You are on page 1of 12

A.

Pengertian Hukum Acara Pidana


Hukum acara pidana adalah peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara alat-alat
perlengkapan pemerintahan melaksanakan tuntunan, memperoleh keputusan pengadilan, oleh
siapa keputusan pengadilan itu harus dilaksanakan, jika ada seseorang atau kelompok orang
yang melakukan perbuatan pidana.
Hukum acara pidana memberikan petunjuk kepada aparat penegak hukum bagaimana
prosedur untuk mempertahankan hukum pidana materiil, bila ada seseorang atau sekelompok
orang yang disangka atau dituduh melanggar hukum pidana.
Hukum Acara Pidana disebut hukum Pidana Formil sedangkan Hukum Pidana disebut sebagai
Hukum Pidana Materiil. dari situ kita dapat mengetahui bahwa kedua hukum tersebut
mempunyai hubungan yang sangat erat. Hukum Acara Pidana mempunyai tugas untuk:
1. mencari dan mendapatkan kebenaran materiil
2. memperoleh keputusan oleh hakim tentang bersalah tidaknya seseorang atau sekelompok
orang yang yang disangka/didakwa melakukan perbuatan pidana
3. melaksanakan Keputusan Hakim

B. Tujuan dan Fungsi hukum Acara Pidana


Tujuan Hukum Acara Pidana sangat erat hubungannya dengan tujuan hukum Pidana, yaitu
menciptakan ketertiban,n ketentraman, kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat.
Hukum Pidana memuat tentang rincian perbuatan yang termasuk perbuatan pidana, pelaku
perbuatan pidana yang dapat dihukum, dan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelanggar hukum pidana. Sebaliknya Hukum Acara Pidana mengatur bagaimana
proses yang harus oleh aparat penegak hukum dalam rangka mempertahankan hukum pidana
materiil terhadap pelanggarnya.
Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kedua hukum tersebut saling melengkapi, karena tanpa
hukum pidana hukum acara pidana tidak dapat berungsi. Sebaliknya tanpa hukum acara
pidana, hukum pidana juga tidak dapat dijalankan.
Fungsi darai hukum acara pidana adalah mendapatkan kebenaran materiil, putusan hakim dan
pelaksanaan putusan hakim.

C. Asas-Asas Hukum Acara Pidana


Hukum Acara pidana memeliki beberapa asas;

1. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan


Dalam pasal 50 KUHAP ditentukan bahwa tersangka dan terdakwa mempunyai hak-hak:
a. Segera diberitahukan dengan jelas tentang apa yang disangkakan kepadanya pada
waktu mulai pemeriksaan (ayat(1);
b. segera perkaranya diajukan ke pengadilan oleh penunutut umum (ayat(2);
c. segera diadili oleh pengadilan (ayat(3).
Pasal 106, 107 ayat (3), 110, 138, dan 140 KUHAP menunjukkan juga keharusan tentang
cepatnya penyelesaian suatu perkara pidana.

2. Asas Praduga Tidak Bersalah


Asas ini mempunyai makna bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut,
dan diahadapkan di muka siding pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya
putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
asas ini termuat dalam undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang pokok kekuasaan
kehakiman (sekarang terdapat dalam pasal 8 undang-undang nomor 4 tahun 2004 tentang
kekuasaan kehakiman dan penjelasan umum butir 3c KUHAP.

3. Asas Oportunitas
Asas oportunitas adalah asas hukum yang memberikan wewenang kepada penuntut umum
untuk menuntut atau tidak menuntut dengan atau tanpa syarat seseorang atau korporasi yang
telah mewujudkan perbuatan pidana demi kepentingan umum. asas ini diatur pada undang-
undang nomor 5 tahun 1991.

4. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum


Asas ini mempunyai kandungan arti bahwa pengadilan sifatnya terbuka untuk umum, karena
apabila putusan hakim diucapkan dalam sidang tertutup, putusan itu tidak akan berlaku
karena dianggap tidak sah. ketentuan ini diatur dalam pasal 18 undang-undang nomor 14
tahun 1970 (pasal 19 ayat (1) undang-undang nomor 4 tahun 2004) dan pasal 195 KUHAP.
Pasal-pasal rersebut menentukan bahwa: “semua putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan
hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

5. Asas Semua orang Diperlakukan Sama di Depan Hakim


Maksud asas ini adalah bahwa didepan pengadilan kedudukan semua orang sama maka
mereka harus diperlakukan sama. ketentuan tentang asas tersebut terdapat dalam pasal 19
ayat (1) undang-undang nomor 4 tahun 2004) menentukan bahwa Pengadilan mengadili
menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.

6. Asas Peradilan dilakukan oleh Hakim karena Jabatannya dan Tetap


Asas ini menandaskan bahwa putusan tentang salah atau tidaknya perbuatan terdakwa
dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan bersifat tetap. Maksudnya hakim-hakim itu
diangkat oleh kepala Negara sebagai hakim tetap.

7. Asas Tersangka dan Terdakwa berhak Mendapat bantuan Hukum


Asas ini diatur dalam pasal 69-74 KUHAP. dalam pasal tersebut tersangka/terdakwa mendapat
kebebasan yang sangat luas misalnya:
a. bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka ditangkap atau ditahan;
b. bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat pemeriksaan;
c. penasehat hukum dapat menghubungi tersangka/terdakwa pada semua tingkat pemeriksaan
setiap waktu;
d. penasehat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka/terdakwa.

8. Asas Akusator dan Inkisitor


KUHAP secara tegas menganut asas akusator. hal ini dapat dilihat adanya kebebasan yang
diberikan kepada tersangka/terdakwa, khususnya untuk mendapat bantuan hukum. Dengan
diberinya bantuan hukum pada si tersangka/terdakwa pada semua tingkat pemerikasaan
berarti KUHAP tidak lagi membedakan status tersangka/terdakwa pada pemeriksaan
pendahuluan dan di depan sidang pengadilan.
Asas akusator memberikan kedudukan sama pada tersangka/terdakwa terhadap penyidik
atau penuntut umum ataupun hakim. lain halnya dengan asas inkisitor yang menjadikan si
tersangka objek dalam pemerikasaan pendahuluan, pada saat itu tersangka hanya dijadikan
alat bukti, karena biasanya diharapkan pengakuannya.

9. Asas Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan dengan Lisan


Asas ini menandaskan bahwa pemeriksaan sidang pengadilan dilakukan oleh hakim
secara lisan dan langsung terhadap terdakwa maupun para saksi.

D. Pihak-Pihak dalam Hukum Acara Pidana


1. Tersangka dan Terdakwa
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku perbuatan pidana (Pasal 1 butir 14
KUHAP). terdakwa adalah seseorang yang dituntut, diperiksa, dan diadili di sidang
pengadilan (Pasal 1 butir 15 KUHAP)
2. Penuntut Umum (Jaksa)
Penuntut umum adalah lembaga yang baru ada setelah HIR berlaku. Sebelum itu belum
ada penuntut umum, yang ada adalah magistrate yang masih berada dibawah residen atau
asisten residen. Tetapi setelah HIR berlaku, penuntut umum ada dan berdiri sendiri dibawah
procureur general.
3. Penyidik dan Penyelidik
Penyidik adalah pejabat polisi Negara RI atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan (butir 1
Pasal 1 KUHAP). Penyelidik adalah pejabat polisiNegara RI yang diberi wewenang oleh
undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan (butir 4 pasal 1 KUHAP).
4. Penasihat Hukum
Penasihat Hukum adalah seseorang yang membantu tersangka atau terdakwa sebagai
pendamping dalam pemeriksaan.

E. Proses Pelaksanaan Acara Pidana


1. Pemeriksaan Pendahuluan
Adalah tindakan penyidikan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang disangka
melakukan perbuatan pidana.

2. Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan


Pemeriksaan dalam sidang pengadilan terjadi setelah ada penuntutan dari jaksa atau
penuntut umum.

