Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
IAIN SURAKARTA
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Shahih
1. Pengertian Hadis Shahih
Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang
diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabith dari rawi yang lain (juga) adil
dan dhabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak
mengandung cacat (illat).
2. Hukum Hadis Shahih
Ulama ahli hadis dan para ulama yang pendapatnya dapat dipegangi
dari kalangan fuqaha dan ahli ushul sepakat bahwa hadis shahih itu dapat
dipakai hujjah dan wajib diamalkan, baik rawinya seorang diri atau ada rawi
lain yang meriwayatkan bersamanya atau masyhur dengan diriwayatkan
oleh tiga orang atau lebih namun tidak mencapai tingkat mutawatir.
3. Syarat Hadis Shahih
a. Rawinya bersifat adil
b. Sempurna ingatannya (dhabit)
c. Sanadnya tidak terputus
d. Tidak mempunyai ‘illat
e. Tidak janggal
4. Klasifikasi Hadis Shahih
a. Hadis Shahih Li-dzatih
Merupakan hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih yang telah
ditentukan
3
b. Hadis Shahih Li-ghairih
Merupakan hadis yang keadaan perawinya kurang hafidz dan
dhabith tetapi mereka masih terkenal orang yang jujur hingga karenanya
berderajat hasan, lalu didapati padanya jalan lain yang serupa atau lebih
kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang menimpanya itu.
5. Sumber Hadis Shahih
a. Al- Muwaththa’
Kitab ini disusun oleh Imam Malik bin Anas.
b. Al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari
Kitab ini disusun oleh Imam Abu AbdillahMuhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari al-Ju’fi
c. Shahih Muslim
Kitab ini disusun oleh Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi
d. Shahih Ibnu Khuzaimah
Kitab ini disusun oleh Seorang imam dan muhaddits besar Abu Abdillah
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.
e. Al-Mukhtarah
Kitab ini disusun oleh al-Hafizh Dhiya’uddin Muhammmad bin Abdul
Wahid al-Maqdisi.
B. Hadis Hasan
1. Pengertian Hadis Hasan
4
2. Hukum Hadis Hasan
Menurut seluruh fuqaha hadist hasan dapat diterima sebagai hujjah
dan diamalkan. Demikian pula pendapat kebanyakan muhadditsin dan ahli
ushul. Alasan mereka adalah karena telah diketahui kejujuran rawihnya
dan keselamatan perpidahannya dalam sanad. Rendahnya tingkat ke-
dahbith-an tidak mengeluarkan rawi yang bersangkutan dari jajaran rawi
yang mampu menyampaikan hadist sebagaimana keadaan hadist ituketika
didengar. Karena maksud pemisahan tersebut adalah untuk menjelaskan
bahwa hadist hasan berada pada tingkat terendah dari hadist sahih, tanpa
mencela ke-dhabith-annya. Hadist yang kondisinya demikian cenderung
dapat diterima oleh setiap orang dan kemungkinan kebenaranya sangat
besar, sehingga ia dapat diterima.
3. Syarat Hadis Hasan
a. Sanadnya bersambung
b. Perawinya ‘adil
c. Perawi dhabit, tetapi kualitas ke-dhabit-annya di bawah ke-dhabit-an
perawi hadits shahih
d. Tidak terdapat syadz atau kejanggalan
e. Tidak ber’illat
4. Klasifikasi Hadis Hasan
a. Hasan Lizzatihi.
Maksudnya hadits itu telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan.
b. Hasan Lighairihi,
Maksudnya hadits itu sanadnya ada yang dirahasiakan (Mastur),
tidak jelas keahliannya, namuan mereka bukan pelupa, tidak banyak
salah dan tidak dituduh dusta dalam periwayatannya. Pada
mulanya hadits hasan lighasirih itu adalah hadits dha’if, namun karena
ada dukungan sanad lain yang memperkuat, maka naik tingkatannya
menjadi hadits Hasan.`
5
5. Sumber Hadits Hasan
a. Al-Jami’
Karya Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Turmudzi
b. As-Sunan
Karya Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani
c. Al-Mujtaba
Karya Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aibal-Nasa’i
d. Sunan al-Mushthafa
Karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-Qazwini
e. Al-Musnad
Karya Ahmad bin Hanbal
f. Al-Musnad
Karya Abu Ya’la al-Maushili Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna
C. Hadis Dha’if
1. Pengertian Hadis Dha’if
“Hadits dha’if adalah hadits yang tidak memnuhi syarat-syarat untuk bisa
diterima.Kebanyakan ulama menyatakan bahwa hadits dha’if adalah hadits
yang tidak memenuhi syarat-syarat shahih atau pun syarat hasan.”
