Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. (Wikipedia, 2007)
Penggunaan anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu sewaktu
Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina, mencatat kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat
(PABA), dalam menghasilkan anstesi korneal. (Rusda, 2004)
Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa oleh Einhorn pada tahun 1905.
Obat ini terbukti tidak bersifat adiksi dan jauh kurang toksik dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk
Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang
menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi. (Rusda, 2004)
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat-obat dengan berbagai keuntungan dapat
digunakan pada saat ini. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa kedokteran harus mempelajari bagaimana memilih jenis obat
anastesi lokal yang akan digunakan dan cara penggunaannya. Obat – obat anastsi lokal dikembangkan dari kokain yang
digunakan untuk pertama kalinya dalam kedokteran gigi dan oftalmologi pada abad ke – 19. Kini kokain sudah diganti
dengan lignokain (lidokain), buvikain (marccain), prilokain dan ropivakain. Prilokain terutama digunakan dalam preparat
topical.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai penambah pengetahuan tentang obat-obat anestesi lokal.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang obat-obat anestesi lokal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Dari abad ke 9-13, spons dengan obat tidur adalah mode yang doinan untuk mengurangi sakit selama operasi. Daun
Mandrake dengan tanaman beracun, candu dan tumbuhan lain, direbus bersama-sama dan disiramkan ke atas spons.Spons
tersebut lalu disusun kedalam air panas dan diletakan ke hidung pasien selama pembedahan. Sebagai publikasi dari laporan
pada saat itu. Spons tersebut pada umumnya mengandung mofin dan skopolamin dalam jumlah yang bervariasi, obat yang
dipergunakan dalam anestesi modern. Sebagai tambahan daripada menggunakan “spons tidur” orang Eropa mengurangi
rasa nyeri dengan hipnosis dengan meminum alkohol, tumbuhan dan ekstrak dari tanaman yang telah dipersiapkan dan
sebagai anestesi topikal yaitu dengan tekanan atau memakai es.
Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai ditemukan. Pada pertengahan abad ke 17, Marco Aurelio
Severino medeskripsikan “anestesi kulkas” meletakan salju dalam garis paralel melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat
tempat operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa menit. Teknik ini tidak pernah menjadi terkenal, mungkin karena
tantangan dari penyimpanan salju tahunan yang tidak cukup.
Dietil eter telah diketahui selama berabad-abad karena penggunaannya dahulu sebagai anestesi pembedahan. Hal
itu dilakukan bersama, pada mulanya pada abad ke-8 oleh filsafat Arab, Jabri Ibnu Hayyam atau mungkin oleh Raymond
Lully, pada abad ke 13, seorang ahli kimia Eropa. Tetapi dietil eter baru pertama kali diketahui pada abad ke-16 oleh
Valerius Cordus dan Paracelcius, yang mempersiapkan hal itu dengan menyuling asam sulfur (minyak dari vitriol) dengan
anggur dicampur alkohol untuk memproduksi oleum Vitroli dulce (minyak panas dari vitriol). Paracelsius (1493-1541)
mengobservasi bahwa hal itu membuat ayam tertidur dan bangun tanpa kesakitan. Dia menjadi waspada terhadap kualitas
analgetik tesebut. Walaupun demikian tidak ada catatan bahwa sarannya tersebut diikuti.
Tiga abad kemudian, hal yang sederhana ini meninggalkan agen terapetik dengan hanya penggunaannya yang
secara kebetulan. Beberapa dari milik tersebut diperiksa oleh beberapa ilmuwan Inggris termasuk Robert Boyle, Isaac
Newton dan Michael Faraday, namun tanpa ketertarikan. Hal itu hanya merupakan alikasi rutin dan merupakan obat
rekreasi yang tidak mahal diantara orang-orang miskin di Inggris dan Irlandia, dimana kadang-kadang meminum satu atau
dua eter yang mana karena pajak membat kepemilikannya menjadi mahal. Variasi Amerika dari praktek ini dilakukan oleh
sekelompok pelajar yang membasuh muka dengan handuk bereter pada aktu malam “gurauan eter”.
Seperti eter, nitrat oksida diketahui berguna untuk menginduksi sehingga kepala terasa ringan dan sering dihirup
oleh orang yang mendapat ketegangan. Barang ini jarang dipergunakan seperti eter karena lebih kompleks untuk
dipersiapkan dan kaku untuk disimpan. Benda itu diproduksi dengan memanaskan amonium nitrat. Gas yang bekerja lambat
melewati air untuk mengeliminasi oksida oksik dari nitrogen sebelum disimpan. Nitrat oksida pertama kali dipersiapkan
tahun 1773 oleh Joseph Prietsley, seorang ilmuwan Inggris. Dalam tahun pembelajarannya, Prietsley mempersiapkan dan
memeriksa beberapa gas termasuk nitrat oksida, amonia, sulfur dioksida, oksigen, karbon monooksida dan karbon dioksida
Pada akhir abad ke-19 di Inggris, ada keinginan yang kuat dalam dugaan penggunaan efek yang menyehatkan dari
air mineral dan gas. Hal ini membuat pembangunan tempat air panas untuk umum. Partikel air dan gas dipercaya untuk
mencegah dan mengobati penyakit. Hal itu membuat penggunaan dari gas untuk menyembuhkan sariawan, tuberkulosis dan
penyakit lain membuat Thomass Beddoes untuk membuka Institut pneumonia dekatdengan pemandian kecil dari Hotwells,
dikota Bristol, dimana dia menyewa Humphry Davy pada tahun 1798 untuk menjalankan proyek penelitiannya.
Humphry Davy (1778 – 1892) adalah seorang muda dengan penuh kemampuan. Dia mempertunjukan seri-seri
penelitian yang luar biasa dari beberapa gas, namun terutama di fokuskan pada nitrat oksida, dimana dia bersama temannya
menghirup melalui masker wajah yang didesain untuk perusahaan James Watt, penemu dari mesin uap. Davy
mempergunakan mesin ini untuk mengukur rata-rata pengambilan nitrat oksida dan efeknya pada pernapasan dan aksinya
pada sistem saraf pusat. Hasil ini dikombinasikan dengan penelitian properti fisik dari nitrat oksida, 580 halaman buku
dipublikaasikan pada tahun 1800. Uraian yang mengesankan ini sekarang diingat sebagai beberapa observasi yang tanpa
sengaja. Komentar Davy bahwa nitrat oksida secara sementara meringankan sakit kepala yang berat, membebaskan sakit
kepala yang ringan dan menghilangkan rasa sakit gigi. Kutipan yng paling sering diutarakan :”seperti nitrat oksida dalam
operasi yang liuas muncul dengan kemampuan untuk menghilangkan rasa nyeri, benda itu mungkin dapat dipergunakan
dalam operasi pembedahan dengan pancaran darah yang tidak besar”. Meskipun Davy tidak mengikuti ramalan ini, mungkin
karena mengatur karirnya dalam dasar penelitiannya, dia menguangkan sifat dari nitrat oksida sebagai “gas tertawa”.
John Snow ; Ahli anestesi pertama
John Snow telah merupakan ilmuwan yang ternama yang telah mempresentasikan makalah dari subjek fisiologis
waktu kabar dari anestesi eter telah mencapai Inggris pada Desember 1846. Dia menunjukan ketertarikannya dalam
praktek anestesi dan dalam waktu singkat diundang untuk bekerja sama dengan ahli bedah pada waktu itu. Dia tidak hanya
fasih dalam penyediaan anestesi tetapi juga seorang peneliti yang ulet. Deskripsi inovatif tentang derajat anestesi
berdasarkan respon pasien tidak dapat ditingkatkan selama 70 tahun.
Sebagai tambahan untuk membangun aspek yang kuat untuk memperdalam fisiologi anestesi, Snow juga
mempromosikan pengembangan alat-alat anestesi. Dia segera menyadari bahwa pengisapan eter yang tidak adekuat pada
waktu pasien bernapas dengan alat yang ditempelkan pada mulut. Setelah berlatih anestesi hanya selama 2 minggu, Snow
merancang seri pertana dari eter inhaler. Peralatannya mengandung katup unudireksional. Masker wajah sederhana buatan
sendiri, yang mendekati bentuk masker wajah modern. Bagian dari wsjah tersebut dihubungkan kedalam alat penguapan
dengan sebuah tabung pernapasan, yang mana dirancang lebih lebar dari trakea manusia sehingga meskipun pernapasan
yang epat tidak akan terbuang. Kait besi didalam alat memastikan pengangkutan dari eter. Objek tersebut menggantung
tempat dari air hangat untuk mengatur agen yang cenderung setelah tercukupi dengan membeikan observasi secara Cuma-
Cuma. “Tidak ada batasan kebanggaan dalam membuatnya”.
Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler kloroform, dia telah mengenal sifat-sifatnya dan
memilihnya sebagai bahan uji coba. Pada saat yang bersamaan, dia menyatakan bahwa untuk menjadi seri percobaan yang
luar biasa harus meliputi lingkungan dan sikap.Snow menyadari bahwa ahli anestesi yang baik tidak hanya menghilangkan
nyeri, tetapi juga mencegah pergerakan. Dia menganestesi beberapa spesies binatang dan beberapa variasi konsentrasi
daripada eter dan kloroform untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk mencegah gerakan terhadap stimulus yang
tajam. Meskipun adanya keterbatasan teknologi pada tahun 1848, elemen dari pekerjaannya mengantisipasi konsep modern
dari konsentrasi alveolar minimal (MAC). Snow menyatakan bahwa aksi dari anestesi dalam jumlah yang potensial dan
meskipun dia tidak menemukan pengganti terhadap kloroform atau eter, dia menemukan hubungan antara kelarutan, gaas,
tekanan dan potensi anestesi yang tidak terlalu dihargai sampai setelah perang dunia II dimana Charles Suckling
memerintahkan prinsip Sow dalam menciptakan halotan. Dia juga membuat percobaan dengan peralatan sirkuit tertutup
yang subjeknya Snow sendiri, menghirup oksigen sambil mengeluarkan karbondioksida yang di absorbsi oleh potasium
hidroksida. Snow menciptakan 2 buku Inhalasi dari bentuk gas eter (1847) dan kloroform dan anestesi lainnya (1858) yang
hampir selesai ketika dia meninggal karena stroke pada umur 45 tahun.
