You are on page 1of 38

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN

FARMAKOKINETIKA
(FARMAKOKINETIKA OBAT KOMPARTEMEN SATU
TERBUKA MELALUI INTRAVENA DAN
EKSTRAVENA(PERORAL))

DISUSUN OLEH:
GOLONGAN I
KELOMPOK 1

ANDI SANJAYA (1408505062)


NURUL FEBRYANI (1608551001)
PUTU CIA INTANIA WARNAYA (1608551002)
I PUTU PURBA TEGUH GRANTICA (1608551004)
NI PUTU AYU KRISTIARA DEWI (1608551005)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetika mencakup 4 proses, yaitu absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi termasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat yang
masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi
dari dalam tubuh (Gunawan, 2009).
Jalur pemberian obat ada 2, yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada
pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik
tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular
umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda dkk., 1995). Jalur pemberian obat
secara intravena digunakan karena seluruh dosis obat akan masuk ke dalam tubuh
dengan segera atau bioavailabilitas 100%, selain itu dapat memberikan efek local
dan sistemik, serta cocok digunakan untuk orang yang pingsan. Dan obat akan
langsung didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem
sirkulasi. Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan
menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah senyawa asalnya
saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi metabolitnya (Neal, 2006).
Model farmakokinetik sendiri dapat memberikan penafsiran yang lebih teliti
tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan respons farmakologik. Model
kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat
dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap
jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat
didalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh dengan hasil pengukuran
kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam cairan hayati seperti pada darah (Neal,
2006). Saat ini telah tersedia data farmakokinetik obat, yang meliputi berbagai
parameter farmakokinetik, yaitu bioavailabilitas oral, volume distribusi, waktu
paruh dan bersihan (clearance) dalam keadaan fisiologik maupun patologik.
Dimana kondisi fisiologik dan kondisi patologik ini dapat menimbulkan
perubahan pada parameter farmakokinetik obat (Setiawati, 2007).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui profil farmakokinetik dari sediaan obat pada tikus.

2. Menghitung parameter farmakokinetik sediaan sulfa pada tikus.

1.3 Manfaat Praktikum

Mahasiswa mampu memiliki keterampilan untuk mengambil darah pada


mencit dan menganalisa konsentrasi obat dalam sampel darah. Selain itu
mahasiswa mampu menghitung orde, kompartemen dan parameter
farmakokinetika rute pemberian intravena dan per oral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Farmakokinetika
Farmakokinetika menguraikan apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam
organisme. Farmakokinetika mengamati proses-proses yang meliputi
absorpsi,distribusi, biotransformasi atau metabolisme dan ekskresi. Perubahan
konsentrasi obat yang terjadi selama proses tersebut di dalam organisme
(khususnya dalam plasma) dibuat grafiknya terhadap waktu (Schmitz, dkk, 2008).
Dalam suatu sistem biologi, peristiwa-peristiwa yang dialami obat sering
terjadi secara serentak. Dengan menggambarkan sistem biologik yang komplek,
maka dibuatlah penyerderhanaan mengenai pergerakan suatu obat. Suatu hipotesis
atau suatu model disusun dengan menggunakan istilah matematika, yang memberi
arti singkat dari pernyataan hubungan kuantitatif. Berbagai model matematika
dapat dirancang untuk meniru proses laju absorpsi, distribusi dan eliminasi obat.
Model matematika ini memungkinkan mengembangkan persamaan untuk
menggambarkan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu (Shargel dan
Yu, 2005).
Manfaat dari model farmakokinetik diantaranya:
1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urin pada berbagai
pengaturan dosis.
2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara
individual.
3. Memperkirakaan kemungkinanan akumulasi obat dan/ atau metaboli-
metabolitnya.
4. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau
toksikologik.
5. Menilai perubahan laju atau tingkat avaibilitas antar formulasi
(bioekivalensi).
6. Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi
absorbsi, distribusi atau eliminasi obat.
7. Menjelaskan interaksi obat.
(Shargel dan Yu, 2005)
2.2 Pembuatan Obat Secara Intravena
Penggunaan injeksi intravena diperlukan bila dikehendaki efek sistemik
yang cepat, karena larutan injeksi masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik
vena perifer (Anief, 2010). Pada umumnya, pemakaian intravena memberi mulai
kerja yang paling cepat. Obat-obat yang diinjeksikan secara intravena langsung
masuk ke dalam darah dan dalam beberapa menit beredar keseluruh bagian tubuh.
Dalam hal pemberian secara intravena, kadar puncak plasma terjadi dengan
segera, sehingga suatu puncak biasanya tidak terlihat. Kadar obat dalam plasma
pada 3 jam setelah pemberian intravena menurun ke suatu kadar yang lebih
rendah (Shargel dan Yu, 2005).
Jika dibandingkan dengan pemberian obat secara ekstravaskular (oral,
rektal, dan lain-lain), obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah secara
perlahan-lahan melalui suatu proses absorpsi sampai mencapai puncaknya,
kemudian akan turun (Utomo, 2010).
2.3 Kompartemen Satu Intravena
Jika suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena cepat (IV bolus)
seluruh dosis obat masuk tubuh dengan segera. Oleh karena itu, laju absorbsi obat
diberika dalam perhitungan. Dalam banyak hal obat tersebut didistribusikan ke
semua jaringan kedalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secra cepat
berkeseimbangan di dalam tubuh (Shargel dkk., 2012). Berikut adalah gambar
ilustrasi dari model kompartemen satu terbuka.

