You are on page 1of 7

Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.

)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

Laju Respirasi Kecoak Jerman (Blattella germanica, Dictyoptera; Blattellidae)


yang Resisten Terhadap Insektisida

Respiration Rate of German Cockroach (Blattella germanica, Dictyoptera;


Blattellidae) that Resistant to the Insecticide

Robby Jannatan, Resti Rahayu*, Putra Santoso

Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat
25163
*)
Koresponden : resti_rahayu@yahoo.com

Abstract

An experiment on respiration rate of German cockroach (Blattella germanica, Dictyoptera;


Blattellidae) that had been resistant to pyrethroid insecticide was done from December 2012 to
Mei 2013. This experiment used completely randomized design with two treatments (with
insecticide and without insecticide exposured) and three replications. The respiration rate were
measured using the Scholander Respirometer. The control subject were VCRU-WHO as a
susceptible strain standarized by WHO, while the resistance strains were GFA-JKT, KRSA-
BDG, PLZ-SMRD and PLZ-PDG consisted of female, male and nymph Individuals. The results
shown that respiration rates were not significant difference between susceptible and resistance
strains on females (F: 0.373, df: 4, P: 0.823), males (F: 0.562, df: 4, P: 0.696) and nymphs (F:
0.402, df: 4, P: 0.803). The respiration rate were also not significant difference between with
insecticide and without insecticide exposured, except within GFA-JKT females (F: 9.161, df: 4,
P: 0.039), VCRU-WHO males (F: 11.779, df: 4, P: 0.026) and GFA-JKT nymphs (F: 8.733, df:
4, P: 0.042). Those results support that resistant cockroach do not increase respiration rate in
responding insecticide exposured.
Keywords: German cockroach, respiration rate, strains, insecticide exposured

Pendahuluan dari luar seperti insektisida akan


mengganggu proses fisiologis kecoak,
Kecoak merupakan salah satu hama sehingga kecoak harus membentuk suatu
pemukiman yang menjadi vektor dari pertahanan tertentu untuk menanggapi
berbagai penyakit, tersebar luas di seluruh tekanan itu. Proses tubuh untuk
dunia dan berasosiasi dengan habitat menanggapi tekanan membutuhkan suatu
manusia (Cochran, 2003). Beberapa spesies energi berlebih yang biasa disebut dengan
kecoak yang tergolong hama dan paling fitness costs (Boivin et al., 2001).
banyak ditemukan adalah kecoak jerman Menurut Crow (1957) fitness
(Blattella germanica) (Layton, 1914; Bell, serangga resisten tidak sebaik fitness
Roth dan Nalepa, 2007). serangga rentan. Adanya penurunan fitness
Pengendalian populasi kecoak selama pada serangga resisten merupakan akibat
ini sangat bergantung kepada penggunaan perubahan fungsi fisiologis di dalam tubuh.
insektisida. Insektisida dapat membunuh Perubahan fungsi fisiologi di dalam tubuh
kecoak secara cepat, namun pemakaian adalah salah satu strategi yang
insektisida yang berlebihan dan tidak dikembangkan serangga pada mekanisme
terkendali dapat menyebabkan resistensi resistensi agar dapat bertahan hidup dari
(Ahmad, 2011). Serangga menjadi resisten tekanan seperti insektisida. Berdasarkan
disebabkan oleh suatu mekanisme resistensi penelitian Rahayu (2011) kecoak resisten
yang dikembangkan serangga agar dapat rata-rata memiliki aktivitas enzim
bertahan terhadap tekanan seperti detoksifikasi yang lebih tinggi daripada
insektisida (Lee, 1997). Tekanan seleksi kecoak rentan. Ini menunjukkan bahwa

