperti tumor necrosis factor-β (TNF-α), IL-6, dan transforming
endometriosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik, hormonal dan
bawah pengaruh estrogen ini makrofag M2 akan mensekresikan sitokin dan faktor
marker permukaan makrofag yaitu CD68, CD80 dan CCR7 (M1 profile), dan CD163
(M2 profile).25,32,44,43
2.2. RANTES
dalam patogenesis suatu inflamasi. Kemokin merupakan molekul kecil yang mampu
inflamasi seperti basofil dan eosinofil. Proses kemotaktik sel inflamasi oleh kemokin
dimediasi oleh reseptor spesifik kemokin. Fungsi kemokin sebagai regulator motilitas
(aktivasi dan diversifikasi limfosit), modifier biologis fungsi eritrosit dan faktor
leukosit.35,36,37,43-46
activation, normal T cell expressed and secreted) adalah kemokin pertama yang
dievaluasi dalam hubungannya dengan endometriosis sejak tahun 1993. Kemokin ini
yang paling sering dinilai selama 20 tahun terakhir sebagai kemungkinan penanda
bagi endometriosis. Penelitian pada kemokin CCL5 mengukur CCL5 dalam cairan
yang signifikan secara statistik (P> 0,05) di antara kelompok dengan penyakit dan
kontrol. CLL5 adalah protein 8 kda diklasifikasikan sebagai sitokin kemotaktik atau
kemokin. CCL5 adalah kemotaktik untuk sel T, eosinofil dan basofil dimana
memainkan peran aktif dalam merekrut leukosit dalam inflamasi dengan bantuan
sitokin tertentu yang dikeluarkan oleh sel T. RANTES atau CCL5 ini dihasilkan dari
stroma endometrium dan dipengaruhi oleh estrogen yang dominan estrogen lokal
menghasilkan sitokin.35,36,37,43,44,45
36,44
Gambar 2.6. Struktur molekul RANTES (CCL5)
dengan diagnosis kasus-kasus neoplasma ginekologi dan tidak jarang untuk menilai
molekuler genetik akan memfasilitasi dalam banyak hal seperti deteksi dan
menentukan karakterisasi penyakit. Bukan hanya itu, bahkan dapat menjadi monitor
secara fisiologis setiap sel endometrium akan menyebabkan reaksi inflamasi dengan
menghasil MCP-1 dan RANTES dari sel stroma dan kelenjar endometrium yang
dipicu oleh estrogen yang dihasilkan dari proses aromatase yang diketahui
endometriosis.25,38, 32,46,47
dengan endometriosis. Makrofag ini juga ditemukan memiliki efek stimulasi pada
apoptosis patologis. Hal ini terutama ditemukan pada endometriosis berat dengan
infertilitas, dimana terjadi proses tersebut pada sel granulosa ovarium dengan
ditemukan kadar Interleukin-6 (IL-6) dan IL-8 yang tinggi pada cairan peritoneum.
imunologi yang sangat komplek dan saling terkait diduga berperan pada
pertumbuhan lebih lanjut dari sel endometrium yang terlepas. Hal ini berhubungan
dengan dijumpainya sel limfoid pada implant endometriosis. Selain itu dijumpai juga
Keadaan ini mungkin merupakan salah satu awal dari proses inflamasi yang
komplek. Terjadi pula peningkatan kadar sitokin dan growth factor yang dihasilkan
oleh leukosit atau sel lain. Mereka dapat berperan sebagai autokrin yang
berpengaruh pada sel induknya sendiri dan parakrin yang berpengaruh pada sel
disekitarnya atau masuk peredaran darah maupun rongga tubuh yang cukup jauh.
Para peneliti menemukan jenis sitokin yang meningkat diantaranya adalah RANTES
1), IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Sedangkan faktor pertumbuhan yang
Endothelial Growth Factor). IL-1 merupakan sitokin yang memiliki peran penting
dalam mengatur inflamasi dan respon imun. IL-1 yang dihasilkan oleh aktif monosit
dan macrophage, memiliki dua macam reseptor yaitu reseptor alfa dan beta, tetapi
keduanya dapat dihambat dengan satu macam reseptor antagonis IL-1. IL-1 beta
dapat memicu faktor angiogenesis seperti VEGF dan IL-6 sehingga terjadi
pertumbuhan pembuluh darah pada stroma endometriosis, tetapi tidak pada stroma
Perlekatan sel
endometrial dan
peritoneum Perangsangan MMP
- IL-1,TNF-α
- Supresor TIMP
- Peningkatan angiogenesis
Implantasi dan invasi sel - Peningkatan sekresi VEGF
ektopik - Peningkatan ekspresi IL-8,RANTES
- TNF-α
Inflamasi
kronik/pembentukan
peritoneal fibrosis
18
Gambar 2.7 Perubahan imunologi pada endometriosis
kelenjar dan stroma. Dalam endometrium yang normal tanpa endometriosis, ekspresi
RANTES pada sel epitel dan stroma tujuh dari sepuluh proliferasi sampel hampir
tidak tampak perubahan warna dalam sel tersebut. Pada 13 sampel endometrium
eutopik, didapat peningkatan yang signifikan pada ekspresi RANTES dalam sel epitel
dan stroma, di sini sel stroma yang bernoda lebih intens daripada sel-sel epitel,
Aromatase
Estrogen
lokal
MCP-1
L-selektin
Stroma Endometrium
RANTES
diferensiasi
T limfosit Makrofag
M2 > M1
Peningkatan reaksi
autoantibodi (sitokin),
antiinflamasi, growth
factor
Inflamasi
Endometriosis kronik/pembentukan
peritoneal fibrosis
ENDOMETRIOSIS
RANTES