You are on page 1of 10

Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

KOMPOSISI BURUNG
DI KAWASAN KAMPUS GUNUNG KELUA
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

Dijan Sunar Rukmi


Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua,
Samarinda
e-mail: dijan_rukmi@yahoo.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi


burung di kawasan Kampus Universitas Mulawarman, Gunung
Kelua, sebagai akibat adanya perubahan habitat. Pengamatan
burung dilakukan selama 25 hari dengan menggunakan metode titik.
Hasil penelitian ini menunjukkan 43 jenis burung dari 18 famili
berhasil diidentifikasi. Berdasarkan indeks Shannon-wiener,
keanekaragaman burung di kampus Gunung Kelua termasuk dalam
kategori sedang (H’= 2,459). Jumlah jenis dan jumlah individu
mengalami penurunan dari tahun 1990 ke tahun 2008. Nilai indeks
kesamaan jenis Sorensen antara tahun 1990 dengan tahun 2008
sebesar 72,727%.

Kata kunci: Keanekaragaman burung, kampus Universitas Mulawarman

PENDAHULUAN

Burung merupakan satwa liar yang memiliki kemampuan beradaptasi yang


sangat besar terhadap perubahan lingkungan. Kemampuan adaptasi ini sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik, biotik serta manusia (Alikodra, 1989). Faktor fisik
dapat menentukan mikrohabitat suatu jenis. Banyaknya jenis burung dipengaruhi
oleh keragaman tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber makanan, tempat
berlindung dan tempat bersarangnya burung-burung. Semakin beranekaragam
tumbuhan di suatu tempat maka burung yang ada juga lebih beragam.
Secara khusus, nilai estetika burung dapat dinikmati antara lain melalui
kegiatan pengamatan langsung di habitat aslinya, baik keindahan warna bulu dan
suara burung serta mempelajari tingkah lakunya. Perubahan habitat yang terjadi
akibat pengelolaan oleh manusia dapat mempengaruhi keanekaragaman burung,
sehingga burung dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator untuk menentukan
pencemaran dan tingkat kerusakan suatu kawasan (Balen & Prentice, 1997).
Kawasan kampus Universitas Mulawarman daerah Gunung Kelua yang
memiliki luas 67 hektar, dulunya masih merupakan areal yang memiliki vegetasi
beragam dan merupakan habitat pendukung bagi kehidupan berbagai jenis burung.
Saat ini banyak areal tersebut yang telah dialihfungsikan menjadi gedung-gedung
kampus dan berbagai fasilitas pendidikan yang mengakibatkan perubahan keadaan
vegetasi (Kuspriyanti, 1990). Menurut Boer (1994), komposisi vegetasi
memainkan peranan penting bagi pemanfaatan habitat oleh burung. Laju
pertumbuhan dan perubahan dalam kuantitas dan kualitas makanan menentukan
dinamika dari pola penggunaan habitat oleh sebagian besar burung. Pengelolaan
sumber daya alam yang kurang bijaksana dapat berakibat terhadap kelangkaan dan
kepunahan jenis-jenis fauna akibat terdesak dan habisnya flora pendukung

Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 25


Dijan Sunar Rukmi Komposisi Burung Di Kawasan Kampus Gunung Kelua

kehidupan mereka. Oleh karena itu apabila terjadi pengurangan luas lahan
bervegetasi dan jenis-jenis vegetasi akibat konversi lahan akan mempengaruhi
keanekaragaman jenis burung di kawasan kampus Universitas Mulawarman,
Gunung Kelua, Samarinda.
Hal itulah yang mendasari dilakukannya penelitian tentang komposisi
jenis burung yang ada di kawasan kampus Gunung Kelua.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama 25 hari pada Februari – April 2008 di


kawasan kampus Universitas Mulawarman, Gunung Kelua, Samarinda. Peralatan
yang digunakan adalah teropong binokuler Pentax 7x50mm, data sheet, alat tulis,
buku Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan
(MacKinnon dkk., 2002).
Dalam penelitian ini, tahap-tahap yang dilakukan meliputi: studi pustaka
dan pengamatan lapangan. Studi pustaka ditujukan untuk mendapatkan data
sekunder yang berhubungan dengan informasi burung di lingkungan lokasi
penelitian. Survey lapangan dilakukan untuk menentukan titik-titik pengamatan.
Metode yang digunakan dalam pengambilan data keanekaragaman burung adalah
metode titik (Point Count). Ditentukan 10 titik pengamatan pada lokasi yang masih
bervegetasi, pengamatan burung meliputi jenis dan jumlah individu. Lama
pengamatan pada masing-masing titik adalah 30 menit. Waktu pengamatan
dilakukan saat burung paling aktif, yaitu pagi hari (06.00 – 10.00 WITA) dan sore
hari (15.00-18.00 WITA).
Keanekaragaman jenis secara kuantitatif dianalisis berdasarkan Indeks
Shannon Wienners.
s