Accepted: 16 September 2013


263
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

terdapat perbedaan proses fisiologi dalam Rahayu (2011). Kecoak yang digunakan
tubuh kecoak untuk bertahan terhadap dalam penelitian ini adalah betina dengan
tekanan seperti insektisida. berat antara 0,07-0,10 gram, jantan dan
Salah satu proses fisiologi tubuh nimpa dengan berat antara 0,04-0,07 gram.
serangga seperti kecoak menggunakan Kecoak dewasa diperkirakan berumur 60-
proses respirasi untuk mendapatkan suplai 65 hari dan nimpa stadia akhir (instar 4- 5).
energi dengan mengambil oksigen dari
udara luar (Chown dan Nicolson, 2004). Perlakuan hewan uji
Oksigen akan ditransfer menuju sel dan Kecoak dari stok biakan diambil lima ekor
digunakan untuk respirasi oksidatif yang dari masing-masing strain. Kecoak
berperan dalam proses serapan energi ditimbang dengan timbangan analitik dan
(Klowden, 2007). Adanya peristiwa dilakukan pengukuran laju respirasi. Untuk
resistensi terhadap insektisida diduga akan perlakuan didedahkan insektisida, sebelum
berkaitan dengan proses serapan energi dari pengukuran laju respirasi kecoak
respirasi. Oleh sebab itu, diduga akan ada didedahkan dengan insektisida. Pendedahan
perbedaan laju respirasi antara kecoak yang insektisida mengacu kepada Ladonni (2000)
resisten dan rentan. menggunakan cawan petri berdiameter
Penelitian ini bertujuan untuk sembilan cm. Insektisida dilarutkan
mengetahui laju respirasi kecoak jerman menggunakan aseton menjadi konsentrasi
yang resisten dan rentan terhadap subletal, yaitu 10 % dari konsentrasi
insektisida pada betina, jantan dan nimpa insektisida dalam kemasan. Insektisida
serta pengaruh pemberian insektisida dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak
terhadap laju respirasi pada kecoak jerman. 1 ml lalu digoyang-goyangkan agar merata
ke seluruh permukaan cawan petri dan
Metode Penelitian dikering-anginkan. Kecoak didedahkan
selama tiga menit di dalam cawan petri
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kemudian dikeluarkan dan diukur laju
lengkap dengan dua perlakuan (didedahkan respirasinya. Volume insektisida dan lama
dan tanpa didedahkan insektisida) dan tiga pendedahan ditentukan melalui uji
ulangan. Strain kecoak yang digunakan pendahuluan.
terdiri dari strain GFA-JKT, KRSA-BDG,
PLZ-SMRD dan PLZ-PDG sebagai strain Pengukuran laju respirasi
yang sudah berstatus resisten dan Pengukuran laju respirasi dilakukan untuk
dibandingkan dengan strain rentan VCRU- melihat konsumsi oksigen dari hewan yang
WHO sebagai standar, masing-masing diujikan menggunakan Respirometer
strain terdiri dari betina, jantan dan nimpa. Scholander. Penggunaan Respirometer
Alat yang digunakan diantaranya Scholander mengacu kepada Harris (1985).
timbangan analitik, kantong plastik, kapas, Pengamatan laju respirasi kecoak dilakukan
kandang kecoak, cawan petri berdiameter selama 15 menit.
sembilan cm dan satu set Respirometer
Scholander. Bahan yang digunakan antara Analisis Data
lain vaselin, baby oil, eosin, KOH 4%, Laju Respirasi kecoak jerman dihitung
insektisida dengan bahan aktif sipermetrin menggunakan rumus sebagai berikut:
0,40 g/l, imifrotrin 0,32 g/l dan transflutrin
0,20 g/l serta pakan kecoak (pelet ikan
D729 dan pakan anjing merk Pedigree). (Harris, 1985)

Pemeliharaan Hewan Uji Data yang didapatkan dianalisis


Kecoak jerman dikembangbiakkan di menggunakan analisa varian (ANOVA),
Laboratorium Riset Fisiologi Hewan jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang
Universitas Andalas pada suhu ruangan berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak
antara 26-280C dan fotoperioda 12:12. Berganda Duncan (Duncan New Multiple
Pemeliharaan kecoak mengacu kepada Range Test). Untuk mengetahui perbedaan
264
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

