You are on page 1of 24

Laporan Fisiologi Tumbuhan

Acara II
Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi

Nama :
Niken Istighfarin (140210103070) Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS JEMBER
2016
I. Judul
Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi

II. Tujuan
Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui
proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

III. Dasar Teori


Daun merupakan organ tumbuh-tumbuhan. Secara umum berbentuk
pipih bilateral, berwarna hijau, dan sebagai tempat terjadinya fotosintesis.
Daun memiliki struktur mulut daun yang berfungsi untuk pertukaran gas O2,
CO2, dan uap air dari daun ke atmosfer begitupula sebaliknya (Papuangan,
2014 : 287).
Pada daun, dinding sel mesofil yang berdekatan dengan rongga-
rongga stomata harus tetap lembab untuk memungkinkan pelarutan dan
pengambilan karbondioksida dalam fotosintesis. Selama stomata tertutup dan
temperatur tidak berubah dengan cepat, udara yang terdapat dalam daun akan
cenderung mengandung uap air yang melimpah. Hal ini menyebabkan air
dapat menguap ke udara dengan cara difusi melintasi kutikula hidrofobik
yang menutupi sel epidermis. Bilamana stomata akan membuka sebagai
respon terhadap kondisi lingkungan, udara di luar daun biasanya tidak jenuh
dengan uap air. Akibat adanya perbedaan konsentrasi uap air, molekul air
akan berdifusi ke udara melalui pori stomata. (Fitter, 2007 : 159).
Stomata terbuka pada siang hari dan tertutup pada malam hari.
Stomata terbuka sebagai respons terhadap deplesi O2 di dalam rongga-rongga
udara daun akibat fotosintesis. Seiring penurunan konsentrasi CO2 pada siang
hari, stomata akan terbuka secara progresif jika air dalam jumlah yang cukup
disalurkan ke daun (Campbell, 2008 : 359).
Pembukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme tumbuhan
yaitu transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi CO2 pada
proses fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya
cairan. Laju transpirasi dan pembukaan stomata menunjukkan adanya variasi
diurnal. Pembukaan stomata pada beberapa tanaman dan berbagai kondisi
lingkungan menunjukkan adanya perbedaan dari sel dalam proses transpirasi
(Fatonah, 2013 : 16).
Air sangat diperlukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan terestrial
karena tumbuhan tersebut boros akan penggunaan air. Sebagian besar air
yang diserap oleh akar tumbuhan tidak disimpan ataupun digunakan dalam
berbagai proses metabolisme, tetapi hilang ke udara melalui proses evaporasi.
Proses evaporasi pada tumbuhan lebih dikenal dengan sebutan transpirasi.
Transpirasi terjadi pada setiap bagian tumbuhan, namun pada umumnya
kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun (Loveless, 2005 :
160).
Air ditranspirasikan dari dinding-dinding sel epidermis dan mesofil
yang lembab di bagian dalam daun dan akan hilang ke udara melalui stomata.
Hilangnya air menyebabkan potensial air dalam apoplast daun turun di bawah
potensial sel daun dan juga lebih rendah dari potensial air dalam xylem dan
tanah. Hal ini mengakibatkan air akan cepat hilang dari sel daun dan potensial
air menjadi rendah (Fitter, 2007 : 165).
Transpirasi dibagi menjadi 2 tipe, yakni transpirasi kutikula dan
transpirasi stomata. Transpirasi kutikula adalah hilangnya air pada tumbuhan
yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Sedangkan
transpirasi stomata adalah hilangnya air pada tumbuhan yang terjadi melalui
stomata. Kutikula daun memiliki sifat tidak tembus akan air, sehingga
sebagian besar tumbuhan transpirasi kutikula sebesar 10% atau kurang dari
jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air
yang hilang dari tumbuhan terjadi melalui stomata (Loveless, 2005 : 160).
Transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata. Sedangkan faktor
luar antara lain kelembapan, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air. Lebih
lanjut dikatakan semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah
stomata, sehingga semakin besar transpirasinya (Papuangan, 2014 : 289).
Pengukuran laju transpirasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antaralain :
a. Kertas kobal kloridas
Kertas ini awalnya berwarna biru cerah, apabila menyerap air kertas
ini akan berubah warna menjadi biru pucat dan kemudian merah jambu.
Caranya yakni menempelkan kertas biru cerah diatas permukaan daun,
begitupula dibagian bawahnya dengan posisi yang sama dan dijepit dengan
menggunakan gelas preparat (Loveless, 2005 : 161).
b. Potometer
Potometer adalah sebuah alat dimana digunakan untuk mengukur
pengambilan air oleh potongan pucuk, dengan asumsi bahwa jumlah air
yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan melalui proses
transpirasi. Potometer bermanfaat dalam memperagakan pengaruh kondisi
luar terhadap transpirasi (Loveless, 2005 : 162).
c. Pengumpulan uap air yang ditranspirasikan
Cara ini dilakukan dengan mengurung tumbuhan dalam sebuah bejana
yang tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat
dipisahkan. Aliran udara disedot secara terus-menerus ke dalam tabung U
yang sebelumnya sudah ditimbang dan berisi penyerap air (misalnya fosfor
pentosida), kemudian tabung U tersebut ditimbang untuk mengetahui
massa akhir tabung U tersebut (Loveless, 2005 : 161).
d. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling akurat adalah dengan mengunakan
tumbuhan pot. Hal tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga
transpirasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air
dalam suatu tumbuhan dapat diprediksi untuk jangka waktu tertentu
dengan melakukan penimbangan secara langsung (Loveless, 2005 : 162).
IV. Metode Pengamatan
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
4.1.1.1. Baskom atau ember
4.1.1.2. Gelas ukur 10 ml
4.1.1.3. Timbangan
4.1.1.4. Kertas kuarto
4.1.1.5. Mikroskop
4.1.1.6. Gelas objek
4.1.1.7. Gelas penutup
4.1.1.8. Rak tabung
4.1.1.9. Gunting
4.1.2. Bahan
4.1.2.1. Batang beserta daun Acalypha sp.
4.1.2.2. Batang beserta daun Bauhinia sp.
4.1.2.3. Minyak kelapa
4.1.2.4. Kuteks bening