Gambar 1. Model Kompartemen Satu Terbuka (Sukmadjaja dkk., 2006).

Model kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan


kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar
obat dalam jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat
dalam tiap jaringan adalah sama pada berbagai waktu. (Shargel dkk., 2012).
Sebagian besar obat dieliminasi dari tubuh baik melalui ginjal dan/atau melalui
metabolisme dalam liver (Pakarti, 2009). Oleh karena kesetimbangan obat antara
darah dan jaringan terjadi dengan cepat, eleminasi obat terjadi jika semua dosis
terlarut dalam tangki cairan secara merata (kompartemen tunggal) dari mana obat
dieleminasi. Volume di mana obat didistribusikan disebut volume distribusi (VD)
yang merupakan suatu parameter model kompartemen satu dan menentukan
konsentrasi obat dalam plasma setelah pemberian dosis tertentu. V D ditentukan
dari jumlah dosis dalam spuite sebelum diinjeksikan dan konsentrasi obat dalam
plasma segera setelah dosis diinjeksikan (Shargel dkk., 2012).
Parameter farmakokinetik kedua adalah tetapan laju eleminasi (k) yang
menentukan laju penurunan konsentrasi obat dalam tubuh selama waktu tertentu.
Model kompartemen satu tidak memprediksi kadar obat dalam jaringan
sesungguhnya, namun menganggap bahwa perubahan kadar obat dalam plasma
akan menghasilkan perubahan kadar obat dalam jaringan yang proporsional, oleh
karena profil kinetiknya konsisten dengan inklusi kompartemen vaskular dan
konsentrasi obat dalaam kompartemen berkesetimbangan (Shargel dan Yu, 2012).
Di samping itu obat dalam tubuh (D B) juga tidak dapat ditentukan secara
langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan
cuplikan cairan tubuh (seperti darah) (Pakarti, 2009).
Persamaan yang terkait dengan model kompartemen satu adalah :

Cp = Cop e-ke.t

Keterangan :
Cp = Konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
Cop = Konsentrasi obat dalam plasma pada saat t = 0
ke = Konstanta kecepatan eliminasi dari kompartemen
(Shargel dkk., 2012)
Berikut ini beberapa parameter farmakokinetik:
a. Tetapan laju eliminasi (k)
Tetapan laju eliminasi (k) adalah suatu tetapan laju eliminasi orde kesatu
dengan waktu-1 (misalnya: jam-1). Eliminasi obat secara total dari dalam tubuh
dipengaruhi oleh proses biotransformasi dan ekskresi sehingga tetapan laju
eliminasi menyatakan jumlah dari laju tiap proses :

k= km + ke

km = laju proses metabolisme order kesatu


ke = laju proses eleminasi orde kesatu
(Shargel dkk., 2012).
Adapun persamaan matematis untuk parameter k adalah:

atau

Keterangan:
DB = obat dalam tubuh pada waktu t
D = obat dalam tubuh pada t= 0
(Pakarti, 2009).
b. Volume distribusi (VD)
Volume distribusi (VD) berguna dalam menghubungkan konsentrasi obat
dalam plasma dengan jumlah obat dalam tubuh pada suatu waktu tertentu.
Parameter ini ditunjukkan dalam satuan volume. Parameter ini menunjukkan
volume penyebaran obat dalam plasma atau serum. V D tidak perlu menunjukkan
volume penyebaran obat yang sesungguhnya ataupun volume secara anatomi,
tetapi hanya volume imajinasi dimana tubuh dianggap sebagai satu kompartemen
yang terdiri dari plasma atau serum, dan Vd menghubungkan jumlah obat dalam
tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum.
Distribusi obat dalam tubuh dihitung sebagai berikut.

Besarnya VD ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, fungsi


kardiovaskular, kemampuan molekul obat memasuki berbagai kompartemen
tubuh, dan derajat ikatan obat dengan protein plasma dan derajat ikatan obat
dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan (Pakarti, 2009).
c. Bersihan total (Total Body Clearance = Cl)
Dalam permodelan kompartemen satu terbuka dikenal juga suatu istilah
yang dinamakan klirens.Klirens adalah suatu ukuran eliminasi obat dari dalam
tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme atau prosesnya. Klirens menganggap
keseluruhan tubuh sebagai suatu sistem eliminasi obat dimana berbagai proses
eliminasi terjadi. Klirens dapat diterapkan pada berbagai oragan yang terlibat
dalam eliminasi obat dari tubuh. Sepanjang proses eliminasi obat mengikuti orde
kesatu, klirens mewakili penjumlahan dari masing-masing organ pengeliminasi
obat sebagaimana terlihat pada persamaan dibawah ini:

ClT = ClR + ClNR

ClR adalah klirens renal atau ginjal sedangkan ClNR adalah klirens non
renal (organ lainnya). Secara umum klirens dianggap sebagai jumlah dari klirens
renal dan klirens non renal yang umumnya melalui klirens hepatik (Cl H). Maka
secara umum klirens total, ClT, persamaannya adalah sebagai berikut:

ClT = ClR + ClH

ClT dapat ditentukan sebagai laju eliminasi obat dibagi dengan konsentrasi
obat dalam plasma. Jadi klirens dinyatakan dalam volume plasma yang
mengandung obat yang dieliminasi persatuan waktu. Untuk menghitung klirens
didasarkan atas data konsentrasi obat dalam plasma.