3. Putusan Hakim Pidana


Setelah pemeriksaan dalam sidang pengadilan selesai, hakim memutuskan perkara yang
diperiksa itu. Putusan pengadilan atau putusan hakim dapat berupa hal-hal berikut:
a. Putusan bebas bagi terdakwa (pasal 191 ayat (1) KUHAP)
b. Pelepasan terdakwa dari segala tuntunan (pasal 191 ayat (2) KUHAP).
c. Penghukuman terdakwa (pasal 193 (1) KUHAP).
Putusan hakim harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum (pasal 195 KUHAP).
4. Upaya Hukum
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk menolak putusan
pengadilan, dengan tujuan untuk memperrbaiki kesalahan yang dibuat oleh instansi
sebelumnya atau untuk kesatuan dalam peradilan.

5. Pelaksanaan Putusan Pengadilan


Menurut ketentuan pasal 14 huruf f KUHAP, penuntut umum berwenang untuk
melaksanakan putusan hakim. sejalan dengan ketentuan tersebut, pasal 270 KUHAP
menentukan bahwa jaksa atau penuntut umum adalah pelaksana putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

6. Alat-alat bukti Perkara Pidana


Mengenai alat-alat bukti dalam perkara pidana diatur dalam pasal 184 KUHAP. pasal
tersebut menentukan bahwa alat-alat bukti dalam perkara pidana adalah;
a. keterangan saksi
b. keterangan ahli
c. surat
d. petunjuk
e. keterangan terdakwa
f. novum (bukti-bukti baru, dalam pengajuan PK, dan kasus aktual
HUBUNGAN HUKUM ACARA
PIDANA DAN HUKUM PIDANA
Hubungan Hukum Acara Pidana Dan Hukum Pidana
Nurmaya
Mahasiswi Program Strata -1 Fakultas Hukum
Universitas Pancasila
Hubungan hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan pasangan yang tidak dapat
dipisahkan dan mempunyai hubungan yang erat bagai dua sisi mata uang. Keduanya saling
melengkapi sehingga jika salah satu tidak ada, lainnya tidak akan berarti. Apabila hukum
acara pidana tidak ada, hukum pidana tidak dapat dilaksanakan danakan menjadi hukum yang
mati karena tidak ada pedoman dan perangkat lainnya yang dapat
melaksanakannya.Demikian pula hukum acara pidana tidak dapat berbuat banyak dan
menjadi hukum yang tertidur. Jika tidak ada hukum pidana, berarti tidak ada orang yang
melakukan perbuatan pidana, berarti tidak ada orang yang diproses oleh hukum acara pidana.
______________________

Asas-asas Hukum Acara Pidana :


1. Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan ~ asas yang menghendaki agar peradilan
dilakukan dengan cepat, artinya dalam melaksanakan peradilan diharapkan dapat diselesaikan
dengan sesegera mengkin dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sederhana
mengandung pengertian bahwa dalam menyelenggarakan peradilan dilakukan dengan simple,
singkat, dan tidak berbelit-belit. Biaya murah berarti penyelenggaraan peradilan ditekan
sedemikian rupa agar terjangkau oleh pencari keadilan, menghindari pemborosan, dan
tindakan bermewah-mewahan yang hanya dapat dinikmati oleh yang beruang saja.
2. Praduga tak bersalah (presumtion of innocence)~ Adalah asas yang menyatakan, bahwa
seorang (terdakwa) berhak untuk dianggap tidak bersalah sampai ada putusan pengadilan
yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap (Penjelasan Umum
KUHAP angka 3 huruf c).
3. Perlakuan yang sama didepan hukum (Equality before the law)~ asas yang menyatakan,
bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama didepan hukum. Kerena itu, setiap
orang harus diperlakukan sama, memperoleh hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada pilih
kasih atau tidak pandang bulu, satu sama lain mendapat perlakuan yang sama.
4. Pengadilan terbuka untuk umum kecuali diatur UU~ setiap sidang yang dilaksanakan
harus dapat disaksikan oleh umum. Pengunjung bebas melihat dan mendengar langsung
jalannya persidangan, tidak ada larangan menghadiri persidangan sepanjang tidak menganggu
jalannya persidangan itu.
5. Asas Legalitas dan Oportunitas (sebagai pengecualian)~ Asas legalitas adalah asas yang
menghendaki bahwa penuntut umum wajib menuntut semua perkara pidana yang terjadi
tanpa memandang siapa dan bagaimana keadaan pelakunya ke muka siding pengadilan. Asas
opportunitasadalah memberikan wewenang kepada penuntut umum untuk menuntut atau
tidak menuntut seseorang atau suatu badan yang telah melakukan tindak pidana demi
kepentingan umum.
6. Sidang pengadilan secara langsung dan lisan.
7. Asas Akusatoir bukan Inkusatoir (pelaku sebagai subjek bukan objek)
8. Tersangka/ terdakwa wajib mendapatkan bantuan hukum
9. Pengadilan yang adil dan tidak memihak (Fair Trial)
10. Peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap
11. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan dengan perintah tertulis
12. Ganti rugi dan rehabilitasi
13. Persidangan dengan hadirnya terdakwa
________________________

