You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panca indera adalah organ akhir yang dikhusukan untuk menerima
jenis rangsangan tertentu. Sistem indera, memerlukan bantuan sistem saraf
yang menghubungkan badan indera dengan sistem saraf pusat, organ indera
adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun
dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui
serabut saraf ke pusat susunan saraf.
Sebagian besar gangguan mata disebabkan oleh kelainan fungsional
dan fisik dari beberapa bagian mata atau tambahnya. Karena itu,dalam usaha
mengerti fungsi yang abnormal di perlukan pengertian akan struktur normal
dari fungsi mata.
Pengendalian mata berbeda pada bayi, pada saat lahir mata beroprasi
seperti kamera dengan fokus yang terfiksasi dan tidak terjadi akomodasi lensa
bagi sasaran yang terdapat pada jarak yang berbeda-beda. Jarak 20 cm tampak
merupakan jarak fokal yang ideal. Keadaan ini menetap selama beberapa
minggu paertama kehidupan.
Keruksakan pengendalian penglihatan mengacu pada kehilangan
penglihatan yang tidak dapat di perbaiki dengan lensa yang biasa di resepkan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai gangguan
penglihatan.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan mekalah ini adalah:
1. Mengetahui gangguan sistem penglihatan pada anak
2. sebagai media untuk melakukan pembelajaran mandiri tentang pemberian
Asuhan Keperawatan pada anak dengan disfungsi sensorik gangguan
penglihatan
3. untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak

1
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dalam III bab, diantaranya terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan
BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri dari konsep dasar dan asuhan keperawatan
anak dengan gangguan penglihatan
BAB III : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Cacat Penglihatan
a. Kesalahan Refraksi
Keadaan ini timbul jika berkas cahaya yang sejajar tidak jatuh
berfokus pada retina ketika muskulus siliaris dalam keadaan istiirahat.
1) Hipermetropia (melihat jauh)
Bayangan dari objek yang jauh berfokus di belakang retina karena
panjang sumbu mata terlalu pendek. Hal ini dapat juga disebabkan
insufisiensi kurvatura kornea dan lensa. Sebagian besar bayi
hipermetropik saat lahir dan hanya secara berangsur-angsur
mengalami perkembangan refraksi yang norma. Hipermetropia
yang abnormal dapat menimbulkan strabismus konvengen (juling).
Hipermetropia dapat dikoreksi demmgan lensa konveks (cembung)
yang meningkatkan konvergensi berkas cahaya yang jatuh pada
jatuh pada retina.
2) Miopia (melihat dekat)
Bayangan dari objek yang jauh jatuh pada suatu fokus di depan
retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penglihatan kurvatura kornea
dan lensa, tetapi lebih sering disebabkan oleha mata yang besarnya
abnorma. Miopia merupakan kelainan perkembangan yang menjadi
progresif selama tahun-tahun pertumbuhan badan. Bahaya dari
peningkatan ukuran adalah timbulnya peregangan dan bercak
degeneari pada retina. Penglihatan buruk dan dapat dikoreksi
dengan lensa konkaf (cekung) yang menimbulkan divergensi dari
berkas sinar yang masuk.

3
3) Astigmatisme
Pada kondisi ini daya refraksi berbeda pada kurvatura kornea yang
berbeda. Juga dapat mengenai lensa. Fokus untuk berkas sinar
yang horizontal berbeda dari berkas sinar vertikal.
4) Strabismus dan ambliopia (juling)
Pada keadaan ini, sumbu penglihatan dari salah satu mata tidak
diarahkan pada objek yang diamati mata yang lain (mata normal).
Kondisi ini ditemukan pada sekitar 2 persen anak-anak. Jika
keadaan juling “ke dalam”, juling adalah konvengen; jika “keluar”,
juling adalah divergen.
b. Retinoblastoma
Ini merupakan satu-satunya tumor ganas yang terjadi pada mata di
masa kanak-kanak dan berkembang dalam beberapa tahun pertama
kehidupan. Tetapi terdiri dari enukleasi mata yang terkena dengan
pengangkatan sebanyak mungkin nervus optikus tetapi, jika
diddiagnosa secara dini, maka radioterapi efektif untuk terapi.

2. Gangguan Lensa
a) Katarak
Istilah ini digunakan untuk lensa yang keruh secara keseluruhan atau
sebagian. Lensa dapat terlihat sebagai daeratrah yang putih atau abu-
abu. Keseluruhan disebabkan oleh degenerasi protein lensa dan, pada
beberapa kasus oleh klasifikasi. Dikenal 5 jenis katarak dan empat
jenis ditemukan pada anak-anak.
(1) Katarak Perkembangan. Katarak ini ditemukan saat lahir atau
berkembang dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Katarak ini
dapat herediter dan dapat diwariskan secara autiosomal dominan.
(2) Jenis sekunder seringkali berkaitan dengan penyakit mata atau
sistemik yang terdapat secara bersamaan, misalnya rubela yang
dapat terjadi pada bayi yang ibunya menderita rubella selama tiga
bulan pertama kehamilan.

4
(3) Katarak galaktosemia merupakan kesalahan metabolisme bawaan.
Bersifat reversibel jika diterapi, tetapi jika terjadi perkembangan
kekurahan lensa yang lengkap, maka pembedahan merupakan cara
yang efektif.
(4) Katarak diabetika jarang pada anak-anak. Pada stadium awal
kekeruhan lensa reversibel tetapi jika kekeruhan lengkap,
pembedahan merupakan terapi efektif.
(5) Katarak tetani (disebabkan oleh penurunan konsentrasi ion
kalsium). Keadaan ini tidak reversibel tetapi dapat dihambat
dengan terapi sistemik.
b) Konjungtivitis
Inflamasi mata merupakan keadaan yang terjadi disebabkan
oleh berbagai bakteria, seringkali berkaitan dengan pilek. Sebab lain
adalah iritasi akibat debu, asap dan cahaya yang kuat.
c) Optalmia neonatorium
Merupakan konjungtiva purulenta yang terjadi pada neonatus. Jika
didapat dari jalan lahir yang terinfeksi selama persalinan bayi.
Organisme penyebab biasanya gonokokus dan kemungkinan
ditemukan pada beberapa kasus, tetapi dewasa ini juga disebabkan
oleh mikroorganisme lain seperti stafilokokus, pneumokokus atau
virus.

