Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Laskarul Wildan Attabik
H1F014033
i
USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian Tugas Akhir
pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto
Oleh :
Laskarul Wildan Attabik
H1F014033
Mengetahui
Pembimbing I,
NIP. 197105112008121002
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
1
3.4 Analisis Stratigrafi .................................................................................. 23
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
I. PENDAHULUAN
5
pertanian, sterilisasi media tanaman, dan budi daya tanaman tertentu).
Dibandingkan dengan negara lain (China, Korea, New Zealand) pemanfaatan
langsung di Indonesia masih sangat terbatas terutama hanya untuk pariwisata yang
umumnya dikelola oleh daerah setempat. Untuk mengembangkan pemanfaatan
energi panas bumi secara langsung di Indonesia masih diperlukan riset dan kajian
lebih lanjut (Hadi, 2008).
Mengacu pada UU No. 27/2003 dan UU No. 20/2002 telah dibuat suatu peta
perjalanan (road map) panas bumi sebagai pedoman dan pola tetap pengembangan
dan pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia. Industri panas bumi yang
diinginkan, yang tertuang dalam peta perjalanan tersebut antara lain pemanfaatan
untuk tenaga listrik sebesar 6000 Mwe dan berkembangnya pemanfaatan langsung
(agrobisnis, pariwisata, dll.) pada tahun 2020 (Kasbani, 2009).
6
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini untuk mahasiswa dan perusahaan yaitu sebagai
berikut :
1. Untuk Mahasiswa
Membandingkan teori dan pengetahuan yang didapat saat perkuliahan untuk
bisa diaplikasikan secara langsung pada kondisi kerja yang nyata.
2. Untuk Perusahaan
Dapat membangun hubungan yang baik antara perusahaan dengan dunia
pendidikan serta menunjang eksistensi perusahaan di dunia pendidikan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
8
Temperatur suatu sistem panas bumi diklasifikasikan menjadi tiga
berdasarkan temperatur reservoar :
1. Tinggi (temperatur reservoar lebih besar dari 225°C)
2. Sedang/intermediet (temperatur reservoar 125°C hingga 225°C)
3. Rendah (temperatur reservoar lebih kecil dari 125°C)
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (>225°C),hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐225°C). Pada dasarnya sistem panas bumi
jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas darisuatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan
panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu
sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi padadasarnya terjadi karena
gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga
temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini
menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Sistem panas bumi terbagi menjadi :
1. Sistem hot dry rock yang memanfaatkan panas yang tersimpan dalam
batuan berporositas rendah dan tidak permeabel. Temperatur sistem ini
berkisar antara 120 hingga 250°C dengan kedalaman 2 hingga 4 km.
2. Sistem magma tap yang memanfaatkan panas yang keluar dari tubuh magma
dangkal. Pada sistem ini, magma merupakan bentuk paling murni panas
alamiah yang mempunyai temperatur ≤1200°C.
3. Sistem yang berasosiasi dengan volkanisme Kuarter dan intrusi magma.
Sistem ini umumnya mempunyai temperatur ≤370°C dan kedalaman
reservoir ≤1,5 km.
4. Sistem yang berhubungan dengan tektonik yaitu terjadi di lingkungan
backarc, daerah crustal extension, zona kolisi dan sepanjang zona sesar.
9
Sistem ini yang telah dieksploitasi umumnya mempunyai temperatur
reservoir ≤250°C dan kedalaman ≥1,5 km.
5. Sistem (yang dipengaruhi oleh) geopressure ditemukan dicekungan
sedimen. Kedalaman reservoir sistem ini umumnya 1,5 hingga 3 km dan
temperatur reservoir berkisar dari 50 hingga 190°C.
Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah:
1. Sumber Panas
Gunung api merupakan contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah
besar. Pada gunung api, konsentrasi panas ini bersifat intermitent yang
artinya sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api.
Namun demikian, pada kebanyakan kasus, umumnya gunung api baik yang
aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas dari sistem panas bumi.
Hal ini ditemui di Indonesia dimana umumnya sistem panas buminya adalah
sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung
api. Dalam hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari sistem panas
bumi di dekatnya. Oleh karena itu gunung api merupakan sumber panas
potensial dari suatu sistem panas bumi, maka daerah yang berada pada jalur
gunung api berpotensi besar memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi
(di atas 225°C).
2. Reservoir
Reservoir panas bumi adalah formasi batuan di bawah permukaan yang
mampu menyimpan dan mengalirkan fluida termal (uap dan atau air panas).