Fungsi dan wewenang penyelidik dan penyidik


1. Penyelidik
Penyelidik ~ setiap pejabat polisi negara RI
Fungsi – Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan kepada
penyidik.
Wewenang:
Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
2. Mencari keterangan dan barang bukti.
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal
diri.
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan.
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat.
3. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
1. Penyidik
Penyidik ~ pejabat POLRI dan pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
Undang-undang.
Fungsi – mencari serta mengumpulkan bukti, degan bukti itu membuat terang tindak pidana
yang terjadi, menemukan tersangka.
Wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
9. Mengadakan penghentian penyidikan.
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
__________________________

Laporan Dan Pengaduan Tindak Pidana


1. Laporan
Laporan ~ Pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak dan kewajibannya
berdasarkan UU kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa pidana
Hak menyampikan laporan ~ Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau
korban peristiwa/tindak pidana.

Kewajiban menyampaikan laporan :


 Setiap orang yang mengetahui pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap
ketentuan umum/jiwa/hak milik
 Setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang mengetahui terjadinya
tindak pidana
Cara mengajukan laporan :
 Lisan
 Tertulis
1. Pengaduan
Pengaduan ~ Pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan
tindak pidana aduan yang merugikan.
Tindak Pidana aduan :
1. Tindak Pidana Aduan Absolut= Murni Tindak Pidana, Contoh : Pencemaran nama baik
2. Tindak Pidana Aduan Relatif= Biasa Tindak Pidana, Contoh : Pencurian dilingkungan
keluarga
3. Perbedaan Laporan Dan Pengaduan
5 (lima) perbedaan laporan dan pengaduan adalah :

1. Isinya
Laporan : Pemberitahuan telah/ sedang/ akan terjadinya tindak pidana.

Pengaduan : Pemberitahuan disertai permintaan agar orang yang telah melakukan tindak
pidana aduan diambil tindakan menurut hukum.

2. Jenis tindak pidana


Laporan : Semua jenis tindak pidana.

Pengaduan : Hanya yang tergolong tindak pidana aduan

3. Waktu mengajukan
Laporan : Sembarang waktu

Pengaduan : Tenggang waktunya ditentukan.

4. Yang berhak mengajukan


Laporan : Setiap orang.

Pengaduan : Orang-orang tertentu.

5. Proses tindakannya
Laporan : Tidak dapat dicabut kembali, prosesnya menjadi wewenang pihak
berwajib.

Pengaduan : Dapat dicabut kembali, prosesnya dilanjutkan/ tidak diserahkan kepada


pengadu.

