You are on page 1of 6

LOGIKA “IF – THEN ” DALAM PERHITUNGAN POIN PENILAIN SAPM

Oleh : Ahmad Satiri*

PENDAHULUAN

Program Sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu (SAPM) yang digadang Direktorat


Jenderal Badan Peradilan Agama telah memperoleh hasil yang nyata. Melalui surat
bernomor 4093/DjA/HM.01.1/11/2017 tertanggal 21 November 2017 telah diumumkan
beberapa satuan kerja yang mendapat klasifikasi A excellent dan B (baik).
Program SAPM semula bernama SMM kemudian bermetamorfosa menjadi SAPM.
Akreditasi Penjaminan Mutu Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iah merupakan suatu
bentuk pengakuan pemerintah terhadap Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iah setelah
memenuhi kriteria penilaian Akreditasi Penjaminan Mutu sesuai dengan standar
Akreditasi Penjaminan Mutu yang berlaku berdasarkan rekomendasi assessor pada
pelaksanaan assessmen Akreditasi Penjaminan Mutu di lapangan.1
Pelaksanaan program ini mendapat respon yang luar biasa dari berbagai kalangan
pengadilan agama, terbukti dengan terwujudnya perolehan kategori A Excellent yang
mendominasi raihan penilaian akreditasi dari seluruhan kontestan akreditasi. Artinya,
dengan waktu yang relatif singkat, sekira Agustus sampai dengan Nopember (hanya 3
bulan), pelaksanaan akreditasi telah memperoleh hasil yang amat menggembirakan.
Penulis sendiri merasakan atmosfir semangat yang hampir tak terbendung di
segenap kalangan Pengadilan Agama terutama di Satker-satker di wilayah Lampung
maupun wilayah lain yang dapat dipantau melalu “status” media sosial yang diunggah.
Kerja lembur berhari hari bahkan kadang sampai tengah malam demi mengejar
penyelesaian segala sesuatunya terkait dengan akreditasi.
Spirit militansi yang senantiasa menghiasi warga peradilan agama telah mendapat
hasil yang cukup memuaskan, walaupun masih menyisakan tanda tanya, sejauh ini

* Hakim Pada Pengadilan Agama Kotabumi


1
Kata Pengantar Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor
4093/DjA/HM.01.1/11/2017 tertanggal 21 November 2017
terdapat beberapa catatan yang menjadi pertanyaan adalah mengenai mekanisme
penilaian yang tertuang dalam beberapa poin penilaian, yaitu :
a. Validitas penilaian dengan instrument poin penilaian yang ada
b. Mencari pola penilaian yang lebih fair
Kedua hal tersebut menjadi pokok ulasan yang mengemuka di beberapa kalangan
Peradilan Agama, hal ini mengingat beberapa kondisi yang tidak setara (apple to apple)
antara beberapa peradilan agama, misalnya ada Pengadilan Agama yang memang
mendapat “jatah” anggaran Posbakum, sementara Pengadilan agama yang lain tidak, ada
Pengadilan Agama yang sudah menerima perkara ekonomi syariah dan ada pula yang
belum. Adapula pendilan agama yang terdapat permohonan pemeriksaan setempat dan
adapula yang tidak.
Beberapa hal tersebut secara umum dapat dikatagorikan kepada faktor eksternal
(perkara yang didaftarkan) dan faktor internal (peran lembaga diatas Pengadilan Agama).
Apabila secara fair akan dinilai mungkin tidak akan mendapat nilai yang sama. Pengadilan
Agama yang mendapat jatah anggaran Posbakum sudah akan mendapat nilai di aspek
Posbakum, sementara pengadilan agama yang tidak memperoleh jatah anggaran
Posbakum jika akan dinilai pula maka tidak akan memperoleh nilai, hal ini jika
diumpamakan ujian kelas 1 dipakai juga untuk kelas 2, maka tidak akan memperoleh hasil
yang fair.

PEMBAHASAN
‘Scoring System’ dalam pelaksanaan audit internal sistem manajemen mutu
(SMM) adalah menetapkan kriteria yang kuantitatif (umumnya dengan alokasi rating /
skor untuk setiap jawaban terhadap pertanyaan di dalam daftar pertanyaan) untuk
dipakai mengukur signifikansi temuan audit dan kesimpulan hasil audit secara
keseluruhan.2
Untuk membantu memberikan penilaian secara kualitatif maka digunakan
scoring sistem dengan wujud poin penilaian dalam melakukan audit internal dan
eksternal terhadap manajemen mutu, yang dalam praktek SAPM dikenal dengan poin
penilaian.