Reservoir biasanya merupakan batuan yang memiliki porositas dan
permeabilitas yang baik. Porositas berperan dalam menyimpan fluida termal
sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida thermal.
Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang
tinggi dengan pH mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada
fluida reservoir jika dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di
saat bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau mendekati air
meteorik, adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir tersebut di
bagian atas, dan adanya gradien temperatur yang tinggi dan relatif konstan
terhadap kedalaman.Reservoir panas bumi bisa saja ditudungi atau
10
dikelilingi oleh lapisan batuan yang memiliki permeabilitas sangat kecil
(impermeable). Lapisan ini dikenal sebagai lapisan penudung atau cap rock.
Batuan penudung ini umumnya terdiri dari minera-mineral lempung yang
mampu mengikat air namun sulit meloloskannya (swelling). Mineral-
mineral lempung ini mengandung ikatan-ikatan hidroksil dan ion-ion seperti
Ka dan Ca sehingga menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat
konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini bisa dideteksi dengan melakukan
survei magneto-tellurik (MT) sehingga posisi lapisan konduktif ini di bawah
permukaan dapat terpetakan. Dengan mengetahui posisi dari lapisan
konduktif ini, maka posisi reservoir dapat diperkirakan, karena reservoir
panas bumi biasanya berada di bawah lapisan konduktif ini.
3. Daerah Resapan (Recharge)
Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat
tersebut bergerak menjauhi muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di
daerah resapan bergerak menuju ke bawah permukaan bumi.Dalam suatu
lapangan panas bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana sumur-sumur produksi
berada. Daerah resapan juga ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per
tahun yang bernilai tinggi.Menjaga kelestarian daerah resapan penting
artinya dalam pengembangan suatu lapangan panas bumi. Menjaga
kelesatarian daerah resapan berarti juga menjaga keberlanjutan hidup dari
reservoir panas bumi untuk jangka panjang. Hal ini karena daerah resapan
yang terjaga dengan baik akan menopang tekanan di dalam formasi
reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di dalam reservoir secara
berkelanjutan. Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya bagi
kelestarian lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga
bahwa pengembangan panas bumi bersahabat dengan lingkungan.
4. Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan
Daerah luahan (discharge area) merupakan daerah dimana arah aliran air
tanah di tempat tersebut bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air
tanah di daerah luahan akan bergerak menuju ke atas permukaan bumi.
11
Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak di permukaan bumi
yang menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar
kemunculannya.Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct
discharge) seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas
(vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang
akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola
sering kali menimbulkan bunyi bising.Manifestasi permukaan juga bisa keluar
secara terdifusi seperti pada kasus tanah beruap (steaming ground) dan tanah
hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittent seperti pada
manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk
rembesan di sungai.
Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-
sistem panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming
ground, warm ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi.
Solfatara adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang
bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan
sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah
batuan yang terubahkan karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida
panas bumi.
12
merupakan endapan tipis menutupi batuan sedimen Tersier tersebut. Batuan
sedimen merupakan batuan dasar dari Formasi Rambatan dan paling tua untuk
daerah bagian selatan, berlapis baik dan berselang-seling antara batupasir, napal,
batupasir gampingan dan juga serpih. Tebal lapisan ini mencapai sekitar 300
meter.
Struktur geologi yang berkembang di daerah G. Slamet dan sekitarnya,
umumnya berupa sesar normal yang banyak dijumpai pada kelompok Slamet Tua.
Secara umum, struktur yang berkembang di daerah ini berkaitan erat dengan
kegiatan tektonik regional, dimana mempunyai pola yang hampir sama dengan
struktur sesar regional, yaitu berarah barat laut – tenggara. Struktur geologi
ditentukan berdasarkan bentuk kelurusan dan pola aliran sungai serta indikasi
lainnya terdiri dari sesar-sesar berarah utara- selatan, barat-timur, barat laut-
tenggara, serta struktur perlipatan di bagian selatan G. Slamet yang merupakan
antiklin. Jejak-jejak sesar di lapangan dijumpai berupa breksiasi, gores garis sesar,
zona hancuran, kelurusan bukit dan dan lembah, gawir yang lurus dan terjal serta
kontak tajam antara satuan batuan.
13
2.3.2 Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik diklasifikasikan berdasarkan 2 faktor, yaitu ukuran dari
fragmen penyusun dan kehadiran mineral gelas, kristal dan fragmen batuan.