antara laju respirasi kecoak jerman tanpa terdapat kecenderungan bahwa kecoak
didedahkan dengan didedahkan insektisida resisten mempunyai laju respirasi yang
di uji menggunakan uji t independen. Data lebih tinggi daripada kecoak rentan
dianalisis dengan software komputer SPSS terutama pada betina dan jantan. Hal ini
15. kemungkinan karena kecoak resisten
membutuhkan penambahan konsumsi
Hasil dan Pembahasan oksigen ketika didedahkan insektisida
untuk meningkatkan aktivitas enzim
Laju respirasi kecoak jerman tanpa detoksifikasi, hal ini sesuai dengan
didedahkan insektisida pendapat Hostetler et al. (1994) bahwa laju
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa respirasi akan meningkat jika kecoak
rata-rata laju respirasi betina strain VCRU- diinduksi dengan insektisida sehingga
WHO lebih tinggi daripada KRSA-BDG, aktivitas enzim detoksifikasi meningkat
PLZ-SMRD dan PLZ-PDG kecuali pada pada strain resisten. Perbedaan laju respirasi
GFA-JKT. Pada jantan laju respirasi strain antara kecoak resisten dan rentan diduga
VCRU-WHO lebih tinggi daripada GFA- akibat perbedaan fisiologis di dalam tubuh
JKT, KRSA-BDG dan PLZ-PDG kecuali kecoak resisten. Perbedaan mekanisme
pada PLZ-SMRD, sedangkan pada nimpa fisiologis di dalam tubuh adalah salah satu
laju respirasi strain VCRU-WHO lebih strategi yang dikembangkan serangga pada
rendah daripada strain GFA-JKT, PLZ- mekanisme resistensi agar dapat bertahan
SMRD dan PLZ-PDG kecuali pada KRSA- hidup dari tekanan seperti insektisida
BDG. Walaupun demikian, tidak terdapat (Rahayu, 2011).
perbedaan yang nyata antara rata-rata laju Untuk melihat perbedaan laju
respirasi strain rentan dengan resisten baik respirasi antara kecoak betina, jantan dan
untuk betina, jantan maupun nimpa setelah nimpa dalam strain yang sama setelah
di analisa statistika menggunakan analisa didedahkan insektisida terdapat
varian. kecenderungan bahwa kecoak betina
Tidak terdapatnya perbedaan laju mempunyai laju respirasi lebih rendah
respirasi antara strain resisten dan rentan daripada jantan dan nimpa, Perbedaan laju
pada lingkungan bebas insektisida, diduga respirasi antara kecoak betina dan jantan
resistensi yang terjadi tidak berasal dari tanpa didedahkan dan didedahkan
perubahan metabolisme di dalam tubuh insektisida diduga karena pengaruh tingkat
yang mempengaruhi laju respirasi kecoak. resistensi antara betina dan jantan. Rahayu
Menurut Hostetler et al. (1994) tidak (2011) menyatakan bahwa kecoak betina
terdapatnya perbedaan antara kecoak rentan mempunyai tingkat resistensi yang lebih
dengan resisten kemungkinan karena rendah daripada jantan, jadi diduga tingkat
kecoak resisten mempunyai mekanisme resistensi berpengaruh terhadap laju
resistensi fisiologi yang tidak respirasi kecoak jantan. Hal ini juga
membutuhkan penambahan aktivitas dipengaruhi oleh perbedaan berat dan
enzimatis. Mekanisme resistensi fisiologi ukuran tubuh antara kecoak jantan dan
yang menyebabkan serangga resisten betina.
terhadap insektisida menurut Lee (1997) Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa
meliputi, penurunan penetrasi insektisida betina mempunyai berat yang lebih besar
melalui kutikula karena adanya modifikasi dibandingkan jantan dan nimpa, sehingga
pada komposisi kimia dan struktur kutikula, dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk
peningkatan enzim untuk mendetoksifikasi membunuhnya. Perbedaan berat badan ini
senyawa racun dan perubahan reseptor pada disebabkan oleh perbedaan jumlah jaringan
sel target. fat body yang terdapat pada tubuh kecoak,
karena kecoak betina mempunyai jumlah
Laju respirasi kecoak jerman didedahkan fat body yang lebih banyak daripada jantan
insektisida dan nimpa. Fat body menyebabkan berat
Berdasarkan Tabel 3. laju respirasi kecoak badan kecoak betina bertambah besar
jerman yang didedahkan insektisida (Lambiase et al, 2000). Selain itu, fat body
265
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

