Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan KB merupakan salah satu intervensi penurunan Angka Kematian Ibu
melalui pencegahan kehamilan berisiko (kehamilan dengan 4 terlalu) dan kehamilan yang
tidak diinginkan. Dasar kebijakan pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 78, dimana tujuan pelayanan
kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi
pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas dan
Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan,
alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu,
dan terjangkau oleh masyarakat. Intervensi dilakukan melalui pemenuhan Sumber Daya
Manusia (SDM) kesehatan, alat dan obat perbekalan kesehatan, infrastruktur dan sarana
pelayanan, regulasi manajemen dan informasi kesehatan, pemberdayaan dan kemitraan
serta penelitian dan pengembangan.
Dasar kebijakan dalam pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 78, dimana tujuan pelayanan kesehatan dalam keluarga
berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk
membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas dan Pemerintah bertanggung jawab
serta menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat. Undang-Undang RI No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pasal 20 disebutkan bahwa untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah
menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga
berencana.
Pada tahap persalinan dan nifas, diupayakan agar setiap persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah melahirkan, diupayakan
agar setiap ibu mendapat pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila terjadi
komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu dirujuk dan
mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes dasar (Puskesmas PONED) maupun
fasyankes lanjutan (RS PONEK).
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Nasional di Indonesia,
menganut sistem “cafetaria” dengan menawarkan berbagai jenis kontrasepsi yang relatif
aman dan efektif, dimana salah satunya adalah AKDR. Sesuai dengan HTA (Health
Technology Assesment) Indonesia yang telah dikeluarkan oleh Kemenkes tentang KB
pada periode menyusui, salah satu upaya dalam meningkatkan penggunaan kontrasespi
jangka panjang adalah ditujukan pada ibu pasca bersalin dengan menggunakan AKDR
pasca persalinan dalam mengatur jarak kehamilan tanpa mempengaruhi produksi air susu
ibu (ASI).
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi merupkan salah satu rumah
sakit PONEK yang berada di Kabupaten Grobogan, dimana menerima rujukan dari FKTP
dan FKTRL untuk kasus kasus kegawatan obstetri dan ginekologi, di rumah sakit ini juga
melayani KB yang di kelola oleh Tim PKBRS yang secara kontinyu dan sinergis
menjalankan aktivitas pelayanan di bidangnya sesuai budaya kerja SIMPATIK.
B. Tujuan
a. Umum :
Meningkatkan kemampuan pengelola pelayanan keluarga berencana rumah sakit dalam
sebagai upaya mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
b. Khusus
1. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pengorganisasian
pelayanan KB.
2. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam perencanaan
pelayanan KB.
3. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pelaksanaan
pelayanan KB.
4. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pemantauan dan
evaluasi pelayanan KB.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Panduan Pelayanan KB meliputi: Pengorganisasian,
Perencanaan dan Advokasi, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB
BAB II
DEFINISI
Persetujuan tidak dan atau tertulis tentang tindakan medis yang diberikan kepada klien
atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang
F. KB Pasca Persalinan
Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang pada saat tersebut
H. Komplikasi Kontrasepsi
Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang terjadi akibat penggunaan
metode kontrasepsi.
