Professional Documents
Culture Documents
FARMAKOKINETIKA
(FARMAKOKINETIKA OBAT KOMPARTEMEN SATU
TERBUKA MELALUI INTRAVENA DAN
EKSTRAVENA(PERORAL))
DISUSUN OLEH:
GOLONGAN I
KELOMPOK 1
2.1 Farmakokinetika
Farmakokinetika menguraikan apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam
organisme. Farmakokinetika mengamati proses-proses yang meliputi
absorpsi,distribusi, biotransformasi atau metabolisme dan ekskresi. Perubahan
konsentrasi obat yang terjadi selama proses tersebut di dalam organisme
(khususnya dalam plasma) dibuat grafiknya terhadap waktu (Schmitz, dkk, 2008).
Dalam suatu sistem biologi, peristiwa-peristiwa yang dialami obat sering
terjadi secara serentak. Dengan menggambarkan sistem biologik yang komplek,
maka dibuatlah penyerderhanaan mengenai pergerakan suatu obat. Suatu hipotesis
atau suatu model disusun dengan menggunakan istilah matematika, yang memberi
arti singkat dari pernyataan hubungan kuantitatif. Berbagai model matematika
dapat dirancang untuk meniru proses laju absorpsi, distribusi dan eliminasi obat.
Model matematika ini memungkinkan mengembangkan persamaan untuk
menggambarkan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu (Shargel dan
Yu, 2005).
Manfaat dari model farmakokinetik diantaranya:
1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urin pada berbagai
pengaturan dosis.
2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara
individual.
3. Memperkirakaan kemungkinanan akumulasi obat dan/ atau metaboli-
metabolitnya.
4. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau
toksikologik.
5. Menilai perubahan laju atau tingkat avaibilitas antar formulasi
(bioekivalensi).
6. Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi
absorbsi, distribusi atau eliminasi obat.
7. Menjelaskan interaksi obat.
(Shargel dan Yu, 2005)
2.2 Pembuatan Obat Secara Intravena
Penggunaan injeksi intravena diperlukan bila dikehendaki efek sistemik
yang cepat, karena larutan injeksi masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik
vena perifer (Anief, 2010). Pada umumnya, pemakaian intravena memberi mulai
kerja yang paling cepat. Obat-obat yang diinjeksikan secara intravena langsung
masuk ke dalam darah dan dalam beberapa menit beredar keseluruh bagian tubuh.
Dalam hal pemberian secara intravena, kadar puncak plasma terjadi dengan
segera, sehingga suatu puncak biasanya tidak terlihat. Kadar obat dalam plasma
pada 3 jam setelah pemberian intravena menurun ke suatu kadar yang lebih
rendah (Shargel dan Yu, 2005).
Jika dibandingkan dengan pemberian obat secara ekstravaskular (oral,
rektal, dan lain-lain), obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah secara
perlahan-lahan melalui suatu proses absorpsi sampai mencapai puncaknya,
kemudian akan turun (Utomo, 2010).
2.3 Kompartemen Satu Intravena
Jika suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena cepat (IV bolus)
seluruh dosis obat masuk tubuh dengan segera. Oleh karena itu, laju absorbsi obat
diberika dalam perhitungan. Dalam banyak hal obat tersebut didistribusikan ke
semua jaringan kedalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secra cepat
berkeseimbangan di dalam tubuh (Shargel dkk., 2012). Berikut adalah gambar
ilustrasi dari model kompartemen satu terbuka.
Cp = Cop e-ke.t
Keterangan :
Cp = Konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
Cop = Konsentrasi obat dalam plasma pada saat t = 0
ke = Konstanta kecepatan eliminasi dari kompartemen
(Shargel dkk., 2012)
Berikut ini beberapa parameter farmakokinetik:
a. Tetapan laju eliminasi (k)
Tetapan laju eliminasi (k) adalah suatu tetapan laju eliminasi orde kesatu
dengan waktu-1 (misalnya: jam-1). Eliminasi obat secara total dari dalam tubuh
dipengaruhi oleh proses biotransformasi dan ekskresi sehingga tetapan laju
eliminasi menyatakan jumlah dari laju tiap proses :
k= km + ke
atau
Keterangan:
DB = obat dalam tubuh pada waktu t
D = obat dalam tubuh pada t= 0
(Pakarti, 2009).
b. Volume distribusi (VD)
Volume distribusi (VD) berguna dalam menghubungkan konsentrasi obat
dalam plasma dengan jumlah obat dalam tubuh pada suatu waktu tertentu.