________________________
Penahanan
Penahanan ~ penempatan tersangka/terdakwa ditempat tertentu menurut cara yang diatur
dalam undang-undang.
Penahanan dapat dilakukan pada setiap tingkatan – penyidikan, penuntutan, maupun
pemeriksaan pengadilan.
Syarat-syarat seseorang tersangka/terdakwa dapat dilakukan penahanan (Pasal 21
ayat 4 KUHAP) :
1. Penahanan dapat dilakukan terhadap tersangka/terdakwa yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti yang cukup dengan kekhawatiran
tersangka/terdakwa akan melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti, dan atau
mengulangi tindak pidana.
2. Tindak pidana yang dilakukan ialah diancam dengan pidana penjara lima tahun/lebih,
meskipun diancam pidana kurang dari lima tahun tetapi yang ditentukan dalam Pasal 282 (3),
296, 335 (1), 351 (1), 372, 378, 379a, 453, 454, 455, 459, 480, dan 509 KUHAP.
Penyelidik – tidak diberikan kewenangan untuk melakukan penahanaan karena pejabat yang
diberi kewenangan oleh undang-undang untuk melakukan penahanaan yaitu, penyidik atau
penyidik pembantu, penuntut umum, dan hakim. Sedangkan penyelidik hanya diberi
wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan.
Jenis-jenis penahanaan:
1. Penahanan rumah, yaitu penahanaan yang dilakukan di rumah tempat tinggal ataau rumah
kediaman tersangka atau terdakwa dengan diadakan
pengawasan terhadapanya untuk menghindari segala sesuatu yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan (Pasal 22 ayat
2 KUHAP).
2. Penahanaan kota, yaitu penahanaan yang dilakukan di kota tempat tinggal atau tempat-
tempat kediaman tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa
untuk melaporkan diri pada waktu yang ditentukan (Pasal 22 ayat 3 KUHAP).
3. Penahanan rumah tahanan negara (RUTAN), yaitu diatur di dalam Peraturan Pemerintah
RI No.27 Tahun 1983.
Hubungan antara putusan pidana yang dijatuhkan dengan masa tahanan yang
sudah dijalani :
Hubungan antara putusan pidana yang dijatuhkan dengan masa tahanan yang dijalani adalah
dimana masa tahanan yang telah dijalani nantinya akan dikurangkan seluruhnya dari
hukuman pidana yang dijatuhkan (Pasal 22 ayat (4) KUHAP).

Menurut ayat (5) dari passal diatas, bahwa untuk penahanan kota pengurangannya 1/5 dari
jumlah lamanya waktu penahanan, sedangkan untuk
penahanan rumah pengurangannya menjadi 1/3 dari jumlah lamanya waktu penahanan
rumah.

_______________________
Acara Pemeriksaan Dalam Sidang Pengadilan Perkara Pidana
Pemeriksaan perkara pidana di sidang pengadilan dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
acara pemeriksaan perkara, yaitu:

 Acara pemeriksaan biasa.


 Acara pemeriksaan singkat.
 Acara pemeriksaan cepat.
Perbedaan acara pemeriksaan biasa, singkat dan cepat:
Sifat/ jenis perkara.
 Acara Pemeriksaan Biasa ~ Pembuktian dan penerapan hukumannya biasa. Sifatnya tidak
sederhana.
 Acara Pemeriksaan Singkat ~ Pembuktian dan penerapan hukumannya mudah. Sifatnya
sederhana.
 Acara Pemeriksaan Cepat ~ untuk tindak pidana ringan seperti ancaman pidana max 3bulan/
denda Rp 7500. Penghinaan ringan; dan untuk pelanggaran lalu lintas seperti pelanggaran
lalu lintas jalan raya
Cara mengajukan.
 Acara Pemeriksaan Biasa ~ Surat pelimpahan. Surat dakwaan dibuat JPU.
 Acara Pemeriksaan Singkat ~ Pemberitahuan lisan oleh JPU tentang dakwaannya.
 Acara Pemeringsaan Cepat ~ untuk tindak pidana ringan penyidik atas kuasa JPU langsung
kirim ke pengadilan dan untuk Pelanggaran lalu lintas penyidik langsung kirimkan catatan
pelanggaran ke pengadilan.
Putusan Hakim.
 Acara Pemeriksaan Biasa ~ dibuat tersendiri menurut ketentuan, dan diucapkan dengan
hadirnya terdakwa.
 Acara Pemeriksaan Singkat ~ tidak dibuat secara khusus, hanya dicatat dalam berita acara
sidang, dan diucapkan dengan hadirnya terdakwa.
 Acara Pemeriksaan Cepat ~ untuk tindak pidana ringan tidak dibuat khusus, dicatat dalam
daftar perkara, dan diucapkan didepan terdakwa dan untuk pelanggaran lalu lintas tidak
dibuat khusus, dicatat dalam daftar perkara, dan dapat diluar hadirnya terdakwa.
Makna peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan menurut ~ dalam melaksanakan
peradilan hendaknya proses penyelesaian perkara ditanggani dengan cepat, tidak membuang-
buang waktu kalau bisa sesegera mungkin, dan dalam penyelenggaraan peradilan hendaknya
dilakukan dengan sederhana, singkat tidak berbelit-belit, karena kalau dibiarkan berlarut-larut
akan terjadi pemborosan biaya dan itu menyebabkan kesulitan bagi pihak pencari keadilan
yang kurang mampu, maka makna biaya ringan adalah penekanan biaya sedemikian rupa
untuk dimanfaatkan semaksimal dan seefektif mungkin.
______________________