6
2. Hukum Hadis Dha’if
Pendapat pertama hadis dho’if dapat di amalkan secara
mutlak,yakni baik yang berkenaan dengan masalah halal-haram maupun
yang berkenaan dengan masalah kewajiban,dengan syarat tidak ada hadis
lain yang menerangkannya.Pendapat ini di sampaikan oleh beerapa imam
yang agung,seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Dawud,dsb.
Pendapat kedua,dipandang baik mengamalkan hadis dho’if dalam
fadha’il al-a’mal,baik yang berkaitan dengan hal hal yang di ajurkan
maupun hal hal yang dilarang.Demikian madzhab kebanyakan ulama dari
kalangan muhadditsin, fuqaha dan lainnya. Iman al-Nawawi, Syekh Ali al-
Qari, dan Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan bahwa itu telah disepakati oleh
para ulama.
Pendapat ketiga, hadis dha’if sama sekali tidak dapat diamalkan, baik
yang berkaitan dengan fadha’il al-a’mal maupun yang berkaitan dengan halal-
haram. Pendapat ini dinisbahkan kepada Qadhi Abu Bakar ibn al-A’rabi.
7
e. kitab "Tahriju ahadits as-Syifaa" yang dikarang oleh Syekh as-Suyuthi
5. Klasifikasi Hadits Dhaif
a. Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya
Hadits Maudhu':
adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu
mereka katakan berasal dari sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam, baik hal itu disengaja maupun tidak.
Hadits Matruk
adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.
Hadits Munkar
adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak
kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta.
Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all)
adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu
penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya.
Hadits Mudraj (saduran)
adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan
hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.
Hadits Maqlub
adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits
lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan.
Hadits Mudltharrib
adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi
dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan, dengan
tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan).
Hadits Muharraf
adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan
karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya.
8
Hadits Mushahhaf
adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik
kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
Hadits Mubham
adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat
seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau
perempuan.
Hadits Syadz (kejanggalan)
adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul
(tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai
kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya,
dari segi pentarjihan.
Hadits Mukhtalith
adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan
sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-
kitabnya.
b. Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi
Hadits Muallaq
adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau
lebih dari awal sanad.
Hadits Mursal
adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang
setelah tabi'in.
Hadits Mudallas
adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang
diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat
demikian disebut Mudallis.
9
Hadits Munqathi'
adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu
tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak
berturut-turut.
Hadits Mu'dlal
adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau
lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama
tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in.
c. Hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya
Hadits Mauquf
adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja,
baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik
sanadnya bersambung atau terputus.
Hadits Maqthu'
adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang
tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau
tidak.
10
ANALISIS TEMA
Tema makalah ini yaitu tentang pembagian hadits ditinjau dari segi
kualitas atau diterima (maqbul) dan ditolaknya (mardud) sebuah hadits. Secara
umum hadits dari segi kualitas terbagi menjadi hadits shahih, hadits hasan, dan
hadis dha’if. Dari masing-masing hadits itu juga memiliki persyaratan masing-
masing yang mana bagaimana hadits itu bisa dikatakan shahih, bagaimana hadits
itu bisa dikatakan hasan, dan bagaimana hadits itu bisa dikatakan dha’if.Setelah
mengetahui pembagian hadits tentu bisa lebih mengetahui bagaimana hadits itu
nanti kalau dijadikan sumber rujukan suatu permasalahan.
11
KESIMPULAN
Hadits dari segi kualitas dibagi menjadi hadits shahih, hadits hasan, dan
hadits dha’if.
hadis da’if adalah hadis yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh
syarat hadis sahih atau hasan misalnya, sanadnya ada yang terputus, di antara
periwayat ada yang pen-dusta atau tidak dikenal, dan lain-lain.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2013. hadits ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasnya. http://ariza-
islamicblog.blogspot.com/, diakses pada 25 Agustus 2018 pukul 07.26
13
14