J. Peserta KB Aktif
(Current User):Akseptor yang pada saat ini sedang memakai alat dan obat kontrasepsi
(alokon) untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan, dan masih
K. Peserta KB Baru
Peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka
Jumlah perkiraan alokon yang dibutuhkan masyarakat yang harus dicapai dalam periode
waktu tertentu
M. Unsafe abortion
medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
(Angka Kelahiran Total): Rata-rata banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh seorang
O. Unmet Need
Pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi atau yang ingin menjarangkan
Penyampaian informasi yang jelas dan benar mengenai metode KB yang akan
digunakan oleh akseptor dapat membantu klien dalam mengenal dan memahami akan
kebutuhannya, untuk memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai
dengan kondisi yang sedang dihadapi sehingga diperlukan pengarahan atau konseling yang
dilakukan oleh petugas dan itu akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi serta
meningkatkan keberhasilan KB. Jenis – jenis metode KB yang terkini pasca persalinan yang
perlu diketahui adalah:
A. Metode Barrier (Kondom)
Cara kerja
1. Menghalangi sperma masuk ke uterus
2. Mencegah penularan infeksi mikro organisme
Keuntungan
1. Tidak mengganggu ASI
2. Tidak ada efek samping terhadap kesehatan
3. Metode kontrasepsi sementara bila kontrasepsi lainnya harus ditunda
4. Mencegah infeksi menular seksual
Keterbatasan
1. Efektivitas tidak tinggi : 15 kehamilan per 100 ibu (15%)
2. Cara pemasangan yang tidak benar mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3. Agak menganggu hubungan seksual
Cara pakai
1. Dipasang saat penis ereksi
2. Dilepas sebelum penis melembek
3. Cari ukuran yang sesuai dengan ukuran penis
4. Hanya bisa digunakan sekali saja
C. Metode Pil
a. Pil Progestin (mini pil)
Cara kerja:
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
5. Efektivitas: secara umum 10 kehamilan per 100 ibu (10%) , untuk ibu menyusui 1
kehamilan per 100 ibu (1%)
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan 3 hari untuk daerah sulit setelah persalinan maupun
pasca keguguran
2. Dapat digunakan segera mungkin pada ibu menyusui dan tidak menyusui
3. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan:
1. Tidak menganggu hubungan seksual
2. Tidak mempengaruhi ASI
3. Kesuburan cepat kembali bila obat dihentikan
4. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
5. Dapat dihentikan setiap saat
6. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
7. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
8. Mencegah kanker endometrium dan ovarium
9. Dapat diberikan pada pasien endometriosis
Keterbatasan:
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Harus diminum setiap hari pada waktu yang sama
4. Bila lupa minum satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan dengan
wanita yang tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
8. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang terjadi
Kontraindikasi:
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan barbiturat)
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Sering lupa menggunakan pil
6. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
7. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
Cara Pakai:
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Konsumsi pil dimulai dari hari 1 hingga 5 haid
3. Bila dimulai dari hari ke 6 setelah hari pertama haid, gunakan kontrasepsi lain atau
tidak berhubungan selama 2 hari
4. Dapat digunakan segera pasca persalinan, baik pada ibu menyusui maupun tidak
menyusui
b. Pil Kombinasi
Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur
Keuntungan
1. Memiliki efektivitas yang tinggi (8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan
pertama pemakaian)
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak menganggu hubungan seksual
4. Siklus haid jadi teratur dan jumlah darah haid berkurang (mencegah anemia)
5. Dapat digunakan jangka panjang
6. Dapat digunakan dari masa remaja hingga menopause
7. Mudah dihentikan setiap saat
8. Kesuburan cepat kembali
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
10. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium,
Kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenorea,
acne
Keterbatasan
1. Mual terutama 3 bulan pertama
2. Perdarahan bercak atau perdarahan sela pada 3 bulan pertama
3. Nyeri payudara, berat badan naik sedikit
4. Tidak bisa pada ibu menyusui
5. Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan
6. Tidak mencegah Infeksi menular seksual
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Menyusui eksklusif
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya
4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis (tidak terkontrol)
> 20 tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
10. Tidak dapat menggunakan pil setiap hari (pelupa)
Cara pakai
1. Pastikan klien tidak hamil
2. Dapat dikonsumsi dari hari 1 hingga ke 7 siklus haid, sebaiknya dikonsumsi pada jam
yang sama
3. Apabila dipergunakan dari hari ke-8 siklus haid, gunakan kontrasepsi lain seperti
kondom atau tidak berhubungan selama 7 hari
4. Bila muntah dalam 2 jam setelah minum pil, segera minum pil berikutnya
5. Bila lupa meminum pil selama 1 hari, hari besok langsung minum 2 pil sekaligus.
6. Apabila lupa meminum pil selama 2 hari, minum 2 pil sekaligus setiap hari selama 2
hari berturut-turut, lalu lanjutkan minum pil seperti biasa
7. Apabila lupa minum pil selama 3 hari, lanjutkan pil seperti biasa atau memulai dari
strip KB baru, dan gunakan kontrasepsi kondom/ tidak berhubungan selama 7 hari.