3. Penyakit Kelopak Mata


Kelopak mata merupakan modifikasi limpatan empat lapisan: kulit, otot,
jaringan fibrosa dan konjungtiva. Inflamasi kelopak mata disebut
belfaritis. Jenis yang ulseratif disebabkan oleh infeksi bakteri, biasanya
stafilokokus, mengenai folikel rambut dan glandula meibomian. Jenis lain
termask blefaraitis seboreik dan non ulseratif.

5
a. Kalazion atau kista meibomian
Keadaan ini biasanya merupakan suatu infeksi yang kronis dari
glandula meiomian dalam lempeng tarsal di mana duktusnya tersumbat
dan sekresi duktus tertahan. Glandula membengkak secara lambat
hingga menjadi jelas dan mengubah bentuk alis mata.
b. Hordeolum eksternum (stye)
Ini merupakan infeksi yang akut melibatkan folikel dari suatu bulu
mata. Biasanya disebabkan oleh stafilokokus.

B. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Penglihatan


1. Pengkajian
Pengkajian fisik dilakukan dengan penekanan khusus pada pengkajian
mata.
a. Data Subjektif
- Dengan mendapatkan riwayat kesehatan terutama yang
berhubungan/cedera yang mungkin berperan pada kerusakan
penglihatan termasuk riwayat pranatal.
- Riwayat kelurga untuk penyebab defek dengan predisposisi
hereditas yang diketahui.
- Tekankan pada orasng tua tentang pentingnya pemeriksaan mata
periode yang kontinue, karena penglihatan mata anak dapat
berubah secara signifikan dalam waktu singkat.
b. Data Objektif
- Lakukan pengkajian fisik khususnya pada pengkajian mata
- Mengkaji respon neonatis pada saat lahir terhadap rangsang
penglihatan.
- Uji ketajaman penglihatan segera setelah anak dapat bekerja sama.
- Observasi adanya tanda-tanda atau perilaku yang menunjukkan
masalah mata.
- Observasi mata untuk adanya manifestasi kerusakan penglihatan

6
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditentukan dari hasil analisis data klien.
Diagnosa keperawatan untuk klien dengan gangguan penglihatan dapat
mencakup.
a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
perusahan sensori/persepsi (penglihatan)
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan adanya diagnosa
kebutaan pada anak.
c. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan,
ketidakpatuhan terhadap rencana terapeutik.

3. Intervesi
a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
perusahan sensori/persepsi (penglihatan)
Intervensi Rasional
- Berikan aktivitas - Untuk
visual-motorik untuk bayi meningkatkan perkembangan
(duduk di kursi atau ayunan, yang optimal.
memegang kepala, berdiri,
merangkak, menggenggam
objek).
- Masukan anak - Untuk mempelajari
dalam program khusus untuk keterampilan mandiri,
tuna netra sesegara mungkin. membaca, dan menulis Braille,
dan keterampilan navigasi
(metode tongkat, bimbingan
sinar, anjing penuntun)
- Diskusikan - Untuk mendorong
kebutuhan untuk mencoba kemandirian tanpa menurunkan
bermain aktif dalam keamanan
lingkungan yang aman

7
bersama anak-anak yang lain.

Hasil yang diharapkan:


- bayi atau anak mengikuti aktivits yang sesuai dengan tingkat
perkembangan
- anak menunjukan sikap dan rasa aman dalam lingkungan

b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan adanya diagnosa


kebutaan pada anak.
Intervensi Rasional
- Antisipasi reaksi - Sebagai bagian dari
berduka penyesuaian diri terhadap
kehilangan.
- Untuk mendorong
- Bantu keluarga rasa pengharapan
meningkatkan konsep realistris
tentang ketidakmampuan - Untuk
kemampuan. meningkatkan perkembangan
- Dorong rehabilitasi anak yang optimal.
formal segera setelah terbentuk
harapan yang realistis
Hasil yang diharapkan:
- Orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka
mengenai kehilangan penglihatan.

c. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan,


ketidakpatuhan terhadap rencana terapeutik.
Intervensi Rasional
- Berikan perawatan - Untuk mencegah
mata profilaktik pada saat lahir oftalmia neonatorium
- Berikan perawatan - Untuk mencegah
prenatal yang adekuat prematuritas
- Berikan oksigen
dengan hati-hati pada bayi - Untuk mencegah

8
prematur retinopati prematuritas
hasil yang diharapkan:
- Anak yang sehat tidak mengalami defek penglihatan
- Anak di imunisasi dengan tepat
- Anak mematuhi tindakan untuk mencegah keruksakan penglihatan
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan mata disebabkan oleh kelainan fungsional dan fisik dari


beberapa bagian mata. Selain itu catat penglihatan, diakibatkan karena adanya
kesalahan refraksi atau retinoblastoma yang terjadi pada mata di masa kanak-
kanak.
Selain gangguan mata juga dapat terjadi gangguan pada lensa dan penyakit
mata.
Hal yang perlu di kaji dalam gangguan penglihatan yaitu dengan
pengkajian fisik, riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan uji respon neonatus
pada saat lahir juga dengan menguji ketajaman penglihatan.

You might also like