Penyelidikan Snow tidak membatasi ilmu anestesi. Memorinya juga dihargai oleh berbagai spesialis dalam bidang
penyakit infeksi dan tropis yang di buktikn dengan studi epidemologi pada tahun 1854, dimana kolera ditrnsmisikan melalui
air. Pada saat itu sebelum perkembangan mikrobiologi oleh Louis Pasteur dan Robert Koch banyakilmuwan di Amrika utara
dan Eropa menyangka bahwa bahaya epidemi kolera berulang karena kontaminasi dari udara. Dalam beberapa tahun, Snow
telah percaya bahwa karena penyakit tersebut disebabkan oleh traktus gastrointestinal maka agen penyebabnya pasti
karena termakan, bukan karena pernapasan. Pada tahun 1854 dia memperoleh kesempatan membuktikan tesisnya ketika
kolera melanda daerahnya di London dan menyebabkan kematiaan 500 orang di dekat kediamannya. Snow menyatakan
bahwa persediaan suplai air dari orang-orang tersebut berasal dari pompa di broad street. Dia menyipkan apa yang menjadi
survey epidemologi pertamanya. Dengan informasi tersebut dia dapat meyakinkan orang-orang pada daerah tersebut untuk
mencari sumber air lain. Masalah epidemologi tersebut terselesaikan.
Penemuan Anestesia Regional pada Abad XIX
Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca. Kemampuannya dalam mematirasakan
membran mukosa dan jaringan terbuka telah diketahui selama berabad-abad di Peru. Albert Niemann memurnikan alkaloid
aktif tersebut dan menamainya cocaine.
Carl Koller (1857 – 1944), seorang dokter mata di Wina, Austria, pertama kali menggunakan kokain pada praktek
kliniknya pada 1884. Sebelumnya, banyak operasi mata tanpa anestesia dan empat dekade setelah ditemukannya eter,
anestesi umum memiliki keterbatasan.
Dokter-dokter bedah Amerika dengan cepat mengembangkan aplikasi kokain:
a. Oktober 1884, anetesia terhadap hidung, mulut, laring, trakea, rektum dan uretra.
b. November 1884, injeksi subkutan.
c. Desember 1884, Wiliam Halstead dan Richard Hall menjabarkan blok sensorik muka dan lengan.
Kecanduan kokain dan morfin merupakan masalah yamng sering timbul pada akhir abad XIX.
Teknik anestesia lokal lainnya dilakukan sebelum akhir abad XIX. Tahun 1885, Leonard Corning, dokter ahli saraf,
melakukan anestesia spinal dan mengusulkan substitusi eter untuk tindakan bedah genitourinaria atau cabang-cabang
bedah lainnya.
August Bier dan Theodor Tuffier, menjelaskan anestesia spinal otentik. Dalam comparative review dari artikel asli dari
Bier, Tuffier, dan Corning, disimpulkan bahwa injeksi Corning merupakan anestesia ekstradural dan Bier berjasa dalam
memperkenalkan anestesia spinal.
SKOPE ANESTESIOLOGY MODERN
Pengamatan perkembangan anesthesiology dapat diperluas sampai waktu yang tidak terbatas oleh sebuah eksplorasi
masing-masing subbagian, tetapi suatu penilaian dari pekerjaan kita langsung akan tampak oleh “personal survey” tempat
dimana kita bertugas.
Setelah pembedahan, pasien dipindahkan ke perawatan posenestesia atau ruang pemulihan, sebuah tempat yang
sekarang dianggap sebagai bangsal ahli anestesi. Limapuluh tahun yang lalu, dibawa secara langsung dari ruang operasi ke
bangsal bedah dan hanya diikuti oleh perawat junior. Orang tersebut beruntung baik ketrampilan dan intervensi peralatan
ketika komplikasi terjadi. Setelah perang dunia II berpikir tentang pentingnya perawatan sentral. Tahun 1960, perawatan
kritis berkembang melalui penggunaan ventilator mekanik. Pasien yang membutuhkan beberapa hari pengobatan
intensif dan perawatan dirawat di sudut ruang pemulihan. Pada waktu itu, beberapa tempat tidur diberi sekat dan
direlokasi menjadi “intensice care units”. Prinsip perawatan resusitasi dan suportif didirikan oleh ahli anestesi
mentansformasi “critical care medicine”.
Masa depan anestesiologi sangat cerah. Obat-obat yang lebih aman yang sekali direvolusi merawat pasien-pasien
setelah pembedahan dengan konstan akan terus diperbaiki. Tugas anestesi berlanjut meluas, sebagai dokter dengan latar
belakang spesialis telah mengembngkan klinik kontrol nyeri kronik dan pasien bedah rawat jalan. Praktek anestesi, baik
didalam maupun diluar kamar operasi, akan menjadi bagian dari pengalaman di atas meja operasi.
E. Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan cara menghindarkan untuk sementara
pembentukan dan trasmisi implus melalui sel saraf ujungnya. Seperti juga alcohol dan barbital, anastesi lokal menghambat
penerusan implus dengan cara menurunkan permebilitas membran sel saraf untuk ion – natrium yang perlu bagi fungsi
saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan membran
neuron. Pada waktu yang bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik
lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara resevibel.
b. System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne dapat hasil dari kelumpuhan saraf frenik dan
interkostal atau depresi pusat pernafasan medural berikut kontak lansung dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne
postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial, lidokain intravena ( 1.5 mg/kg ) dapat memblokir refleks
bronkokonstriksi kadang – kadang dikaitkan dengan intubasi. Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan
bronkospasme pada beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.
c. Jantung dan System kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi IV spontan ) dan mengurangi durasi
periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan kecepatan konduksi juga tertekan pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini
efek dari peubahan langsung membrane otot jantung ( natrium blockade saluran jantung ) dan penghambat system saraf
otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain menghasilkan relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat
vasodilatasi arteriol. Kombinasi berikutnya dari bradikardi, blok jantung, dan hipotensi dapat berujung pada serangan
jantung. Mayor toksisitas kardiovaskuler biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah yang menghasilkan
kejang.
d. Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat para amnino benzoic acids ( PABA ) yang
dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat menediakan efek anti bakteri dari sulfonamide yang berdasarkan antagonism
persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan sulfa tidak boleh dikombinasikan dengan penggunaan ester – ester
tersebut. Toksisitas sangat bergantung pada :
1. Jumlah larutan yang disuntukan
2. Kosentrasi obat
3. Ada tidaknya adrenalin
4. Vaskularisasi tempat suntikan
5. Absorpsi obat
6. Laju destruksi obat
7. Hipersensitivitas
8. Usia
9. Keadaan umum
10. Berat badan
e. Depresi Otot polos
Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obat – obat anastesi lokal. Inhibisi kandung kemih
biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi sebaliknya inkontinensia urine da fases mungkin saja terjadi. Analgesia epidural
akan disertai dengan peningkatan resiko retensi urin postpartum. Masalah yang potensial dlam jangka pendek dan jangka
panjang yang timbul akibat kateterisasi urine yang berkali – kali tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural maka:
1. Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata antara anastesi epidural dan pemberian
opoid adalah 42 dan 14 menit )
2. Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
3. Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
4. Malposisi janin lebih sering terjadi
5. Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
6. Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali
Obat – obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :
1. Menimbulkan relaksasi otot – otot dasar panggul
2. Mengurangi refleks mengejan
3. Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
4. Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot
5. Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.
Efek anastesi lokal pada neonatus. Dalam pemberian obat anastesi lokal secara epidural dapt memberikan efek
neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates yang tidak terdeteksi pada usia 18 bulan. System auditorius pada neonates
dapat mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek samping neurobehavioural tidak merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal, takipnea dan gangguan pada metabolism
lipid. Tindakan analgesia epidural pada neonates memberikan kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki
nilai APGAR yang rendah pada waktu lima menit atau memerlukan nalokson jika dibandingkan dengan kemungkinan yang
terjadi setelah pepmberian opoid.
Anestesi Infiltrasi, suntikan diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung syarafnya. Misal pada daerah kecil kulit
atau pada gusi untuk pencabutan gigi.
Anestesi Penyaluran Saraf, penyuntikan dilakukan pada tempat banyak saraf berkumpul, hingga tercapai anestesi
pada bagian yang lebih luas. Misal pada lengan atau kaki
Anestesi Permukaan, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau gatal. Misalnya dalam bentuk
suppositoria untuk penyakit ambein.
Pada obat anestesi lokal, biasanya yang digunakan adalah garam-garam kloridanya yang mudah larut dalam air. Untuk
memperpanjang daya kerjanya, maka sering ditambahkan obat lain untuk menciutkan pembuluh darah (vasokonstriktor)
misalnya larutan adrenalin. Selain itu absorpsi akan diperlambat dan toksisitasnya akan berkurang, mulai kerja akan lebih
cepat dengan khasiat yang lebih bagus, serta lokasi pembedahaan tidak berdarah namun larutan yang mengandung
vasokonstriktor sebaiknya jangan digunakan pada jari-jari tangan karena resiko gangrene.
4. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2 – 30 menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang artinya “tidak ada rasa sakit”. Istilah ini
menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan
nyeri pembedahan.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Anestesia lokal → hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
b. Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel
penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau
dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan
kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk
pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestesi lokal, antara lain;
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang
stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan semoga bisa menambah ilmu
pengetahuan mengenai obat-obat anestesi lokal sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dapat diterima
dengan baik.