8. Untuk pil yang 21 tablet, selangi 1 minggu sebelum menggunakan tablet berikutnya
9. Hanya boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui setelah 6 bulan pasca persalinan
D. Metode Suntikan
a. Suntikan Progestin
Preparat
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA
disuntik
3. Bulan sekali, secara intramuscular
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberika setiap 2 bulan sekali secara intramuscular
Cara kerja (sama seperti suntikan kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
keguguran (MEC 2015)
2. Pada klien yang menyusui dapat digunakan setelah 6 minggu pasca persalinan
3. Pada klien yang tidak menyusui digunakan segera mungkin
4. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
10. Mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan
kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis dan epilepsi
5. Penembahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
8. Kesuburan kembali lama
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amonorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi
Cara Pakai
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
3. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan
selama 7 hari
4. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi suntikan, dapat
langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak hamil
5. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik yang lain
lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan kontrasepsi
suntik sebelumnya. \
6. Untuk suntikan depo medroksiprogesteron asetat disuntik setiap 12 minggu, intra
muscular
7. Untuk suntikan noretisteron enantat untuk 4 kali suntikan pertama diseling 8
minggu, suntikan ke 5 setiap 12 minggu, intra muscular
b. Suntikan Kombinasi
Preparat
• Cyclofem mengandung Depo medroksiprogesteron asetat 25 mg dan estradiol
sipionat 5 mg, disuntik sebulan sekali secara intramuscular.
• 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat, suntikan sebulan sekali
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama pe
makaian
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
10. Mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan
kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis dan epilepsi
5. Penambahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
8. Kesuburan kembali lama
Kontraindikasi
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya
4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM tidak terkontrol >20 tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
Cara pakai
1. Ibu menyusui hanya bisa digunakan saat bayi berusia 6 bulan atau lebih
2. Pastikan pasien tidak hamil
3. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
4. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan
selama 7 hari
5. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi suntikan, dapat
langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak hamil
6. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik yang lain
lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan kontrasepsi
suntik sebelumnya.
7. Suntikan dilakukan 1 bulan sekali
E. Metode Implan
Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan setelah persalinan maupun pasca keguguran dan pada
klien yang menyusui maupun tidak menyusui (MEC 2015)
2. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun pemakaian
2. Tidak menganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali bila implan dicabut
5. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
6. Dapat dihentikan setiap saat
7. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker endometrium dan ovarium
10. Dapat diberikan pada pasien endometriosis
Keterbatasan (sama seperti pil progestin)
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan dengan
wanita yang tidak ber-KB)
5. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
6. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang terjadi
7. Memerlukan prosedur medis
8. Efek berkurang bila menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) dan obat epilepsi
(fenitoin dan barbiturat)
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan barbiturat)
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
6. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
Cara Pakai
1. Pasien tidak hamil
2. Dipasang saat siklus haid ke 2 hingga 7, bila dipasang setelah siklus haid ke-7,
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
4. Setelah 48 jam pertama pemasangan, daerah pemasangan harus tetap dibiarkan
5. kering agar tidak infeksi
6. Perlindungan sampai 4 tahun
E. Metode AKDR
a. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Cara kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah ovum dan sperma bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi embrio dalam uterus
Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau setelah 4 minggu pasca
persalinan
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada infeksi
Keuntungan
1. Efektivitasnnya tinggi 0.8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan pertama
pemakaian
2. Memberi perlindungan hingga 12 tahun
3. Segera efektif setelah dipasang
4. Metode kontrasepsi jangka panjang, dapat digunakan sampai menopause
5. Tidak perlu mengingat-ingat (tidak seperti pil yang harus diminum setiap hari)
6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
7. Tidak ada efek hormonal (AKDR tanpa progestin)
8. Tidak mengganggu produksi ASI
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Kembalinya kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR dilepaskan
Keterbatasan
1. Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih banyak
dan nyeri, dan perdarahan antar menstruasi
2. Merasa nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan
3. Perforasi dinding uterus apabila sukar dalam pemasangan
4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang suka berganti pasangan
6. Memerlukan prosedur medis saat pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan
8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat genital (gonorrhea, clamidia, vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran abnormal) atau menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas ganas
7. Menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
Cara Pakai
1. Dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil
2. Sebagai kontrasepsi darurat dapat digunakan hari ke 1-5 pasca senggama
Keterbatasan
1. Memerlukan prosedur medis
2. Mahal
3. Perforasi dinding uterus apabila salah pemasangan
4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang suka berganti pasangan
6. Memerlukan prosedur medis saat pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan
8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui (terutama pada pemasangan AKDR
pascaplasenta)
9. Efek samping progestin: risiko trombosis, menurunkan kadar HDL pada pemberian
jangka panjang, memicu pertumbuhan miom
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran abnormal) atau menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas ganas
7. Menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
F. Metode Tubektomi
Cara kerja:
Menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
keguguran (WHO Mec 2015)
2. Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan
Keuntungan:
1. Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak ada efek samping hormonal
Keterbatasan
1. Harus melalui prosedur medis
2. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
3. Rasa nyeri atau tidak nyaman pasca tindakan
Yang dapat menjalani tubektomi
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin dengan jumlah kehamilan yang diinginkan
4. Kehamilan berikutnya agan memberikan risiko kesehatan yang serius
5. Pasca persalinan dan pasca keguguran
6. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh menjalani prosedur pembedahan
5. Ragu-ragu untuk menjalani prosedur
6. Tidak menandatangani persetujuan medis tertulis
G. Metode Vasektomi
Cara kerja
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara melakukan oklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak terjadi
Keuntungan
1. Sangat efektif : Efektivitas: 1 kehamilan pada 100 ibu (0.15%)
2. Tidak ada efek samping jangka panjang
3. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
Keterbatasan
Membutuhkan prosedur medis
Kontraindikasi
1. Infeksi kulit pada lapang operasi
2. Infeksi sistemik
3. Hidrokel dan varikokel yang besar
4. Hernia inguinalis
5. Filariasis
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskrotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah
Informasi bagi klien
1. Pertahankan band aid selama 3 hari
2. Luka yang dalam penyembuhan jangan ditarik atau digaruh
3. Daerah luka tidak basah dalam 24 jam, dan setelah 3 hari daerah luka boleh dicuci
dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah skrotum kering
5. Hindari mengangkat benda berat dan kerja keras dalam 3 hari
6. Boleh bersenggama setelah hari ke 2-3, namun pakai kondom hingga 15-20
ejakulasi atau 3 bulan
7. Lakukan pemeriksaan semen setelah 3 bulan pasca vasektomi
A. Pengorganisasian
kesehatan, maka diperlukan upaya untuk mengorganisasi semua sumber daya di lintas
program dan lintas sektor agar mendapatkan hasil yang optimal.
penyimpanan dan distribusinya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terkait
Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, pasal 15). Standar Kefarmasian adalah
pedoman untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi,
distribusi atau penyaluran, dan pelayanan kefarmasian (Peraturan Pemerintah No
51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian)
3. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai oleh fasilitas
kesehatan dilakukan melalui e-purchasing, yang harganya tercantum dalam e-
implan removal kit, VTP kit, KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan pedoman
manajemen. Pengelola program KB perlu berkoordinasi dengan pengelola program terkait
di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, baik di sarana pelayanan pemerintah
maupun swasta. Mekanisme penyediaan sarana penunjang pelayanan KB mengikuti
mekanisme penyediaan alokon.
c. Menjamin tersedianya pembiayaan pelayanan KB baik melalui APBN (Kementerian
Kesehatan dan BKKBN) dan APBD dan sumber lain yang tidak mengikat misalnya dana
hibah dalam dan luar negeri serta bantuan swasta dan perorangan.
d. Menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB yang
terampil dalam pelayanan klinis, konseling dan manajemen melalui pelatihan yang
Pelatihan Kesehatan (BBPK), Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Balai Pelatihan dan
Profesi (POGI, IDI dan IBI) dan lintas sektor terkait yang mengacu kepada pedoman
a. Perubahan mind set untuk melembagakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan
Kampanye “Dua Anak Cukup”
b. Memastikan semua PUS mendapatkan informasi tentang Kesehatan Reproduksi
dan KB
c. Memanfaatkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), Kelas Ibu Hamil, Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, termasuk
Konseling Calon Pengantin untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin, ibu,
suami dan keluarga tentang KB dan perencanaan keluarga.
