You are on page 1of 13

A.

Etika Lingkungan untuk Bisnis: Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan


Keunggulan Kompetitif
Dukungan untuk sebuah bisnis dan bisnis pada umumnya bergantung
pada kredibilitas yang ditempatkan pemangku kepentingan dalam komitmen
perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan daya saingnya. Semua ini
bergantung pada kepercayaan bahwa tempat pemangku kepentingan dalam
kegiatan perusahaan; kepercayaan, pada gilirannya tergantung pada nilai-nilai
yang mendasari kegiatan perusahaan.
Pemangku kepentingan semakin berharap bahwa kegiatan perusahaan
akan menghormati nilai-nilai dan interes mereka. Akibatnya, direktur
perusahaan sekarang diharapkan untuk memimpin perusahaan mereka dengan
beretika, yang berarti bahwa mereka akan memperhatikan apakah eksekutif,
karyawan, dan agen perusahaan bertindak secara etis. Selain itu, perusahaan
diharapkan semakin dapat bertanggung jawab kepada para pemangku
kepentingan secara transparan atau etis.
Tata kelola baru dan rezim akunatbilitas untuk bisnis dan profesi jauh
lebih peduli dengan interes pemangku kepentingan dan permasalahan etika
daripada yang telah terjadi di masa lalu. Para direktur, eksekutif, dan Akuntan
profesioal yang sering melayani pertentangan interes pemegang saham secara
langsung dan masyarakat secara tidak langsung harus menyadari harapan
masyarakat yang baru untuk bisnis dan organisasi sejenis. Jika tidak-seperti
dalam kasus yang terjadi dalam Enron dan Arthur Andersen-kredibilitas,
reputasi, dan keuntungan kompetititf pasar modal/kapital, organisasi,
manajemen, profesional, dan profesi akan dirugikan.

1. Masalah Lingkungan
Kekhawatiran mengenai polusi udara berpusat pada cerobong asap dan
knalpot pembuangan yang menyebabkan iritasi dan gangguan pernapasan.
Bagaimanapun, masalah tersebut pada awalnya relatif bersifat lokal, sehingga
ketika penduduk di sekitar menjadi marah, politisi lokal mampu dan umumnya
bersedia merancang suatu peraturan untuk mengendalikan hal tersebut
walaupun penegakan hukum yang efektif tidak terjamin.
Dari masalah lain yang terkait dengan polusi udara yang lebih lambat
untuk disadari adalah hujan asam, yang menetralkan danau dan menggugurkan
dedaunan, serta disipasi/menipisnya lapisan ozon.
Baru-baru ini, disipasi lapisan ozon diakui sebagai ancaman serius bagi
kesejahteraan fisik kita semua. Pada saat yang bersamaan, penebangan hutan
hujan brazil yang merupakan sumber utama untuk “mengisi” kembali lapisan
ozon-telah memberikan kontribusi lebih lanjut terhadap penipisan lapisan
ozon di seluruh planet kita. Padahal, lapisan ozon berfungsi sebagai
penghalang utama bagi kita dari paparan sinar ultraviolet matahari, di mana
sinar ultraviolet ini menyebabkan kanker kulit dan kerusakan mata.
Reaksi pemerintah yang sering kali diawali dengan bencana atau krisis-
menjadi signifikan pada semua tingkatan.
2. Sensitivitas Moral
Selama periode tahun 1980-an dan 1990-an, terdapat peningkatan yang
signifikan dalam sensitivitas diakibatkan oleh kurangnya kejujuran dan
perbedaan dalam perlakuan yang adil kepada individu dan kelompok
masyarakat dalam masyarakat. Untuk beberapa tingkatan tertentu, masyarakat
dipersiapkan untuk memikat kepedulian dari kelompok-kelompok minat
khusus pantas didengar, sebagai ahli lingkungan, pembela kepentingan
konsumen, dan pendukung antirasialisme, tahun 1960 dan seterusnya,
pendapatan bersih dan waktu senggang cukup tinggi untuk memungkinkan
anggota masyarakat fokus pada isu-isu di luar mata pencaharian produktifnya.
Sensitas moral juga terlihat pada isu-isu internasional dan domestik.
Kampanye untuk memboikot pembelian dari perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam penggunaan tenaga kerja anak atau mempekerjakan tenaga kerja
dengan upah yang rendah di negara-negara asing memberikan kesaksian yang
cukup. Organisasi – organisasi, seperti Social Accountability Internasional dan
Account Ability telah mengembangkan kebijakan – kebijakan tempat kerja,
standar – standar, program pelatihan auditor tempat kerja, dan kerangka kerja
pelaporan.