ClR =

ClT = = (µg/menit) / (µg/mL) = mL/menit


De adalah jumlah obat yang dieliminasi dan dDe/dt adalah laju eliminasi obat.
(Shargel dkk., 2012).
Untuk beberapa obat, proses laju eliminasi lebih kompleks dan suatu
metode nonkompartemen dapat digunakan untuk menghitung parameter
farmakokinetik tertentu seperti klirens. Dalam hal ini klirens dapat ditentukan
secara langsung dari kurva konsentrasi obat dalam plasma berbanding waktu
melalui:

ClT =
Dimana D0 adalah dosis awal dan = (Shargel dkk., 2012).

d. AUC
Nilai AUC (Area Under Curve) dapat dihitung pada berbagai periode
pengamatan, sesuai kebutuhan, misalnya AUC0-12, AUC0-24 atau AUC0-~. Nilai ini
menggambarkan derajat absorpsi, yakni berapa banyak obat diabsorpsi dari
sejumlah dosis yang diberikan. Dengan membandingkan nilai AUC pemberian
ekstravaskuler terhadap AUC intravena suatu obat dengan dosis yang sama, akan
didapatkan nilai ketersediaan hayati absolut (= F), yakni fraksi obat yang dapat
diabsorpsi dari pemberian ekstravaskuler. Lamanya kadar obat berada di atas
kadar efektif minimal (KEM), dan intensitas efek dapat digambarkan kadar obat
terhadap KEM (Shargel dkk., 2012).
2.4 Model Kompartemen Dua
Model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua
kompartemen, kompartemen kesaty, dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu
darah, cairan ekstra-selular dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara ceprat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini dieliminasi dari
kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005).
Model kompartemen dua ini pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama
dengan model kompartemen satu namun bedanya terdapat dalam proses distribusi
karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral.
Model ini sesuai untuk banyak obat (Setiawati, dkk., 1995).

Gambar 1. Model kompartemen dua terbuka (Gibson dan Skett, 1991).


2.5 Parameter Farmakokinetik
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara
matematis dari model yang berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau
metabolitnya dalam darah, urin atau cairan hayati lainya. Parameter
farmakokinetik suatu obat ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran dan
mempelajari suatu kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi didalam tubuh.
Pada hakekatnya parameter farmakokinetik ada 3 jenis yaitu : parameter
primer, sekunder dan turunan. Parameter farmakokinetik primer adalah parameter
yang harganya dipengaruhi oleh perubahan salah satu atau lebih perubahan
fisiologis yang terkait. Termasuk parameter tersebut adalah ka (konstanta
kecepatan absorbsi), Fa (Fraksi obat terabsorbsi), Vd (volume distribusi), ClT
(klirens obat), ClH (kliren hepatik) dan ClR (kliren renal). Parameter
farmakokinetik sekunder adalah parameter farmakokinetik yang harganya
tergantung pada harga parameter farmakokinetik primer. Perubahan harga suatu
parameter farmakokinetik sekunder di sebabkan berubahnya harga parameter
farmakokinetik primer tertentu sebagai cerminan adalah pergeseran nilai suatu
ubahan fisiologi. Contoh parameter farmakokinetik sekunder adalah t1/2el (waktu
paruh eliminasi), Kel (Konstanta kecepatan eliminasi) dan Fe (fraksi obat yang
tereksresi). Parameter farmakokinetik turunan harganya semata-mata tidak
tergantung dari harga parameter farmakokinetik primer tapi juga tergantung dari
dosis atau kecepatan pemberian obat terkait (Donatus, 2005).
Besarnya harga bioavailabilitas suatu obat yang digunakan secara oral
digambarkan oleh AUC kadar obat dalam plasma dalam waktu, dari obat oral
tersebut dibandingkan dengan AUC nya secara iv. Ini disebut bioavaibilitas oral.
Bioavaibilitas oral = Bioavaibilitas absolute = F
AUCoral
F=
AUCiv
Volume Distribusi (Vd). Parameter ini didefinisikan sebagai hasil bagi dari
jumlah obat dalam tubuh dan konsentrasinya dalam plasma.
Distribusi obat dalam tubuh dapat dihitung sebagai berikut :

Besarnya Vd ini ditentukan oleh besarnya ukuran dan komposisi tubuh,


fungsi kardiovaskular, kemampuan molekul obat memasuki berbagai
kompartemen tubuh, dan derajat ikatan obat dengan protein plasma dan dengan
berbagai jaringan. Obat yang tertimbun dalam jaringan yang mempunyai Vd besar
sekali maka kadar dalam plasma rendah sekali, sedangkan obat yang mempunyai
Vd yang kecil maka obat yang terikat kuat pada protein plasma mempunyai kadar
dalam plasma cukup tinggi.
Bersihan Total (Total Body Clearance = Cl). Klirens adalah volume
plasma yang dibersihkan oleh seluruh tubuh dari obat per satuan waktu. Klirens
merupakan bilangan konstan pada kadar obat apabila ditentukan dengan
menggunakan kinetika orde kesatu. Bersihan total merupakan hasil penjumlahan
bersihan berbagai organ dan jaringan tubuh, terutama ginjal dan hepar.

