Professional Documents
Culture Documents
PEMFIGUS VULGARIS
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemfigus berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu pemphix yang berarti
bula. Pemfigus adalah suatu penyakit autoimun dengan manifestasi bula yang
bersifat kronik dan dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan mukosa dan
kulit. Pemfigus secara garis besar dibagi menjadi empat tipe yaitu pemfigus
(Reddy VG et al., 2011; Stanley JR, 2008; Chmurova N `& Svecova D,2009)
Pemfigus pertama kali digunakan oleh Wichman pada tahun 1791 Pemfigus
yang jarang tetapi dapat berakibat fatal karena risiko infeksi sekunder. (Gorbach &
dan pemfigus vulgaris yang sering ditemukan dalam 80% kasus. Pemfigus vulgaris
ditemukan di seluruh dunia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi angka kejadian
penyakit ini.2,6 Pada umumnya terjadi pada dekade keempat dan kelima sehingga
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
2.1.1. Anatomi
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2. Kulit merupakan organ
pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada
lokasi tubuh. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis (kulit
ari), dermis atau korium (kulit jangat), dan jaringan subkutan atau
telapak kaki dan tangan memiliki ukuran 1 mm, Sedangkan lapisan pada
kelopak mata, pipi, dahi, dan perut setebal 0,1 mm merupakan ketebalan
3
Lapisan dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang
jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis
Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu
secara longgar. Jumlah dan ukurannya berbeda beda menurut tubuh dan
struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, dan kontrol bentuk tubuh
(Djuanda, 2003).
4
Gambar 2.1
Anatomi Kulit
2.1.2. Fisiologi
c. Penerima rangsang.
5
2.2. Pemfigus Vulgaris
2.2.1. Definisi
ataupun mukosa, berasal dari lapisan suprabasal epidermis dan disebabkan oleh
dan pemfigus foliaceus. Pada pemfigus vulgaris, bulla muncul dari lapisan
2.2.2. Etiologi
dan desmoglein 3. Jika yang diserang hanya desmoglein 3, maka lesi mukosa yang
epidermis dan membran mukosa. Antibodi tersebut merupakan subkelas IgG1 dan
IgG4, tetapi yang patogenik ialah gG4, dapat menyebabkan proses akantolisis tanpa
cell dependent, Th1 dan Th2 yang autoreaktif terjadi pada pemfigus vulgaris.
Terdapat hubungan antara kadar antibodi dan aktivitas penyakit. (Stanley JR, 2008)
Antibodi ini dapat melalui plasenta dan akan menyebabkan bulla sementara
dari penelitian Atmaga, et al, pada tikus yang disuntik antibodi terhadap desmoglein
6
1 dan 3, akan muncul bulla yang secara histologi menyerupai pemfigus vulgaris.
Manifestasi klinis ditandai oleh (Stanley JR, 2008; James et al, 2011):
1. Erosi lapisan mukosa dan bulla di kulit dan mukosa dengan dasar dapat
berupa kulit normal atau eritema, dapat mengenai kulit seluruh tubuh.
2. Bulla berdinding tipis dan mudah pecah. Awalnya dapat berisi cairan jernih,
3. Pada sekitar 60% kasus lesi pertama kali muncul di mulut, sisanya muncul
4. Lesi tidak gatal tetapi nyeri. Bulla yang pecah akan membentuk erosi
meningkatkan mortalitas.
sebelum adanya lesi kulit yang dapat muncul 5 bulan hingga 1 tahun setelah
adanya lesi mukosa. Lesi mukosa dapat mengenai mukosa oral. , mukosa
hidung, konjungtiva, penis, dan mukosa vagina. Lesi pada mulut dapat
7
terlebih dahulu sebelum lesi kulit. Kasus yang hanya mengenai kulit tanpa
2.2.4. Diagnosis
pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan histologi, dan uji imunologik, atau dua tanda
yang mengarah diagnosis pemfigus vulgaris dan adanya uji imunologik. Pada
pemeriksaan fisik terdapat Nikolsky sign, tanda ini sensitif tetapi tidak spesifik.