3. Penilaian yang Buruk dan Aktivis Pemangku Kepentingan
Para direktur, eksekutif, dan manajer adalah manusia, dan mereka
membuat kesalahan. Kadang-kadang masyarakat-atau kelompok-kelompok
tertentu-tersinggung pada tahap ini akibat penilaian yang buruk, serta
mengambil tindakan untuk membuat direktur dan manajemen menyadari
bahwa mereka tidak menyetujuinya.
Etika investor berpandangan bahwa investasi yang mereka lakukan tidak
hanya membuat hasil (pengembalian/laba) yang memadai, tetapi harus
dilakukan dengan cara yang etis. Reksadana etis ini menggunakan
penyaringan (screen) yang dimaksudkan untuk melumpuhkan perusahaan
yang terlibat dalam apa yang disebut kegiatan berbahaya-seperti produksi
produk tembakau, persenjataan, atau energi atom, ataupun menyalahgunakan
binatang untuk pengujian.
Perkembangan-perkembangan ini memberikan tanda bahwa keputusan-
keputusan bisnis sedang dinilai terhadap standar yang berbeda dari
sebelumnya, oleh kelompok-kelompok yang memiliki dana miliaran dolar
yang siap untuk digunakan.
4. Ekonomi dan Tekanan – Tekanan Kompetitif
Tidak hanya pertumbuhan dan penyusutan margin menyebabkan
perampingan untuk mempertahankan profitabilitas secara keseluruhan dan
tingkat ketertarikan bagi pasar modal. Untuk mempertahankan pekerjaannya,
volume laba berbasis insentif, atau perusahaannya, beberapa orang terpaksa
ikut dalam etika praktik yang dipertanyakan, termasuk pemalsuan transaksi
dan catatan-catatan lain, serta eksploitasi lingkungan atau pekerja. Hasilnya
telah menjadi bagian dari alasan untuk memicu kasus penyimpangan
lingkungan atau keuangan.
Perkembangan pasar global telah mendorong produksi dan sumber
produk di seluruh dunia. Restrukturisasi telah dilihat sebagai pendorong
produktivitas dan memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan tarif yang
lebih rendah dari pekerjaan domestik. Selain itu, perusahaan tidak akan bisa
mengandalkan kembali siklus profitabilitas untuk mengembalikan risiko
perilaku yang tidak etis ke tingkat sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan
munculnya tingkat risiko yang kembali pada awalnya, dimana akan
bergantung pada lembaga-lembaga manajemen etika perilaku dan tata kelola
rezim yang baru.
5. Skandal Keuangan: Jurang Harapan dan Jurang Kredibilitas
Tidak ada keraguan bahwa masyarakat telah terkejut, kaget, kecewa, dan
hancur oleh krisis keuangan. Sebagai akibat dari guncangan yang berulang-
ulang ini, masyarakat menjadi sinis, terhadap integritas keuangan perusahaan,
yang begitu banyak sehingga istilah jurang harapan telah diciptakan untuk
menggambarkan perbedaan antara apa dipikirkan oleh masyarakat tentang apa
yang mereka dapatkan dalam laporan-keuangan yang telah diaudit dan apa
yang sebenarnya masyarakat dapatkan. Kurangnya kredibilitas telah menyebar
dari pelayanan keuangan untuk mencakup bidang lain dari aktivitas
perusahaan dan telah dikenal sebagai jurang kredibilits.
6. Kegagalan Tata Kelola dan Penilaian Resiko
Direktur perusahaan diharapkan untuk memastikan bahwa perusahaan
mereka telah bertindak demi interes investor dalam rentang aktivitas yang
dianggap cocok oleh masyarakat di mana mereka beroperasi.
7. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan
Kurangnya kepercayaan dalam proses kegiatan perusahaan juga
melahirkan keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas pada pihak investor
dan terutama oleh para pemangku kepentingan lainnya. Meskipun beberapa
informasi dalam laporan-laporan ini condong ke arah sasaran manajemen,
verifikasi eksternal dan reaksi terhadap informasi yang salah secara berangsur-
angsur memperbaiki isi informasi yang terkandung. Tren ini jelas ke arah
peningkatan laporan nonfinansial, yang sesuai dengan harapan masyarakat
yang terus tumbuh.