AUC atau luas area di bawah kurva yaitu konsentrasi obat dalam plasma,
darah atau serum yang terintegrasi dengan waktu (dari AUC0 - AUC0-1) setelah
dosis tunggal atau selama waktu interval dosis pada keadaan tunak (Setiawati,
dkk., 1995).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Seperangkat alat sonde e. Laptop
b. Sarung tangan f.Kertas semilogaritmik
c. Alat - alat gelas g. Alat tulis
d. Kalkulator scientific

3.1.2 Bahan
a. Sediaan obat sulfadiazin
b. Text book
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Pemberian Sodium Sulfasetamid secara Oral
Mencit sebanyak 6 ekor yang digunakan sebagai hewan percobaan,
sebelum perlakuan dipuasakan (12-18 jam) terlebih dahulu

Hewan uji diberi sodium sulfasetamid secara oral dengan dosis 100,0
mg/kg BB

Setelah perlakuan, darah disampling melalui vena lateralis ekor pada


waktu - waktu tertentu (menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60)

Ditetapkan kadar sulfasetamid utuh dalam darah dengan metoda


Bratton-Marshall

3.2.2 Penetapan Kadar Sulfasetamid dengan Metode Bratton-Marshall

Dalam 250 µL cuplikan darah yang mengandung antikoagulan heparin


ditambahkan TCA 5% sebanyak 2 mL

Campuran disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit

Diambil supernatant sebanyak 1,5 mL dan diencerkan dengan akuades


sampai dengan 2 mL, lalu ditambahkan natrium nitrit 0,1 mL 0,1% dan
diamkan selama 3 meniit

Ditambahkan ammonium sulfamat 0,5% sebanyak 0,2 mL dan diamkan


selama 2 menit, lalu ditambahkan N (1-naftil) etilendiamin 0,1%
sebanyak 0,2 mL dan diamkan selama 5 menit di tempat gelap

Intensitas warna yang terjadi dibaca pada spektofotometer pada panjang


gelombang maksimum (545 nm) terhadap blanko darah sebagai kontrol
yang diproses dengan cara yang sama

Diukur kadar sulfasetamid menggunakan kurva baku yang telah diuji


linieritas dengan menggunakan kadar baku 1-50 µg/mL darah
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Kompartemen Satu secara Intravena


1. Sebanyak 10 mg obat diberikan kepada pasien dengan injeksi IV cepat
kepada seorang pria dewasa sehat. Cuplikan darah diambil secara berkala
setelah pemberian obat dan plasma dari masing-masing cuplikan ditetapkan
kadarnya. Diperoleh data sebagai berikut:
Waktu (jam) Konsentrasi Plasma (µg/ml)
0.25 300
0.50 200
1.0 120
1.5 95
2.0 80
3.0 65
4.0 49
6.0 29.5
8.0 18
11.0 8.5
15.0 3.2
Hitung parameter farmakokinetiknya!

2. Setelah darah dicuplik secara serial pada i.v waktu tertentu dan dilakukan
penetapan kadar obat diperoleh data sebagai berikut:

Kadar obat darah


Waktu (jam)
(ug/mL)
0,25 135
0,5 90
1 40
1,5 22,5
3 9,7
5 7,9
7 6,5
10 4,9
14 3,5

Pertanyaan:
a. Hitunglah semua nilai parameter yang menerangkan disposisi obat pada
subjek!
b. Berapakah jumlah obat yang berada dalam tubuh 9 jam setelah
penyuntikan intravena?
c. Berapa lama waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi
6 mg/L?
3. Diketahui:
Dosis : 100 mg
Ditanya :
Bagaimana Parameter Farmakokinetiknya?

4.2 Perhitungan

1. Data Tabel 1

Gambar 4.1 Kurva perbandingan t (waktu) terhadap Cp


Berdasarkan kurva diatas belum dapat ditentukan orde yang digunakan
sehingga dibuat kembali kurva t terhadap lnCp sehingga diperoleh :

Gambar 4.2 Kurva perbandingan t (waktu) terhadap lnCp

Berdasarkan kurva diatas diperoleh gambaran bahwa data farmakokinetik


mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Sehingga dapat ditentukan parameter
konstanta eliminiasi (k), waktu paruh obat dalam plasma (t1/2), volume distribusi
obat (Vd), klierens obat (CL), area under curve (AUC).
lnCp = -kt + lnCp0
lnCp = -0,2791x + 5,1774
lnCp0 = 5,1774
Cp0 = 177,22 µg/ml
Parameter farmakokinetik :
1. Konstanta Eliminasi
-kt = -0,2791t
k = 0,279/jam
Dari persamaan regresi eleminasi diperoleh persamaan regresi linier kadar
obat terhadap waktu sebagai berikut:

Cp = Cp0.
= 177,22
1) Waktu Paruh Eliminasi

t1/2

2) Volume Distribusi Obat (Vd)

= 56,427 ml
3) Klierens Obat (CL)

xk

= 56,427 ml x 0,279/jam
= 15,743 ml/jam
4) Area Under Curve (AUC)

AUC =

= 635,197 µg

2. Data Tabel 2
t Cp LnCp LnCp' Cp' ∆Cp Ln∆Cp
0,25 135 4,905275 2,50975 12,30185 122,6981 4,80972724
0,5 90 4,49981 2,4866 12,02034 77,97966 4,356448057
1 40 3,688879 2,4403 11,47648 28,52352 3,350728899
1,5 22,5 3,113515 2,394 10,95724 11,54276 2,446058804
3 9,7 2,272126

5 7,9 2,066863

7 6,5 1,871802

10 4,9 1,589235

14 3,5 1,252763

Gambar 4.3 Kurva Fase Eliminasi Hubungan Waktu (t) Dengan ln Cp


Gambar 4.4 Kurva Fase Eliminasi Hubungan Antara Waktu (t) Dengan ln Cp

Persamaan regresi y= -0,0926x + 2,5329

R2 = 0,9984
Slope = -0,0926
Intersep = 2,5329

Berdasarkan persamaan regresi y (eleminasi) diperoleh nilai tetapan laju


eleminasi (β) dan B yaitu :