Penggunaan Anestesi dan golongannya untuk meniadakan gangguan rasa sakit di SSP sangatlah penting dan berguna. Tetapi,
harus tetap berpegang teguh pada aturan dan juga sang konseler yaitu dokter. Apabila penggunaan nya atau pun
penggunaan obat secara universal ini disalah gunakan, tentulah akibat buruk yang akan di dapat di akhir eksperimen kita
sebagai orang awam yang tak tahu apapun tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya salah
DAFTAR PUSTAKA
Posting Komentar
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Farmakologi. Adapun makalah ini mengenai “Anestesi Lokal”.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan kreatifitas kami sebagai penyusun dan
kesempurnaan makalah ini, kami menunggu kritik dan saran dari pembaca, baik dari segi isi serta
pemaparannya. Harapan kami semoga pada makalah yang akan datang dapat diperbaiki.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang
hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat
dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Akademi Kebidanan Jakarta Mitra
Sejahtera Jambi.
Akhir kata, melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 12
Dari abad ke 9-13, spons dengan obat tidur adalah mode yang doinan untuk mengurangi sakit
selama operasi. Daun Mandrake dengan tanaman beracun, candu dan tumbuhan lain, direbus bersama-
sama dan disiramkan ke atas spons.Spons tersebut lalu disusun kedalam air panas dan diletakan ke
hidung pasien selama pembedahan. Sebagai publikasi dari laporan pada saat itu. Spons tersebut pada
umumnya mengandung mofin dan skopolamin dalam jumlah yang bervariasi, obat yang dipergunakan
dalam anestesi modern. Sebagai tambahan daripada menggunakan “spons tidur” orang Eropa
mengurangi rasa nyeri dengan hipnosis dengan meminum alkohol, tumbuhan dan ekstrak dari tanaman
yang telah dipersiapkan dan sebagai anestesi topikal yaitu dengan tekanan atau memakai es.
Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai ditemukan. Pada pertengahan abad
ke 17, Marco Aurelio Severino medeskripsikan “anestesi kulkas” meletakan salju dalam garis paralel
melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat tempat operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa
menit. Teknik ini tidak pernah menjadi terkenal, mungkin karena tantangan dari penyimpanan salju
tahunan yang tidak cukup.
Dietil eter telah diketahui selama berabad-abad karena penggunaannya dahulu sebagai anestesi
pembedahan. Hal itu dilakukan bersama, pada mulanya pada abad ke-8 oleh filsafat Arab, Jabri Ibnu
Hayyam atau mungkin oleh Raymond Lully, pada abad ke 13, seorang ahli kimia Eropa. Tetapi dietil eter
baru pertama kali diketahui pada abad ke-16 oleh Valerius Cordus dan Paracelcius, yang
mempersiapkan hal itu dengan menyuling asam sulfur (minyak dari vitriol) dengan anggur dicampur
alkohol untuk memproduksi oleum Vitroli dulce (minyak panas dari vitriol). Paracelsius (1493-1541)
mengobservasi bahwa hal itu membuat ayam tertidur dan bangun tanpa kesakitan. Dia menjadi
waspada terhadap kualitas analgetik tesebut. Walaupun demikian tidak ada catatan bahwa sarannya
tersebut diikuti.
Tiga abad kemudian, hal yang sederhana ini meninggalkan agen terapetik dengan hanya
penggunaannya yang secara kebetulan. Beberapa dari milik tersebut diperiksa oleh beberapa ilmuwan
Inggris termasuk Robert Boyle, Isaac Newton dan Michael Faraday, namun tanpa ketertarikan. Hal itu
hanya merupakan alikasi rutin dan merupakan obat rekreasi yang tidak mahal diantara orang-orang
miskin di Inggris dan Irlandia, dimana kadang-kadang meminum satu atau dua eter yang mana karena
pajak membat kepemilikannya menjadi mahal. Variasi Amerika dari praktek ini dilakukan oleh
sekelompok pelajar yang membasuh muka dengan handuk bereter pada aktu malam “gurauan eter”.
Seperti eter, nitrat oksida diketahui berguna untuk menginduksi sehingga kepala terasa ringan
dan sering dihirup oleh orang yang mendapat ketegangan. Barang ini jarang dipergunakan seperti eter
karena lebih kompleks untuk dipersiapkan dan kaku untuk disimpan. Benda itu diproduksi dengan
memanaskan amonium nitrat. Gas yang bekerja lambat melewati air untuk mengeliminasi oksida oksik
dari nitrogen sebelum disimpan. Nitrat oksida pertama kali dipersiapkan tahun 1773 oleh Joseph
Prietsley, seorang ilmuwan Inggris. Dalam tahun pembelajarannya, Prietsley mempersiapkan dan
memeriksa beberapa gas termasuk nitrat oksida, amonia, sulfur dioksida, oksigen, karbon monooksida
dan karbon dioksida
Pada akhir abad ke-19 di Inggris, ada keinginan yang kuat dalam dugaan penggunaan efek yang
menyehatkan dari air mineral dan gas. Hal ini membuat pembangunan tempat air panas untuk umum.
Partikel air dan gas dipercaya untuk mencegah dan mengobati penyakit. Hal itu membuat penggunaan
dari gas untuk menyembuhkan sariawan, tuberkulosis dan penyakit lain membuat Thomass Beddoes
untuk membuka Institut pneumonia dekatdengan pemandian kecil dari Hotwells, dikota Bristol, dimana
dia menyewa Humphry Davy pada tahun 1798 untuk menjalankan proyek penelitiannya.
Humphry Davy (1778 – 1892) adalah seorang muda dengan penuh kemampuan. Dia
mempertunjukan seri-seri penelitian yang luar biasa dari beberapa gas, namun terutama di fokuskan
pada nitrat oksida, dimana dia bersama temannya menghirup melalui masker wajah yang didesain
untuk perusahaan James Watt, penemu dari mesin uap. Davy mempergunakan mesin ini untuk
mengukur rata-rata pengambilan nitrat oksida dan efeknya pada pernapasan dan aksinya pada sistem
saraf pusat. Hasil ini dikombinasikan dengan penelitian properti fisik dari nitrat oksida, 580 halaman
buku dipublikaasikan pada tahun 1800. Uraian yang mengesankan ini sekarang diingat sebagai
beberapa observasi yang tanpa sengaja. Komentar Davy bahwa nitrat oksida secara sementara
meringankan sakit kepala yang berat, membebaskan sakit kepala yang ringan dan menghilangkan rasa
sakit gigi. Kutipan yng paling sering diutarakan :”seperti nitrat oksida dalam operasi yang liuas muncul
dengan kemampuan untuk menghilangkan rasa nyeri, benda itu mungkin dapat dipergunakan dalam
operasi pembedahan dengan pancaran darah yang tidak besar”. Meskipun Davy tidak mengikuti
ramalan ini, mungkin karena mengatur karirnya dalam dasar penelitiannya, dia menguangkan sifat dari
nitrat oksida sebagai “gas tertawa”.
John Snow ; Ahli anestesi pertama
John Snow telah merupakan ilmuwan yang ternama yang telah mempresentasikan makalah dari
subjek fisiologis waktu kabar dari anestesi eter telah mencapai Inggris pada Desember 1846. Dia
menunjukan ketertarikannya dalam praktek anestesi dan dalam waktu singkat diundang untuk bekerja
sama dengan ahli bedah pada waktu itu. Dia tidak hanya fasih dalam penyediaan anestesi tetapi juga
seorang peneliti yang ulet. Deskripsi inovatif tentang derajat anestesi berdasarkan respon pasien tidak
dapat ditingkatkan selama 70 tahun.
Sebagai tambahan untuk membangun aspek yang kuat untuk memperdalam fisiologi anestesi,
Snow juga mempromosikan pengembangan alat-alat anestesi. Dia segera menyadari bahwa pengisapan
eter yang tidak adekuat pada waktu pasien bernapas dengan alat yang ditempelkan pada mulut. Setelah
berlatih anestesi hanya selama 2 minggu, Snow merancang seri pertana dari eter inhaler. Peralatannya
mengandung katup unudireksional. Masker wajah sederhana buatan sendiri, yang mendekati bentuk
masker wajah modern. Bagian dari wsjah tersebut dihubungkan kedalam alat penguapan dengan
sebuah tabung pernapasan, yang mana dirancang lebih lebar dari trakea manusia sehingga meskipun
pernapasan yang epat tidak akan terbuang. Kait besi didalam alat memastikan pengangkutan dari eter.
Objek tersebut menggantung tempat dari air hangat untuk mengatur agen yang cenderung setelah
tercukupi dengan membeikan observasi secara Cuma-Cuma. “Tidak ada batasan kebanggaan dalam
membuatnya”.
Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler kloroform, dia telah mengenal sifat-
sifatnya dan memilihnya sebagai bahan uji coba. Pada saat yang bersamaan, dia menyatakan bahwa
untuk menjadi seri percobaan yang luar biasa harus meliputi lingkungan dan sikap.Snow menyadari
bahwa ahli anestesi yang baik tidak hanya menghilangkan nyeri, tetapi juga mencegah pergerakan. Dia
menganestesi beberapa spesies binatang dan beberapa variasi konsentrasi daripada eter dan kloroform
untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk mencegah gerakan terhadap stimulus yang tajam.
Meskipun adanya keterbatasan teknologi pada tahun 1848, elemen dari pekerjaannya mengantisipasi
konsep modern dari konsentrasi alveolar minimal (MAC). Snow menyatakan bahwa aksi dari anestesi
dalam jumlah yang potensial dan meskipun dia tidak menemukan pengganti terhadap kloroform atau
eter, dia menemukan hubungan antara kelarutan, gaas, tekanan dan potensi anestesi yang tidak terlalu
dihargai sampai setelah perang dunia II dimana Charles Suckling memerintahkan prinsip Sow dalam
menciptakan halotan. Dia juga membuat percobaan dengan peralatan sirkuit tertutup yang subjeknya
Snow sendiri, menghirup oksigen sambil mengeluarkan karbondioksida yang di absorbsi oleh potasium
hidroksida. Snow menciptakan 2 buku Inhalasi dari bentuk gas eter (1847) dan kloroform dan anestesi
lainnya (1858) yang hampir selesai ketika dia meninggal karena stroke pada umur 45 tahun.
