You are on page 1of 5

LAPORAN PENDAHULUAN

Resiko Jatuh
Oleh : Tri Fajarwati, NPM : 1606955580

1.1 Definisi

Jatuh merupakan salah satu insiden yang paling banyak dialami oleh lansia yang dapat
mengakibatkan trauma serius (nyeri, kelumpuhan, bahkan kematian). Jatuh merupakan suatu
kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau
jatuh ditempat yang lebih rendah dengan atau tanpa luka hingga kehilangan kesadaran (Dewi,
2014).
1.2 Etiologi
a. Kecelakaan
Kecelekaan merupakan penyebab utama adanya kejadian jatuh, diantaranya 30-50%
adalah lansia. Contoh kecelakaan yang biasanya terjadi adalah terpeleset atau
tersandung. Hal ini dapat diakibatkan karena lingkungan yang buruk serta proses
menua yang menurunkan fungsi fisiologis tubuh.
b. Obat-obatan yang di konsumsi
Diuretik, sedative, alkohol, antipsikotik antidepresen
c. Proses penyakit
Aritmia, stroke, serangan kejang, sinkope (kehilangan kesadaran tiba-tiba), parkinson.
d. Aktivitas
Beberapa lansia terjatuh pada saat sedang melakukan aktivitas seperti berjalan atau naik
turun tangga. Hal ini dapat disebabkan karena kelelahan atau banyak hal-hal yang dapat
mencetuskan terjadinya terjatuh. Lansia yang jarang bergerak atau imobilitas fisik juga
sering terjatuh apabila ingin mengubah posisi atau ingin mengambil sesuatu tanpa
pertolongan.
e. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi seorang lansia dapat terjatuh, contohnya
adalah alat-alat yang digunakan sudah tidak stabil, toilet yang terlalu rendah atau
menggunakan toilet jongkok, tempat berpegangan yang tidak kuat, lantai yang menurun
atau menanjak (tidak datar), lantai yang licin, penerangan yang tidak baik (gelap atau
terlalu terang), serta alat bantu jalan yang tidak tepat ukurannya maupun cara
menggunakannya (Muhith & Siyoto, 2016).
1.3 Patofisiologi

Terjadinya jatuh pada lansia merupakan fenomena multifaktorial. Untuk memahami


terjadinya jatuh pada lansia adalah memahami cara berjalan yang normal termasuk jaringan
saraf halus yang baik serta regulasi dari tonus otot dan pengolahan yang tepat dari informasi
sensorik (serebral korteks, penglihatan, pendengaran, sentuhan halus). Risiko jatuh pada
lansia sudah menjadi insiden yang begitu banyak, hal ini terjadi karena fungsi-fungsi tubuh
yang mengalami penurunan karena penuaan. Pada proses penuaan terjadi perubahan cara
jalan pada lansia seperti kecepatan melangah, jarak melangkah, serta penurunan kekuatan
ekstremitas bawah. Adapun perubahan yang paling menonjol pada lansia adalah jalan yang
tidak beraturan (Dewi, 2014).
Penyakit yang diderita lansia juga dapat menyebabkan jatuh. Lansia yang menderita
stroke, apabila bagian otak yang terkena adalah lobus kanan maka bagian kiri lansia tersebut
akan mengalami lumpuh, sehingga kaki kanan sering dipakai untuk bertumpu dan hal ini
rentan sekali akan terjadinya jatuh. Adapun lansia yang menderita penyakit jatung (jantung
koroner, hipertensi, aritmia, dan stenosis aorta) akan menyebabkan penurunan curah jantung
sehingga akan terjadi penurunan oksigen pada seluruh jaringan termasuk otak yang dapat
menimbulkan sinkop (Muhith & Siyoto, 2016).

1.4 Pemeriksaan Fisik


- Cek tanda-tanda vital klien (tekanan darah, nadi, napas, dan suhu)
- Kepala dan leher (apakah ada penurunan penglihatan, penurunan pendengaran, dan
gerakan tidak seimbangan)
- Jantung (aritmia dan kelainan pada katup)
- Neurologi (perubahan status mental, defisit neurologis fokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, kekakuan, dan tremor)
- Muskuloskeletal (perubahan pada sendi, pembatasan gerak sendi, dan deformitas).
1.5 Pemeriksaan Penunjang
- Berg Balance Scale (BBS)
- Brain CT Scan
- EKG
- Identifikasi lingkungan tempat tinggal

2
1.6 Penatalaksanaan Medis dan Non-Medis
- Penatalaksanaan lansia dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan
fungsional dilakukan terapi untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga
dapat memperbaiki fungsionalnya
- Penatalaksanaan lansia dengan penurunan keseimbangan dilakukan program gait
training, latihan strengthening, dan menggunakan alat bantu yang sesuai. Biasanya pada
lansia yang mengalami stroke, fraktur kolum femoris, dan arthritis
- Memperbaiki lingkungan tempat biasanya lansia melakukan kegiatan atau lingkungan
rumah untuk mencegah terjadinya jatuh