4.2. Proses Kerja

Memotong daun tumbuhan hingga tersisa 5 daun pada tumbuhan


Acalypha sp. dan 4 daun pada Bauhinia sp.

Memotong batang tumbuhan di dalam air dan memasukkan ke


dalam gelas ukur dengan keadaan terendam air.

Menyiapkan 6 gelas ukur 10 ml dan isi dengan air sebanyak 6 ml.


3 gelas ukur digunakan untuk tumbuhan Acalypha sp. dengan
perlakuan kontrol, terang, dan gelap. Serta 3 gelas ukur lainnya
digunakan untuk tumbuhan Bauhinia sp. dengan perlakuan kontrol,
terang, dan gelap.

Memasukkan segera batang yang ada daunnya tersebut ke dalam


gelas ukur yang telah diisi air sebelumnya.

Memasukkan minyak kelapa sampai seluruh permukaan air


tertutupi agar air tidak menguap.

Untuk perlakuan kontrol cukup diamati di dalam laboratorium saja.


Untuk perlakuan terang diamati di lapangan yang penuh penyinaran
matahari. Untuk perlakuan gelap diamati di tempat yang intensitas
cahayanya rendah.

Mengamati dan mencatat perubahan air pada ketiga perlakuan


kontrol tersebut, setiap 5 menit selama 30 menit.

Menimbang kertas kuarto utuh

Menjiplak kelima daun dan menimbang kelima-limanya. Kemudian


menghitung luas daun.
Mengoleskan kuteks bening pada permukaan atas daun dan
permukaan bawah daun. Menunggu beberapa menit hingga
mengering.

Menarik kuteks yang telah kering dengan bantuan pinset secara


hati-hati.