8. Sinergi Di Antara Faktor – Faktor dan Penguatan Kelembagaan
Hubungan di antara faktor-faktor yang mempengaruhi ekspektasi
masyarakat atas etika kinerja telah diidentifikasi, tetapi tidak diketahui sejauh
mana hubungan tersebut saling memperkuat satu sama lain dan menambah
keinginan masyarakat untuk bertindak. Secara keseluruhan hasilnya
merupakan kumulatif peningkatan dari kesadaran masyarakat tentang perlunya
kontrol terhadap perilaku perusahaan yang tidak etis.
Selanjutnya kesadaran masyarakat berdampak pada politisi yang
bereaksi dengan menyiapkan undang-undang yang baru atau mengetatkan
peraturan. Akibatnya, banyak masalah membawa kesadaran masyarakat dalam
penguatan kelembagaan dan kodifikasi pada hukum yang berlaku.
Keinginan untuk standar global Pengungkapan perusahaan, praktik audit,
dan keseragaman etika perilaku, para Akuntan profesional telah menghasilkan
standar akuntansi dan audit internasional dibawah naungan International
Accounting Standars Boards (IASB) dan International Federations of
Accountants (IFAC).
9. Hasil
Dalam merespon meningkatnya harapan-harapan ini, sejumlah pengawas
dan penasihat telah muncul untuk membantu atau mendesak masyarakat
umum dan bisnis. Konsultan tersedia untuk memberi nasihat perusahaan dan
mereka yang dikenal sebagai investor etika tentang bagaimana menyaring
aktivitas-aktivitas dan investasi-investasi demi profitabilitas dan integritas
etika. Dalam menghadapi semua interesnya, politisi telah merespons dengan
meningkatkan peraturan, denda, dan hukuman yang terlibat dalam
penyimpangan. Jurang kredibilitas tidak disukai organisasi-organisasi bisnis.
Kurangnya kredibilitas telah meningkatkan peraturan standar internasional,
serta kepentingan utama dan perubahan besar dalam tata kelola dan praktik-
praktik manajemen.
B. Harapan Baru untuk Bisnis
1. Mandat Baru untuk Bisnis
Perubahan-perubahan dalam harapan masyaralat telah memicu–
selanjutnya–sebuah evolusi dalam mandate untuk bisnis: laissez faire, laba
hanya dari Milton Friedman telah diganti dengan pandangan bahwa bisnis ada
untuk melayani masyarakat, bukan sebaliknya.
Ada tiga masalah penting yang patut disebutkan, antara lain : (1) deviasi
dari laba hanya fokus tidak berarti bahwa keuntungan akan jatuh–pada
kenyataanya, laba akan naik; (2) keuntungan sekarang diakui sebagai sebuah
ukuran kinerja perusahaan yang tidak lengkap dan, oleh karena itu, tidak
akurat untuk mengukur alokasi sumber daya; dan (3) Friedman mengharapkan
secara eksplisit bahwa kinerja akan berada dalam hukum dan etika kebiasaan.
Mereka yang berfokus pada prinsip keuntungan murni sering membuat
keputusan oportunis jangka pendek yang membahayakan keuntungan jangka
panjang yang berkelanjutan.
Keberhasilan masa depan akan bergantung pada sejauh mana bisnis
dapat menyeimbangkan keuntungan dan interes pemangku kepentingan
lainnya. Hal ini, selanjutnya, akan mustahil untuk dikelola, kecuali struktur
pelaporan dan tata kelola yang baru muncul. Jika etika dan tujuan ekonomi
tidak dapat diintegrasikan atau diseimbangkan dengan sukses, dan interes dari
pemegang saham terus menerus secara tidak masuk akal mendominasi para
pemangku kepentingan, ketegangan antara pemangku kepentingan bisnis dan
masyarakat akan terus tumbuh.
2. Tata Kelola dan Kerangka Kerja Akuntabilitas yang Baru
Berdasarkan analisis ini, perusahaan-perusahaan sukses akan dilayani
dengan sangat baik oleh mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang
berfokus pada sebuah kumpulan hubungan fidusia yang berbeda dan lebih luas
dibandingkan dengan masa lalu. Tujuan dan proses tata kelola harus
mengarahkan perhatian kepada pespektif-perspektif baru ini.
3. Peranan Fidusia yang Diperkuat bagi Akuntan Profsional
Harapan masyarakat untuk laporan kinerja perusahaan yang dapat
dipercaya tidak dapat dipenuhi, kecuali para akuntan profesional yang
mempersiapkan atau mengaudit laporan tersebut memfokuskan loyalitas
utama mereka pada kepentingan umum dan mengadopsi prinsip-prinsip,
seperti kebebasan penilaian, objektivitas, dan integritas yang melindungi
kepentingan umum.