Penyelidikan Snow tidak membatasi ilmu anestesi. Memorinya juga dihargai oleh berbagai
spesialis dalam bidang penyakit infeksi dan tropis yang di buktikn dengan studi epidemologi pada
tahun 1854, dimana kolera ditrnsmisikan melalui air. Pada saat itu sebelum perkembangan
mikrobiologi oleh Louis Pasteur dan Robert Koch banyakilmuwan di Amrika utara dan Eropa
menyangka bahwa bahaya epidemi kolera berulang karena kontaminasi dari udara. Dalam beberapa
tahun, Snow telah percaya bahwa karena penyakit tersebut disebabkan oleh traktus gastrointestinal
maka agen penyebabnya pasti karena termakan, bukan karena pernapasan. Pada tahun 1854 dia
memperoleh kesempatan membuktikan tesisnya ketika kolera melanda daerahnya di London dan
menyebabkan kematiaan 500 orang di dekat kediamannya. Snow menyatakan bahwa persediaan suplai
air dari orang-orang tersebut berasal dari pompa di broad street. Dia menyipkan apa yang menjadi
survey epidemologi pertamanya. Dengan informasi tersebut dia dapat meyakinkan orang-orang pada
daerah tersebut untuk mencari sumber air lain. Masalah epidemologi tersebut terselesaikan.
Penemuan Anestesia Regional pada Abad XIX
Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca. Kemampuannya dalam
mematirasakan membran mukosa dan jaringan terbuka telah diketahui selama berabad-abad di Peru.
Albert Niemann memurnikan alkaloid aktif tersebut dan menamainya cocaine.
Carl Koller (1857 – 1944), seorang dokter mata di Wina, Austria, pertama kali menggunakan
kokain pada praktek kliniknya pada 1884. Sebelumnya, banyak operasi mata tanpa anestesia dan empat
dekade setelah ditemukannya eter, anestesi umum memiliki keterbatasan.
Dokter-dokter bedah Amerika dengan cepat mengembangkan aplikasi kokain:
a. Oktober 1884, anetesia terhadap hidung, mulut, laring, trakea, rektum dan uretra.
b. November 1884, injeksi subkutan.
c. Desember 1884, Wiliam Halstead dan Richard Hall menjabarkan blok sensorik muka dan lengan.
Kecanduan kokain dan morfin merupakan masalah yamng sering timbul pada akhir abad XIX.
Teknik anestesia lokal lainnya dilakukan sebelum akhir abad XIX. Tahun 1885, Leonard Corning,
dokter ahli saraf, melakukan anestesia spinal dan mengusulkan substitusi eter untuk tindakan bedah
genitourinaria atau cabang-cabang bedah lainnya.
August Bier dan Theodor Tuffier, menjelaskan anestesia spinal otentik. Dalam comparative
review dari artikel asli dari Bier, Tuffier, dan Corning, disimpulkan bahwa injeksi Corning merupakan
anestesia ekstradural dan Bier berjasa dalam memperkenalkan anestesia spinal.
SKOPE ANESTESIOLOGY MODERN
Pengamatan perkembangan anesthesiology dapat diperluas sampai waktu yang tidak terbatas
oleh sebuah eksplorasi masing-masing subbagian, tetapi suatu penilaian dari pekerjaan kita langsung
akan tampak oleh “personal survey” tempat dimana kita bertugas.
Setelah pembedahan, pasien dipindahkan ke perawatan posenestesia atau ruang pemulihan,
sebuah tempat yang sekarang dianggap sebagai bangsal ahli anestesi. Limapuluh tahun yang lalu,
dibawa secara langsung dari ruang operasi ke bangsal bedah dan hanya diikuti oleh perawat junior.
Orang tersebut beruntung baik ketrampilan dan intervensi peralatan ketika komplikasi terjadi. Setelah
perang dunia II berpikir tentang pentingnya perawatan sentral. Tahun 1960, perawatan kritis
berkembang melalui penggunaan ventilator mekanik. Pasien yang membutuhkan beberapa hari
pengobatan intensif dan perawatan dirawat di sudut ruang pemulihan. Pada waktu itu, beberapa
tempat tidur diberi sekat dan direlokasi menjadi “intensice care units”. Prinsip perawatan resusitasi
dan suportif didirikan oleh ahli anestesi mentansformasi “critical care medicine”.
Masa depan anestesiologi sangat cerah. Obat-obat yang lebih aman yang sekali direvolusi
merawat pasien-pasien setelah pembedahan dengan konstan akan terus diperbaiki. Tugas anestesi
berlanjut meluas, sebagai dokter dengan latar belakang spesialis telah mengembngkan klinik kontrol
nyeri kronik dan pasien bedah rawat jalan. Praktek anestesi, baik didalam maupun diluar kamar
operasi, akan menjadi bagian dari pengalaman di atas meja operasi.
E. Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan cara menghindarkan
untuk sementara pembentukan dan trasmisi implus melalui sel saraf ujungnya. Seperti juga alcohol dan
barbital, anastesi lokal menghambat penerusan implus dengan cara menurunkan permebilitas
membran sel saraf untuk ion – natrium yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan
adanya persaingan dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan membran neuron. Pada waktu
yang bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik
lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara resevibel.
b. System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne dapat hasil dari
kelumpuhan saraf frenik dan interkostal atau depresi pusat pernafasan medural berikut kontak lansung
dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial,
lidokain intravena ( 1.5 mg/kg ) dapat memblokir refleks bronkokonstriksi kadang – kadang dikaitkan
dengan intubasi. Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan bronkospasme pada
beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.
c. Jantung dan System kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi IV spontan ) dan
mengurangi durasi periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan kecepatan konduksi juga tertekan
pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari peubahan langsung membrane otot jantung ( natrium
blockade saluran jantung ) dan penghambat system saraf otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain
menghasilkan relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat vasodilatasi arteriol.
Kombinasi berikutnya dari bradikardi, blok jantung, dan hipotensi dapat berujung pada serangan
jantung. Mayor toksisitas kardiovaskuler biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah
yang menghasilkan kejang.
d. Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat para amnino benzoic
acids ( PABA ) yang dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat menediakan efek anti bakteri dari
sulfonamide yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan
sulfa tidak boleh dikombinasikan dengan penggunaan ester – ester tersebut. Toksisitas sangat
bergantung pada :
1. Jumlah larutan yang disuntukan
2. Kosentrasi obat
3. Ada tidaknya adrenalin
4. Vaskularisasi tempat suntikan
5. Absorpsi obat
6. Laju destruksi obat
7. Hipersensitivitas
8. Usia
9. Keadaan umum
10. Berat badan
e. Depresi Otot polos
Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obat – obat anastesi lokal. Inhibisi
kandung kemih biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi sebaliknya inkontinensia urine da fases
mungkin saja terjadi. Analgesia epidural akan disertai dengan peningkatan resiko retensi urin
postpartum. Masalah yang potensial dlam jangka pendek dan jangka panjang yang timbul akibat
kateterisasi urine yang berkali – kali tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural maka:
1. Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata antara anastesi
epidural dan pemberian opoid adalah 42 dan 14 menit )
2. Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
3. Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
4. Malposisi janin lebih sering terjadi
5. Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
6. Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali
Obat – obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :
1. Menimbulkan relaksasi otot – otot dasar panggul
2. Mengurangi refleks mengejan
3. Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
4. Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot
5. Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.
Efek anastesi lokal pada neonatus. Dalam pemberian obat anastesi lokal secara epidural dapt
memberikan efek neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates yang tidak terdeteksi pada usia 18
bulan. System auditorius pada neonates dapat mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek
samping neurobehavioural tidak merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal, takipnea dan
gangguan pada metabolism lipid. Tindakan analgesia epidural pada neonates memberikan
kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki nilai APGAR yang rendah pada waktu lima
menit atau memerlukan nalokson jika dibandingkan dengan kemungkinan yang terjadi setelah
pepmberian opoid.
Anestesi Infiltrasi, suntikan diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung syarafnya. Misal pada
daerah kecil kulit atau pada gusi untuk pencabutan gigi.
Anestesi Penyaluran Saraf, penyuntikan dilakukan pada tempat banyak saraf berkumpul, hingga
tercapai anestesi pada bagian yang lebih luas. Misal pada lengan atau kaki
Anestesi Permukaan, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau gatal. Misalnya
dalam bentuk suppositoria untuk penyakit ambein.
Pada obat anestesi lokal, biasanya yang digunakan adalah garam-garam kloridanya yang mudah larut
dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya, maka sering ditambahkan obat lain untuk menciutkan
pembuluh darah (vasokonstriktor) misalnya larutan adrenalin. Selain itu absorpsi akan diperlambat
dan toksisitasnya akan berkurang, mulai kerja akan lebih cepat dengan khasiat yang lebih bagus, serta
lokasi pembedahaan tidak berdarah namun larutan yang mengandung vasokonstriktor sebaiknya
jangan digunakan pada jari-jari tangan karena resiko gangrene.
4. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2 – 30
menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang artinya “tidak ada rasa
sakit”. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Anestesia lokal → hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
b. Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi
secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja
demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel
saraf. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil
tubuh seperti gigi atau area kulit.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestesi lokal, antara lain;
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air dan
menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan semoga bisa
menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi lokal sehingga materi yang disampaikan
dapat dimengerti dan dapat diterima dengan baik.
Penggunaan Anestesi dan golongannya untuk meniadakan gangguan rasa sakit di SSP sangatlah penting
dan berguna. Tetapi, harus tetap berpegang teguh pada aturan dan juga sang konseler yaitu dokter.