Parameter ini ditunjukkan dalam satuan volume. Parameter ini menunjukkan
volume penyebaran obat dalam plasma atau serum. V D tidak perlu menunjukkan
volume penyebaran obat yang sesungguhnya ataupun volume secara anatomi,
tetapi hanya volume imajinasi dimana tubuh dianggap sebagai satu kompartemen
yang terdiri dari plasma atau serum, dan Vd menghubungkan jumlah obat dalam
tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum.
Distribusi obat dalam tubuh dihitung sebagai berikut.
ClR adalah klirens renal atau ginjal sedangkan ClNR adalah klirens non
renal (organ lainnya). Secara umum klirens dianggap sebagai jumlah dari klirens
renal dan klirens non renal yang umumnya melalui klirens hepatik (Cl H). Maka
secara umum klirens total, ClT, persamaannya adalah sebagai berikut:
ClT dapat ditentukan sebagai laju eliminasi obat dibagi dengan konsentrasi
obat dalam plasma. Jadi klirens dinyatakan dalam volume plasma yang
mengandung obat yang dieliminasi persatuan waktu. Untuk menghitung klirens
didasarkan atas data konsentrasi obat dalam plasma.
ClR =
ClT =
Dimana D0 adalah dosis awal dan = (Shargel dkk., 2012).
d. AUC
Nilai AUC (Area Under Curve) dapat dihitung pada berbagai periode
pengamatan, sesuai kebutuhan, misalnya AUC0-12, AUC0-24 atau AUC0-~. Nilai ini
menggambarkan derajat absorpsi, yakni berapa banyak obat diabsorpsi dari
sejumlah dosis yang diberikan. Dengan membandingkan nilai AUC pemberian
ekstravaskuler terhadap AUC intravena suatu obat dengan dosis yang sama, akan
didapatkan nilai ketersediaan hayati absolut (= F), yakni fraksi obat yang dapat
diabsorpsi dari pemberian ekstravaskuler. Lamanya kadar obat berada di atas
kadar efektif minimal (KEM), dan intensitas efek dapat digambarkan kadar obat
terhadap KEM (Shargel dkk., 2012).
2.4 Model Kompartemen Dua
Model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua
kompartemen, kompartemen kesaty, dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu
darah, cairan ekstra-selular dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara ceprat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini dieliminasi dari
kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005).
Model kompartemen dua ini pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama
dengan model kompartemen satu namun bedanya terdapat dalam proses distribusi
karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral.
Model ini sesuai untuk banyak obat (Setiawati, dkk., 1995).
AUC atau luas area di bawah kurva yaitu konsentrasi obat dalam plasma,
darah atau serum yang terintegrasi dengan waktu (dari AUC0 - AUC0-1) setelah
dosis tunggal atau selama waktu interval dosis pada keadaan tunak (Setiawati,
dkk., 1995).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Seperangkat alat sonde e. Laptop
b. Sarung tangan f.Kertas semilogaritmik
c. Alat - alat gelas g. Alat tulis
d. Kalkulator scientific
3.1.2 Bahan
a. Sediaan obat sulfadiazin
b. Text book
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Pemberian Sodium Sulfasetamid secara Oral
Mencit sebanyak 6 ekor yang digunakan sebagai hewan percobaan,
sebelum perlakuan dipuasakan (12-18 jam) terlebih dahulu
Hewan uji diberi sodium sulfasetamid secara oral dengan dosis 100,0
mg/kg BB
2. Setelah darah dicuplik secara serial pada i.v waktu tertentu dan dilakukan
penetapan kadar obat diperoleh data sebagai berikut:
Pertanyaan:
a. Hitunglah semua nilai parameter yang menerangkan disposisi obat pada
subjek!
b. Berapakah jumlah obat yang berada dalam tubuh 9 jam setelah
penyuntikan intravena?
c. Berapa lama waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi
6 mg/L?
3. Diketahui:
Dosis : 100 mg
Ditanya :
Bagaimana Parameter Farmakokinetiknya?
4.2 Perhitungan
1. Data Tabel 1
Cp = Cp0.