juga berfungsi untuk menyimpan zat sisa didedahkan dengan didedahkan insektisida
metabolisme dan penawar racun yang pada strain VCRU-WHO (α < 0,05),
masuk ke dalam tubuh kecoak seperti dimana nilai rata-rata laju respirasi lebih
insektisida (Polver et al, 1986). tinggi pada tanpa didedahkan insektisida.
Laju respirasi strain resisten menunjukkan
Perbandingan laju respirasi kecoak jerman hal sebaliknya yaitu terdapat
tanpa didedahkan dan didedahkan kecenderungan laju respirasi semakin tinggi
insektisida setelah didedahkan insektisida pada strain
Berdasarkan Tabel 4. setelah dilakukan GFA-JKT, KRSA-BDG dan PLZ-SMRD.
analisa statistika menggunakan uji t Pemberian Insektisida pada kecoak
independen, maka didapatkan hasil yang jantan menyebabkan nilai rata-rata laju
berbeda nyata antara tanpa didedahkan respirasi semakin tinggi jika didedahkan
dengan didedahkan insektisida pada strain insektisida. Hal ini diduga karena kecoak
GFA-JKT (α < 0,05), dimana nilai rata-rata jantan resisten membutuhkan energi yang
laju respirasi lebih tinggi pada tanpa lebih besar untuk peningkatan aktivitas
didedahkan insektisida. Walaupun enzim detoksifikasi di dalam tubuh.
demikian, terdapat kecenderungan bahwa Menurut Hostetler et al. (1994) kecoak
nilai rata-rata laju respirasi tanpa setelah didedahkan insektisida laju
didedahkan juga lebih tinggi daripada metabolismenya semakin meningkat karena
didedahkan insektisida pada strain VCRU- produksi enzim detoksifikasi menjadi
WHO dan PLZ-SMRD. tinggi. Aktivitas enzim detoksifikasi yang
Pemberian insektisida pada kecoak tinggi akan menekan atau mengurangi
betina menyebabkan nilai rata-rata laju toksisitas insektisida dalam tubuh kecoak
respirasi kecenderungan lebih rendah (Rahayu, 2011).
dibandingkan dengan tanpa didedahkan
insektisida. Hal ini terjadi kemungkinan 0.12
Berat badan (g)

karena konsentrasi insektisida yang diujikan 0.1


pada kecoak betina masih tergolong tinggi 0.08
atau karena waktu pendedahan yang lama. 0.06
0.04 Betina
Walaupun konsentrasi insektisida dan
0.02
waktu pendedahan yang diujikan tidak 0
Jantan
mengalami kematian pada kecoak betina, Nimpa
diduga menyebabkan kecoak betina
menjadi lemah sehingga laju respirasinya
menurun. Strain
Menurut Subagyo et al. (2005)
konsentrasi insektisida dan lama Gambar 1. Perbedaan rata-rata berat badan
pendedahan sangat berpengaruh terhadap kecoak pada betina, jantan dan nimpa dalam
kecoak. Penambahan konsentrasi strain yang sama tanpa didedahkan insektisida
insektisida akan meningkatkan toksisitas
terhadap kecoak. Insektisida piretroid Berdasarkan Tabel. 6 setelah
merupakan racun kontak, maka waktu dilakukan analisa statistika menggunakan
pendedahan yang lebih panjang uji t independen, maka didapatkan hasil
menyebabkan kontak kecoak dengan yang berbeda nyata antara tanpa
insektisida juga semakin lama. didedahkan dengan didedahkan insektisida
Kemungkinan laju respirasi kecoak betina pada strain GFA-JKT (α < 0,05), dimana
menurun karena konsentrasi insektisida dan nilai rata-rata laju respirasi lebih tinggi jika
lama pendedahan yang diujikan diluar batas didedahkan insektisida. Pada beberapa
toleransi kecoak betina tersebut. strain walaupun tidak berbeda nyata, rata-
Berdasarkan Tabel 5. setelah rata laju respirasi didedahkan insektisida
dilakukan analisa statistika menggunakan kecenderungan menjadi lebih tinggi pada
uji t independen, maka didapatkan hasil strain VCRU-WHO, KRSA-BDG dan PLZ-
yang berbeda nyata antara tanpa SMRD.
266
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

Tabel 1. Data informasi strain kecoak jerman yang diujikan


Strain Lokasi RR50 ♂ RR50 ♀ Ket
pengkoleksian
VCRU-WHO Penang, Malaysia 1 1 Rahayu (2011)
GFA-JKT Jakarta 315,67* 169,67* Rahayu (2011)
KRSA-BDG Bandung 71,17* 46,44* Rahayu (2011)
PLZ-SMRD Samarinda - - -
PLZ-PDG Padang 330,61** - Hariani (2013)
Ket: RR50: Rasio resistensi LD50 resisten per LD50 rentan
* : RR50 terhadap insektisida permetrin
** : RR50 terhadap insektisida deltametrin (komunikasi pribadi)
- : Rasio resistensi belum diketahui

Tabel 2. Laju respirasi kecoak jerman tanpa didedahkan insektisida piretroid 10% selama tiga menit
(ml/g/dt) antara strain rentan dan resisten
Betina Jantan Nimpa
Strain
Rata-rata + SD Rata-rata + SD Rata-rata + SD
VCRU-WHO 0,038 + 0,022 0,073 + 0,007 0,046 + 0,055
GFA-JKT 0,049 + 0,068 0,049 + 0,038 0,053 + 0,053
KRSA-BDG 0,025 + 0,031 0,044 + 0,031 0,009 + 0,009
PLZ-SMRD 0,033 + 0,045 0,078 + 0,070 0,047 + 0,047
PLZ-PDG 0,013 + 0,015 0,035 + 0,038 0,053 + 0,053

