You are on page 1of 8

I.

Judul : KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

II. Tujuan : Memisahkan dan menentukan komponen-komponen dalam berbagai


sampel.

III. Teori :
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik paling sederhana yang
digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi produk alami yang diminati.
Metode ini dengan mudah memberikan informasi kualitatif. Fase diam biasanya gel
silika pada pelat KLT atau HPTLC (pelat kinerja tinggi), yang terbuat dari silika
yang menempel pada kaca atau aluminium atau plastik, untuk lebih efisien.
Pemisahan ini tergantung pada beberapa faktor:
1. Kelarutan dalam fase gerak.
2. Daya tarik atau adsorpsi antara senyawa dan silika, semakin banyak
senyawa berinteraksi dengan silika, semakin sedikit yang bergerak ke atas.
3. Ukuran atau molekul senyawa, semakin besar molekul senyawa, semakin
lambat ia bergerak ke atas piring.
(Krull, 2012)
Perbedaan penting antara kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair
kinerja tinggi adalah salah satu teknik praktis dari pada fenomena fisik (adsorpsi,
partisi, dll.). Jadi, dalam KLT fase diam terdiri dari lapisan tipis sorben (misalnya
silika gel atau bubuk selulosa) yang dilapisi pada bahan pembantu yang inert,
kaku, seperti pelat kaca atau plastik sehingga proses pemisahan terjadi pada
sebuah plat pada dasarnya memiliki dua dimensi permukaan. Teknik analog
kromatografi kertas sebagian besar telah digantikan oleh KLT di laboratorium
analisis, terutama dengan munculnya lapisan tipis yang dilapisi selulosa. Meskipun
KLT banyak digunakan untuk analisis kualitatif, namun secara umum tidak
memberikan informasi kuantitatif presisi tinggi dan akurasi. Perubahan terbaru
dalam praktik KLT menghasilkan peningkatan kinerja baik dalam hal pemisahan
dan pengukuran kuantitatif. Perkembangan ini disebut sebagai kromatografi lapis
tipis berkinerja tinggi (HPTLC). (Jeffery,dkk, 1989).
Pemisahan Pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya
jika menotlkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin.
Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain,jika sampel yang digunakan
terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi.Sampel pada pita yang sempit akan
menjamin resolusi yang paling tinggi bahkan ketika sampel mengandung sejumlah
komponendengan perbedaan nilai Rf yang minimal.Penotolan sampel dalam
jumlah banyak secara manual membutuhkan waktu yang lama dan juga
menghasilkan reprodusibilitas yang kurang bagus.(Abdul, 2010).
IV. Bahan dan Peralatan:
4.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah:
a. Vitamin C yang dilarutkan etanol sebagai sampel yang akan dianalisa pada
plat.
b. Etanol (C2H5OH) sebagai fase gerak.
c. Aquades sebagai campuran etanol dalam larutan pengembang.
4.2 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah:
1. Beaker glass
2. Chamber romatografi
3. Gelas Ukur
4. Corong
5. Tusuk Gigi
6. Pipet Tetes
7. Plat silika gel
8. Penggaris
V. Prosedur:
Adapun prosedur yang dapat dilakukan dalam percobaan ini ialah sebagai
berikut:
1. Disiapkan plat KLT dengan ukuran 4 cm x 20 cm dan buatlah batas kira-
kira 0,5 cm dari batas bawah plat menggunakan pensil dan ditarik garis
horizontal dengan jarak pelarut sebesar 15 cm.
2. Disiapkan larutan pengembang 150 ml dengan komponen larutan
pengembang Etanol 60%.
Gambar 5.1. Penyiapan Larutan Pengembang
3. Dimasukkan larutan pengembang kedalam Chamber Kromatografi,
kemudian di tutup untuk membuat larutan tersebut jenuh.

Gambar 5.2. Larutan Pengembang dimasukkan ke dalam Chamber Kromatografi


4. Disiapkan sampel serbuk Vitamin C yang dilarutkan dengan Etanol.

Gambar 5.3. Sampel serbuk Vitamin C Dilarutkan dengan Etanol(C2H5OH).


5. Ditotolkan sampel menggunakan tusuk gigi pada garis batas bawah plat
KLT.

Gambar 5.4. Plat KLT yang telah ditolkan sampel


6. Dimasukkan plat KLT ke dalam bejana pengembang sedalam 0,5cm .

Gambar 5.5. Plat KLT yang telah dimasukkan ke dalam Chamber Kromatografi
7. Dilakukan pengamatan.