Apabila penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara universal ini disalah gunakan, tentulah
akibat buruk yang akan di dapat di akhir eksperimen kita sebagai orang awam yang tak tahu apapun
tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya salah.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Farmakologi. Adapun makalah ini mengenai “Anestesi Lokal”.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan kreatifitas kami sebagai penyusun dan
kesempurnaan makalah ini, kami menunggu kritik dan saran dari pembaca, baik dari segi isi serta
pemaparannya. Harapan kami semoga pada makalah yang akan datang dapat diperbaiki.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang
hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat
dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Akademi Kebidanan Jakarta Mitra
Sejahtera Jambi.
Akhir kata, melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 12
Dari abad ke 9-13, spons dengan obat tidur adalah mode yang doinan untuk mengurangi sakit
selama operasi. Daun Mandrake dengan tanaman beracun, candu dan tumbuhan lain, direbus bersama-
sama dan disiramkan ke atas spons.Spons tersebut lalu disusun kedalam air panas dan diletakan ke
hidung pasien selama pembedahan. Sebagai publikasi dari laporan pada saat itu. Spons tersebut pada
umumnya mengandung mofin dan skopolamin dalam jumlah yang bervariasi, obat yang dipergunakan
dalam anestesi modern. Sebagai tambahan daripada menggunakan “spons tidur” orang Eropa
mengurangi rasa nyeri dengan hipnosis dengan meminum alkohol, tumbuhan dan ekstrak dari tanaman
yang telah dipersiapkan dan sebagai anestesi topikal yaitu dengan tekanan atau memakai es.
Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai ditemukan. Pada pertengahan abad
ke 17, Marco Aurelio Severino medeskripsikan “anestesi kulkas” meletakan salju dalam garis paralel
melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat tempat operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa
menit. Teknik ini tidak pernah menjadi terkenal, mungkin karena tantangan dari penyimpanan salju
tahunan yang tidak cukup.
Dietil eter telah diketahui selama berabad-abad karena penggunaannya dahulu sebagai anestesi
pembedahan. Hal itu dilakukan bersama, pada mulanya pada abad ke-8 oleh filsafat Arab, Jabri Ibnu
Hayyam atau mungkin oleh Raymond Lully, pada abad ke 13, seorang ahli kimia Eropa. Tetapi dietil eter
baru pertama kali diketahui pada abad ke-16 oleh Valerius Cordus dan Paracelcius, yang
mempersiapkan hal itu dengan menyuling asam sulfur (minyak dari vitriol) dengan anggur dicampur
alkohol untuk memproduksi oleum Vitroli dulce (minyak panas dari vitriol). Paracelsius (1493-1541)
mengobservasi bahwa hal itu membuat ayam tertidur dan bangun tanpa kesakitan. Dia menjadi
waspada terhadap kualitas analgetik tesebut. Walaupun demikian tidak ada catatan bahwa sarannya
tersebut diikuti.
Tiga abad kemudian, hal yang sederhana ini meninggalkan agen terapetik dengan hanya
penggunaannya yang secara kebetulan. Beberapa dari milik tersebut diperiksa oleh beberapa ilmuwan
Inggris termasuk Robert Boyle, Isaac Newton dan Michael Faraday, namun tanpa ketertarikan. Hal itu
hanya merupakan alikasi rutin dan merupakan obat rekreasi yang tidak mahal diantara orang-orang
miskin di Inggris dan Irlandia, dimana kadang-kadang meminum satu atau dua eter yang mana karena
pajak membat kepemilikannya menjadi mahal. Variasi Amerika dari praktek ini dilakukan oleh
sekelompok pelajar yang membasuh muka dengan handuk bereter pada aktu malam “gurauan eter”.
Seperti eter, nitrat oksida diketahui berguna untuk menginduksi sehingga kepala terasa ringan
dan sering dihirup oleh orang yang mendapat ketegangan. Barang ini jarang dipergunakan seperti eter
karena lebih kompleks untuk dipersiapkan dan kaku untuk disimpan. Benda itu diproduksi dengan
memanaskan amonium nitrat. Gas yang bekerja lambat melewati air untuk mengeliminasi oksida oksik
dari nitrogen sebelum disimpan. Nitrat oksida pertama kali dipersiapkan tahun 1773 oleh Joseph
Prietsley, seorang ilmuwan Inggris. Dalam tahun pembelajarannya, Prietsley mempersiapkan dan
memeriksa beberapa gas termasuk nitrat oksida, amonia, sulfur dioksida, oksigen, karbon monooksida
dan karbon dioksida
Pada akhir abad ke-19 di Inggris, ada keinginan yang kuat dalam dugaan penggunaan efek yang
menyehatkan dari air mineral dan gas. Hal ini membuat pembangunan tempat air panas untuk umum.
Partikel air dan gas dipercaya untuk mencegah dan mengobati penyakit. Hal itu membuat penggunaan
dari gas untuk menyembuhkan sariawan, tuberkulosis dan penyakit lain membuat Thomass Beddoes
untuk membuka Institut pneumonia dekatdengan pemandian kecil dari Hotwells, dikota Bristol, dimana
dia menyewa Humphry Davy pada tahun 1798 untuk menjalankan proyek penelitiannya.
Humphry Davy (1778 – 1892) adalah seorang muda dengan penuh kemampuan. Dia
mempertunjukan seri-seri penelitian yang luar biasa dari beberapa gas, namun terutama di fokuskan
pada nitrat oksida, dimana dia bersama temannya menghirup melalui masker wajah yang didesain
untuk perusahaan James Watt, penemu dari mesin uap. Davy mempergunakan mesin ini untuk
mengukur rata-rata pengambilan nitrat oksida dan efeknya pada pernapasan dan aksinya pada sistem
saraf pusat. Hasil ini dikombinasikan dengan penelitian properti fisik dari nitrat oksida, 580 halaman
buku dipublikaasikan pada tahun 1800. Uraian yang mengesankan ini sekarang diingat sebagai
beberapa observasi yang tanpa sengaja. Komentar Davy bahwa nitrat oksida secara sementara
meringankan sakit kepala yang berat, membebaskan sakit kepala yang ringan dan menghilangkan rasa
sakit gigi. Kutipan yng paling sering diutarakan :”seperti nitrat oksida dalam operasi yang liuas muncul
dengan kemampuan untuk menghilangkan rasa nyeri, benda itu mungkin dapat dipergunakan dalam
operasi pembedahan dengan pancaran darah yang tidak besar”. Meskipun Davy tidak mengikuti
ramalan ini, mungkin karena mengatur karirnya dalam dasar penelitiannya, dia menguangkan sifat dari
nitrat oksida sebagai “gas tertawa”.
John Snow ; Ahli anestesi pertama
John Snow telah merupakan ilmuwan yang ternama yang telah mempresentasikan makalah dari
subjek fisiologis waktu kabar dari anestesi eter telah mencapai Inggris pada Desember 1846. Dia
menunjukan ketertarikannya dalam praktek anestesi dan dalam waktu singkat diundang untuk bekerja
sama dengan ahli bedah pada waktu itu. Dia tidak hanya fasih dalam penyediaan anestesi tetapi juga
seorang peneliti yang ulet. Deskripsi inovatif tentang derajat anestesi berdasarkan respon pasien tidak
dapat ditingkatkan selama 70 tahun.
Sebagai tambahan untuk membangun aspek yang kuat untuk memperdalam fisiologi anestesi,
Snow juga mempromosikan pengembangan alat-alat anestesi. Dia segera menyadari bahwa pengisapan
eter yang tidak adekuat pada waktu pasien bernapas dengan alat yang ditempelkan pada mulut. Setelah
berlatih anestesi hanya selama 2 minggu, Snow merancang seri pertana dari eter inhaler. Peralatannya
mengandung katup unudireksional. Masker wajah sederhana buatan sendiri, yang mendekati bentuk
masker wajah modern. Bagian dari wsjah tersebut dihubungkan kedalam alat penguapan dengan
sebuah tabung pernapasan, yang mana dirancang lebih lebar dari trakea manusia sehingga meskipun
pernapasan yang epat tidak akan terbuang. Kait besi didalam alat memastikan pengangkutan dari eter.
Objek tersebut menggantung tempat dari air hangat untuk mengatur agen yang cenderung setelah
tercukupi dengan membeikan observasi secara Cuma-Cuma. “Tidak ada batasan kebanggaan dalam
membuatnya”.
Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler kloroform, dia telah mengenal sifat-
sifatnya dan memilihnya sebagai bahan uji coba. Pada saat yang bersamaan, dia menyatakan bahwa
untuk menjadi seri percobaan yang luar biasa harus meliputi lingkungan dan sikap.Snow menyadari
bahwa ahli anestesi yang baik tidak hanya menghilangkan nyeri, tetapi juga mencegah pergerakan. Dia
menganestesi beberapa spesies binatang dan beberapa variasi konsentrasi daripada eter dan kloroform
untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk mencegah gerakan terhadap stimulus yang tajam.
Meskipun adanya keterbatasan teknologi pada tahun 1848, elemen dari pekerjaannya mengantisipasi
konsep modern dari konsentrasi alveolar minimal (MAC). Snow menyatakan bahwa aksi dari anestesi
dalam jumlah yang potensial dan meskipun dia tidak menemukan pengganti terhadap kloroform atau
eter, dia menemukan hubungan antara kelarutan, gaas, tekanan dan potensi anestesi yang tidak terlalu
dihargai sampai setelah perang dunia II dimana Charles Suckling memerintahkan prinsip Sow dalam
menciptakan halotan. Dia juga membuat percobaan dengan peralatan sirkuit tertutup yang subjeknya
Snow sendiri, menghirup oksigen sambil mengeluarkan karbondioksida yang di absorbsi oleh potasium
hidroksida. Snow menciptakan 2 buku Inhalasi dari bentuk gas eter (1847) dan kloroform dan anestesi
lainnya (1858) yang hampir selesai ketika dia meninggal karena stroke pada umur 45 tahun.