Tabel 3. Laju respirasi kecoak jerman didedahkan insektisida piretroid 10% selama tiga menit (ml/g/dt)
antara strain rentan dan resisten
Betina Jantan Nimpa
Strain
Rata-rata + SD Rata-rata + SD Rata-rata + SD
VCRU-WHO 0,006 + 0,008 0,036 + 0,051 0,075 + 0,068
GFA-JKT 0,009 + 0,013 0,056 + 0,075 0,087 + 0,018
KRSA-BDG 0,028 + 0,026 0,065 + 0,050 0,034 + 0,029
PLZ-SMRD 0,011 + 0,016 0,089 + 0,033 0,050 + 0,029
PLZ-PDG 0,033 + 0,032 0,025 + 0,018 0,024 + 0,021

Tabel 4. Laju respirasi kecoak betina tanpa didedahkan dan didedahkan insektisida piretroid 10% selama
tiga menit (ml/g/dt)
Betina
Strain
Tanpa didedahkan + SD Didedahkan + SD
VCRU-WHO 0,038 + 0,022 0,006 + 0,007
GFA-JKT* 0,049 + 0,065 0,009 + 0,013
KRSA-BDG 0,025 + 0,031 0,028 + 0,026
PLZ-SMRD 0,033 + 0,044 0,011 + 0,016
PLZ-PDG 0,013 + 0,015 0,033 + 0,032
Keterangan : laju respirasi pada strain yang diikuti tanda * berbeda nyata antara tanpa didedahkan dan
didedahkan insektisida pada uji taraf 5%

Tabel 5. Laju respirasi kecoak jantan tanpa didedahkan dan didedahkan insektisida piretroid 10% selama
tiga menit (ml/g/dt)
Jantan
Strain
Tanpa didedahkan + SD Didedahkan + SD
VCRU-WHO* 0,073 + 0,006 0,036 + 0,051
GFA-JKT 0,049 + 0,038 0,056 + 0,075
KRSA-BDG 0,044 + 0,031 0,065 + 0,050
PLZ-SMRD 0,078 + 0,078 0,089 + 0,033
PLZ-PDG 0,035 + 0,038 0,025 + 0,018
Keterangan : laju respirasi pada strain yang diikuti tanda * berbeda nyata antara tanpa didedahkan dan
didedahkan insektisida pada uji taraf 5%
267
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

Tabel 6. Laju respirasi nimpa kecoak tanpa didedahkan dan didedahkan insektisida piretroid 10% selama
tiga menit (ml/g/dt)
Nimpa
Strain
Tanpa didedahkan + SD Didedahkan + SD
VCRU-WHO 0,046 + 0,055 0,075 + 0,068
GFA-JKT* 0,053 + 0,081 0,087 + 0,018
KRSA-BDG 0,009 + 0,007 0,034 + 0,029
PLZ-SMRD 0,047 + 0,070 0,050 + 0,030
PLZ-PDG 0,053 + 0,044 0,024 + 0,024
Keterangan : laju respirasi pada strain yang diikuti tanda * berbeda nyata antara tanpa didedahkan dan
didedahkan insektisida pada uji taraf 5%.