d. Pemberdayaan Institusi Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan harus dilakukan
secara optimal terutama memberdayakan petugas dan kader KB di lapangan
e. Memanfaatkan tenaga-tenaga promotif dan preventif untuk menekan Kehamilan
yang Tidak Diinginkan dan menurunkan Angka Kematian Ibu.
f. Menyiapkan bahan-bahan KIE yang bersifat edukasi bagi keluarga dalam
merencanakan keluarganya.
g. Mempromosikan pesan pencegahan kehamilan “4 Terlalu” dan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
h. Pembinaan remaja melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan Generasi Berencana (GenRe)
i. Pembinaan kelompok-kelompok KB yang tergabung dalam bina keluarga balita, bina
keluarga remaja dan bina keluarga lansia.
j. Pendekatan kepada organisasi non pemerintah, LSM, swasta dan asosiasi-asosiasi
serta organisasi profesi.
Untuk mendapatkan pelayanan KB sesuai standar, maka diperlukan penguatan
keluaran yang efektif dan efisien. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang
harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil
guna dan berdaya guna. Perencanaan pelayanan KB sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan perlu diupayakan mulai dari tingkat fasilitas pelayanan tingkat
pertama sampai dengan tingkat lanjutan yang difokuskan pada analisis situasi dengan
memanfaatkan data/ informasi KB yang ada, baik data rutin maupun survei. Salah satu
upaya dalam mencapai hasil perencanaan yang optimal perlu dilakukan advokasi
prasarana, didasarkan pada rata-rata tren penggunaan metode kontrasepsi dalam 3 bulan
tahun kedepan pada triwulan pertama tahun berjalan, data tersebut diteruskan ke SKPD
dikelola dengan sistem satu pintu untuk memfasilitasi alokon di Poli Kebidanan/KB dan
Kamar Bersalin. Rumah Sakit juga merencanakan dan mengusulkan kebutuhan dan
Kesehatan Kab/kota.
C. Jenis Pelayanan
Klinik Rawat Jalan, IGD POONEK, Kamar Bersalin dan Kamar Operasi, kesemuanya
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klinis pasien pada saat akan di lakukan
1. pelayanan konseling;
D. Pelaksanaan KB
Drop Out (DO) KB; kasus perkosaan dan remaja seks pra-nikah. Terjadinya kehamilan
pada keadaan tersebut sering berakhir dengan tindakan aborsi yang tidak aman (unsafe
abortion) yang dapat membahayakan nyawa ibu yang merupakan salah satu penyebab
masih tingginya jumlah kematian ibu. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sehingga pelaksanaannya harus
terintegrasi dengan program kesehatan secara keseluruhan terutama kesehatan
reproduksi. Dalam pelaksanaannya, pelayanan keluarga berencana mengacu pada
standar pelayanan dan kepuasan klien.
Pelaksanaan pelayanan KB baik oleh pemerintah maupun swasta harus sesuai
standar pelayanan yang ditetapkan untuk menjamin pelayanan yang berkualitas dengan
kompetensi petugas; interaksi antara petugas dan klien; mekanisme yang menjamin
kelanjutan pemakai KB; jejaring pelayanan yang memadai (Judith Bruce, 1990).
program dan memastikan kegiatan program terlaksana sesuai rencana yang berkualitas.
Penilaian (evaluasi) adalah suatu proses pengumpulan dan analisis informasi mengenai
efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap tertentu baik sebagian atau
keseluruhan untuk mengkaji pencapaian program yang diperoleh dari pencatatan dan
pelaporan.
BAB VII
PENUTUP
Ditetapkan di Purwodadi
Pada tanggal : 10 Oktober 2018
DIREKTUR
RSUD Dr. R. SOEDJATI SOEMODIARDJO
PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN
BAMBANG PUJIYANTO