Surat Dakwaan
Surat dakwaan ~ suatu surat/akta yang memuat suatu perumusan tindak pidana yang
didakwakan yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan
(penyidikan) yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan.
Fungsi dan manfaat surat dakwaan :
1. Bagi Pengadilan/Hakim, surat dakwaan merupakan dasar dan
sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam penjatuhan
keputusan.
2. Bagi Penuntut Umum, surat dakwaan merupakan dasar pembuktian analisis yuridis, tuntutan
pidana dan penggunaan upaya hukum.
3. Bagi terdakwa/Penasehat Hukum, surat dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan
pembelaan.
Surat dakwaan harus memuat mengenai tempat tindak pidanan yang dilakukan (locus
delicti) dan waktu pidanan dilakukan (tempat delicti) guna mengungkapkan tempat dan
waktu dilakukannya tindak pidana untuk memberikan keyakinan tentang terjadinya suatu
tindak pidana dan untuk dapat dijadikan ukuran jika adanya alibi atau dalih pengingkaran dari
pelaku.
Macam-macam surat dakwaan, yaitu:
1. Dakwaan tunggal ~ dakwaan yang ditujukan kepada seorang terdakwa/ lebih yang didakwa
melakukan perbuatan yang termasuk dalam perumusan satu delik/satu perbuatan saja.
Contoh: didakwa melakukan pemerkosaan (Ps.285 KUHP).
2. Dakwaan alternatif ~ apabila beberapa tindak pidana yang didakwakan di
dalam surat dakwaan secara alternatif dapat menghasilkan kualifikasi-kualifikasi yang
berbeda.
Contoh:

 Primair : Pencurian (362 KUHP)


 Subsidair : Pengelapan (372 KUHP)
 Lebih subsidair : Penipuan (378 KUHP)
 Dst……
3. Dakwaan subsidair ~ surat dakwaan ini pertama-tama menguraikan suatu tindak pidana
yang ancaman pidana yang lebih ringan dengan tujuan menjaga kemungkinan tidak
terbuktinya dakwaan pertama dalam bagian primair.
Contoh:

 Primair = 348 KUHP = 5th 6 bln


 Subsidair = 299 KUHP = 4th
4. Dakwaan kumulatif. ~ dakwaan terhadap terdakwa karena melakukan beberapa perbuatan
yang tidak ada hubungannya satu sama lain/ beberapa perbuatan yang berdiri sendiri.
Contoh:

 Pertama : Pencurian (362 KUHP)


 Kedua : Penipuan (378 KUHP)
 Ketiga : Pemerasan (368 KUHP)
 Keempat : Pembunuhan (338 KUHP)
_________________________

Exceptie
Exceptie/eksepsi (nota keberatan) ~ bantahan/sanggahan berkenaan di luar pokok perkara
yang dipersoalkan oleh Pemohon/Penggugat di pengadilan.
_______________
Pembuktian
Pembuktian ~ suatu upaya mendapatkan keterangan-keterangan melalui alat-alat bukti dan
barang bukti guna memperoleh suatu keyakinan atas benar tidaknya perbuatan pidana yang
didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa.
Alat-alat bukti yang sah, yaitu:
 Keterangan saksi ~ salah satu bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar, lihat, dan alami sendiri dengan menyebut
alasan dari pengetahuannya itu (Ps.1 butir 27 KUHAP).
 Keterangan ahli ~ keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus hal
yang diperlukan untuk membuat tentang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
(Ps.1 butir 28 KUHAP).
 Alat bukti surat ~ Menurut Ps.187 KUHAP, surat yang dapat dinilai sebagai alat bukti yang
sah adalah yang dibuat atas sumpah jabatan atau yang dikuatkan dengan sumpah.
 Alat bukti petunjuk ~ perbuatan, kejadian, atau keadaan yang mempunyai persuaian antara
yang satu dan yang lain atau dengan tindak pidana itu sendiri yang menunjukkan dengan
adanya suatu tindak pidana dan seorang pelakunya (Ps. 188 ayat (2) UU No.8 Tahun 1981 ttg
Hukum Acara Pidana).
 Alat bukti keterangan terdakwa ~ apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan
yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri (Ps. 189 ayat (1) KUHAP).
______________