Selain itu, kegagalan perusahaan tersebut telah membawa kesadaran
bahwa kesetiaan kepada masyarakat berarti lebih dari sekedar kesetiaan
kepada investor saat ini. Investor yang baru bergantung pada laporan
keuangan, kepentingan mereka perlu dilindungi seperti halnya interes para
pemangku kepentingan lainnya dalam model fidusia perusahaan yang
diperluas.
C. Tanggapan dan Perkembangan
1. Kemunculan Model – Model Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemangku
Kepentingan
Reaksi oleh bisnis terhadap evolusi dari mandat keuntungan-murni
menjadi pengenalan adanya saling ketergantungan antara bisnis dan
masyarakat menjadi lebih mudah diamati seiring bergulirnya periode 1990-an.
Beberapa tren penting lainnya yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan
ekonomi dan kompetititf yang telah dan terus memiliki efek pada etika bisnis
dan kepada Akuntan profesional. Tren ini mencakup:
a. memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan,
b. pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan
pengendalian internal, dan
c. ketetapan niat untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi,
meskipun perubahan yang signifikan juga terjadi dalam cara organisasi
beroperasi, mencakup :
a. reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik
yang berhubungan, dan
b. meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja
nonkeuangan yang digunakan secara nyata.
Reaksi awal perusahaan terhadap etika lingkungan yang lebih menuntut
adalah keinginan untuk mengetahui bagaimana aktivitas etisnya mereka,
kemudian mencoba untuk mengelola tindakan karyawan mereka dengan
mengembangkan kode etik.
Keinginan untuk mengetahui tentang kesesuaian aktivitas mereka
menyebabkan banyak perusahaan melakukan inventarisasi dampak signifikan
pada berbagai aspek masyarakat. Seringkali, diselenggarakan oleh program
dan kelompok pemangku kepentingan, inventarisasi ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi isu, kebijakan, produk, atau program spesifik yang paling
bermasalah dan, oleh karena itu, diperlukan perhatian perbaikan yang paling
awal.
Walaupun kode etik menawarkan kerangka kerja penting untuk
pengambilan keputusan dan kendali karyawan, posisi perusahaan-perusahaan
sangat rentan karena produk atau proses produktif yang ditemukan sejalan
dengan kepentingan mereka sehubungan dengan mengembangkan sistem
informasi peringatan dini untuk memfasilitasi tindakan perbaikan yang cepat
ketika terjadi masalah.
2. Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko
Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan yang dikumpulkan dari para
pemangku kepentingan akan bergantung pada pemahaman dan pada
kemampuan perusahaan untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan
secara langsung, maupun risiko-risiko yang berdampak pada pemangku
kepentingan.
Reputasi juga telah menjadi subjek studi terbaru yang cukup ramai
diteliti. Tidak mengherankan, faktor-faktor yang terlihat sebagai penentu
penting dari reputasi berkaitan erat dengan hypernorm hypernorm yang
sebelumnya diidentifikasi.
Meski kebanyakan perusahaan telah menempatkan beberapa bentuk
proses manajemen risiko, paling tidak secara spesifik mempertimbangkan
risiko etika-risiko kegagalan memenuhi harapan para pemangku kepentingan-
dengan cara yang luas dan komprehensif. Bagaimanapun, semenjak risiko
etika telah terbukti sangat penting bagi reputasi dan keberlangsungan
perusahaan.
3. Akuntabilitas
Perbaikan yang diperlukan dalam integritas, transparansi dan akurasi
telah memotivasi diskusi di antara Akuntan (profesional) untuk mengenali
sifat pedoman yang seharusnya mereka gunakan untuk menyusun laporan
keuangan aturan-aturan atau prinsip-prinsip kekurangan integritas,
transparansi, dan akurasi jelas terdapat pada laporan keuangan Enron.
4. Etika Perilaku dan Perkembangan dalam Etika Bisnis
a. Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku 1
Umur perniagaan dan ekonomi setua zaman prasejarah ketika bisnis
dilakukan berdasarkan perdagangan dan barter. Teori-teori etika terkait
perilaku bisnis yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sama tuanya
walaupun artikusi mereka-dalam sebuah tradisi filsafat Barat – berasal dari era
Sokrates.
Filsuf Yunani, Aristoteles, berpendapat bahwa tujuan hidup adalah
kebahagiaan, dan kebahagiaan dicapai dengan menjalani hidup secara saleh/
bijak sesuai dengan alasan.