Sehingga persamaan laju eleminasi dapat diperoleh :


Gambar 4.5 Kurva Fase Distribusi Hubungan Waktu (t) Dengan ln ∆Cp
Persamaan regresi: y = -1,9058x + 5,2892
R2 = 0,9995
Slope = -1,9058
Intersep = 5,2892
Berdasarkan persamaan regresi y (distribusi), diperoleh Nilai tetapan laju
distribusi (α) dan A, yaitu:

Secara eksponensial persamaan laju distribusi menjadi:

Maka formula model pendekatan bieksponensial perubahan kadar obat dalam


plasma pada waktu tertentu yaitu :

a. Penentuan Parameter Farmakokinetika


1) Menghitung t½ eliminasi dan t½ distribusi
 t½ eliminasi =

= = 7,4838 jam

 t½ distribusi =

= = 0,3636268 jam

2) Menghitung AUC∞0

AUC =

AUC =

AUC = 239,946253 mg.jam/L


3) K21 (Tetapan laju transfer dari kompartemen jaringan ke sentral)

K21 =

K21 =

= 0,200911
4) K sentral

K =

K =

= 0,87843
5) K12 (Tetapan laju transfer dari kompartemen sentral ke jaringan)
K12 = β + α – K21 – K
= 0,0926 + 1,90589 – 0,200911 – 0,87843
= 0,919149
b. Berapakah jumlah obat yang berada dalam tubuh 9 jam setelah penyuntikan
intravena?
Penyelesaian:
Cp saat t=9

Cp9 =

=
= 5,470775 mg/L
c. Berapa lama waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi 6
mg/L?
Penyelesaian:
Ln Cp = -0,0926x + 2,5329
Ln 6 = -0,0926x + 2,5329
1,791759-2,5329 = -0,0926x
x = 8,003683

3. Data Tabel 3
t Cp LnCp
0,25 43 3,7612
0,5 32 3,46574
1 20 2,99573
1,5 14 2,63906
2 11 2,3979
4 6,5 1,8718
8 2,8 1,02962
12 1,2 0,18232
16 0,52 -0,6539
Data 3 merupakan kompartemen 2 terbuka dan pemberian secara intravena
dengan grafik hubungan antara log Cp dengan waktu (t) adalah sebagai berikut :
Gambar 4.9 Kurva Hubungan Cp0 Dengan Waktu (t)

Gambar 4.10 Kurva Hubungan ln Cp Dengan Waktu (t)


Fase eliminasi (t 4 jam – t 16 jam)

t Cp LnCp
4 6,5 1,8718
8 2,8 1,02962
12 1,2 0,18232
16 0,52 -0,6539
Gambar 4.11 Kurva Fase Eliminasi Hubungan Log Cp Dengan Waktu (t)

Maka:

Ln Cp = - ket + Ln

Ln Cp = -0,2106t + 2,7136

Nilai B

Ln = Ln(2,7136)

= 15,0834 µg/mL

Untuk memperoleh k distribusi (kd) maka harus dibuat regresi linier untuk fase
distribusi dengan mencari C’p dan ΔCp (fase distribusi adalah t0,25-t2) dari Log
Cp = -0,2106t + 2,7136, maka:

a. Ln C’ = -0,2106(0,25) + 2,7136

= 2,66095

b. Ln C’ = -0,2106(0,5) + 2,7136

= 2,6083

c. Ln C’ = -0,2106(1) + 2,7136

= 2,503
d. Ln C’ = -0,2106(1,5) + 2,7136

= 2,3977

e. Ln C’ = -0,2106(2) + 2,7136

= 2,2924
Maka diperoleh tabel sebagai berikut:
ΔCp atau
T Cp LnCp LnCp' Cp' Ln ΔCp
(Cp-Cp')
0,25 43 3,7612 2,66095 14,309877 28,69012297 3,356552916
0,5 32 3,46574 2,6083 13,5759521 18,4240479 2,913656762
1 20 2,99573 2,503 12,2190963 7,780903681 2,051672486
1,5 14 2,63906 2,3977 10,9978522 3,002147791 1,099327963
2 11 2,3979 2,2924 9,89866599 1,101334006 0,096522178

Untuk memperoleh hasil yang linear, maka digunakan data pad t0,25 – t2,
sehingga diperoleh grafik:

Gambar 4.12 Kurva Fase Distribusi Hubungan Log Cp Dengan Waktu (t)

Persamaan yang diperoleh:


Ln Cp = -0,5384t + 2,0748

a. Nilai A
Ln = Ln(2,0748)

= 7,9629 µg/mL

Penentuan Parameter Farmakokinetik:


a. Konstanta eliminasi (ke) (b)
ke = -b = 0,2106t
ke = 0,2106/jam
b. Konstanta distribusi (kd) (a)
kb = -b = 0,5384t
kb = 0,5384/jam
c. Waktu paruh eliminasi (t1/2e)

t1/2e = = = 3,2906 jam

d. Waktu paruh distribusi (t1/2d)

t1/2d = = = 1,287 jam

e. Menghitung

= 72,065 + 14,7899
= 99,6299 mg.jam/L
f. Tetapan laju transfer dari sentral ke jaringan (k12)

k12 =

=
= = 0,05767/jam

g. Tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k21)

k21 =

= = 0,45 /jam

h. Tetapan laju sentral (k)

k =

= = 0,122jam

i. Volume distribusi (Vd)