2
https://rubrikqms.wordpress.com/2008/11/20/audit-internal-sistem-manajemen-mutu-
menggunakan scoring-system/, diakses pada 22 Februari 2018
1. Aspek Penilaian
Dalam buku panduan SAPM yang diterbitkan oleh Badan Peradialan Agama
tertanggal 14 Agustus 2017 diuraikan secara komprehensif mengenai point point
penilaian yang terbagi dalam 3 Kategori sebagai berikut :
Jumlah Poin
Jumlah
BAB Judul penilaian
Standar
(PP)
I Administrasi Manjemen Pengadilan 6 36
Agama/Mahkamah Syar’iah
II Administrasi Kesekretariatan 19 157
III Administrasi Kepaniteraan 81 589
Struktur standar Akreditasi Penjaminan Mutu Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar’iah terdiri dari 3 bab, 106 standar, 782poin penilaian. Setiap bab akan diuraikan
dalam standar, setiap standar akan diuraikan dalam poin penilaian untuk menilai
pencapaian kriteria tersebut.

2. Teknik penilaian
Penilaian yang dilakukan dalam SAPM mengacu kepada point penilaian yang
telah dijadikan acuan dengan point point penilaian sebagai berikut :
• Terpenuhi : bila pencapaian poin penilaian > 80 % dan telah dilaksanakan, dg nilai
10
• Terpenuhi sebagian : bila pencapaian poin penilaian 20 % - 79 % atau < 80 %
tetapi blm dilaksanakan, dg nilai 5
• Tidak terpenuhi : bila pencapaian poin penilaian < 20 % dg nilai 0
Sedangkan poin kumulasi penilaian dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
3. Sistem penjumlahan
Penjumlahan dilakukan dengan menambah masing masing hasil perhitungan
pada tiap tiap Bab yang sudah dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang suah ditetapkan.
Dari file microsoft excel yang diterima penulis pada sheet ke tiga terdapat lembar kerja
dengan nama “capaian” dengan rumusan perhitungan : Skor total (bab 1 s.d 3) dibagi skor
maksimum point penilaian yang ada.
Dengan rumusan sebagai berikut
𝑥
= 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛SAPM
782

Adapun poin kumulatif tersebut kemudian akan menentukan pada posisi mana
pengadilan tersebut dengan rumusan sebagai berikut :

1 Tidak tersertifikasi Jika penilaian nilai Bab I, Bab II, Bab III < 20
%
2 Tersertifikasi D Jika penilaian nilai Bab I, Bab II, Bab III 20
% - 40 %
3 Tersertifikasi C Jika penilaian nilai Bab I, Bab II, Bab III 41
% - 60 %
4 Tersertifikasi B Jika penilaian nilai Bab I, Bab II, Bab III 61
% - 80 %
5 Tersertifikasi A Jika penilaian nilai Bab I, Bab II, Bab III 81
% - 100 %