II. Rencana Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko Jatuh NOC NIC
Definisi:  Trauma Risk For Fall Prevention
Peningkatan kerentanan  Injury risk for
untuk jatuh yang dapat  Mengidentifikasi defisit
menyebabkan bahaya Kriteria Hasil kognitif atau fisik pasien
fisik  Keseimbangan : yang dapat meningkatkan
kemampuan untuk potensi jatuh dalam
Faktor Risiko: mempertahankan lingkungan tertentu
Dewasa: ekuilibrium  Mengidentifikasi perilaku
 Usia 65 tahun atau lebih  Gerakan terkoordinasi : dan faktor yang
 Riwayat jatuh kemampuan otot untuk mempengaruhi risiko jatuh
 Tinggal sendiri bekerja sama secara  Mengidentifikasi
 Penggunaan alat bantu volunter untuk karakteristik lingkungan
(mis, walker, tongkat) melakukan gerakan yang yang dapat meningkatkan
 Penggunaan kursi roda bertujuan potensi untuk jatuh
Kognitif  Perilaku pencegahan (misalnya, lantai yang licin
 Penurunan status mental jatuh : tindakan individu dan tangga terbuka)
Lingkungan atau pemberi asuhan  Sarankan perubahan dalam
 Lingkungan yang tidak untuk meminimalkan gaya berjalan kepada
terorganisasi faktor resiko yang dapat pasien
 Ruang yang memiliki memicu jatuh  Mendorong pasien untuk
pencahayaan yang redup dilingkungan individu menggunakan tongkat atau
 Tidak ada meteri yang  Kejadian jatuh : tidak alat pembantu berjalan
antislip dikamar mandi ada kejadian jatuh  Kunci roda dari kursi roda,
 Tidak ada materi yang  Pengetahuan : tempat tidur, atau brankar
antislip ditempat mandi pemahaman pencegahan selama transfer pasien
pancuran jatuh  Memantau kemampuan
 Karpet yang tidak  Gerakan Terkoordinasi untuk mentransfer dari
rata/terlipat  Pengendalian risiko : tempat tidur ke kursi dan
 Ruang yang tidak penggunaan alkohol, demikian pula sebaliknya
narkoba  Gunakan teknik yang tepat

3
dikenal  Pengendalian risiko: untuk mentransfer pasien
 Kondisi cuaca (mis, pencahayaan sinar ke dan dari kursi roda,
lanta basah, es) matahari tempat tidur, toilet, dan
Medikasi  Lingkungan rumah aman sebagainya
 Penggunaan alcohol  Menyediakan toilet yang
 Agens anti hipertensi agak tinggi
 Deuretik  Menyediakan kursi dari
 Hipnotik ketinggian yang tepat,
 Narkotik/opiate dengan sandaran dan
 Obat penenang sandaran tangan untuk
 Antidepresan trisiklik memudahkan berpindah
Fisiologis  Menyediakan tempat tidur
 Sakit akut kasur dengan tepi yang
 Anemia erat untuk memudahkan
 Arthritis berpindah
 Penurunan kekuatan  Gunakan rel sisi panjang
ekstremitas bawah yang sesuai dan tinggi
 Diare untuk mencegah jatuh dari
 Kesulitan gaya berjalan tempat tidur, sesuai
 Vertigo saat kebutuhan
mengekstensikan leher  Memberikan pasien saran
 Masalah kaki untuk meminta bantuan
 Kesulitan mendengar perawat (misalnya, bel
 Gangguan atau cahaya panggilan)
keseimbangan  Memberikan pencahayaan
 Gangguan mobilitas yang memadai
fisik  Menyediakan lampu
 Inkontinensia malam di samping tempat
 Neoplasma (mis., tidur
Ietih/mobilitas terbatas)  Menyediakan pegangan
 Neuropati tangan yang terlihat dan
 Hipotensi ortostatisk memegang tiang
 Kondisi postoperative  Menyediakan lajur anti
 Perubahan gula darah tergelincir, permukaan
postprandial lantai nontrip/tidak
 Deficit proprioseptif tersandung
 Ngantuk  Menyediakan permukaan
 Berkemih yang nonslip/ anti
mendesak tergelincir di bak mandi
 Penyakit vaskuler atau pancuran
 Kesulitan melihat  Pastikan pasien yang
memakai sepatu yang pas,
kencangkan aman, dan
memiliki sol tidak mudah
tergelincir
 Anjurkan pasien untuk
memakai kacamata yang
sesuai, ketika keluar dari
tempat tidur
 Mendidik anggota

4
keluarga tentang faktor
risiko yang berkontribusi
terhadap jatuh dan
bagaimana mereka dapat
menurunkan resiko
tersebut
 Sarankan adaptasi rumah
untuk meningkatkan
keselamatan
 Instruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan
tangan untuk kamar mandi,
tangga, dan trotoar
 Sarankan alas kaki yang
aman
 Berkolaborasi dengan
anggota tim kesehatan lain
untuk meminimalkan efek
samping dari obat yang
berkontribusi terhadap
jatuh (misalnya, hipotensi
ortostatik)

Daftar Pustaka

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2008). Nursing interventions


classification, 5th edition. USA: Mosby Elsevier.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Herdman, T.H., Kamitsuru, S. (2014). Nursing diagnoses: definitions & classification 2015-
2017. NANDA International, Inc.
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi
Offset.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC), 5th edition. USA: Elsevier

You might also like