Fragmen yang memiliki ukuran diameter lebih dari 32 mm disebut blocks atau
bomb. Bomb adalah gumpalan magma yang bersifat plastis ketika erupsi,
bentuknya dikontrol oleh kecepatan lontaran, viskositas dan volumenya ketika
berada di udara dan terdeformasi ketika mendarat. Blocks adalah fragmen erupsi
berupa batuan padat. Material padat atau cair memiliki ukuran antara 32 hingga 2
milimeter ketika terjadi erupsi disebut lapili. Ash adalah ejekta inkoheren yang
memiliki diameter kurang dari 2 milimeter yang tersusun dari komponen kristal,
gelas atau litik.
14
dengan campuran tersebut. Yang etrmasuk air jenis ini, yaitu Sulfat-Klorida,
Dilute Klorida-(Bikarbonat).
15
Selain itu, air yang berasal dari air laut ini juga akan mengakibatkan
komponen ion klorida pada air formasi yang mengalami pemanasan akan
meningkat. (2) Metamorphic system dimana air berasal dari pelepasan H2O
saat proses metamorfisme batuan sedimen asal laut berjalan (White et al,
1973 dalam Ellis & Mahon, 1997).
16
yang bercampur dengan air hasil kondensasi uap dan gas-gas magmatik dari
dalam gunungapi.
2. Fumarol
Fumarol adalah uap panas yang keluar melalui celah-celah dalam batuan
dan kemudian berubah menjadi uap air (steam). Fumarol yang berasosiasi
dengan sistem hidrotermal vulkanik dapat mengeluarkan uap air dengan
kecepatan >150m/s dan umumnya mengandung gas magmatik seperti HF,
HCL dan SO2. Apabila kandungan SO2 dominan, maka suhu uap air bisa
mencapai >130°C.
3. Solfatara
Solfatara adalah rekahan dalam batuan yang menyemburkan uap air yang
bercampur dengan CO2 dan H2S, kadang terdapat SO2. Disekitar lubang
rekahan tersebut diendapkan sulfur dalam jumlah yang banyak.
4. Steaming Ground
Steaming Ground terbentuk apabila uap air yang keluar sedikit jumlahnya
dan keluar melalui pori dalam tanah atau batuan. Kenampakannya berupa
uap putih dan hangat, tidak terdengar bunyi dari tekanan uap yang tinggi
seperti pada fumarol.
5. Warm Ground
Gas dan uap air yang naik ke permukaan akan menaikkan suhu di sekitar
daerah thermal area sehingga suhu di daerah tersebut akan lebih tinggi dari
sekitarnya dan juga lebih tinggi dari suhu udara dekat permukaan, dimana
suhu tersebut bisa mencapai 30o -40o.
6. Neutral Hot Spring
Merupakan mata air panas dengan pH netral atau mendekati netral (6-7).
Mata air ini diassosiasikan sebagai direct discharge fluida dari reservoir ke
permukaan bumi. Umumnya mengandung ion klorida yang tinggi sehingga
seringkali disebut air klorida. Mata air ini memiliki suhu yang tinggi
(>75oC) sehingga seringkali diselimuti oleh uap panas. Di sekitar mata air
sering dijumpai endapan silica sinter dan mineral-mineral sulfida seperti
galena, pirit, dan lain-lain.
7. Acid Hot Spring
17
Merupakan mata air panas dengan pH asam (pH<6) yang terbentuk hasil
kondensasi gas magmatik dan uap panas di dekat permukaan bumi
kemudian melarut dan bercampur dengan air meteorik.Fluida asam ini
melarutkan batuan sekitar mata air menjadi partikel-partikel kecil yang
terdiri dari silica dan lempung. Apabila partikel-partikel ini bercampur
dengan air dari mata air, maka akan membentuk mudpoolsatau mudpots.
Apabila tidak bercampur dengan air, tetapi hanya berupa uap asam panas,
maka batuan yang terdisintegrasi ini akan menyebabkan ground collapse
dan membentuk lubang besar.
8. Batuan Ubahan
Temperatur tinggi dalam lapangan panasbumi akan menyebabkan reaksi
antara fluida dengan batuan yang di lewatinya, reaksi itu mengakibatkan
terjadi perubahan susunan mineral dalam batuan tersebut atau biasa disebut
alterasi hidrotermal (Ellis, 1970).
