You are on page 1of 6

ANASTESI LOKAL

No. Dokumen : PGS/SOP/UKP/RPG-


07
No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 14 Februari 2018
Halaman : 1/5

UPT
OMAN FIRMANSYAH
PUSKESMAS
DTP SAKETI
1. 1. Pengertian Sakit untuk sementara dalam tujuan pencabutan gigi atau tindakan medik
lain dengan cara mengaplikasikan bahan topical atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran.
Macam-macam anastesi lokal pada pencabutan gigi :
1. Anastesi topical adalah anastesi yang diaplikasikan pada
permukaan mukosa mulut dengan tujuan menghilangkan rasa sakit
di bagian permukaan mukosa mulut saja karena yang dikenai
hanya ujung – ujung serabut syaraf , biasanya untuk pencabutan
gigi susu atau pun gigi tetap dengan derajat goyang tinggi. Bahan
anastesi ini berupa salf atau spray.
2. Anastesi infiltrasi adalah anastesi yang bertujuan menimbulkan
efekan astesi ujung syaraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan
yang akan di anastesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di
kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah kecil di
kulit atau gusi.

Anastesi Blok/Block Anastesi adalah anastesi yang dilakukan dengan


teknik tertentu untuk efek anastesi yang lebih luas.
2. 2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan anastesi lokal sebelum
melakukan tindakan pencabutan gigi atau tindakan medik lain di
Lingkungan Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
3. 3. Kebijakan a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang “Kesehatan”
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495).
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang “Praktik Kedokteran”
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).
c. Permenkes Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang “Izin Praktik
dan Pelaksaan Praktik Kedokteran” (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671).
d. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 23/ KKI/ KEP/ XI/
2006 tentang “Standar Kompetensi Dokter”.
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang “Tenaga Kesehatan”
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607).
f. Surat Keputusan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia
Nomor SKEP/430//PB PDGI/XI/2013 tentang “Panduan Praktik Klinis
Kedokteran Gigi Di Pelayanan Primer” tanggal 2 Januari 2014.
g. Kemenkes Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/62/2015
tentang “Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi”.
h. SK Kepala Puskesmas Kelurahan Pegangsaan Nomor 77 Tahun
2018 Tentang “Pelayanan Klinis”.
4. 4. Referensi 1. Kemenkes No HK.02.02/MENKES/62/2015 Tentang “Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Gigi”.
2. Buku kuliah bedah mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
3. Luke Cascarini, Clare Schiling, Ben Gurney, Peter Brennan – Buku
Saku Bedah Mulut dan Maksilofasial, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Prosedur / 1. Persiapan Alat & Bahan :
Langkah -
Langkah a. Unit gigi.
b. Kaca mulut.
c. Sonde.
d. Pinset.
e. Jarum spuit.
f. Jarum scandones.
g. Citoject.
h. Pehacaine.
i. Xylocaine.
j. Procaine ( anastesi topical )
k. Kapas steril.
l. Kain kassa.
m. Antiseptik.
2. Anastesi topikal :
a. Petugas menganamnese pasien lengkap tentang kondisi gigi
yang dirasakan, kondisi sistemik dan alergi.
b. Petugas menginstruksikan pasien duduk dengan posisi yang
sesuai dan nyaman.
c. Petugas melakukan diagnosa.
d. Petugas menentukan area yang akan dianastesi lalu keringkan
dengan kapas steril.
e. Petugas mengoleskan bahan anastesi topical dengan
menggunakan kapas steril.
3. Anastesi infiltrasi :
a. Petugas menganamnese pasien lengkap tentang kondisi gigi
yang dirasakan, kondisi sistemik dan alergi serta kadar gula
darah yang aman untuk tindakan.
b. Petugas memeriksa tensi darah pasien apakah normal sesuai
kondisi pasien ataupun umurnya serta apakah pasien cukup
tidur tadi malam ( 8jam ) dan sudah sarapan pagi yang cukup.
c. Bila tidak normal maka petugas melakukan rujukan lebih
dahulu kedokter umum.
d. Bila kondisi pasien normal dan siap untuk tindakan maka
petugas melakukan anastesi setelah pasien menandatangani
informed consent tindakan medik.
e. Petugas mengintruksikan pasien duduk dengan posisi yang
sesuai dan nyaman.
f. Petugas melakukan diagnosa.
g. Petugas menentukan area yang akan dianastesi lalu keringkan
dengan kapas steril dan oleskan antiseptic.
h. Petugas menginjeksikan 1-2 mm bahan anastesi infiltrasi
dengan menggunakan citoject/jarum spuit disposable
sebanyak 1-1,5 cc pada area ujung akar untuk pencabutan
gigi atau area yang dibutuhkan mati rasa dalam tindakan
medik yang lain.
i. Petugas berhati-hati terhadap pendarahan serta titik foramen
tertentu yang merupakan tempat bermuaranya serabut syaraf.
4. Anastesi Blok :
a. Petugas menganamnese pasien lengkap tentang kondisi gigi
yang dirasakan, kondisi sistemik dan alergi serta kadar gula
darah yang aman untuk tindakan.
b. Petugas memeriksa tensi darah pasien apakah normal sesuai
kondisi pasien ataupun umurnya serta apakah pasien cukup
tidur tadi malam ( 8 jam ) dan sudah sarapan pagi yang cukup.
c. Bila tidak normal maka petugas melakukan rujukan lebih
dahulu kedokter umum.
d. Bila kondisi pasien normal dan siap untuk tindakan maka
petugas melakukan anastesi setelah meminta pasien
menandatangani inform concent tindakan medik.
e. Petugas menginstruksikan pasien duduk dengan posisi semi
supine atau setengah telentang.
f. Petugas melakukan diagnosa.
g. Petugas menentukan area yang akan dianastesi lalu keringkan
dengan kapas steril dan oleskan antiseptik
h. Petugas menginstruksikan pasien untuk membuka mulut
selebar mungkin agar mendapatkan akses yang jelas kemulut
pasien. Posisi diatur sedemikian rupa agar ketika membuka
mulut, oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan lantai.
i. Posisi petugas sebagai operator berada pada arah jam 8 dan
menghadap pasien untuk rahang kanan mandibula,
sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi operator berada
pada arah jam 10 dan menghadap kepasien.
j. Petugas mengaplikasikan antiseptik di daerah trigonom
retromolar.
k. Petugas meletakan jari telunjuk di belakang gigi terakhir
mandibula, geser ke lateral dan palpasi linea oblique eksterna
pada ramus mandibula, kemudian telunjuk digeser ke median
untuk mencari linea oblique interna.
l. Ujung lengkung kuku petugas berada di linea oblique interna
dan permukaan samping jari berada di bidang oklusal gigi
rahang bawah.
m. Petugas menginsersikan jarum dipertengahan lengkung kuku
dari sisi rahang yang tidak dianastesi tepatnya dari regio
premolar dan jarum dengan bevel mengarah ketulang sampai
jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir
tegak lurus dengan tulang.
n. Petugas menggeser spuit kesisi yang akan dianastesi, sejajar
dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm,
lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anastetikum sebanyak
0,5 ml – 2 ml.
6. Bagan Alir -
7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Tim Mutu Akreditasi.

9. Dokumen 1. Rekam Medik.


Terkait
2. Inform Concent.
3. Buku Register Pasien.
10. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis
perubahan diberlakukan
1

You might also like