=A+B

= 7,9629 + 15,0834 = 23,0463 µg/mL

Vd =

= 4339,09 mL
j. Klirens Obat (CL)

CL =
= = 1,0037 L/jam

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan proses pengolahan data metabolit kompartemen
satu dan dua secara intravena dengan cara manual dan excel. Tujuan dari
pengolahan data ini adalah untuk mengetahui parameter dan profil
farmakokinetika dari suatu obat yang diberikan secara intravena secara
kompartemen satu dan dua. Pada soal nomor 1, dilakukan pengolahan data
farmakokinetik kompartemen satu secara intravena. Suatu obat yang diberikan
melalui rute intravena, maka suatu obat akan mengalami fase farmakokinetika
yang meliputi eliminasi. Dalam penentuan parameter farmakokinetika, perlu
ditetapkan model kompartemen yang diikuti oleh data. Untuk mengetahui
pemodelan kompartemennya, data yang dimiliki dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi obat dalam plasma (Cp) dengan waktu (t) dan kurva antara ln
konsentrasi obat di dalam plasma (ln Cp) dengan waktu (t) dari kurva tersebut
nantinya dapat disimpulkan bahwa data mengikuti orde satu atau orde nol. Jika
sebuah data mengikuti orde 0 maka pada kurva hubungan antara Cp dengan t akan
menunjukkan kurva yang linear sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
mengikuti orde 0. Namun jika pada kurva hubungan antara Cp dengan t belum
menunjukkan kurva yang linear maka akan dibuat kurva hubungan antara ln Cp
dengan t untuk mengetahui apakah kurva yang dihasilkan menunjukkan kurva
yang linear. Apabila kurva hubungan antara ln Cp dengan t menunjukkan kurva
yang linear maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut mengkuti orde satu. data
tersebut Kurva hubungan Cp vs t dan ln Cp vs t digambarkan sebagai berikut:
Dari kurva dapat diketahui bahwa obat diberikan secara intravena karena
pada waktu awal obat diinjeksikan, dosis obat seketika mengalami konsentrasi
maksimal di dalam tubuh dan seiring dengan berjalannya waktu, konsentrasi obat
mengalami penurunan secara perlahan yang menandakan bahwa terjadi proses
eliminasi di dalam tubuh. Dengan adanya fase tersebut, dapat disimpulkan bahwa
data tersebut mengikuti pemodelan kompartemen satu secara intravena. Dalam
tubuh, bila obat diberikan secara intravena, seluruh dosis obat masuk ke dalam
tubuh secara segera sehingga pada data kompartemen satu secara intravena
diperoleh data yang menunjukkan proses eliminasi dari dosis obat seiring dengan
bertambahnya waktu. Model kompartemen satu tidak memprediksi kadar obat
dalam jaringan sesungguhnya, tetapi model kompartemen ini menganggap bahwa
perubahan kadar obat dalam plasma akan menghasilkan perubahan kadar obat
dalam jaringan yang proporsional.
Dengan diketahui pemodelan tersebut dapat dilakukan perhitungan
parameter farmakokinetikanya. Adapun parameter farmakokinetika yang
ditentukan dalam praktikum kali ini yaitu, tetapan laju eliminasi, t ½ eliminasi,
AUC, volume distribusi (Vd), dan klirens (CL). Dalam penentuan parameter
farmakokinetika tahap pertama yang dilakukan yaitu menghitung nilai ln Cp
sehingga dari data ini dapat diperoleh nilai persamaan regresi fase eliminasi
dengan menggunakan data antara waktu (t) dengan lnCp. Pada soal 1 diperoleh
persamaan regresi dari fase eliminasi yaitu -0,2791x + 5,1774 dengan nilai r² =
0,9657. Berdasarkan persamaan lnCp = -kt + lnCp 0 maka lnCp = -0,2791x +
5,1774, sehingga diperoleh nilai Cp0 = 177,22 µg/ml. Sehingga dapat ditentukan
tetapan laju eliminasinya dan diperoleh nilai k = 0,279/jam. Tetapan laju eliminasi
ini menunjukkan kecepatan suatu obat untuk dieliminasi atau penurunan kadar
obat di dalam tubuh. Waktu paruh (t½) eliminasi yaitu 2,4839 jam, artinya dalam
waktu 2,4839 jam kadar obat di dalam tubuh menjadi setengahnya dari kadar
awal. AUC (Area Under Curve) adalah luas daerah di bawah kurva yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC
dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila
penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara
kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat hubungan langsung (Shargel
dan Yu, 2005). Nilai AUC yang diperoleh yaitu 635,197 µg/ml jam. Volume
distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar
plasma atau serum. Volume distribusi yang diperoleh yaitu 56,427 ml. Parameter
yang terakhir yaitu klirens. Klirens obat merupakan ukuran eliminasi obat dari
tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Klirens yang diperoleh
yaitu 15,743 ml/jam.
Model kompartemen dua diperlukan untuk menjelaskan adanya kurva
kadar dalam plasma-waktu yang tidak menurun secara linier sebagai suatu
proses laju order kesatu setelah pemberian injeksi IV secara cepat (Shargel and
Yu, 2005). Obat yang dimasukkan ke dalam system sirkulasi dengan suntikkan
intravena, obat akan terdistribusi ke dalam seluruh jaringan organ tubuh. Selama
proses distribusi berlangsung, kadar obatdalam darah pada awal waktu akan
menurun tajam dengan kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan penurunannya ketika telah tercapai kesetimbangan antara darah dan
jaringan (pasca distribusi).