H’ = -  (pi ln pi)
i=1

dimana: ni
pi = ----
N
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
pi = Kelimpahan relatif jenis
N = Jumlah total individu
ni = jumlah individu jenis ke-i
s = jumlah seluruh jenis
ln = logaritma natural

Nilai indeks < 1,5 menunjukkan keanekaragaman yang rendah, selanjutnya nilai
yang berkisar 1,5 – 3,5 menunjukkan nilai keanekaragaman sedang dan nilai > 3,5
menunjukkan nilai keanekaragaman tinggi.
Untuk mengetahui perubahan komposisi burung dilakukan dengan
mengukur nilai kesamaan jenis antara dua waktu yang berbeda, yaitu
menggunakan Indeks Sorensen (Magurran, 1998).

2C
ISS = -------- x 100%
A+B

26 Biologi FMIPA Universitas Mulawarman


Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

Keterangan:

ISS = Indeks Kesamaan Jenis Sorensen


A = Jumlah jenis yang ditemukan pada th1990
B = Jumlah jenis yang ditemukan pada th 2008
C = Jumlah jenis yang sama yang ditemukan pada th 1990 dan 2008
Jika nilai ISS mendekati 100% berarti semakin tinggi tingkat kesamaan jenis
burung yang ditemukan, sedangkan jika nilai ISS mendekati 0% berarti tingkat
kesamaan jenis burung yang ditemukan semakin rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Jenis dan Kesamaan Jenis Burung


Burung yang berhasil ditemukan selama penelitian tergolong dalam 43
jenis dari 18 famili (Tabel 1 dan Gambar 1).

Tabel 1. Distribusi famili dan jenis burung di Kawasan Kampus Universitas


Mulawarman, Gunung Kelua, Samarinda
Nama Jenis
No. Famili/Suku
Latin Indonesia
1. Accipitridae Haliastur indus Elang bondol
2. Alcedinidae Alcedo meninting Raja udang meninting
Todirhampus sanctus Cekakak suci
3. Apodidae Apus affinis Kapinis rumah
Collocalia fuciphaga Walet sarang-putih
4. Ardeidae Egretta alba Kuntul besar
Egretta intermedia Kuntul perak
5. Columbidae Treron vernans Punai gading
Streptopelia chinensis Tekukur biasa
Geopelia striata Perkutut jawa
6. Cuculidae Cacomantis merulinus Wiwik kelabu
Cacomantis sepulcralis Wiwik uncuing
Centropus bengalensis Bubut alang-alang
7. Dicaeidae Dicaeum concolor Cabai polos
Dicaeum cruentatum Cabai merah
Dicaeum trigonostigma Cabai bunga-api
8. Hirundinidae Hirundo tahitica Layang-layang batu
9. Laniidae Lanius schach Bentet kelabu
10. Muscicapidae Rhipidura javanica Kipasan Belang
11. Nectariniidae Anthreptes simplex Burung-madu polos
Aethopyga siparaja Burung-madu sepah raja
Arachnothera longirostra Pijantung kecil
Nectarinia jugularis Burung-madu sriganti
12. Picidae Meiglyptes tristis Caladi batu
13. Ploceidae Passer montanus Burung-gereja Erasia
Lonchura fuscans Bondol Kalimantan
Lonchura punctulata Bondol Peking
Lonchura malacca Bondol rawa
14. Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang

Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 27


Dijan Sunar Rukmi Komposisi Burung Di Kawasan Kampus Gunung Kelua

Nama Jenis
No. Famili/Suku
Latin Indonesia
Pycnonotus simplex Merbah corok-corok
Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk
Pycnonotus brunneus Merbah mata merah
15. Rallidae Amaurornis phoenicurus Kareo padi
Gallinula chloropus Mandar batu
Porzana pusilla Tikusan kerdil
Porzana paykullii Tikusan Siberia
Porzana cinerea Tikusan alis-putih
16. Silviidae Orthotomus atrogularis Cinenen belukar
Orthotomus sericeus Cinenen merah
Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu
Prinia flaviventris Perenjak rawa
17. Sturnidae Aplonis panayensis Perling kumbang
18. Timaliidae Macronous gularis Ciung-air coreng

Gambar 1. Famili dan jumlah jenis burung di kawasan kampus Gunung Kelua
Universitas Mulawarman Samarinda.