Requisitoir
Requisitoir (surat tuntutan pidana) ~ suatu pembuktian tentang terbukti atau
tidaknya surat dakwaan.
________________

Fleidooi
Fleidoi(nota pembelaan) ~ upaya terakhir dari terdakwa atau pembela terdakwa dalam
mempertahankan hak-hak hukum yang dimilikinya, sebelum majelis hakim menjatuhkan
putusan dalam sebuah perkara pidana. Nota pembelaan ini bisa dibuat dan disampaikan
secara mandiri oleh terdakwa atau diwakilkan kepada penasihat hukumnya.
_________________

Putusan Pengadilan
Putusan pengadilan ~ peryataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka,
yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal
serta menurut cara yang diatur dalam uu hukum acara pidana.
Putusan Pengadialan

Macam-macam isi putusan pengadilan (Ps. 191 KUHAP) yaitu:


1. Putusan bebas dari segala tuduhan hukum.~ putusan pengadilan yang dijatuhkan kepada
terdakwa karena dari hasil pemeriksaan sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.~ putusan yang dijatuhkan kepada terdakwa
yang setelah melalui pemeriksaan ternyata menurut pendapat pengadilan, perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan
pidana.
3. Putusan yang mengandung pemidanaan.~ putusan yang membebankan suatu pidana
kepada terdakwa karena perbuatan yang didakwakan terbukti secara sah dan menyakinkan
bahwa terdakwa bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan itu.
__________________

Upaya Hukum
Upaya hukum ~ hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak pidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
uu.
1. Upaya hukum biasa
 banding ~ hak terdakwa atau penuntut umum untuk “menolak putusan” pengadilan dengan
tujuan untuk meminta pemeriksaan ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi, serta untuk
menguji ketepatan penerapan hukum dari putusan pengadilan tingkat pertama. Memori
banding bukan merupakan kewajiban/keharusan bagi pemohon banding untuk membuatnya,
karena hanya berupa hak semata, jika tidak disertakan dalam permohonan
tidak akan berakibat ditolaknya permohonan banding.
 kasasi ~ hak yang diberikan kepada terdakwa dan penuntut umum untuk meminta kepada
MA agar dilakukan pemeriksaan terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada
pengadilan tingkat bawahnya. Memori kasasi bagi pemohon wajib mengajukan atau
menyampaikan memori kasasi, tidak memenuhi kasasi ditolak.
1. Upaya Hukum Luar Biasa
 kasasi demi kepentingan hukum ~ salah satu upaya hukum luar biasa yang diajukan
terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari putusan
pengadilan selain putusan MA.
 Peninjauan kemali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap ~ suatu upaya hukum yang dipakai untuk memperoleh penarikan kembali atau
perubahan terhadap putusan hakim yang pada umumnya tidak dapat diganggu gugat lagi.
Alasan mengajukan upaya hukum peninjauan kembali untuk mendapatkan suatu kepastian
hukum guna memberikan kesempatan kepada para pihak dalam suatu perkara untuk
mengajukan permohonan agar putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap
dapat diperbaiki.
__________________
Praperadilan
Contoh alasan permohonan permintaan praperadilan :

 Pemanggilan tidak sah.


 Tidak benar tembusan surat perintah penahanan telah diterimakan kepada keluarganya.
Yang berhak memohonkan permintaan praperadilan :
 Tersangka, keluarganya, atau kuasa hukumnya.
 Penyidik atau penuntut umum.
 Pihak ketiga yang berkepentingan.

You might also like