Berdasarkan pada data yang diberikan ditentukan parameter


farmakokinetika, yang didahului dengan pemilihan permodelan kompartemen
yang tepat, kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan parameter
untuk memperoleh formula pendekatan yang sesuai terhadap data. Untuk
memilih permodelan yang sesuai dilakukan dengan memplot kurva hubungan
konsentrasi obat dalam plasma terhadap waktu, sehingga diperoleh kurva sebagai
berikut:
Gambar 4.6 Kurva Hubungan Antara Waktu dan ln Cp

Dari kurva hubungan di atas dapat disimpulkan bawah obat tersebut


mengalami dua fase farmakokinetika antara lain: fase distribusi dan fase
eleminasi. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut mengikuti model
kompartemen dua terbuka secara intravena, dimana obat tersebut mengalami fase
distribusi dan eleminasi. Dalam model kompartemen dua terbuka terdiri atas dua
metode dalam menentukan parameternya, yaitu : metode residual dan metode
Loo-Riegelmaan. Pada praktikum kali ini dilakukan dua perhitungan dari masing-
masing metode. Melalui metode residual akan ditentukan parameter laju kedua
fase dan menentukan pendekatan formula farmakokinetikanya. Dalam metode
Loo-Riegelmaan ditentukan laju distribusi k1,2 dan k2,1 yang akan dibahas
selanjutnya.
Obat yang diberikan secara intravena akan langsung berada dalam sistem
sistemik sehingga tidak mengalami fase absorpsi. Maka persamaan umum
farmakokinetiknya adalah sebagai berikut:

(Jambhekar and Breen, 2009)

Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan metoda


residual. Metoda residual (juga dikenal sebagai “feathering atau peeling”)
merupakan suatu prosedur yang berguna untuk mencocokan suatu kurva dengan
data percobaaan suatu obat, yang menunjukkan pentingnya suatu model
kompartemen dua. Metode residual ini kemudian digunakan untuk menghitung
nilai parameter farmakokinetika obat kompartemen dua terbuka didalam tubuh
setelah memberikan dosis obat secara intravena bolus. Pertama yang dilakukan
adalah mengambil fase eliminasi pada kurva hubungan antara waktu dengan ln
Cp dalam darah.

Gambar 4.7 Kurva Fase Eliminasi Hubunngan Antara Waktu (t) Dengan ln Cp

Dari kurva diatas diperoleh persamaan regresi dari y = ax +b adalah y =


-0,0926x + 2,5329, dengan koefisien r = 0,9984. Dari persamaan tersebut
diperoleh pula tetapan kecepatan eliminasi obat Ke = 0,0926/jam, intersep =
2,5329, dan waktu-paro eliminasi obat T1/2eliminasi = 7,4838 jam.

Langkah kedua menentukan persamaan regresi distribusi dengan


mengambil kurva fase distribusinya. Dicari kadar pada tiap-tiap waktu (kadar
esktrapolasi) pada fase distribusi dengan memasukkan tiap unsur waktu pada
persamaan regresi y = -0,0926x + 2,5329, setelah itu di anti Ln. Kemudian
dihitung kadar residual dengan cara kadar obat dalam plasma (kadar observasi
yang diperoleh dalam pengamatan) dikurangi kadar ekstrapolasi pada tiap-tiap
waktu (Fase distribusi. Akhirnya dibuat persamaan regresi yang kedua antara
waktu dengan kadar residual (pada fase distribusi) dengan mengambil 4 titik
koordinat yang merupakan satu garis lurus fase distribusi
Gambar 4.8 Kurva Fase Distribusi Hubungan Antara Waktu (t) Dengan ln Cp