18
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan
analisis yang meliputi analisis geologi dan geokimia. Menurut Muhammad Ali
dalam bukunya yang berjudul Metodelogi dan Aplikasi Riset Pendidikan, “Survai
pada dasarnya merupakan pemeriksaan secara teliti tentang fakta atau fenomena
perilaku dan sosial terhadap subyek dalam jumlah besar. Dalam riset pendidikan,
survai bukan semata-mata dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi,
seperti tentang pendapat atau sikap, tetapi juga untuk membuat deskripsi
komprehensif maupun untuk menjelaskan hubungan antar berbagai variabel yang
diteliti.
19
1. Morfografi
Morfografi, berasal dari dua kata yaitu morfo yang berarti bentuk dan
graphos yang berarti gambaran, sehingga memiliki arti gambaran bentuk
permukaan bumi. Aspek morfografi dilakukan dengan cara menganalisis peta
topografi, berupa pengenalan bentuk lahan, yang tampak dari tampilan kerapatan
kontur, ketinggian absolut sehingga dapat menentukan perbukitan atau dataran.
Sedangkan perubahan pola punggungan dan pola aliran bisa mengidentifikasikan
kegiatan tektonik yang ada di daerah penelitian.
Tabel 1. Klasifikasi Morfologi Van Zuidam (1985)
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara
karena berhubungan erat dengan jenis batuan, struktur geologi, kondisi erosi dan
sejarah bentuk bumi. Howard, 1967 menggambarkan beberapa tipe pola aliran
yang ditunjukkan pada gambar dan penjelasannya pada tabel. Pola pengaliran
dibagi menjadi dua, yaitu pola pengaliran dasar dan pola pengaliran modifikasi.
Pola dasar merupakan pola yang terbaca dan dapat dipisahkan dengan pola lain.
Pola pengaliran modifikasi ialah pola dengan memperlihatkan ciri pola dasar.
Sungai dapat dibagi berdasarkan tingkatan orde sungai tersebut.
20
Gambar 1. Pola Pengaliran (Zenith, 1932 dan Howard, 1967)
21
Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa-sisa
Radial erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut
sebagai pola pengaliran multi radial.
2. Morfometri
Morfometri, merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan sebagai aspek
pendukung dari morfografi dan morfogenetik sehinga klasifikasi kualitatif akan
semakin tegas dengan angka-angka yang jelas. Variasi nilai kemiringan lereng
yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi kemiringan
lereng menurut Van Zuidam (1983), sehingga diperoleh penamaan kelas
lerengnya (tabel 3). Teknik perhitungan kemiringan lerengnya dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik grid cell berukuran 3x4 cm pada peta topografi skala 1
: 25.000. Kemudian setiap kisiditarik tegak lurus kontur dan dihitung
kemiringan lerengnya dengan menggunakan persamaan berikut:
Dimana
n = jumlah kontur yang memotong diagonal jaring
Ci = interval kontur (meter)
D = diagonal grid sesuai skala
3. Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses terbentuknya permukaan bumi, seperti
bentuk lahan perbukitan atau pegunungan, bentuk lahan lembah atau bentuk lahan
pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukan permukaan bumi
tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen merupakan
proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan proses
22
kimia, sedangkan proses yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat
dari lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak belukar.
Tabel 3. Warna Morfogenesa
Struktural Ungu
Volkanik Merah
Denudasional Coklat
Laut Hijau
Aeolian Kuning
Karst Orange
23
kelanjutan ciri ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
5. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh
batasan cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.
6. Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai
alasan berakhirnya penyebaran lateral suatu satuan. Berdasarkan pasal
tersebut, kontak antar satuan batuan atau sentuh stratigrafi dapat bersifat
tajam ataupun berangsur.
3.5 Analisisi Petrografi
Analisis ini dilakukan dengan menganalisis secara mikroskopis terhadap
sayatan batuan sebagai penyusun utama dan sisipan suatu satuan batuan, yang
pada akhirnya dapat ditentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi batuan.
