You are on page 1of 6

Terdapat dua penggolongan bahan yang biasa ditambahkan pada makanan, yaitu

Bahan Tambahan Makanan (BTM) dan Bukan Bahan Tambahan Makanan (BBTM). Bahan
Tambahan Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk
makanan. Penambahan bahan tambahan dalam makanan harus memiliki dosis tertentu
karena bahan tambahan makanan dapat menyebabkan bahaya kesehatan (Taib dkk,2014).
Asam benzoat merupakan salah satu pengawet yang diizinkan oleh Departemen
Kesehatan untuk digunakan pada makanan. Menurut Permenkes RI
No.722/Menkes/Per/IX/88, batas penggunaan asam benzoat pada minuman ringan dan
kecap adalah 600 mg/kg, sedangkan pada sari buah, saus, jelly, manisan dan agar adalah
1000 mg/kg (Depkes RI, 1988).
Asam benzoat lebih banyak digunakan dalam bentuk garamnya karena kelarutannya
lebih baik daripada bentuk asamnya. Bentuk garam dari asam benzoat yang banyak
digunakan adalah natrium benzoat. Benzoat dan turunannya dapat menghancurkan sel-sel
mikroba terutama kapang. Natrium benzoat bekerja efektif pada pH 2,5-4 sehingga banyak
digunakan pada makanan atau minuman yang bersifat asam (Guntarti dan Wahyu, 2012).
Penggunaan bahan pengawet dapat menjadikan bahan makanan bebas dari kehidupan
mikroba baik yang bersifat patogen maupun non patogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan makanan seperti pembusukan (Tranggono dkk, 1990).
Mekanisme penghambatan mikroba oleh benzoat yaitu mengganggu permeabilitas
membran sel, struktur sistem genetik mikroba, dan mengganggu enzim intraseluler Dalam
bahan pangan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang
tidak terdisosiasi. Bentuk ini mempunyai efek racun pada pemakaian berlebih terhadap
konsumen, sehingga pemberian bahan pengawet ini tidak melebihi 0,1% dalam bahan
makanan (Siaka,2009).
Asam benzoat memiliki bobot molekul 122,12, mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 100,5% C7H6O2 dihitung terhadap zat anhidrat, pemerian asam benzoat
memiliki hablur berbentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid
atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air,
kelarutannya sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam
eter (Depkes RI, 1995).
Analisis pengawet asam benzoat dalam sediaan dapat dilakukan dengan cara titrasi,
yaitu suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat dalam larutan (Sunarya, 2007). Reaksi
asam benzoat dengan natrium hidroksida akan menghasilkan garam dari asam benzoat dan
air di mana garam tersebut adalah natrium benzoat (Taib dkk, 2014).
Prinsip dari titrasi adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi yang terjadi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa yang
kemudian menghasilkan air yang bersifat netral (Dyah, 2012).

Asam benzoat merupakan salah satu bahan pengawet yang sering digunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan dan minuman, seperti sari buah, minuman ringan, jeli,
kecap, saus tomat, dan saus cabai. Pemakaian asam benzoat menguntungkan karena
makanan dan minuman dapat bebas dari serangan mikroba pembusuk dengan penambahan
asam benzoat yang mencegah atau menghentikan proses pembusukan. Akan tetapi, di sisi
lain asam benzoat merupakan senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk
bersama makanan atau minuman yang dikonsumsi. Asam benzoat jika dikonsumsi secara
terus-menerus akan menimbulkan efek terhadap kesehatan (Cahyadi, 2008).

Analisis pengawet asam benzoat dalam sediaan dapat dilakukan dengan cara titrasi,
yaitu suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat dalam larutan (Sunarya, 2007).

Reaksi asam benzoat dengan natrium hidroksida akan menghasilkan garam dari asam
benzoat dan air di mana garam tersebut adalah natrium benzoat (Fatimawali, 2014).

Benzoat yang umum digunakan adalah dalam bentuk garamnya karena lebih mudah
larut dibanding asamnya. Dalam bahan pangan, garam benzoat terurai menjadi bentuk
efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tidak terdisosiasi. Bentuk ini mempunyai efek racun
pada pemakaian berlebih terhadap konsumen, sehingga pemberiannya tidak melebihi 0,1%
dalam makanan.

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan dan minuman


yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini bekerja dengan menghambat atau
memperlambat terjadinya kerusakan atau pembusukan pada makanan dan minuman
sehingga makanan dan minuman yang ditambahkan bahan pengawet dapat bertahan lebih
lama. Selain untuk memperpanjang masa simpan, tidak jarang produsen pangan
menggunakan bahan pengawet untuk memperbaiki tekstur (Cahyadi, 2008).
Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat menggunakanlarutan
standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kitamenentukan
sampel yang bersifat asam, kita akan menggunakan lartan standar basa dandikenal dengan
istilah alkalimetri.( Khopkar,1990).

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan dan minuman


yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini bekerja dengan menghambat atau
memperlambat terjadinya kerusakan atau pembusukan pada makanan dan minuman
sehingga makanan dan minuman yang ditambahkan bahan pengawet dapat bertahan lebih
lama. Selain untuk memperpanjang masa simpan, tidak jarang produsen pangan
menggunakan bahan pengawet untuk memperbaiki tekstur (Cahyadi, 2008).
Asam benzoat merupakan salah satu bahan pengawet yang sering digunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan dan minuman, seperti sari buah, minuman ringan, jeli,
kecap, saus tomat, dan saus cabai. Pemakaian asam benzoat menguntungkan karena
makanan dan minuman dapat bebas dari serangan mikroba pembusuk dengan penambahan
asam benzoat yang mencegah atau menghentikan proses pembusukan. Akan tetapi, di sisi
lain asam benzoat merupakan senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk
bersama makanan atau minuman yang dikonsumsi. Asam benzoat jika dikonsumsi secara
terus-menerus akan menimbulkan efek terhadap kesehatan (Cahyadi, 2008).
Analisis pengawet asam benzoat dalam sediaan dapat dilakukan dengan cara titrasi,
yaitu suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat dalam larutan (Sunarya, 2007).
Prinsip dari titrasi adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi yang terjadi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa yang kemudian
menghasilkan air yang bersifat netral (Dyah, 2012). Reaksi asam benzoat dengan natrium
hidroksida akan menghasilkan garam dari asam benzoat dan air di mana garam tersebut
adalah natrium benzoat (Fatimawali, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depkes RI. 1988. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/MenKes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dyah, P. 2012. Asidi Alkalimetri. Bandung: Universitas Islam Negeri Gunung Jati.
Guntarti, Any dan Wahyu Irna Wati. 2012. Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Beberapa Merk
Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Kefarmasian
2(2):111-118.
Khopkar, S. M.. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Siaka, I M. 2009. Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saus Tomat yang Beredar Di Wilayah
Kota Denpasar. Jurnal Kimia 3(2): 87-92.
Sunarya, Yayan. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia Purna.
Taib, Muh.Zaid., Frenly Wehantouw, dan Fatimawati. 2014. Analisis Senyawa Benzoat pada
Kecap Manis Produksi Lokal Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(1):1-7.
Tranggono, Z.N., Wibowo D., Murdjiati G., dan Mary A. 1990. Kimia Nutrisi Pangan. Yogyakarta:
PAU Pangan dan Gizi UGM.

You might also like