4. Mencari format yang lebih fair dalam merumuskan point penilaian

Rumusan jumlah yang dipakai dalam panduan penilaian SAPM menggunakan


aplikasi ms excel, point point penilaian yang diberikan tidak memberikan “ampunan” bagi
pengadilan agama yang tidak memiliki fasilitas sebagaimana tertuang dalam point point
dimaksud.
Beberapa issu yang menjadi perhatian penulis untuk dapat dicermati dalam point
penilaian berdasarkan aplikasi yang diberikan dalam file tersebut adalah :
1. Penjumlahan penilaian tidak dibedakan antara Pengadilan Agama dengan
Mahkamah Syar’iah.
Hal ini penting mengingat poin poin penilaian bagi Mahkamah syariah lebih banyak
ketimbang poin poin penilaian bagi pengadilan agama. Dalam catatan penulis
terdapat lebih kurang 11 item point penilaian khusus untuk mahkamah syariah. Jika
poin penilaian ini diaplikasikan juga untuk peradilan agama maka akan mengurangi
nilai yang cukup signifikan bagi capaian peradila agama yang sudah pasti skornya
nol.
2. Terdapat beberapa poin penilaian yang memang tidak ada anggaran atau fasilitas
resmi di pengadilan Agama atau Mahkamah Syar’iah tersebut
Akan menjadi tidak fair manakala Pengadilan Agama yang tidak memiliki
fasilitas resmi berdasarkan Anggaran DIPA yang ada namun harus juga mengisi
point point penilaian yang ada. Yang termasuk katagori ini adalah fasilitas
Posbakum (Poin penilaian Nomor 3.2.) dan Pelayanan Sidang Diluar Gedung
Pengadilan ( poin penilaian 3.3.). Sebagaimana diketahui bahwa dua kegiatan
tersebut dilaksanakan berdasarkan DIPA yang ada sehingga tidak fair seandainya
“jatah” anggaran tidak dapat namun tetap dinilai kegiatannya.
Selain Posbakum dan Sidang diluar gedung Pengadilan, poin penilaian lain yang
masuk kedalam penilaian Bab Kepaniteraan adalah mengenai perkara ekonomi syariah,
baik dalam kategori gugatan sederhana ( poin penilaian nomor 3.41 sampai dengan 3.44)
maupun gugatan biasa. Ada atau tidak adanya perkara ekonomi syariah tentu sangat
tergantung kepada perkara yang didaftar oleh para pihak. Maka tidak fair manakala
perkara tidak ada naum poin penilaian harus tetap diisi.
Dengan beberapa uraian diatas ditemukan adanya kondisi tidak fair dalam
perhitungan poin poin penilaian SAPM, oleh karena itu untuk mewujudkan kondisi yang
lebih fair dan realistis maka poin poin penilaian dalam SAPM dapat menggunakan logika
“If-Then” yang biasa digunakan dalam rumus microsoft excell. Hal tersebut dapat
digunakan dengan pola sederhana semisal, “jika dalam lembaga Pengadilan Agama
terdapat layanan Posbakum, Maka poin poin penilaian mengenai Posbakum harus diisi
dan secara otomatis mempengaruhi nilai kumulatif dan jika tidak ada layanan Posbakum,
maka poin poin penilaian mengenai Posbankum tidak harus diisi dan tidak akan
mengurangi nilai kumulatif dalam penjumlahan poin penilaian SAPM. Begitu pula dengan
layanan yang lain yang secara natural memang tidak ada di Pengadilan tersebut.
Dengan adanya sistem perhitungan “if-then’ tersebut maka selain lebih fair juga
berpengaruh kepada nilai kumulatif Pengadilan Agama secara Nasional, hal ini dapat
diuraikan sebagai berikut : andaikan Pengadilan Agama A secara kumulatif mendapat
jumlah Poin penilaian 80 % dan itu disebabkan karena persoalan ketiadaan Posbakum
dan Perkara Ekonomi Syari’ah, maka akan sangat disayangkan. Pun demikian, jika sistem
penilaian tidak dibedakan antara Pengadilan Agama dengan Mahkamah Syar’iyah maka
standar poin penilaian menjadi begitu tinggi.

PENUTUP

Sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu merupakan proses untuk menentukan


bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan oleh Pengadilan Agama dan Mahkamah
Syar’iyah kepada “customer” baik internal (pegawai) dan eksternal (masyarakat pada
umumnya). Tatacara yang digunakan sudah sophisticate namun diperlukan evaluasi agar
menjadi semakin baik dan sempurna.
Penggunaan rumusan “if-then” dalam membuat penilaian memberikan acuan
yang lebih fair bagi peradilan yang dinilai. Selain itu juga akan memberikan oportunitas
yang lebih besar secara kumulatif terhadap pengadilan agama dan mahkamah syar’iyah
yang dapat meraih point agregat diatas 81 % sehingga lebih banyak Pengadilan Agama
dan Mahkamah Syar’iyah yang mendapat predikat A Excellent. Semoga bermanfaat
Wallahu a’lam bishawab (a_syat)

Bahan Bacaan :
https://rubrikqms.wordpress.com/2008/11/20/audit-internal-sistem-manajemen-mutu-
menggunakan scoring-system/ diakses pada 22 Februari 2018

You might also like