Professional Documents
Culture Documents
1. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo, terutama
pada daerah bahu dan punggung.
2. Pemeriksaan wajah dan tengkorak dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat simetris atau tidak.
Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyebrangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari ).
Adanya cepal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada
hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura,
dan apabila menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang
akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya pendarahan yang terjadi
karena pecahnya vena ysang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam
tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak simetris.
Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan
selanjutnya adalah menilai fontanella dengan cara melakukan palpasi
menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses
penutupannya setelah usia dua bulan, dan fontanel anterior menutup saat usia 12-
18 bulan.
3. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi
gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan
menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka,
kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas
terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila
ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom
down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan
pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang
berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebral,
perdarahan konjungtifa, retina, dan lain-lain.
4. Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflex
terkejut, apabila tidak terjadi reflex, maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
5. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila
bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan
napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensevalokel yang menonjol ka naso faring, sedangkan pernapasan cuping hidung
akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak
mukosa. Apabila secret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya
penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
6. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada
mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan
reflex mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat
adanya kemungkinan kecacatan kongenital.
Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai
monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa un tuk menilai adanya pigmen pada gigi,
apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
7. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang
leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat.
Pemeriksaan nadi dapat dilakukan berssamaan dengan pemeriksaan denyut jantung
untuk mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang tidak
cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi
daripada denyut nadi.
e. Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan ccara menilai frekuensi, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan denggan ketentuan sebagaimana tertera
pada table berikut :
Pola Pernapasan Deskripsi
Dyspnea Susah napas yang ditunjukkan
dengan adanya retraksi dinding
dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat
abnormal, tapi iramanya
teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat
yang abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernapasan cepat
dalam yang bergantian dengan
periodeapnea, umumnya pada
bayi dan pada anak selama
tidur nyenyak, depresi, dan
kerusakan otak.
Kusmaul Napas dalam yang abnormal
bisa cepat, normal, atau
lambat. Paa umumnya terjadi
pada asidosis metabolik
Biot Tidak teratur, terlihat pada
kerusakan otak bagian bbawah
dan depresi pernapasan.
f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk
membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
Table suhu tubuh normal :
Usia Suhu (derajat
celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
Cara Paatologis
Amati Kulit kering pada daerah bibir, tangan, atau
kelembapan genital menunjukkan adanya dermatitis
daerah kulit kontak.
Normal :agak
kering
Normal : Kekeringan yang menyeluruh disertai adanya
membran mukosa lipatan dan membrane mukosa yang lembap
lembap menunjukkan terlalu terpapar dengan sinar
matahari dan sering mandi attau kurang gizi,
sedangkan kering pada membrane mukosa
menunjukkan adanya dehidrasi serta adanya
kedinginan menunjukkan adanya syok dan
perspirasi.
b. Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk,
dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan
kronis atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau cembung
menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan,
distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut. Normalnya rambut menutupi
semua permukaan tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan labia
sebelah dalam. Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan kuat. Rambut
yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan
gizi. Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat menunjukkan adanya malnutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara melakukan
palpasi pada daerah leher, inguinal, atau kelenjar lainnya. Apabila terjadi
pembesaran dengan diameter lebih dari 10 mm, hal ini menunjukkan kemungkinan
adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit tertentu.
d. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, tengah,
dan dalam. Pada ppemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari pemeriksaan
daun dan liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, serta posisinya.
Pemeriksaan liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop.
Pemeriksaan selanjutnya adalah membrane timpani, pemeriksaan ini dikatakan
normal apabila membrane timpani sedikit cekung dan mengilap, kemudian dilihat
juga adanya perforasi atau tidak. Berikutnya dilakukan pemeriksaan mastoid
dengan melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid, setelah itu baru
dilakukan pemeriksaan pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak
dengan bantuan alat garpatula. Pemeriksaan telinga yang spesifik untuk bayi,
misalnya pemeriksaan simetrisitas daun telinga yang khas terjadi pada bayi atau
anak yang mengalami down syndrome.
e. Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk
hidung juga untuk menentukan ada tidaknya epistaksis. Alat yang dapat digunakan
ialah rhinoskopi anterior maupun posterior.
f. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknyya trismus
yang merupakan kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau mulut
tidak sedap karena personal hygiene yang kurang, serta labioskisis dimana
kkeadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan selanjutnya adalah gusi yang dapat
ditentukan dengan melihat adanya edema atau tanda-tanda peradangan.
Pemeriksaan lidah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah terjadi kelainan
kongenital atau tidak, juga dapat diperiksa ada tidaknya tremor lidah dengan cara
menjulurkan lidah.
g. Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia; edema; serta
adanya abses, baik retrofaringeal maupun peritonsiral. Adanya edema faring
umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembap. Pada diftteri dapat
ditemukan adanya bercak putih abu-abu (pseudomembran).
h. Pemeriksaan laring
Pemeriksaan llaring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan
pernapasan. Apabila ada obstruksi pada laring, maka suarra terdengar stridor yang
disertai dengan bentuk dan suara serak. Pada pemeriksaan laring dapat digunakan
alat laringoskop, baik direk (langsung) maupun indirek (tidak langsung) dengan
mmenggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara pperlahan-lahan dengan
lidah ditarik keluar.
i. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena
jugularis dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada dan
kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat ditemukkan ada
tidaknya distensi pada vena jugularis. Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya
massa dalam leher.
Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian
kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah. Perhatikan
adanya pergerakan pada tiroid ke atas apabila pasien menelan.