Penyelidikan Snow tidak membatasi ilmu anestesi. Memorinya juga dihargai oleh berbagai
spesialis dalam bidang penyakit infeksi dan tropis yang di buktikn dengan studi epidemologi pada
tahun 1854, dimana kolera ditrnsmisikan melalui air. Pada saat itu sebelum perkembangan
mikrobiologi oleh Louis Pasteur dan Robert Koch banyakilmuwan di Amrika utara dan Eropa
menyangka bahwa bahaya epidemi kolera berulang karena kontaminasi dari udara. Dalam beberapa
tahun, Snow telah percaya bahwa karena penyakit tersebut disebabkan oleh traktus gastrointestinal
maka agen penyebabnya pasti karena termakan, bukan karena pernapasan. Pada tahun 1854 dia
memperoleh kesempatan membuktikan tesisnya ketika kolera melanda daerahnya di London dan
menyebabkan kematiaan 500 orang di dekat kediamannya. Snow menyatakan bahwa persediaan suplai
air dari orang-orang tersebut berasal dari pompa di broad street. Dia menyipkan apa yang menjadi
survey epidemologi pertamanya. Dengan informasi tersebut dia dapat meyakinkan orang-orang pada
daerah tersebut untuk mencari sumber air lain. Masalah epidemologi tersebut terselesaikan.
Penemuan Anestesia Regional pada Abad XIX
Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca. Kemampuannya dalam
mematirasakan membran mukosa dan jaringan terbuka telah diketahui selama berabad-abad di Peru.
Albert Niemann memurnikan alkaloid aktif tersebut dan menamainya cocaine.
Carl Koller (1857 – 1944), seorang dokter mata di Wina, Austria, pertama kali menggunakan
kokain pada praktek kliniknya pada 1884. Sebelumnya, banyak operasi mata tanpa anestesia dan empat
dekade setelah ditemukannya eter, anestesi umum memiliki keterbatasan.
Dokter-dokter bedah Amerika dengan cepat mengembangkan aplikasi kokain:
a. Oktober 1884, anetesia terhadap hidung, mulut, laring, trakea, rektum dan uretra.
b. November 1884, injeksi subkutan.
c. Desember 1884, Wiliam Halstead dan Richard Hall menjabarkan blok sensorik muka dan lengan.
Kecanduan kokain dan morfin merupakan masalah yamng sering timbul pada akhir abad XIX.
Teknik anestesia lokal lainnya dilakukan sebelum akhir abad XIX. Tahun 1885, Leonard Corning,
dokter ahli saraf, melakukan anestesia spinal dan mengusulkan substitusi eter untuk tindakan bedah
genitourinaria atau cabang-cabang bedah lainnya.
August Bier dan Theodor Tuffier, menjelaskan anestesia spinal otentik. Dalam comparative
review dari artikel asli dari Bier, Tuffier, dan Corning, disimpulkan bahwa injeksi Corning merupakan
anestesia ekstradural dan Bier berjasa dalam memperkenalkan anestesia spinal.
SKOPE ANESTESIOLOGY MODERN
Pengamatan perkembangan anesthesiology dapat diperluas sampai waktu yang tidak terbatas
oleh sebuah eksplorasi masing-masing subbagian, tetapi suatu penilaian dari pekerjaan kita langsung
akan tampak oleh “personal survey” tempat dimana kita bertugas.
Setelah pembedahan, pasien dipindahkan ke perawatan posenestesia atau ruang pemulihan,
sebuah tempat yang sekarang dianggap sebagai bangsal ahli anestesi. Limapuluh tahun yang lalu,
dibawa secara langsung dari ruang operasi ke bangsal bedah dan hanya diikuti oleh perawat junior.
Orang tersebut beruntung baik ketrampilan dan intervensi peralatan ketika komplikasi terjadi. Setelah
perang dunia II berpikir tentang pentingnya perawatan sentral. Tahun 1960, perawatan kritis
berkembang melalui penggunaan ventilator mekanik. Pasien yang membutuhkan beberapa hari
pengobatan intensif dan perawatan dirawat di sudut ruang pemulihan. Pada waktu itu, beberapa
tempat tidur diberi sekat dan direlokasi menjadi “intensice care units”. Prinsip perawatan resusitasi
dan suportif didirikan oleh ahli anestesi mentansformasi “critical care medicine”.
Masa depan anestesiologi sangat cerah. Obat-obat yang lebih aman yang sekali direvolusi
merawat pasien-pasien setelah pembedahan dengan konstan akan terus diperbaiki. Tugas anestesi
berlanjut meluas, sebagai dokter dengan latar belakang spesialis telah mengembngkan klinik kontrol
nyeri kronik dan pasien bedah rawat jalan. Praktek anestesi, baik didalam maupun diluar kamar
operasi, akan menjadi bagian dari pengalaman di atas meja operasi.
E. Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan cara menghindarkan
untuk sementara pembentukan dan trasmisi implus melalui sel saraf ujungnya. Seperti juga alcohol dan
barbital, anastesi lokal menghambat penerusan implus dengan cara menurunkan permebilitas
membran sel saraf untuk ion – natrium yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan
adanya persaingan dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan membran neuron. Pada waktu
yang bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik
lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara resevibel.
b. System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne dapat hasil dari
kelumpuhan saraf frenik dan interkostal atau depresi pusat pernafasan medural berikut kontak lansung
dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial,
lidokain intravena ( 1.5 mg/kg ) dapat memblokir refleks bronkokonstriksi kadang – kadang dikaitkan
dengan intubasi. Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan bronkospasme pada
beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.
c. Jantung dan System kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi IV spontan ) dan
mengurangi durasi periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan kecepatan konduksi juga tertekan
pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari peubahan langsung membrane otot jantung ( natrium
blockade saluran jantung ) dan penghambat system saraf otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain
menghasilkan relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat vasodilatasi arteriol.
Kombinasi berikutnya dari bradikardi, blok jantung, dan hipotensi dapat berujung pada serangan
jantung. Mayor toksisitas kardiovaskuler biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah
yang menghasilkan kejang.
d. Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat para amnino benzoic
acids ( PABA ) yang dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat menediakan efek anti bakteri dari
sulfonamide yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan
sulfa tidak boleh dikombinasikan dengan penggunaan ester – ester tersebut. Toksisitas sangat
bergantung pada :
1. Jumlah larutan yang disuntukan
2. Kosentrasi obat
3. Ada tidaknya adrenalin
4. Vaskularisasi tempat suntikan
5. Absorpsi obat
6. Laju destruksi obat
7. Hipersensitivitas
8. Usia
9. Keadaan umum
10. Berat badan
e. Depresi Otot polos
Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obat – obat anastesi lokal. Inhibisi
kandung kemih biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi sebaliknya inkontinensia urine da fases
mungkin saja terjadi. Analgesia epidural akan disertai dengan peningkatan resiko retensi urin
postpartum. Masalah yang potensial dlam jangka pendek dan jangka panjang yang timbul akibat
kateterisasi urine yang berkali – kali tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural maka:
1. Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata antara anastesi
epidural dan pemberian opoid adalah 42 dan 14 menit )
2. Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
3. Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
4. Malposisi janin lebih sering terjadi
5. Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
6. Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali
Obat – obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :
1. Menimbulkan relaksasi otot – otot dasar panggul
2. Mengurangi refleks mengejan
3. Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
4. Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot
5. Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.
Efek anastesi lokal pada neonatus. Dalam pemberian obat anastesi lokal secara epidural dapt
memberikan efek neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates yang tidak terdeteksi pada usia 18
bulan. System auditorius pada neonates dapat mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek
samping neurobehavioural tidak merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal, takipnea dan
gangguan pada metabolism lipid. Tindakan analgesia epidural pada neonates memberikan
kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki nilai APGAR yang rendah pada waktu lima
menit atau memerlukan nalokson jika dibandingkan dengan kemungkinan yang terjadi setelah
pepmberian opoid.
Anestesi Infiltrasi, suntikan diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung syarafnya. Misal pada
daerah kecil kulit atau pada gusi untuk pencabutan gigi.
Anestesi Penyaluran Saraf, penyuntikan dilakukan pada tempat banyak saraf berkumpul, hingga
tercapai anestesi pada bagian yang lebih luas. Misal pada lengan atau kaki
Anestesi Permukaan, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau gatal. Misalnya
dalam bentuk suppositoria untuk penyakit ambein.
Pada obat anestesi lokal, biasanya yang digunakan adalah garam-garam kloridanya yang mudah larut
dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya, maka sering ditambahkan obat lain untuk menciutkan
pembuluh darah (vasokonstriktor) misalnya larutan adrenalin. Selain itu absorpsi akan diperlambat
dan toksisitasnya akan berkurang, mulai kerja akan lebih cepat dengan khasiat yang lebih bagus, serta
lokasi pembedahaan tidak berdarah namun larutan yang mengandung vasokonstriktor sebaiknya
jangan digunakan pada jari-jari tangan karena resiko gangrene.
4. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2 – 30
menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang artinya “tidak ada rasa
sakit”. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Anestesia lokal → hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
b. Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi
secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja
demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel
saraf. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil
tubuh seperti gigi atau area kulit.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestesi lokal, antara lain;
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air dan
menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan semoga bisa
menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi lokal sehingga materi yang disampaikan
dapat dimengerti dan dapat diterima dengan baik.
Penggunaan Anestesi dan golongannya untuk meniadakan gangguan rasa sakit di SSP sangatlah penting
dan berguna. Tetapi, harus tetap berpegang teguh pada aturan dan juga sang konseler yaitu dokter.
Apabila penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara universal ini disalah gunakan, tentulah
akibat buruk yang akan di dapat di akhir eksperimen kita sebagai orang awam yang tak tahu apapun
tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya salah.