Nikolsky sign dilihat dengan cara menggosokkan tangan dari daerah normal hingga
superfisial lapisan basal epidermis. Selain itu, terdapat Asboe-Hansen sign berupa
gambaran bulla yang melebar jika bagian tengah bulla ditekan. Gambaran histologi
pada biopsi lesi pemfigus vulgaris berupa gambaran bulla suprabasiler dengan
akantolisis. Lapisan antara stratum basale epidermis dan bagian epidermis lain yang
lebih superfisial tampak lepas dan membentuk bulla. Kadang tampak sel keratinosit
yang lepas ke dalam bulla. Bagian superfisial epidermis terlihat intak. . (Stanley JR,
direk ataupun indirek baik terhadap antibodi serum maupun lesi kulit dapat
mendukung diagnosis, pemeriksaan antibodi pada lesi lebih spesifik dan sensitif
8
menyerang desmoglein 1 menunjang diagnosis pemfigus foliaceus. Pemeriksaan
penderita yang telah remisi tidak terdapat lagi antibodi. (Stanley JR, 2008; Singh
S,2011)
bulosa. Dermatitis herpetiformis dapat mengenai anak dan dewasa, keadaan umum
penderita baik, keluhan gatal sangat nyata, ruam polimorf, dinding vesikel/ bulla
keadaan umumnya buruk, tidak gatal, bulla berdinding kendur, dan biasanya
umum baik, bulla tegang, dan letaknya di subepidermal. (Stanley JR, 2008; Singh
S,2011)
buruk, tidak gatal, bulla berdinding kendur, dan biasanya generalisata. Pada
berbeda dari pemfigus vulgaris karena keadaan umum baik, bulla tegang, dan
letaknya di subepidermal. (Reddy VG et al., 2011 Stanley JR, 2008; Singh S,2011)
9
Pemfigus vulgaris dapat dibedakan dari dermatitis herpetiformis dan
keadaan umum penderita baik, keluhan gatal sangat nyata, ruam polimorf, dinding
orang dewasa, keadaan umumnya buruk, tidak gatal, bulla berdinding kendur, dan
dan terdapat akantolisis. Pemfigoid bulosa berbeda dari pemfigus vulgaris karena
keadaan umum baik, bulla tegang, dan letaknya di subepidermal. (Stanley JR, 2008;
Singh S,2011)
2.2.6. Tatalaksana
Tatalaksana pemfigus vulgaris dibagi dalam 3 fase, yaitu fase kontrol, fase
konsolidasi, dan fase maintenance. Fase kontrol adalah fase penyakit dapat
dikontrol, terbukti dari tidak terbentuknya lesi baru dan penyembuhan lesi yang
150 mg?/hari secara sistemik, alternatif adalah deksametason 100 mg/hari. Dosis
harus di taper off segera setelah lesi terkontrol. Selama terapi kortikosteroid dosis
tinggi harus dipantau risiko diabetes, infeksi, hipertensi, gangguan jantung dan
terapi adjuvan yang sering digunakan karena relatif murah dan aman
10
dikombinasikan dengan kortikosteroid dosis tinggi. Dosis azathriopine 2,5
saja, azathriopine tanpa prednison baru memberikan efek positif 3-5 minggu
hari efektif jika dikombinasikan dengan kortikosteroid. (Stanley JR, 2008; Singh
S,2011)
digantikan dengan IVIG. Jao, et al, dikutip dari Bystryn, et al, menyatakan serum
antibodi berkurang lebih dari setengah pada 1-2 minggu pertama pemakaian IVIG.
dapat mengurangi antibodi. Dosis IVIG 2 gram/ kgBB/dosis selama 3-5 hari. Fase
konsolidasi adalah fase terapi untuk mengontrol penyakit hingga sebagian besar
(sekitar 80%) lesi kulit sembuh, fase ini dimulai saat berlangsung penyembuhan
kulit hingga sebagian besar lesi kulit telah sembuh. Lama fase ini hanya beberapa
Fase maintenance adalah fase pengobatan dengan dosis terendah yang dapat
mencegah munculnya lesi kulit baru, fase ini dimulai saat sebagian besar lesi telah
sembuh dan tidak tampak lagi lesi baru. Pada fase ini dosis kortikosteroid
diturunkan bertahap, sekitar seperempat dosis setiap satu hingga dua minggu.
11
Penurunan yang terlalu cepat berisiko memunculkan lesi kulit baru, penurunan yang
terlalu lambat meningkatkan risiko efek samping kortikosteroid. Jika pada fase ini
muncul lesi baru minimal dapat diberi kortikosteroid topikal atau intralesi. Jika lesi
dan meningkatkan risiko kanker. Obat topikal seperti sulfadiazine perak 1% dapat
mencegah infeksi sekunder. Lesi mukosa dapat diberi obat kumur diphenhydramine
minimal. Pasien harus tetap mandi setiap hari untuk mengurangi risiko infeksi
sekunder, mengurangi penebalan krusta dan mengurangi bau badan. Stanley JR,
Ahmed, et al, meneliti 5 pria dan 5 wanita pasien pemfigus vulgaris berusia
uterine bleeding, gangguan fungsi renal, unexplained anemia, psikosis berat, dan
gangguan mood signifikan. Tatalaksana lini pertama adalah rituximab (dosis 375
mg/m2 ) satu minggu sekali selama delapan minggu diikuti setiap bulan selama
2.2.7. Prognosis
Pemfigus vulgaris jika tidak diobati berisiko tinggi kematian, sebagian besar
12
kortikosteroid akan mengurangi angka kematian 5% hingga 15%. Morbiditas dan
kortikosteroid untuk mencapai remisi, dan adanya infeksi lain. Kasus relaps
13
BAB 3
KESIMPULAN
manifestasi bulla atau vesikel pada kulit dan mukosa. Penyebabnya adalah
mudah pecah di kulit dan mukosa dengan dasar dapat berupa kulit normal
atau eritema, dapat mengenai kulit seluruh tubuh. Yang mana pada 60%
kasus lesi pertama muncul di mulut, lesi yang terasa tidak gatal tapi nyeri,
menelan, Nikolsky sign dapat positif pada pemfigus vulgaris namun tidak
uji imunologik. Tatalaksana terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase kontrol, fase
14
DAFTAR PUSTAKA
vulgaris: Application of occlusal soft splint with topical steroid in the treatment.
Listy.;500–3.
penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI, 2011;h:204-8.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2009. Principles of Anatomy & Physiology. USA:
John Wiley & Sons. Inc.
Djuanda, S., dan Sri A. S., 2003. Dermatitis. Dalam: Djuanda, A. et al., ed. 3 Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Dr. Retno Iswari Tranggono. Spkk dan Dra. Fatma Latifah, Apt. 2007. Buku Ilmu
Pengetahuan Kosmetika. Gramedia: Jakarta.
15
Singh S. 2011 Evidence-based treatments for pemphigus vulgaris, pemphigus
foliaceus and bullous pemphigoid: A systematic review. Indian J Dermatol Venereol
Leprol.;77(4):456–69.
16