Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIV. AL-KHAIRAAT PALU 18 Oktober 2018
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Magdalena., Sp.S
Seorang perempuan datang ke poli klinik saraf RSU Anutapura Palu dengan
riwayat epilepsi. Pasien dengan riwayat epilepsi yang terkontrol. Saat ini sedang
mengonsumsi obat carbamazepin 3x200 mg setiap hari.
SKENARIO II
SKENARIO III
Seorang anak perempuan berusia 16 tahun datang ke poli klinik saraf RSU
Anutapura Palu, mengeluh kejang 4 kali dalam sehari selama 5 hari terakhir.
Pasien di berikan terapi fenitoin 3x100 mg dan vitamin B6 1x1.
PERTANYAAN
1. Definisi epilepsi
2. Sebutkan dan klasifikasi epilepsi
3. Apa saja yang menjadi etiologi epilepsi
4. Bagaimana mekanisme terjadinya epilepsi
5. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pencetus epilepsi
6. Bagaimana langkah-langkah diagnosis epilepsi
7. Bagaimana penatalaksanaan dari epilepsi
8. Apa saja komplikasi yang sebabkan oleh epilepsi
JAWABAN
1. Definisi Epilepsi
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologis yang ditandai dengan
minimal dua kali bangkitan kejang tanpa provokasi dengan jarak waktu antara
bangkitan besar dari 24 jam. Bangkitan epilepsi merupakan tanda atau gejala yang
bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak1.
2. Klasifikasi Epilepsi
Klasifikasi yang sering digunakan yaitu klasifikasi berdasarkan the
International League Against Epilepsy (ILAE). Pemeriksaan Elektroensefalogram
(EEG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), evaluasi klinis dan anamnesis
digunakan untuk mengidentifikasi jenis bangkitan. Epilepsi dapat diklasifikasikan
sebagai tipe idiopatik dan tipe simtomatik. Tipe idiopatik atau esensial tidak dapat
membuktikan adanya suatu lesi sentral, sedangkan pada tipe simtomatik atau
sekunder mengindikasikan adanya kelainan otak yang menyebabkan terjadinya
respon bangkitan8.
Bangkitan diklasifikasikan sebagai parsial atau generalisata berdasarkan
hilang atau tidaknya kesadaran penderita. Bangkitan parsial merupakan bangkitan
dengan kesadaran utuh dan dimulai pada suatu daerah di otak, biasanya pada
korteks serebrum. Gejala bangkitan parsial bergantung pada lokasi fokus di otak.
Bangkitan parsial dibagi menjadi parsial sederhana (kesadaran utuh) dan parsial
kompleks (kesadaran berubah namun tidak hilang). Pada bangkitan parsial
kompleks aktivitas listrik yang abnormal sering berasal dari lobus temporalis
medial atau lobus frontalis inferior7,8.
Bangkitan generalisata melibatkan seluruh korteks serebrum dan diensefalon
serta ditandai dengan awitan aktivitas bangkitan bilateral dan simetris. Pada
bangkitan generalisata, penderita kehilangan kesadaran. Bangkitan generalisata
biasanya muncul tanpa aura atau peringatan terlebih dahulu. Bangkitan
generalisata dibagi menjadi bangkitan tonik, bangkitan klonik, bangkitan tonik-
klonik (grand mal), bangkitan absence (petit mal), bangkitan mioklonik dan
bangkitan atonik. Selain itu, bangkitan dapat diklasifikasikan menurut proses yang
mendasari yaitu bangkitan beralasan (terprovokasi) atau bangkitan yang tidak
beralasan (tidak terprovokasi). Gangguan sistem saraf pusat akut, racun, atau
gangguan metabolik akut dapat memicu bangkitanterprovokasi atau beralasan5,8.
Karakteristik bangkitan parsial dan generalisata diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Bangkitan menurut ILAE8
Klasifikasi Karakteristik
4. Patofisiologi Epilepsi
Pemeriksaan neurologis15
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat
berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah
bangkitan, maka akan tampak pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak
jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
A. Paresis Todd
B. Gangguan kesadaran pascaiktal
C. Afasia pascaiktal
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)
Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna pada dugaan
suatu bangkitan untuk:
A. Membantu menunjang diagnosis
B. Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom epilepsi.
C. Membatu menentukanmenentukan prognosis
D. Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE.
Pemeriksaan laboratorium
A. Pemeriksaan hematologis
Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium,
kalsium, magnesium), kadar gula darah sewaktu, fungsi hati
(SGOT/SGPT), ureum, kreatinin dan albumin.
a) Awal pengobatan sebagai salah satu acuan dalam menyingkirkan
diagnosis banding dan pemilihan OAE
b) Dua bulan setelah pemberian OAE untuk mendeteksi samping OAE
c) Rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor samping OAE, atau
bila timbul gejala klinis akibat efek samping OAE18.
7. Penatalaksanaan Epilepsi
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan
dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan pemakaiannya.
Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan
pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE yang timbul11,19.
Antikonvulsan Utama11,19.
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Tipe Bangkitan OAE lini pertama OAE lini kedua
Bangkitan parsial Fenitoin, karbamasepin Acetazolamide, clobazam,
(sederhana atau kompleks) (terutama untuk CPS), asam clonazepam, ethosuximide,
valproat felbamate, gabapentin,
lamotrigine, levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin,
phenobarbital, pirimidone
Idem diatas
Bangkitan umum sekunder
Karbamasepin, phenitoin,
asam valproat
Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, lamotrigine,
Bangkitan lena
phenobarbital, pirimidone
Asam valproat,
ethosuximide ( tidak
tersedia di Indonesia)
Clobazam, clonazepam,
ethosuximide, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone,
Bangkitan mioklonik
piracetam
Asam valproat
8. Komplikasi Epilepsi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari epilepsi yaitu:
1. Gangguan psikiatri, prevalensi gangguan psikiatri meningkat pada pasien
epilepsi, seperti gangguan mood, gangguan kecemasan atau attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD).
2. Gangguan kognitif, pasien epilepsi mengalami abnormalitas kognitif
dibanding orang normal pada umur yang sama. Pasien epilepsi sering
ditemukan mengalami kurang prestasi akademik (tinggal kelas, harus
mendapatkan jam pelajaran tambahan)
3. Gangguan perilaku dan adaptasi sosial, pasien epilepsi dapat mengalami
gangguan dalam bersosialisasi dan membina hubungan antar individu.
4. Salah satu komplikasi epilepsi yang berbahaya adalah kematian akibat
suddden unexpected death in epilepsi (SUDEP) yaitu kematian akibat
serangan epilepsi yang terjadi pada saat tidur dengan posisi yang dapat
menghambat jalan napas. Insidensinya diperkirakan 1,2 per 1000 penderita
epilepsi dan paling sering terjadi pada pasien dewasa muda.21.
DAFTAR PUSTAKA