DAFTAR PUSTAKA
Posting Komentar
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Farmakologi. Adapun makalah ini mengenai “Anestesi Lokal”.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan kreatifitas kami sebagai penyusun dan
kesempurnaan makalah ini, kami menunggu kritik dan saran dari pembaca, baik dari segi isi serta
pemaparannya. Harapan kami semoga pada makalah yang akan datang dapat diperbaiki.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang
hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat
dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Akademi Kebidanan Jakarta Mitra
Sejahtera Jambi.
Akhir kata, melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Jambi, 12 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 12
Dari abad ke 9-13, spons dengan obat tidur adalah mode yang doinan untuk mengurangi sakit
selama operasi. Daun Mandrake dengan tanaman beracun, candu dan tumbuhan lain, direbus bersama-
sama dan disiramkan ke atas spons.Spons tersebut lalu disusun kedalam air panas dan diletakan ke
hidung pasien selama pembedahan. Sebagai publikasi dari laporan pada saat itu. Spons tersebut pada
umumnya mengandung mofin dan skopolamin dalam jumlah yang bervariasi, obat yang dipergunakan
dalam anestesi modern. Sebagai tambahan daripada menggunakan “spons tidur” orang Eropa
mengurangi rasa nyeri dengan hipnosis dengan meminum alkohol, tumbuhan dan ekstrak dari tanaman
yang telah dipersiapkan dan sebagai anestesi topikal yaitu dengan tekanan atau memakai es.
Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai ditemukan. Pada pertengahan abad
ke 17, Marco Aurelio Severino medeskripsikan “anestesi kulkas” meletakan salju dalam garis paralel
melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat tempat operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa
menit. Teknik ini tidak pernah menjadi terkenal, mungkin karena tantangan dari penyimpanan salju
tahunan yang tidak cukup.
Dietil eter telah diketahui selama berabad-abad karena penggunaannya dahulu sebagai anestesi
pembedahan. Hal itu dilakukan bersama, pada mulanya pada abad ke-8 oleh filsafat Arab, Jabri Ibnu
Hayyam atau mungkin oleh Raymond Lully, pada abad ke 13, seorang ahli kimia Eropa. Tetapi dietil eter
baru pertama kali diketahui pada abad ke-16 oleh Valerius Cordus dan Paracelcius, yang
mempersiapkan hal itu dengan menyuling asam sulfur (minyak dari vitriol) dengan anggur dicampur
alkohol untuk memproduksi oleum Vitroli dulce (minyak panas dari vitriol). Paracelsius (1493-1541)
mengobservasi bahwa hal itu membuat ayam tertidur dan bangun tanpa kesakitan. Dia menjadi
waspada terhadap kualitas analgetik tesebut. Walaupun demikian tidak ada catatan bahwa sarannya
tersebut diikuti.
Tiga abad kemudian, hal yang sederhana ini meninggalkan agen terapetik dengan hanya
penggunaannya yang secara kebetulan. Beberapa dari milik tersebut diperiksa oleh beberapa ilmuwan
Inggris termasuk Robert Boyle, Isaac Newton dan Michael Faraday, namun tanpa ketertarikan. Hal itu
hanya merupakan alikasi rutin dan merupakan obat rekreasi yang tidak mahal diantara orang-orang
miskin di Inggris dan Irlandia, dimana kadang-kadang meminum satu atau dua eter yang mana karena
pajak membat kepemilikannya menjadi mahal. Variasi Amerika dari praktek ini dilakukan oleh
sekelompok pelajar yang membasuh muka dengan handuk bereter pada aktu malam “gurauan eter”.
Seperti eter, nitrat oksida diketahui berguna untuk menginduksi sehingga kepala terasa ringan
dan sering dihirup oleh orang yang mendapat ketegangan. Barang ini jarang dipergunakan seperti eter
karena lebih kompleks untuk dipersiapkan dan kaku untuk disimpan. Benda itu diproduksi dengan
memanaskan amonium nitrat. Gas yang bekerja lambat melewati air untuk mengeliminasi oksida oksik
dari nitrogen sebelum disimpan. Nitrat oksida pertama kali dipersiapkan tahun 1773 oleh Joseph
Prietsley, seorang ilmuwan Inggris. Dalam tahun pembelajarannya, Prietsley mempersiapkan dan
memeriksa beberapa gas termasuk nitrat oksida, amonia, sulfur dioksida, oksigen, karbon monooksida
dan karbon dioksida
Pada akhir abad ke-19 di Inggris, ada keinginan yang kuat dalam dugaan penggunaan efek yang
menyehatkan dari air mineral dan gas. Hal ini membuat pembangunan tempat air panas untuk umum.
Partikel air dan gas dipercaya untuk mencegah dan mengobati penyakit. Hal itu membuat penggunaan
dari gas untuk menyembuhkan sariawan, tuberkulosis dan penyakit lain membuat Thomass Beddoes
untuk membuka Institut pneumonia dekatdengan pemandian kecil dari Hotwells, dikota Bristol, dimana
dia menyewa Humphry Davy pada tahun 1798 untuk menjalankan proyek penelitiannya.
Humphry Davy (1778 – 1892) adalah seorang muda dengan penuh kemampuan. Dia
mempertunjukan seri-seri penelitian yang luar biasa dari beberapa gas, namun terutama di fokuskan
pada nitrat oksida, dimana dia bersama temannya menghirup melalui masker wajah yang didesain
untuk perusahaan James Watt, penemu dari mesin uap. Davy mempergunakan mesin ini untuk
mengukur rata-rata pengambilan nitrat oksida dan efeknya pada pernapasan dan aksinya pada sistem
saraf pusat. Hasil ini dikombinasikan dengan penelitian properti fisik dari nitrat oksida, 580 halaman
buku dipublikaasikan pada tahun 1800. Uraian yang mengesankan ini sekarang diingat sebagai
beberapa observasi yang tanpa sengaja. Komentar Davy bahwa nitrat oksida secara sementara
meringankan sakit kepala yang berat, membebaskan sakit kepala yang ringan dan menghilangkan rasa
sakit gigi. Kutipan yng paling sering diutarakan :”seperti nitrat oksida dalam operasi yang liuas muncul
dengan kemampuan untuk menghilangkan rasa nyeri, benda itu mungkin dapat dipergunakan dalam
operasi pembedahan dengan pancaran darah yang tidak besar”. Meskipun Davy tidak mengikuti
ramalan ini, mungkin karena mengatur karirnya dalam dasar penelitiannya, dia menguangkan sifat dari
nitrat oksida sebagai “gas tertawa”.
John Snow ; Ahli anestesi pertama
John Snow telah merupakan ilmuwan yang ternama yang telah mempresentasikan makalah dari
subjek fisiologis waktu kabar dari anestesi eter telah mencapai Inggris pada Desember 1846. Dia
menunjukan ketertarikannya dalam praktek anestesi dan dalam waktu singkat diundang untuk bekerja
sama dengan ahli bedah pada waktu itu. Dia tidak hanya fasih dalam penyediaan anestesi tetapi juga
seorang peneliti yang ulet. Deskripsi inovatif tentang derajat anestesi berdasarkan respon pasien tidak
dapat ditingkatkan selama 70 tahun.
Sebagai tambahan untuk membangun aspek yang kuat untuk memperdalam fisiologi anestesi,
Snow juga mempromosikan pengembangan alat-alat anestesi. Dia segera menyadari bahwa pengisapan
eter yang tidak adekuat pada waktu pasien bernapas dengan alat yang ditempelkan pada mulut. Setelah
berlatih anestesi hanya selama 2 minggu, Snow merancang seri pertana dari eter inhaler. Peralatannya
mengandung katup unudireksional. Masker wajah sederhana buatan sendiri, yang mendekati bentuk
masker wajah modern. Bagian dari wsjah tersebut dihubungkan kedalam alat penguapan dengan
sebuah tabung pernapasan, yang mana dirancang lebih lebar dari trakea manusia sehingga meskipun
pernapasan yang epat tidak akan terbuang. Kait besi didalam alat memastikan pengangkutan dari eter.
Objek tersebut menggantung tempat dari air hangat untuk mengatur agen yang cenderung setelah
tercukupi dengan membeikan observasi secara Cuma-Cuma. “Tidak ada batasan kebanggaan dalam
membuatnya”.
Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler kloroform, dia telah mengenal sifat-
sifatnya dan memilihnya sebagai bahan uji coba. Pada saat yang bersamaan, dia menyatakan bahwa
untuk menjadi seri percobaan yang luar biasa harus meliputi lingkungan dan sikap.Snow menyadari
bahwa ahli anestesi yang baik tidak hanya menghilangkan nyeri, tetapi juga mencegah pergerakan. Dia
menganestesi beberapa spesies binatang dan beberapa variasi konsentrasi daripada eter dan kloroform
untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk mencegah gerakan terhadap stimulus yang tajam.
Meskipun adanya keterbatasan teknologi pada tahun 1848, elemen dari pekerjaannya mengantisipasi
konsep modern dari konsentrasi alveolar minimal (MAC). Snow menyatakan bahwa aksi dari anestesi
dalam jumlah yang potensial dan meskipun dia tidak menemukan pengganti terhadap kloroform atau
eter, dia menemukan hubungan antara kelarutan, gaas, tekanan dan potensi anestesi yang tidak terlalu
dihargai sampai setelah perang dunia II dimana Charles Suckling memerintahkan prinsip Sow dalam
menciptakan halotan. Dia juga membuat percobaan dengan peralatan sirkuit tertutup yang subjeknya
Snow sendiri, menghirup oksigen sambil mengeluarkan karbondioksida yang di absorbsi oleh potasium
hidroksida. Snow menciptakan 2 buku Inhalasi dari bentuk gas eter (1847) dan kloroform dan anestesi
lainnya (1858) yang hampir selesai ketika dia meninggal karena stroke pada umur 45 tahun.