Penentuan nama batuan didasarkan pada beberapa klasifikasi penamaan batuan
berdarakan komposisinya. Seperti yang terlihat pada gambar :
24
Gambar 3. Klasifikasi Batuan Beku Ekstrusif
25
fracture, shear fracture, lipatan minor ataupun milonitisasi batuan. Semua
indikasi yang telah ditemukan direkonstruksikan secara bersamaan. Untuk
umurnya ditarik berdasarkan kesebandingan regional atau berdasarkan umur
satuan litologi yang dilaluinya. Struktur geologi yaitu berupa sesar dan lipatan
yang dapat dianalisis dengan klasifikasi berikut :
26
3.7 Pembuatan Peta
Peta dibuat berdasarkan data pengamatan geologi permukaan beserta
analisisnya. Peta tersebut terdiri dari beberapa peta yang merupakan modifikasi
terhadap peta dasar. Peta yang dibuat diantarannya :
a. Peta Lintasan Geologi memuat informasi tentang lokasi pengamatan serta
jalur pengamatan yang berguna dalam penentuan satuan litologi pada peta
geologi. Stasiun pengamatan dan jalur pengamatan mencirikan litologi yang
ditemui di lapangan. Lokasi pengukuran struktur geologi serta pengambilan
sampel juga dicantumkan dalam peta tersebut. Peta ini merupakan peta yang
disusun selama proses pengamatan lapangan berlangsung.
b. Peta Geomorfologi menggambarkan pembagian satuan geomorfologi daerah
penelitian. Pembagian satuan tersebut berdasarkan hasil analisis terhadap
data geomorfologi yang teramati di lapangan serta analisis terhadap pola
kontur pada peta dasar.
c. Peta Geologi menggambarkan pembagian satuan litologi daerah penelitian
beserta struktur geologi yang bekerja pada daerah penelitian. Pembagian
satuan litologi mencirikan karakteristik fisik batuan, pola sebaran, dominasi
batuan, umur satuan batuan serta batas antar satuan batuan. Struktur geologi
yang tergambar pada peta geologi merupakan hasil analisis terhadap data
pengukuran struktur geologi di lapangan.
d. Peta Potensi Geologi, memuat informasi mengenai keberadaan sumberdaya
geologi yang memiliki nilai ekonomis dan prospektif untuk dimanfaatkan
serta beberapa area yang berpotensi terkena dampak atau menimbulkan
suatu bencana geologi, seperti banjir, gerakan tanah, dan lain sebagainya.
Kedua hal tersebut merupakan cerminan dari kondisi geologi daerah
penelitian.
27
1. Analisis tipe air bertujuan untuk mengetahui tipe fluida panas bumi dan
genesa air panas bumi . Analisis ini dimulai dengan menghitung presentase
unsur Cl, SO4 dan HCO3. Perhitungan tersebut kemudian diplot dalam
diagram CL-SO4-HCO3.
[Cl]
%Cl =
[Cl]+[SO4]+[HCO3]
× 100
[SO4]
%SO4 =
[Cl]+[SO4]+[HCO3]
× 100
[HCO3]
%HCO3 =
[Cl]+[SO4]+[HCO3]
× 100
1000√[Mg]
%Mg = [Na]+10[K]+1000√[Mg] × 100
Na
28
10K 1000√Mg
29
100 Li 25 B
30
3.9 Analisis Manifestasi Panas Bumi
Analisis manifestasi dilakukan dengan menggunakan data dari perusahaan.
Analisis ini digunakan sebagai dasar dalam perhitungan nilai hilang panas alamiah
penentu potensi panas bumi. Hilang panas alamiah bertujuan untuk
memperkirakan estimasi jumlah panas yang hilang melalui mekanisme
perpindahan panas. Perhitungan dimulai dengan memasukkan nilai parameter
debit, densitas, temperatur udara dan temperatur air panas. Perhitungan ini
memnggunakan persamaan sebagai berikut :
Studi Pustaka
31
IV. JADWAL DAN LOKASI PENELITIAN
Juli Agustus
No Kegiatan M- M- M- M- M- M- M- M-
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
2 Pemetaan Geologi
Analisis Geomorfologi, Stratigrafi,
3
Struktur Geologi dan Petrografi
4 Pembuatan Peta
Analisis Geokimia Fluida Panas
5
Bumi
6 Analisis Manifestasi Panas Bumi
7 Penyusunan Laporan
32
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Andi Utama. 2008. Potensi Dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi
Indonesia. Jurnal Ilmiah MTG. 1(2)
Hilyah, Anik. 2010. Studi Gempa Mikro untuk mendeteksi Rekahan di area Panas
bumi Kamojang Kabupaten Garut. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 6(2)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2017. Potensi Panas Bumi
Indonesia. Jakarta
Mahon K, and Ellis, AJ. 1977. Chemistry and Geothermal System. Orlando.
Academic Press Inc
33
Travis, Russel B. 1955. Classification of Rocks. Colorado School of Mines 4th
edition. Colorado
34