Banyaknya jenis yang ditemukan menunjukkan bahwa kawasan kampus


Gunung Kelua masih memiliki beberapa tipe habitat yang disukai burung.
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa jenis yang paling banyak
ditemukan termasuk dalam golongan Rallidae (5 jenis), diikuti oleh Nectariniidae,
Ploceidae, Pycnonotidae, Silvidae (masing-masing 4 jenis). Ditemukannya famili
Rallidae menunjukkan bahwa kawasan kampus Gunung Kelua masih memiliki
daerah berawa yang menjadi syarat utama keberadaan jenis ini. Berubahnya
kondisi kampus menjadi lebih terbuka menjadikannya tempat yang sesuai terutama
bagi keberadaan famili Ploceidae, Pycnonotidae dan Silviidae, karena vegetasi
yang berada di daerah terbuka mendukung ketersediaan makanan bagi burung-
burung jenis ini. Famili Ploceidae dan Pycnonotidae merupakan burung pemakan
campuran (generalis) yang umum ditemukan, serta cukup toleran terhadap

28 Biologi FMIPA Universitas Mulawarman


Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

aktivitas manusia. Pendapat ini didukung oleh Johns (1986) yang menyatakan
bahwa keanekaragaaman jenis burung dipengaruhi oleh ketersediaan sumber
pakan dan habitat yang sesuai untuk melangsungkan kehidupan. Dipertegas oleh
Boer (1994), bahwa komposisi vegetasi memegang peranan penting bagi
pemanfaatan habitat oleh burung. Salah satu anggota famili Ploceidae adalah
Bondol kalimantan (Lonchura fuscans). Jenis yang paling sedikit ditemukan
berasal dari famili Accipitridae, Hirundinidae, Laniidae, Picidae, Sturnidae dan
Timaliidae, masing-masing 1 jenis.
Berdasarkan hasil pengamatan, nama jenis dan jumlah individu masing-
masing jenis burung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan jenis dan jumlah burung yang ditemukan di kawasan


kampus Gunung Kelua tahun 1990 dan 2008.
Nama Jenis Tahun Penelitian
No.
Latin Indonesia 1990* 2008
1 Abroscopus superciliaris Cikrak bambu 50
2 Accipiter nisus Elang-alap erasia 1
3 Aethopyga mystacalis Burung-madu Jawa 1
4 Aethopyga siparaja Burung-madu sepah raja 28 1
5 Alcedo meninting Raja udang meninting 2
6 Amaurornis phoenicurus Kareo padi 1 4
7 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa 9
8 Anthreptes simplex Burung-madu polos 14 2
9 Aplonis panayensis Perling kumbang 16
10 Apus affinis Kapinis rumah 135 216
11 Arachnothera crassirostris Pijantung kampung 1
12 Arachnothera flavigaster Pijantung Tasmak 1
13 Arachnothera longirostra Pijantung kecil 1
14 Ardea cinerea Cangak abu 1
15 Ardea purpurea Cangak merah 3
16 Butastar indicus Elang Kelabu 1
17 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu 2
18 Cacomantis sepulcralis Wiwik uncuing 1
19 Centropus bengalensis Bubut alang-alang 34 2
20 Centropus sinensis Bubut besar 61
21 Cissa thalassina Ekek geling 3
22 Collocalia fuciphaga Walet sarang-putih 1 10
23 Copsychus saularis Kucica kampung 15
24 Coracina fimbriata Kepudang-sungu kecil 1
25 Corvus macrorhynchos Gagak kampung 1
26 Criniger finschii Empuloh leher-kuning 5
27 Cypsiurus balasiensis Walet-palem Asia 385
28 Delichon dasypus Layang-layang rumah 38

Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 29


Dijan Sunar Rukmi Komposisi Burung Di Kawasan Kampus Gunung Kelua

Nama Jenis Tahun Penelitian


No.
Latin Indonesia 1990* 2008
29 Dicaeum chrysorrheum Cabai rimba 1
30 Dicaeum concolor Cabai polos 7 10
31 Dicaeum cruentatum Cabai merah 1 4
32 Dicaeum trigonostigma Cabai bunga-api 50 4
33 Dicaeum trochileum Cabai Jawa 2
34 Dicaeum sp1 Cabai 7
35 Dicaeum sp2 Cabai 2
36 Dupetor flavicollis Bambangan hitam 4
37 Egretta alba Kuntul besar 1
38 Egretta intermedia Kuntul perak 7
39 Elanus caeruleus Elang tikus 9
40 Gallinula chloropus Mandar batu 2
41 Galliralus striatus Mandar-padi Sintar 1
42 Geopelia striata Perkutut jawa 2
43 Gerygone sulphurea Remetuk laut 11
44 Haliastur indus Elang bondol 5
45 Halcyon chloris Cekakak sungai 1
46 Halcyon pileata Cekakak Cina 9
47 Hypogramma hypogrammicum Burung-madu rimba 1
48 Hypsipetes flavala connectens Brinji kelabu 10
49 Hirundo tahitica Layang-layang batu 15
50 Lanius schach Bentet kelabu 5 5
51 Lonchura fuscans Bondol Kalimantan 574 115
52 Lonchura malacca Bondol rawa 187 10
53 Lonchura punctulata Bondol Peking 45
54 Macronous gularis Ciung-air coreng 2
55 Malacopteron affine Asi topi-jelaga 3
56 Malacocincla abbotti Pelanduk Asia 9
57 Malacocincla malaccense Pelanduk ekor-pendek 4
58 Milvus migrans Elang paria 1
59 Motacilla flava Kucuit kerbau 1
60 Meiglyptes tristis Caladi batu 1
61 Nectarinia colcostetha Madu bakau 3
62 Nectarinia jugularis Burung-madu sriganti 4
63 Nectarinia sperata Madu pengantin 1
64 Orthotomus atrogularis Cinenen belukar 24 1
65 Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 64 3
66 Orthotomus sericeus Cinenen merah 106 14
67 Passer montanus Burung-gereja Erasia 167 172

30 Biologi FMIPA Universitas Mulawarman


Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

Nama Jenis Tahun Penelitian


No.
Latin Indonesia 1990* 2008
68 Porzana cinerea Tikusan alis-putih 14 2
69 Porzana fusca Tikusan merah 8
70 Porzana paykullii Tikusan Siberia 1 1
71 Porzana pusilla Tikusan kerdil 6
72 Prinia flaviventris Perenjak rawa 5
73 Prionochilus maculatus Pentis raja 1
74 Prionochilus thoracicus Pentis kumbang 4
75 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 2 18
76 Pycnonotus brunneus Merbah mata merah 24 3
77 Pycnonotus eutilotus Cucak rumbai tungging 39
78 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 449 72
79 Pycnonotus plumosus Merbah belukar 16
80 Pycnonotus simplex Merbah corok-corok 3
81 Rhipidura albicollis Kipasan gunung 20
82 Rhipidura javanica Kipasan Belang 44 3
83 Stachyris maculate Tepus tunggir-merah 68
84 Streptopelia chinensis Tekukur biasa 3 5
85 Todirhampus sanctus Cekakak suci 5
86 Treron fulvicollis Punai bakau 4
87 Treron vernans Punai gading 11 7
88 Tricholestes criniger Brinji rambut-tunggir 1
89 Zosterops flavus Kacamata Jawa 2
90 Tidak teridentifikasi 49
Keterangan: * Penelitian oleh Kuspriyanti.

Secara keseluruhan jumlah jenis yang diperoleh pada tahun 2008 sebanyak
43 jenis burung yang tergolong dalam 18 famili dengan total jumlah individu
sebanyak 813 individu. Penemuan jumlah jenis dan jumlah individu masing-
masing jenis pada tahun 2008 ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (1990).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kuspriyanti tahun 1990 diperoleh 71
jenis burung yang tergolong dalam 21 famili dengan total individu 2815 individu.
Indeks keanekaragaman jenis burung tahun 2008 adalah 2,459, lebih rendah dari
indeks keanekaragaman tahun 1990 (H’=2,85).
Dari data yang telah disebutkan, diketahui adanya penurunan, baik dari
jumlah jenis maupun jumlah individu perjenis. Beberapa jenis burung yang
ditemukan tahun 1990 tidak dapat ditemukan lagi di tahun 2008. Hal ini
disebabkan menurunnya daya dukung lingkungan akibat kondisi kawasan kampus
Universitas Mulawarman Gunung Kelua yang telah mengalami konversi lahan.
Kegiatan pembangunan gedung dan beberapa fasilitas pendidikan bagi mahasiswa
menyebabkan banyak kawasan terbuka dan bervegetasi yang dialihfungsikan
sehingga menyebabkan perubahan kondisi habitat burung di kampus Gunung
Kelua. Terjadinya perubahan keadaan vegetasi di kawasan ini secara langsung
ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis burung yang

Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 31


Dijan Sunar Rukmi Komposisi Burung Di Kawasan Kampus Gunung Kelua

berada di kawasan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alikodra & Aryani
(1988) yang mengemukakan bahwa perubahan kawasan/kondisi habitat
merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis
burung, dimana secara langsung hal tersebut mengakibatkan penyebaran burung
mengalami perubahan, sehingga terjadi perubahan pula pada keanekaragaman
jenis burung di habitat tersebut secara tidak langsung.
Perubahan komposisi jenis burung disebabkan oleh hilangnya jenis
vegetasi tertentu akibat konversi lahan yang kemudian akan mempengaruhi
komposisi vegetasi. Perubahan vegetasi ini akan berpengaruh terhadap jumlah
jenis burung yang menempati kawasan tersebut. Jenis burung tertentu akan
berpindah tempat atau mengalami kematian karena tidak mampu beradaptasi dan
bersaing dalam memperoleh makanan dan ruang. Keadaan ini terlihat dari jumlah
jenis dan jumlah individu jenis yang teramati pada tahun 2008 dan 1990.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 47 jenis ditemukan hanya pada tahun
1990, 19 jenis ditemukan hanya pada tahun 2008, sedangkan jenis yang sama yang
dapat ditemukan pada tahun 1990 dan 2008 sebanyak 24 jenis. Nilai kesamaan
jenis Sorensen yang diperoleh adalah 72,727%.
Beberapa jenis burung yang tidak dapat ditemukan lagi di tahun 2008
diduga karena kondisi habitat yang kurang mendukung untuk keberadaannya,
terutama perubahan komposisi vegetasi. Seperti yang diuangkapkan oleh Peterson
(1980) bahwa penyebaran burung erat hubungannya dengan ketersediaan
makanan. Hilangnya jenis Abroscopus superciliaris dimungkinkan karena tidak
tersedianya rumpun bambu yang merupakan tempatnya untuk makan, beristirahat
dan berkembangbiak. Hal ini didukung pendapat MacKinnon dkk (2000) yang
menyatakan bahwa jenis ini merupakan jenis burung pemakan serangga yang
menyukai dataran rendah dan bukit-bukit sampai ketinggian 1500 m serta sering
mengunjungi hutan sekunder yang banyak terdapat rumpun bambu. Umumnya
dalam kelompok kecil di rumput semak rendah dan rumpun bambu untuk
aktivitasnya mencari makan, beristirahat dan berkembangbiak.
Cypsiurus balasiensis tidak ditemukan lagi karena kondisi kawasan
kampus telah mengalami konversi lahan yang mempengaruhi komposisi jenis
vegetasi pohon berkurang dan tipe vegetasi berubah menjadi lebih terbuka.
Penyebaran jenis ini sangat ditentukan olah keberadaan palem dengan bentuk daun
berbentuk kipas seperti Palem kipas (Livistona grandiflora), Lontar (Borrasus),
Pinang (Areca catheca) atau Gebang (Corypha) yang dimanfaatkan sebagai tempat
beristirahat dan bersarang.
Hilang atau berpindahnya jenis Centropus sinensis dikarenakan
berkurangnya daerah rawa dan belukar tepi sungai sehingga habitat yang ada
kurang sesuai dengan jenis ini. Hal ini diperkuat oleh MacKinnon dkk (2000) yang
menyatakan bahwa jenis Centropus sinensis merupakan burung pemakan serangga
yang memanfaatkan vegetasi yang lebih rapat, semak dan belukar tepi sungai atau
daerah rawa.
Penambahan jenis pendatang juga ditemukan pada pengamatan tahun 2008
ini. Jenis Aplonis panayensis merupakan burung pemakan serangga dan buah-
buahan. Kehadiran jenis ini dipengaruhi oleh kondisi lokasi penelitian yang
didominasi oleh semak belukar dan merupakan daerah penyebaran serangga.
Pernyataan ini dipertegas oleh Boer (1994) yang menyatakan bahwa berubahnya
lahan menjadi lahan terbuka memberikan ruang bagi tumbuhan bawah dan semak
belukar yang menyediakan habitat bagi banyak jenis serangga, menyebabkan
ketersediaan makanan bagi Aplonis panayensis melimpah.