Filsuf Jerman, Immanuel Kant, berpendapat bahwa orang-orang beretika
ketika mereka tidak memanfaatkan orang lain demi kesejahteraannya, dan
ketika mereka tidak bertindak dengan cara yang munafik dalam menuntut
perilaku tinggi dari orang lain, sementara membuat pengecualian bagi diri
mereka sendiri.
Filsuf Inggris, John Stuart Mill, menyatakan bahwa tujuan hidup adalah
untuk memaksimalkan kebahagiaan dan/atau untuk mengurangi ketidak-
bahagiaan atau sakit, dan tujuan masyarakat adalah untuk memaksimalkan
manfaat sosial bersih bagi semua orang. Derajat kebahagiaan dapat dinilai
secara fisik dan psikologis.
Filsuf Amerika, John Rawls, berpendapat bahwa masyarakat harus diatur
sehingga ada distribusi yang adil atas hak dan manfaat, dan bahwa setiap
Ketimpangan harus menguntungkan semua orang.
b. Konsep dan Persyaratan Etika Bisnis
Secara khusus, ada dua perkembangan yang sangat berguna dalam
memahami etika bisnis, serta bagaimana bisnis dan profesi bisa mendapatkan
keuntungan dari penerapannya. Dua perkembangan itu adalah konsep
pemangku kepentingan dan suatu konsep dari kontrak sosial perusahaan.
Hal tersebut menjadi jelas bahwa kepentingan orang-orang ini dengan
pengaruh dalam bisnis atau dampaknya–yang dipengaruhi oleh atau dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi – harus dipertimbangkan dalam
perencanaan perusahaan dan pengambilan keputusan. Untuk kemudahan
referensi, orang-orang ini kemudian dikenal sebagai pemangku kepentingan
dan kepentingan mereka dikenal sebagai hak-hak pemangku kepentingan.
Keuntungan harus dihasilkan tetapi tidak merugikan masyarakat dan
sebaliknya dengan cara yang mendukung komunitas masyarakat. Hubungan
antara perusahaan dan masyarakat telah dikenal dalam suatu konsep sebagai
kontrak sosial perusahaan.
c. Pendekatan untuk Pengambilan keputusan etis
Perkembangan akuntabilitas terhadap pemangku kepentingan dalam versi
kontrak sosial perusahaan yang terbaru telah menjadikan eksekutif
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan mereka
mencerminkan nilai-nilai yang ditetapkan untuk perusahaan, dan tidak
meninggalkan pertimbangan hak-hak pemangku kepentingan mana pun yang
signifikan.
Etika prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh para filsuf memberikan
wawasan ke dalam dimensi kunci dari etika penalaran. Konsekuensialisme
mensyaratkan bahwa sebuah keputusan yang etis memiliki konsekuensi yang
baik; deontology menyatakan bahwa tindakan yang etis bergantung pada tugas,
hak, dan keadilan yang terlibat, serta etika kebajikan menganggap sebuah
tindakan tergolong tindakan yang etis jika menunjukkan kebajikan yang
diharapkan oleh para pemangku kepentingan dari para peserta.
Penggunaan analisis dampak pemangku kepentingan dalam manajemen
pengambil keputusan dan manajemen berbagai isu yang bertentangan akan
memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan posisi yang dapat
dipertahankan, dimana diperlukan untuk pengembangan dan pemeliharaan
dukungan para pemangku kepentingan untuk kegiatan-kegiatan perusahaan.
D. Etika Lingkungan untuk Akuntan – Akuntan Profesional
1. Peran dan Perilaku
Akuntan profesional berutang loyalitas utama mereka pada kepentingan
umum, tidak hanya untuk kepentingan finansial diri mereka sendiri, direktur
atau manajemen, perusahaan, atau para pemegang saham saat ini dengan
mengorbankan para pemegang saham di masa depan.
Kebutuhan perubahan tambahan pada peran dan perilaku Akuntan
profesional mendahului krisis yang baru-baru ini terjadi. Oleh karena kita
menyaksikan “perubahan arus” dalam akuntabilitas perusahaan dengan
memperluas dari hanya melampaui para pemegang saham ke pemangku
kepentingan, merupakan tanggung jawab akuntan untuk memahami evolusi ini
dan bagaimana evolusi tersebut dapat mempengaruhi fungsinya.
Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam etika lingkungan
untuk bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi
tentang bagaimana Akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka
sebagai karyawan perusahaan. Trade offs merupakan hal yang sulit. Di masa
mendatang, akan terdapat sedikit celah yang lepas dari pengawasan publik, dan
bahaya yang lebih besar dalam mengemukakan masalah dengan “mengedipkan
mata dan mengangguk”, atau dengan “menyapu mereka dibawah karpet”.
2. Tata Kelola
Globalisasi dan internasionalisasi berkembang dalam dunia usaha, pasar
modal, dan akuntabilitas perusahaan. Perusahaan dengan transaksi di seluruh
dunia sadar bahwa mereka semakin bertanggung jawab untuk setiap operasi
mereka dan mencari cara yang efektif untuk mengelola, memperhitungkan,
dan mengungkapkan kegiatan di seluruh dunia.
Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju harmonisasi secara global
sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang berlaku secara umum
(GAAP dan GAAS) untuk memberikan efisiensi analitis bagi penyedia modal
pasar-pasar dunia serta efisiensi komputasi dan audit di seluruh dunia.
Prinsip-prinsip yang melekat dalam kode internasional baru akan
menjadi dasar bagi perilaku dan pendidikan masa depan dari pada Akuntan
profesional. Area sulit dari perilaku profesional seperti identifikasi dan
pengelolaan konflik kepentingan, akan menerima sekumpulan pedoman yang
baru.
3. Layanan yang Ditawarkan
Dalam lingkungan global yang didefinisikan baru-baru ini, penawaran
layanan nonaudit kepada klien audit merupakan masalah yang bertentangan
bagi Arthur Andersen dalam kegagalan Enron, telah dibatasi sehingga harapan
konflik kepentingan yang lebih ketat dapat dipenuhi. Kemunculan dan
pertumbuhan perusahaan multidisiplin di akhir periode 1990-an yang
melibatkan para profesional, seperti pengacara dan insinyur untuk
menyediakan jaminan yang lebih luas dan layanan lain untuk klien audit
mereka, telah dibatasi oleh SEC yang telah direvisi dan standar-standar
lainnya, serta beberapa perusahaan audit utama telah menjual sebagian dari
unit konsultasi mereka.
E. Mengelola Risiko Etika dan Kesempatan/Peluang
Strategi dan mekanisme yang efektif untuk mempengaruhi pemangku
kepentingan dibahas dengan pandangan mengembangkan dan
mempertahankan dukungan mereka. Hubungan dibuat antara manajemen
risiko etika dan pengamatan tradisional lingkungan atau pengelolaan masalah,
dan juga untuk bidang hubungan bisnis-pemerintah. Keduanya bisa
mendapatkan keuntungan secara signifikan dari perspektif modern
akuntabilitas pemangku kepentingan yang meluas.
Bisnis dan akuntansi profesional apsti bergantung pada orang-baik pada
pemangku kepentingan eksternal, dan mungkin yang lebih penting, pada
pemangku kepentingan internal, seperti karyawan. Pentingnya dimensi etika di
tempat kerja ini membuat para pengamat ahli mempercayai sebagai cara
karyawan melihat perlakuan mereka sendiri terhadap perusahaan yang
menentukan apa yang karyawan pikirkan mengenai program etika
perusahaan mereka.
Sebagian besar perusahaan berhadapan dengan budaya yang berbeda-
beda dalam mempekerjakan dan manajemen personel (karyawan) walaupun
operasional mereka hanya di satu negara.
Bagian dari teka-teki etis untuk perusahaan modern adalah
menyelesaikan pemberian dan penerimaan hadiah, suap, dan memfasilitasi
pembayaran. Semua aspek ini menciptakan konflik kepentingan, tetapi
diharapkan dalam banyak kebudayaan.
CSR dan memaparkan kisah perusahaan melalui pelaporan CSR adalah
bagian penting dari perencanaan strategis dan pencapaian tujuan-tujuan
strategis. Pengembangan jenis kewarganegaraan perusahaan yang diinginkan
oleh para pemimpin dan pemangku kepentingan perusahaan adalah perlunya
sebuah perluasan terhadap nilai-nilai etika yang mendasar untuk etika budaya
organisasi.
Akhirnya, para pengusaha yang berpengalaman mengetahui bahwa
krisis tak terelakkan, serta pendekatan-pendekatan manajemen krisis telah
dikembangkan untuk memastikan bahwa perusahaan dan eksekutif tidak
mengalami kerusakan lebih buruk dari yang diinginkan pada prospek dan
reputasi mereka.

You might also like