Gambar 5.6. Plat KLT saat dilakukan Pengamatan


8. Diangkat plat setelah cairan pengembang berjarak 15cm dan diamkan
sejenak.

Gambar 5.7. Plat KLT yang telah dikeluarkan dari Chamber Kromatografi
9. Diamati noda/bercak yang dihasilkan.

Gambar 5.8. Plat KLT setelah Proses


10. Dilakukan pengukuran untuk memperoleh nilai Rf
VI. Data:
Adapun larutan pengembang yang digunakan adalah campuran dari larutan
etanol dengan aquadest dengan perbandingan etanol sebanyak 60%. Dengan
jumlah volume larutan pengembang sebanyak 150 ml.

Hasil percobaan:
Tabel 6.1. Data perhitungan nilai Rf Vitamin C

Jarak Tempuh Jarak

X1 X2 X3 Pelarut Nilai Waktu


Warna X
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Rf (menit)

Jingga 4 4 4 4 15 0,26 45

Putih 10,5 10,5 10,5 10,5 15 0,7 45


Nilai 𝑅𝑓 teori − Nilai 𝑅𝑓 praktek
% Deviasi = | | × 100 %
Nilai 𝑅𝑓 teori
0,64 − 0,7
=| | × 100 %
0,64
= 9,3 %
VII. Analisa dan Ulasan
Adapun hasil dari percobaan ini ialah sebagai berikut:

Gambar 7.1. Plat KLT setelah Proses

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sampel Vitamin C memiliki dua
komponen yang teridentifikasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Komponen pertama yang memiliki bercak berwarna jingga (zat pewarna vitamin)
menempuh jarak rata-rata sepanjang 4 cm dan komponen kedua yang memiliki
bercak berwarna putih (Vitamin C) menempuh jarak sepanjang 10,5 cm.
Sedangkan pelarut yang digunakan menempuh jarak sepanjang 15 cm dengan
durasi percobaan selama 45 menit. Dari data yang di dapat maka diperoleh nilai Rf
komponen berwarna jingga sebesar 0,26 dan nilai Rf komponen berwarna putih
sebesar 0,7.
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik paling sederhana yang digunakan
untuk memisahkan dan mengidentifikasi sampel. Metode ini dengan mudah
memberikan informasi kualitatif dan data kuantitatif. Dari metode ini kita dapat
menghitung nilai Rf suatu campuran dimana Nilai Rf merupakan nilai yang
mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan pengembang.
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat
zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona.
Dari sini di dapati persamaan yang digunakan untuk mengukur nilai Rf :
Jarak yang di tempuh komponen
Nilai Rf = Jarak yang di tempuh pelarut

Vitamin C (asam Askorbat) dalam percobaan merujuk kepada tablet Vitamin C


adalah suplemen untuk mengobati dan mencegah kekurangan vitamin C. Secara
teoritis yang diperoleh dari literatur, nilai Rf untuk sampel yang digunakan, yaitu
Vitamin C dalah sebesar 0,64. Sedangkan secara praktek adalah sebesar 0,7.
Dari percobaan di dapati persen ralat sebesar 9,3% yang menandakan masih
terdapatnya ketidak sesuaian hasil praktikum dengan teori. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Kondisi ruangan yang tidak vakum.
2. Kondisi temperature yang berubah-ubah.
3. Jumlah cuplikan berlebihan.
VIII. Kesimpulan dan Saran:
8.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. KLT merupakan salah satu bentuk/model dari kromatografi cair dimana
sampel diaplikasikan sebagai noda atau goresan pada lapisan penjerap
tipis.
2. Nilai Rf yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 0,7. Sementara secara
teoritis adalah sebesar 0,64.
3. % Deviasi yang diperoleh adalah sebesar 9,3%.
8.2. Saran
Adapun saran yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Sebaiknya lebih memperbanyak variasi sampel dan larutan pengembang.
2. Sebaiknya chamber kromatografi dikondisikan dalam keadaan vakum.
3. Sebaiknya lebih memperbanyak variasi volume larutan pengembang.
IX.Daftar Pustaka
Krull, Ira S (Ed). 2012. Analytical Chemistry. Croatia: InTech. Pages: 140
Jeffery, G.H.1989.Vogel’s: Textbook of Quantitative Chemical analysis.Great
Britain: Bath Press. Page: 230
Rohman, Abdul.2010.Kromatografi untuk Analisis Obat.Medan: Graha Ilmu.
Pages:48.

Penilaian
Dosen Pembimbing: Asisten:

Medan, 2017
Dosen Pembimbing Asisten Praktikan

( Dr.Eng.Rondang Tambun,ST,MT ) ( Nawalul Azka) (Ricky Muhammad Adha)

You might also like