Meletakkan kuteks yang telah kering pada gelas objek, beri sedikit
air dan tutup dengan gelas penutup kemudian diamati di mikroskop.

Menghitung laju transpirasi, luas stomata dan jumlah stomata.


V. Hasil Pengamatan
Perlakuan Laju Transpirasi Luas Stomata ∑ stomata
klp Tumbuhan Waktu T K T G T G T G
G (ml)
(menit) (ml) (ml) ml/menit A B A B A B A B
0 7,3 8 7
5 7,2 8,2 7
10 7,2 8,2 7
1, Acalypha
15 7,1 8,3 7 0,0011 0,0067 0,785 3,14 0,79 0,79 37429 93573 544086 1554531
2,3 sp.
20 7,1 8,3 7
25 7 8,1 7
30 7 8 7
4,5 Bauhinia 0 7,6 7,2 7
,6 sp. 5 7,4 7 7
10 7,2 6,9 7
15 7,2 6,8 7 0,0044 0,003 28,26 19,62 0,79 3,14 1656 42954 753159 568467
20 7 6,8 7
25 6,9 6,7 7
30 6,8 6,69 7
VI. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui proses dan
kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya. Proses transpirasi adalah proses
hilangnya air dalam bentuk uap air melalui mulut daun dan celah batang
tumbuhan yang masih hidup. Kehilangan air terbesar dari proses
transpirasi terjadi melalui daun, sedangkan kehilangan air melalui batang
sangatlah sedikit. Menurut Loveless (2005), sebagian besar air yang
diserap oleh akar tidak disimpan dalam tumbuhan melainkan digunakan
oleh metabolisme dan sebagiannya lagi hilang ke udara melalui proses
transpirasi.
Proses transpirasi dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin, banyak sedikitnya bulu dan
jumlah stomata. Daun tumbuhan yang produktif ditandai dengan
banyaknya jumlah stomata, semakin banyak jumlah stomata maka akan
semakin banyak pula air yang menguap melalui proses transpirasi. Jumlah
daun juga mempengaruhi, semakin banyak jumlah daun dan semakin luas
daerah permukaan daun maka besar transpirasi juga meningkat.
Menurut Lakitan (2007), terbukanya stomata lebih lebar akan
menyebabkan air yang hilang lebih banyak, namun peningkatan
kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan
pelebaran stomata. Tumbuhan yang daunnya menggulung akan
mengurangi transpirasi.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi
antaralain radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin,
dan keadaan air dalam tanah. Tingkat cahaya dan kelembaban
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata. Ketika tingkat cahaya
tinggi maka stomata akan membuka sedangkan ketika kelembaban dalam
daun rendah maka sel-sel penjaga akan kehilangan turgornya
mengakibatkan menutupnya stomata.
Menurut Lakitan (2007), udara yang basah menghambat
transpirasi, sedangkan udara yang kering melancarkan transpirasi. Bila
daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata akan terbuka.
Tumbuhan yang ditempatkan di bawah cahaya matahari penguapan airnya
akan lebih besar jika dibandingkan dengan tumbuhan yang disimpan di
tempat teduh.
Transpirasi yang terjadi pada tumbuhan berfungsi untuk menjaga
stabilitas suhu daun. Selain itu juga berfungsi untuk mempercepat
pengangkutan unsur hara dari akar melalui pembuluh xylem dan menjaga
turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal.
Pemotongan batang Acalypha sp. dan Bauhinia sp. di lakukan di
dalam baskom yang berisi air. Tujuannya agar berkas pengangkut yang
terdapat di batang tidak terisi dengan oleh udara. Jika berkas pengangkut
terisi oleh udara maka akan menghambat atau mengganggu proses
pengangkutan air pada daun. Hal ini menyebabkan proses transpirasi
menjadi terganggu.
Setelah batang dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi air, minyak
kelapa diteteskan ke atas air tersebut. Minyak kelapa akan berada
mengapung menutupi permukaan air, sehingga pemberian minyak kelapa
berfungsi agar air dalam gelas ukur tidak menguap. Air akan masuk ke
batang melalui pembuluh xylem dan diedarkan ke daun. Hal ini
menyebabkan penguapan air akan terjadi melalui proses transpirasi.
Fungsi pemberian kuteks bening pada epidermis daun bagian atas