Penyelidikan Snow tidak membatasi ilmu anestesi. Memorinya juga dihargai oleh berbagai
spesialis dalam bidang penyakit infeksi dan tropis yang di buktikn dengan studi epidemologi pada
tahun 1854, dimana kolera ditrnsmisikan melalui air. Pada saat itu sebelum perkembangan
mikrobiologi oleh Louis Pasteur dan Robert Koch banyakilmuwan di Amrika utara dan Eropa
menyangka bahwa bahaya epidemi kolera berulang karena kontaminasi dari udara. Dalam beberapa
tahun, Snow telah percaya bahwa karena penyakit tersebut disebabkan oleh traktus gastrointestinal
maka agen penyebabnya pasti karena termakan, bukan karena pernapasan. Pada tahun 1854 dia
memperoleh kesempatan membuktikan tesisnya ketika kolera melanda daerahnya di London dan
menyebabkan kematiaan 500 orang di dekat kediamannya. Snow menyatakan bahwa persediaan suplai
air dari orang-orang tersebut berasal dari pompa di broad street. Dia menyipkan apa yang menjadi
survey epidemologi pertamanya. Dengan informasi tersebut dia dapat meyakinkan orang-orang pada
daerah tersebut untuk mencari sumber air lain. Masalah epidemologi tersebut terselesaikan.
Penemuan Anestesia Regional pada Abad XIX
Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca. Kemampuannya dalam
mematirasakan membran mukosa dan jaringan terbuka telah diketahui selama berabad-abad di Peru.
Albert Niemann memurnikan alkaloid aktif tersebut dan menamainya cocaine.
Carl Koller (1857 – 1944), seorang dokter mata di Wina, Austria, pertama kali menggunakan
kokain pada praktek kliniknya pada 1884. Sebelumnya, banyak operasi mata tanpa anestesia dan empat
dekade setelah ditemukannya eter, anestesi umum memiliki keterbatasan.
Dokter-dokter bedah Amerika dengan cepat mengembangkan aplikasi kokain:
a. Oktober 1884, anetesia terhadap hidung, mulut, laring, trakea, rektum dan uretra.
b. November 1884, injeksi subkutan.
c. Desember 1884, Wiliam Halstead dan Richard Hall menjabarkan blok sensorik muka dan lengan.
Kecanduan kokain dan morfin merupakan masalah yamng sering timbul pada akhir abad XIX.
Teknik anestesia lokal lainnya dilakukan sebelum akhir abad XIX. Tahun 1885, Leonard Corning,
dokter ahli saraf, melakukan anestesia spinal dan mengusulkan substitusi eter untuk tindakan bedah
genitourinaria atau cabang-cabang bedah lainnya.
August Bier dan Theodor Tuffier, menjelaskan anestesia spinal otentik. Dalam comparative
review dari artikel asli dari Bier, Tuffier, dan Corning, disimpulkan bahwa injeksi Corning merupakan
anestesia ekstradural dan Bier berjasa dalam memperkenalkan anestesia spinal.
SKOPE ANESTESIOLOGY MODERN
Pengamatan perkembangan anesthesiology dapat diperluas sampai waktu yang tidak terbatas
oleh sebuah eksplorasi masing-masing subbagian, tetapi suatu penilaian dari pekerjaan kita langsung
akan tampak oleh “personal survey” tempat dimana kita bertugas.
Setelah pembedahan, pasien dipindahkan ke perawatan posenestesia atau ruang pemulihan,
sebuah tempat yang sekarang dianggap sebagai bangsal ahli anestesi. Limapuluh tahun yang lalu,
dibawa secara langsung dari ruang operasi ke bangsal bedah dan hanya diikuti oleh perawat junior.
Orang tersebut beruntung baik ketrampilan dan intervensi peralatan ketika komplikasi terjadi. Setelah
perang dunia II berpikir tentang pentingnya perawatan sentral. Tahun 1960, perawatan kritis
berkembang melalui penggunaan ventilator mekanik. Pasien yang membutuhkan beberapa hari
pengobatan intensif dan perawatan dirawat di sudut ruang pemulihan. Pada waktu itu, beberapa
tempat tidur diberi sekat dan direlokasi menjadi “intensice care units”. Prinsip perawatan resusitasi
dan suportif didirikan oleh ahli anestesi mentansformasi “critical care medicine”.
Masa depan anestesiologi sangat cerah. Obat-obat yang lebih aman yang sekali direvolusi
merawat pasien-pasien setelah pembedahan dengan konstan akan terus diperbaiki. Tugas anestesi
berlanjut meluas, sebagai dokter dengan latar belakang spesialis telah mengembngkan klinik kontrol
nyeri kronik dan pasien bedah rawat jalan. Praktek anestesi, baik didalam maupun diluar kamar
operasi, akan menjadi bagian dari pengalaman di atas meja operasi.
E. Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan cara menghindarkan
untuk sementara pembentukan dan trasmisi implus melalui sel saraf ujungnya. Seperti juga alcohol dan
barbital, anastesi lokal menghambat penerusan implus dengan cara menurunkan permebilitas
membran sel saraf untuk ion – natrium yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan
adanya persaingan dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan membran neuron. Pada waktu
yang bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik
lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara resevibel.
b. System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne dapat hasil dari
kelumpuhan saraf frenik dan interkostal atau depresi pusat pernafasan medural berikut kontak lansung
dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial,
lidokain intravena ( 1.5 mg/kg ) dapat memblokir refleks bronkokonstriksi kadang – kadang dikaitkan
dengan intubasi. Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan bronkospasme pada
beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.
c. Jantung dan System kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi IV spontan ) dan
mengurangi durasi periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan kecepatan konduksi juga tertekan
pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari peubahan langsung membrane otot jantung ( natrium
blockade saluran jantung ) dan penghambat system saraf otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain
menghasilkan relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat vasodilatasi arteriol.
Kombinasi berikutnya dari bradikardi, blok jantung, dan hipotensi dapat berujung pada serangan
jantung. Mayor toksisitas kardiovaskuler biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah
yang menghasilkan kejang.
d. Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat para amnino benzoic
acids ( PABA ) yang dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat menediakan efek anti bakteri dari
sulfonamide yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan
sulfa tidak boleh dikombinasikan dengan penggunaan ester – ester tersebut. Toksisitas sangat
bergantung pada :
1. Jumlah larutan yang disuntukan
2. Kosentrasi obat
3. Ada tidaknya adrenalin
4. Vaskularisasi tempat suntikan
5. Absorpsi obat
6. Laju destruksi obat
7. Hipersensitivitas
8. Usia
9. Keadaan umum
10. Berat badan
e. Depresi Otot polos
Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obat – obat anastesi lokal. Inhibisi
kandung kemih biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi sebaliknya inkontinensia urine da fases
mungkin saja terjadi. Analgesia epidural akan disertai dengan peningkatan resiko retensi urin
postpartum. Masalah yang potensial dlam jangka pendek dan jangka panjang yang timbul akibat
kateterisasi urine yang berkali – kali tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural maka:
1. Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata antara anastesi
epidural dan pemberian opoid adalah 42 dan 14 menit )
2. Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
3. Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
4. Malposisi janin lebih sering terjadi
5. Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
6. Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali
Obat – obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :
1. Menimbulkan relaksasi otot – otot dasar panggul
2. Mengurangi refleks mengejan
3. Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
4. Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot
5. Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.
Efek anastesi lokal pada neonatus. Dalam pemberian obat anastesi lokal secara epidural dapt
memberikan efek neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates yang tidak terdeteksi pada usia 18
bulan. System auditorius pada neonates dapat mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek
samping neurobehavioural tidak merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal, takipnea dan
gangguan pada metabolism lipid. Tindakan analgesia epidural pada neonates memberikan
kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki nilai APGAR yang rendah pada waktu lima
menit atau memerlukan nalokson jika dibandingkan dengan kemungkinan yang terjadi setelah
pepmberian opoid.
Anestesi Infiltrasi, suntikan diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung syarafnya. Misal pada
daerah kecil kulit atau pada gusi untuk pencabutan gigi.
Anestesi Penyaluran Saraf, penyuntikan dilakukan pada tempat banyak saraf berkumpul, hingga
tercapai anestesi pada bagian yang lebih luas. Misal pada lengan atau kaki
Anestesi Permukaan, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau gatal. Misalnya
dalam bentuk suppositoria untuk penyakit ambein.
Pada obat anestesi lokal, biasanya yang digunakan adalah garam-garam kloridanya yang mudah larut
dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya, maka sering ditambahkan obat lain untuk menciutkan
pembuluh darah (vasokonstriktor) misalnya larutan adrenalin. Selain itu absorpsi akan diperlambat
dan toksisitasnya akan berkurang, mulai kerja akan lebih cepat dengan khasiat yang lebih bagus, serta
lokasi pembedahaan tidak berdarah namun larutan yang mengandung vasokonstriktor sebaiknya
jangan digunakan pada jari-jari tangan karena resiko gangrene.
4. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2 – 30
menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang artinya “tidak ada rasa
sakit”. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Anestesia lokal → hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
b. Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi
secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja
demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel
saraf. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil
tubuh seperti gigi atau area kulit.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestesi lokal, antara lain;
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air dan
menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan semoga bisa
menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi lokal sehingga materi yang disampaikan
dapat dimengerti dan dapat diterima dengan baik.
Penggunaan Anestesi dan golongannya untuk meniadakan gangguan rasa sakit di SSP sangatlah penting
dan berguna. Tetapi, harus tetap berpegang teguh pada aturan dan juga sang konseler yaitu dokter.
Apabila penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara universal ini disalah gunakan, tentulah
akibat buruk yang akan di dapat di akhir eksperimen kita sebagai orang awam yang tak tahu apapun
tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya salah.
DAFTAR PUSTAKA