= 177,22
1) Waktu Paruh Eliminasi
t1/2
= 56,427 ml
3) Klierens Obat (CL)
xk
= 56,427 ml x 0,279/jam
= 15,743 ml/jam
4) Area Under Curve (AUC)
AUC =
= 635,197 µg
2. Data Tabel 2
t Cp LnCp LnCp' Cp' ∆Cp Ln∆Cp
0,25 135 4,905275 2,50975 12,30185 122,6981 4,80972724
0,5 90 4,49981 2,4866 12,02034 77,97966 4,356448057
1 40 3,688879 2,4403 11,47648 28,52352 3,350728899
1,5 22,5 3,113515 2,394 10,95724 11,54276 2,446058804
3 9,7 2,272126
5 7,9 2,066863
7 6,5 1,871802
10 4,9 1,589235
14 3,5 1,252763
R2 = 0,9984
Slope = -0,0926
Intersep = 2,5329
= = 7,4838 jam
t½ distribusi =
= = 0,3636268 jam
2) Menghitung AUC∞0
AUC =
AUC =
K21 =
K21 =
= 0,200911
4) K sentral
K =
K =
= 0,87843
5) K12 (Tetapan laju transfer dari kompartemen sentral ke jaringan)
K12 = β + α – K21 – K
= 0,0926 + 1,90589 – 0,200911 – 0,87843
= 0,919149
b. Berapakah jumlah obat yang berada dalam tubuh 9 jam setelah penyuntikan
intravena?
Penyelesaian:
Cp saat t=9
Cp9 =
=
= 5,470775 mg/L
c. Berapa lama waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi 6
mg/L?
Penyelesaian:
Ln Cp = -0,0926x + 2,5329
Ln 6 = -0,0926x + 2,5329
1,791759-2,5329 = -0,0926x
x = 8,003683
3. Data Tabel 3
t Cp LnCp
0,25 43 3,7612
0,5 32 3,46574
1 20 2,99573
1,5 14 2,63906
2 11 2,3979
4 6,5 1,8718
8 2,8 1,02962
12 1,2 0,18232
16 0,52 -0,6539
Data 3 merupakan kompartemen 2 terbuka dan pemberian secara intravena
dengan grafik hubungan antara log Cp dengan waktu (t) adalah sebagai berikut :
Gambar 4.9 Kurva Hubungan Cp0 Dengan Waktu (t)
t Cp LnCp
4 6,5 1,8718
8 2,8 1,02962
12 1,2 0,18232
16 0,52 -0,6539
Gambar 4.11 Kurva Fase Eliminasi Hubungan Log Cp Dengan Waktu (t)
Maka:
Ln Cp = - ket + Ln
Ln Cp = -0,2106t + 2,7136
Nilai B
Ln = Ln(2,7136)
= 15,0834 µg/mL
Untuk memperoleh k distribusi (kd) maka harus dibuat regresi linier untuk fase
distribusi dengan mencari C’p dan ΔCp (fase distribusi adalah t0,25-t2) dari Log
Cp = -0,2106t + 2,7136, maka:
a. Ln C’ = -0,2106(0,25) + 2,7136
= 2,66095
b. Ln C’ = -0,2106(0,5) + 2,7136
= 2,6083
c. Ln C’ = -0,2106(1) + 2,7136
= 2,503
d. Ln C’ = -0,2106(1,5) + 2,7136
= 2,3977
e. Ln C’ = -0,2106(2) + 2,7136
= 2,2924
Maka diperoleh tabel sebagai berikut:
ΔCp atau
T Cp LnCp LnCp' Cp' Ln ΔCp
(Cp-Cp')
0,25 43 3,7612 2,66095 14,309877 28,69012297 3,356552916
0,5 32 3,46574 2,6083 13,5759521 18,4240479 2,913656762
1 20 2,99573 2,503 12,2190963 7,780903681 2,051672486
1,5 14 2,63906 2,3977 10,9978522 3,002147791 1,099327963
2 11 2,3979 2,2924 9,89866599 1,101334006 0,096522178
Untuk memperoleh hasil yang linear, maka digunakan data pad t0,25 – t2,
sehingga diperoleh grafik:
Gambar 4.12 Kurva Fase Distribusi Hubungan Log Cp Dengan Waktu (t)
a. Nilai A
Ln = Ln(2,0748)
= 7,9629 µg/mL
e. Menghitung
= 72,065 + 14,7899
= 99,6299 mg.jam/L
f. Tetapan laju transfer dari sentral ke jaringan (k12)
k12 =
=
= = 0,05767/jam
k21 =
= = 0,45 /jam
k =
= = 0,122jam
=A+B
Vd =
= 4339,09 mL
j. Klirens Obat (CL)
CL =
= = 1,0037 L/jam
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan proses pengolahan data metabolit kompartemen
satu dan dua secara intravena dengan cara manual dan excel. Tujuan dari
pengolahan data ini adalah untuk mengetahui parameter dan profil
farmakokinetika dari suatu obat yang diberikan secara intravena secara
kompartemen satu dan dua. Pada soal nomor 1, dilakukan pengolahan data
farmakokinetik kompartemen satu secara intravena. Suatu obat yang diberikan
melalui rute intravena, maka suatu obat akan mengalami fase farmakokinetika
yang meliputi eliminasi. Dalam penentuan parameter farmakokinetika, perlu
ditetapkan model kompartemen yang diikuti oleh data. Untuk mengetahui