Maka, diperoleh persamaan regresi y= ax + b adalah y = y = -1,9058x


+ 5,2892 dengan koefisien relasi r = 0.9995. Dari persamaan tersebut diperoleh

tetapan kecepatan distribusi α =1,9058/jam dan waktu-paro distribusi


T1/2distribusi = 0,3636268 jam.
Langkah berikutnya ditentukan nilai-nilai parameter dari model 2
kompartemen terbuka. Nilai AUC dihitung adalah 239,946253 mg. jam/L.
Berdasarkan perhitungan diperoleh K21 (Tetapan laju transfer dari kompartemen
jaringan ke sentral) adalah 0,200911. K sentral diperoleh 0,87843 dan K12
(Tetapan laju transfer dari kompartemen sentral ke jaringan) adalah 0,919149.
Pada data III, diberikan dosis obat sebanyak 100 mg. Berdasarkan data
yang dilampirkan maka dapat digambarkan grafik sesuai dengan Gambar 4.13.
Pada grafik diatas dapat diketahui obat yang diberikan hanya melalui proses
distribusi dan eliminasi sehingga digolongkan kompartemen II terbuka serta obat
diberikan secara oral. Proses distribusi terjadi dari waktu 0,25 jam (t0,25) hingga
waktu 2 jam (t0,25) sedangkan proses eliminasi terjadi dari waktu 4 jam (t4) hingga
waktu 16 jam (t16). Penentuan model kompartemen yang ideal dilakukan dengan
cara membuat kurva hubungan antara konsentrasi obat dalam plasma terhadap
waktu.
Parameter farmakokinetika yang ditentukan pada data 1antara lain :
konstanta laju eliminasi (kel),konstanta laju distribusi (kdist), waktu paruh (t1/2)
untuk setiap fase (absorpsi distribusi, dan eliminasi), AUC, tetapan laju transfer
dari sentral ke jaringan (k12), tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k21),
tetapan laju sentral (k), volume distribusi, dan klirens. Penghitungan parameter
tersebut dilakukan karena parameter farmakokinetik memiliki peranan penting
pada proses pemberian obat pada pasien. Beberapa hasil perhitungan parameter
farmakokinetik dari data kadar obat dalam darah yang digunakan pada
permodelan kompartemen 2 terbuka antara lain konstanta laju eliminasi (k el) =
0,2106/jam, konstanta laju distribusi (kdist) = 0,5384/jam, t1/2 el. = 3,2906 jam, t1/2
dist. = 1,287 jam, AUC= 99,6299 mg.jam/L, tetapan laju transfer dari sentral ke
jaringan (k12) = 0,05767/jam , tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k 21) =
0,45 /jam, tetapan laju sentral (k) = 0,122jam, volume distribusi = 4339,09 mL,
klirens= 1,0037 L/jam.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pada soal 1 diperoleh persamaan regresi dari fase eliminasi yaitu -0,2791x +
5,1774 dengan nilai r² = 0,9657. Berdasarkan persamaan lnCp = -kt + lnCp0
maka lnCp = -0,2791x + 5,1774, sehingga diperoleh nilai Cp0 = 177,22
µg/ml. Sehingga dapat ditentukan tetapan laju eliminasinya dan diperoleh
nilai k = 0,279/jam. . Waktu paruh (t½) eliminasi yaitu 2,4839 jam, nilai
AUC yang diperoleh yaitu 635,197 µg/ml jam, volume distribusi yang
diperoleh yaitu 56,427 ml. Sedangkan Klirens yang diperoleh yaitu 15,743
ml/jam.
2. Pada soal no 2 diperoleh :
a. Parameter Farmakokinetik
t½ eliminasi = 7,4838 jam
t½ distribusi = 0,3636268 jam
AUC = 239,946253 mg.jam/L
K21 (Tetapan laju transfer dari kompartemen jaringan ke sentral) = 0,200911
K sentral = 0,87843
K12 (Tetapan laju transfer dari kompartemen sentral ke jaringan) = 0,919149
b. Jumlah obat yang berada dalam tubuh 9 jam setelah penyuntikan intravena
(Cp9)=5,470775 mg/L
c. Waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi 6 mg/L =
8,003683
3. Pada soal no 3 diperoleh fase eliminasi Ln Cp = -0,5384t + 2,0748. Beberapa
hasil perhitungan parameter farmakokinetik dari data kadar obat dalam
darah yang digunakan pada permodelan kompartemen 2 terbuka antara lain
konstanta laju eliminasi (kel) = 0,2106/jam, konstanta laju distribusi (kdist) =
0,5384/jam, t1/2 el. = 3,2906 jam, t 1/2 dist. = 1,287 jam, AUC= 99,6299
mg.jam/L, tetapan laju transfer dari sentral ke jaringan (k12) = 0,05767/jam ,
tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k21) = 0,45 /jam, tetapan laju
sentral (k) = 0,122jam, volume distribusi = 4339,09 mL, klirens= 1,0037
L/jam.
6.2. Saran
Pada praktikum kali ini, diperlukan ketelitian dalam perhitungan dan dalam
pemahaman mengenai kompartemen plasma. Sehingga mahasiswa sebaiknya
memahami dengan baik materi mengenai kompartemen dan parameter
farmakokinetika agar mudah dalam melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Donatus, I. A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Yogyakarta: Fakultas Farmasi,
UGM.
Gibson, G. G. dan P. Skett. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Penerjemah: Iis
Aisyah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Gunawan, G. S. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Jambhekar, S. S. and P. J. Breen. 2009. Basic Pharmacokinetics. London:


Pharmaceutical Press.

Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Media. Edisi Kelima. Jakarta:


Erlangga.

Pakarti, A. W. 2009. Pengaruh Perasan Buah Manga Terhdap Farmakokinetik


Parasetamol yang Diberikan Bersama Secara Oral pada Kelinci Jantan
(Skripsi). Surakarta: Fakultas Farmasi Universita Muhammadiyah
Surakarta. pp: 13, 20-23.

Schmitz, G., Lepper, H. & Heidrich, M., 2008. Farmakologi dan Toksikologi
Edisi 3. Jakarta: Penerbit EGC.

Setiawati, A. S. B. Zunilda, dan F. D. Suyatna. 1995. Pengantar Farmakologi


dalam Sulistia G. Ganiswara: Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.

Shargel, L., dan A. B. C. Yu. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan


diterjemahkan oleh Siti Sjamsiah. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga
University Press.

Shargel, L. dan A. B. C. Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan


Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.
Shargel, L., Susana, W. P. dan Andrew B. C. YU. 2012. Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan Edisi V. Surabaya: Airlangga University Press.
Sukmadjaja, A., S. Lucy, dan dan Q. Muhammad. 2006. Pengembangan Aplikasi
Komputer Pengolah Data Konsentrasi Obat dalam Plasma untuk Studi
Pemodelan Parameter Farmakokinetik. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 3,
No. 3.

Utomo, Agus R. 2010. Transformasi Laplace. Universitas Indonesia: Departemen


Teknik Elektro Fakultas Teknik.
Zunilda, S. B. dan F. D. Suyatna. 1995. Pengantar Farmakologi dalam
Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia Press.

You might also like