maupun bagian bawah yakni untuk mempermudah dalam mengambil
stomata yang terdapat di daun, sehingga untuk mengamati stomata dan
membandingkan jumlah stomata pada epidermis daun bagian atas dan
bagian bawah menjadi lebih mudah.
Jumlah stomata yang terdapat pada epidermis daun bagian atas
maupun bagian bawah tidak mempengaruhi besarnya laju transpirasi. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh membuka dan menutupnya stomata pada
daun. Bila stomata terbuka, laju transpirasi akan bergantung pada tekanan
uap udara di dalam daun dan tekanan uap udara di luar daun. Semakin
rendah tekanan uap udara di luar daun maka semakin cepat laju transpirasi
yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, laju transpirasi pada
kelompok 4 dengan perlakuan terang adalah 0,0044 ml/detik dan laju
transpirasi pada kelompok 5 dengan perlakuan gelap adalah 0,003
ml/detik. Sehingga laju transpirasi pada perlakuan terang kelompok 4 lebih
besar daripada laju transpirasi pada perlakuan gelap kelompok 5.
Sedangkan laju transpirasi pada kelompok 2 dengan perlakuan
terang adalah 0,0011 ml/menit dan laju transpirasi kelompok 3 dengan
perlakuan gelap adalah 0,0067 ml/detik. Hal ini berarti laju transpirasi
perlakuan terang kelompok 2 lebih kecil dibandingkan dengan laju
transpirasi pada kelompok 3 dengan perlakuan gelap. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Loveless (2005) bahwa, laju
transpirasi utama bergantung pada tingkat cahaya. Sebagai akibat tanggap
stomata terhadap cahaya, laju transpirasi akan cenderung lebih cepat ketika
di siang hari daripada di malam hari.
Seharusnya laju transpirasi pada tumbuhan yang diletakkan pada
tempat dengan penyinaran matahari tinggi lebih besar dibandingkan
dengan tumbuhan yang diletakkan pada tempat dengan penyinaran yang
rendah. Kesalahan ini dapat disebabkan karena ketika memindahkan
batang tumbuhan ke gelas ukur tidak dipindahkan dengan cepat sehingga
udara akan masuk ke dalam berkas pembuluh dan mengakibatkan
transportasi air menuju daun menjadi terganggu. Kesalahan lain
disebabkan karena tingkat cahaya yang kurang terik menyinari sehingga
laju transpirasi pada perlakuan terang tidak dapat optimal. Pada perlakuan
gelap, tumbuhan tidak ditempatkan pada tempat yang benar-benar gelap
sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai.
VII. Kesimpulan
7.1.Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi adalah besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin, banyak sedikitnya bulu dan
jumlah stomata. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah radiasi,
temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin, dan keadaan air
dalam tanah. Semakin tinggi suhu dan tingkat penyinaran, maka
semakin tinggi pula laju transpirasi yang terjadi.

VIII. Saran
8.1.Sebaiknya batang tumbuhan yang dipindahkan dari baskom menuju
gelas ukur dengan cepat agar berkas pembuluh tidak berisi udara.
8.2.Sebaiknya tumbuhan dengan perlakuan terang benar-benar diletakkan
dibawah terik matahari yang menyengat dan tumbuhan dengan
perlakuan gelap benar-benar diletakkan pada tempat yang gelap.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., et al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Fatonah, Siti., et al. 2013. Penentuan Waktu Pembukaan Stomata Pada Gulma
Melastoma malabathricum L. Di Perkebunan Gambir Kampar Riau. Jurnal
Bio species 6(2) :15-22.
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 2007. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Loveless, A.R. 2005 : Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Papuangan, Nurmaya.,et al. 2014. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Tanaman
Penghijauan di Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi 3(1) : 2301-4678.
Lampiran

You might also like