pemodelan kompartemennya, data yang dimiliki dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi obat dalam plasma (Cp) dengan waktu (t) dan kurva antara ln
konsentrasi obat di dalam plasma (ln Cp) dengan waktu (t) dari kurva tersebut
nantinya dapat disimpulkan bahwa data mengikuti orde satu atau orde nol. Jika
sebuah data mengikuti orde 0 maka pada kurva hubungan antara Cp dengan t akan
menunjukkan kurva yang linear sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
mengikuti orde 0. Namun jika pada kurva hubungan antara Cp dengan t belum
menunjukkan kurva yang linear maka akan dibuat kurva hubungan antara ln Cp
dengan t untuk mengetahui apakah kurva yang dihasilkan menunjukkan kurva
yang linear. Apabila kurva hubungan antara ln Cp dengan t menunjukkan kurva
yang linear maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut mengkuti orde satu. data
tersebut Kurva hubungan Cp vs t dan ln Cp vs t digambarkan sebagai berikut:
Dari kurva dapat diketahui bahwa obat diberikan secara intravena karena
pada waktu awal obat diinjeksikan, dosis obat seketika mengalami konsentrasi
maksimal di dalam tubuh dan seiring dengan berjalannya waktu, konsentrasi obat
mengalami penurunan secara perlahan yang menandakan bahwa terjadi proses
eliminasi di dalam tubuh. Dengan adanya fase tersebut, dapat disimpulkan bahwa
data tersebut mengikuti pemodelan kompartemen satu secara intravena. Dalam
tubuh, bila obat diberikan secara intravena, seluruh dosis obat masuk ke dalam
tubuh secara segera sehingga pada data kompartemen satu secara intravena
diperoleh data yang menunjukkan proses eliminasi dari dosis obat seiring dengan
bertambahnya waktu. Model kompartemen satu tidak memprediksi kadar obat
dalam jaringan sesungguhnya, tetapi model kompartemen ini menganggap bahwa
perubahan kadar obat dalam plasma akan menghasilkan perubahan kadar obat
dalam jaringan yang proporsional.
Dengan diketahui pemodelan tersebut dapat dilakukan perhitungan
parameter farmakokinetikanya. Adapun parameter farmakokinetika yang
ditentukan dalam praktikum kali ini yaitu, tetapan laju eliminasi, t ½ eliminasi,
AUC, volume distribusi (Vd), dan klirens (CL). Dalam penentuan parameter
farmakokinetika tahap pertama yang dilakukan yaitu menghitung nilai ln Cp
sehingga dari data ini dapat diperoleh nilai persamaan regresi fase eliminasi
dengan menggunakan data antara waktu (t) dengan lnCp. Pada soal 1 diperoleh
persamaan regresi dari fase eliminasi yaitu -0,2791x + 5,1774 dengan nilai r² =
0,9657. Berdasarkan persamaan lnCp = -kt + lnCp 0 maka lnCp = -0,2791x +
5,1774, sehingga diperoleh nilai Cp0 = 177,22 µg/ml. Sehingga dapat ditentukan
tetapan laju eliminasinya dan diperoleh nilai k = 0,279/jam. Tetapan laju eliminasi
ini menunjukkan kecepatan suatu obat untuk dieliminasi atau penurunan kadar
obat di dalam tubuh. Waktu paruh (t½) eliminasi yaitu 2,4839 jam, artinya dalam
waktu 2,4839 jam kadar obat di dalam tubuh menjadi setengahnya dari kadar
awal. AUC (Area Under Curve) adalah luas daerah di bawah kurva yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC
dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila
penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara
kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat hubungan langsung (Shargel
dan Yu, 2005). Nilai AUC yang diperoleh yaitu 635,197 µg/ml jam. Volume
distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar
plasma atau serum. Volume distribusi yang diperoleh yaitu 56,427 ml. Parameter
yang terakhir yaitu klirens. Klirens obat merupakan ukuran eliminasi obat dari
tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Klirens yang diperoleh
yaitu 15,743 ml/jam.