32 Biologi FMIPA Universitas Mulawarman


Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

Jenis burung yang terlihat di tahun 1990 dan masih ditemukan di tahun
2008 merupakan jenis burung yang cukup toleran terhadap perubahan habitat,
yang dulunya memiliki komposisi vegetasi beragam tetapi sekarang menjadi lahan
terbuka dan bangunan baru, juga disertai kemampuan burung beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan dan ketersediaan makanan. Masih terdapatnya vegetasi
yang dulu umum dimanfaatkan burung untuk beraktivitas menyebabkan burung-
burung tersebut masih ditemukan, juga karena merupakan pemakan campuran
(generalis) sehingga memiliki pilihan makanan yang lebih banyak. Selain itu
burung-burung tersebut umumnya juga menyukai habitat terbuka seperti semak
belukar. Famili Ploceidae merupakan burung yang menyukai habitat terbuka.
Keadaan ini sesuai dengan pendapat Strange dan Allen (1996), bahwa pembagian
atau distribusi burung sangat diatur oleh kesesuaian habitatnya, setiap famili dan
jenis burung harus beradaptasi dengan masing-masing tipe habitat yang sesuai
untuk makan dan bertelur. Begitu juga peilaku sosial dan kebiasaan burung
tersebut sangat tergantung pada habitatnya. Pendapat ini sesuai dengan Alikodra
(1990) yang menyatakan bahwa setiap spesies membutuhkan kondisi habitat yang
berbeda.

KESIMPULAN

Komposisi burung di kawasan kampus Universitas Mulawarman Gunung Kelua


mengalami perubahan seiring dengan terjadinya konversi lahan dari lahan
bervegetasi dan terbuka, berawa menjadi bangunan-bangunan untuk melengkapi
fasilitas pendidikan yang diperlukan mahasiswa. Jumlah jenis dan jumlah individu
menurun dari tahun 1990 dengan 71 jenis burung yang tergolong dalam 21 famili
dengan total individu 2815 menjadi 43 jenis burung yang tergolong dalam 18
famili dengan total individu 813 di tahun 2008. Nilai indeks keanekaragaman jenis
burung (H’) = 2,459 dan nilai indeks kesamaan jenis Sorensen antara tahun 1990
dengan tahun 2008 sebesar 72,727%.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, HS. 1989. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. PAU-IPB. Bogor.


Alikodra, HS. 1990. Erosi Keanekaragaman Jenis. Makalah Kongres kehutanan
Indonesia II. Jakarta.
Alikodra, HS & Y. Aryani. 1988. Studi Ekologi Satwa Liar di Hutan Lindung
Bukit Soeharto, Kalimantan Timur. IPB. Bogor.
Balen, VS & C. Prentice. 1997. Bird of the Negara River Basin, South
Kalimantan, Indonesia. Kukila 9:81-107.
Boer, C. 1994. Studi tentang Keanekaragaman Jenis Burung Berdasarkan Tingkat
Pemanfaatan Hutan tropis di Kalimantan Timur/Indonesia. Samarinda.
Disertasi. Wuerzburg.
Fachrul, MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Johns, AD. 1986. Effects of Selective Logging on The Ecological Organization of
a Peninsular Malaysian Rain Forest Avifauna. Forktail I: 65-79.
Kuspriyanti, E. 1990. Studi Keanekaragaman Jenis Burung di Lingkungan
Kampus Universitas Mulawarman Gunung Kelua, Samarinda. Skripsi.
Fakultas Kehutanan. Universitas Mulawarman.
MacKinnon, J., K. Phillips, van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa,
Bali dan Kalimantan. LIPI- Seri Panduan Lapangan. Jakarta.

Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 33


Dijan Sunar Rukmi Komposisi Burung Di Kawasan Kampus Gunung Kelua

Magurran, AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey-
Princeton University Press.
Peterson, RT. 1980. Burung. Tira Pustaka. Jakarta.

34 Biologi FMIPA Universitas Mulawarman

You might also like