Laju respirasi nimpa kecoak yang Herwina yang telah memberikan masukan
didedahkan insektisida menjadi lebih tinggi dan saran dalam penelitian dan
kemungkinan karena insektisida yang penyelesaian artikel ini.
masuk ke dalam tubuh melalui penetrasi
kutikula, sehingga menyebabkan Daftar Pustaka
pengambilan energi dari respirasi menjadi
tinggi untuk aktivitas detoksifikasi senyawa Ahmad, I. 2011. Adaptasi Serangga dan
racun. Menurut Dono et al. (2010) Dampaknya Terhadap Kehidupan
perubahan ketahanan nimpa terhadap Manusia. Pidato Ilmiah Guru Besar
insektisida selama perkembangannya Institut Teknologi Bandung. Institut
Teknologi Bandung. Bandung. 21
disebabkan oleh perubahan kutikula, seperti
Oktober 2011.
ketebalan kutikula, kekerasan kutikula dan Bell, W. J., L. M. Roth dan C. A. Nalepa. 2007.
penurunan kandungan lipid dalam kutikula. Cockroaches; Ecology, Behavior and
Nimpa serangga kemungkinan lebih peka Natural History. The Johns Hopkins
terhadap insektisida setelah ganti kulit dan University Press. Baltimore.
ketahanannya meningkat dengan Boivin, T., C. C. d’Hieres, J. C. Bouvier, D.
bertambahnya umur dan kemudian menurun Beslay, Dan B. Sauphanor. 2001.
kembali saat menjelang ganti kulit. Laju Pleitropy of Insecticide Resistance in the
penetrasi insektisida pada suatu bagian Codling Moth, Cydia pomonella.
kutikula tergantung dari struktur dan Entomologia Experiments et Applicata
99: 981-386.
ketebalan kutikula tersebut.
Chown, S. L. and S. W. Nicolson. 2004. Insect
Physiological Ecology. Oxford
Kesimpulan University Press. New york.
Cochran, D. G. 2003. Blattodea (Cockroaches).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat In: Resh, V. H. dan R. T. Carde. 2003.
disimpulkan bahwa tidak terdapat Encyclopedia of Insects. Elseiver
perbedaan laju respirasi yang berbeda nyata Science. California.
antara strain rentan dengan resisten pada Crow, J. F. 1957. Genetics of Insect Resistance
kecoak jerman betina, jantan dan nimpa to Chemicals. Annual Review of
baik tanpa didedahkan maupun yang Entomology. 2: 227-246.
Dono, D., S. Ismayana, Idar, D. Prijono dan I.
didedahkan insektisida. Hasil perbandingan
Muslikha. 2010. Status dan Mekanisme
laju respirasi antara didedahkan dan tanpa Resistensi Biokimia Crocidolomia
didedahkan insektisida terdapat perbedaan pavonna (F.) (Lepidoptera: Crambidae)
yang nyata pada kecoak jerman betina dan terhadap Insektisida Organofosfat serta
nimpa strain GFA-JKT serta pada kecoak Kepekaannya terhadap Insektisida Botani
jantan strain VCRU-WHO. Ekstrak Biji Barringtonia asiatica. J.
Entomol. Indon. 7(1): 9-27.
Ucapan Terima Kasih Harris, P. 1985. Equipment Notes; Simple
Respirometer. Philip Harris Limited.
Ucapan terima kasih kepada Dra. Netty England.
Hostelter, M. E., J. F. Anderson dan C. A.
Marusin, Dr. Efrizal dan Dr. Henny
Lanciani. 1994. Pesticide Resistance and
268
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(4) – Desember 2013: 262-268 : (ISSN : 2303-2162)

Metabolic Rate in German Cockroaches Cockroach, Blattella germanica (L.)


(Dictyoptera: Blattellidae). Florida (Dictyoptera: Blattellidae). Journal of
Entomologist. 77 (2): 288-290. Bioscience. 8 (2). 156-172.
Klowden, M. J. 2007. Physiological Systems in Polver, P. D. P., L. Sacchi, A. Grigolo dan U.
insects. Elseiver. USA. Laudani. 1986. Fine Structure of the Fat
Ladonni, H. 2000. Permethrin Resistance Ratios Body and its Bacterioids in Blattella
Compared by Two Methods of Testing germanica (Blattodea). Acta Zoologica
Nymphs of the German Cockroach, 67(2): 747-750.
Blattella germanica. Medical and Rahayu, R. 2011. Status dan Mekanisme
Veterinary Entomology. 14: 213-216. Resistensi serta Fitness Blattella
Lambiase, S., E. Conforti, M. Fasola, A. germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae)
Grigolo dan Y. M. Zhang. 2000. Fat Asal Bandung, Jakarta dan Surabaya
Body, Gonad, and Prothoracic Gland Terhadap Propuksur, Permetrin dan
Fate in Blattella germanica Adults Fipronil. [Disertasi]. Institut Teknologi
(Blattaria, Blattellidae). Ital. J. Zool. 67: Bandung. Bandung.
245-254. Subagyo, I., D. T. Boewono dan S. Iravati.
Layton, B. 1914. Household Pest Control. 2005. Efektivitas Produk Insektisida Cair
Missisipi State University, Extension sebagai Kapur terhadap Blattella
Service. USA. germanica dan Periplaneta americana di
Lee, C. Y. 1997. Insecticide Resistance and Its Laboratorium. Universitas Gadjah Mada.
Underlying Mechanism in the German Yogyakarta.

You might also like