Model kompartemen dua diperlukan untuk menjelaskan adanya kurva
kadar dalam plasma-waktu yang tidak menurun secara linier sebagai suatu
proses laju order kesatu setelah pemberian injeksi IV secara cepat (Shargel and
Yu, 2005). Obat yang dimasukkan ke dalam system sirkulasi dengan suntikkan
intravena, obat akan terdistribusi ke dalam seluruh jaringan organ tubuh. Selama
proses distribusi berlangsung, kadar obatdalam darah pada awal waktu akan
menurun tajam dengan kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan penurunannya ketika telah tercapai kesetimbangan antara darah dan
jaringan (pasca distribusi).
Gambar 4.7 Kurva Fase Eliminasi Hubunngan Antara Waktu (t) Dengan ln Cp
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pada soal 1 diperoleh persamaan regresi dari fase eliminasi yaitu -0,2791x +
5,1774 dengan nilai r² = 0,9657. Berdasarkan persamaan lnCp = -kt + lnCp0
maka lnCp = -0,2791x + 5,1774, sehingga diperoleh nilai Cp0 = 177,22
µg/ml. Sehingga dapat ditentukan tetapan laju eliminasinya dan diperoleh
nilai k = 0,279/jam. . Waktu paruh (t½) eliminasi yaitu 2,4839 jam, nilai
AUC yang diperoleh yaitu 635,197 µg/ml jam, volume distribusi yang
diperoleh yaitu 56,427 ml. Sedangkan Klirens yang diperoleh yaitu 15,743
ml/jam.
2. Pada soal no 2 diperoleh :
a. Parameter Farmakokinetik
t½ eliminasi = 7,4838 jam
t½ distribusi = 0,3636268 jam
AUC = 239,946253 mg.jam/L
K21 (Tetapan laju transfer dari kompartemen jaringan ke sentral) = 0,200911
K sentral = 0,87843
K12 (Tetapan laju transfer dari kompartemen sentral ke jaringan) = 0,919149
b. Jumlah obat yang berada dalam tubuh 9 jam setelah penyuntikan intravena
(Cp9)=5,470775 mg/L
c. Waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi 6 mg/L =
8,003683
3. Pada soal no 3 diperoleh fase eliminasi Ln Cp = -0,5384t + 2,0748. Beberapa
hasil perhitungan parameter farmakokinetik dari data kadar obat dalam
darah yang digunakan pada permodelan kompartemen 2 terbuka antara lain
konstanta laju eliminasi (kel) = 0,2106/jam, konstanta laju distribusi (kdist) =
0,5384/jam, t1/2 el. = 3,2906 jam, t 1/2 dist. = 1,287 jam, AUC= 99,6299
mg.jam/L, tetapan laju transfer dari sentral ke jaringan (k12) = 0,05767/jam ,
tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k21) = 0,45 /jam, tetapan laju
sentral (k) = 0,122jam, volume distribusi = 4339,09 mL, klirens= 1,0037
L/jam.
6.2. Saran
Pada praktikum kali ini, diperlukan ketelitian dalam perhitungan dan dalam
pemahaman mengenai kompartemen plasma. Sehingga mahasiswa sebaiknya
memahami dengan baik materi mengenai kompartemen dan parameter
farmakokinetika agar mudah dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Donatus, I. A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Yogyakarta: Fakultas Farmasi,
UGM.
Gibson, G. G. dan P. Skett. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Penerjemah: Iis
Aisyah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Gunawan, G. S. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Schmitz, G., Lepper, H. & Heidrich, M., 2008. Farmakologi dan Toksikologi
Edisi 3. Jakarta: Penerbit EGC.