You are on page 1of 18

TIJAUAN PUSTAKA

CHRONIK KIDNEYS DISEASE


(CKD)

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal
yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup
lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung
dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
B. Etiologi
1. Gout menyebabkan nefropati gout.
2. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal
glomerular.
5. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal
glomerular.
6. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga
mengarah ke penyakit ginjal genetik).
C. Patofisiologi
Penurunan fungsi nefron

Mekanisme kompensasi dan adaptasi asimptomatik

BUN dan creatinin meningkat

Penumpukan toksin uranik

Gangguan gagal ginjal kronik simptomatik

Hematologis Neurologis
Gastrointestinal
Endokrin
Sistem syaraf pusat
Kardiovaskuler

Glomerulo Obstruksi Neprotik Nepritis Nepritis


Nepritis Kronik dan Infeksi Diabetik Hypertensi Lupus

Penurunan Iskemi dan Angiopati Vaskularisasi Kerusakan


fungsi infeksi sehingga jar. Ginjal < jaringan
glomerulus nefron Jaringan dan Nefron
nefron ginjal < O² ginjal
ginjal dan nutrisi

Gagal Ginjal Kronik

Pencernaan Kulit Hematologi Syaraf dan Otot Kardiovaskular Endokrin

Ggn.Meta >Urokrom Anaemia Restless Leg Hipertensi Ggn.Seksual


b.protein Gatal Ggn Fungsi sindrom. Odema Ggn.Tolerasi
Ureum > ekskariosis dan Burning Feet glukosa
daripada Urea Frost Trombositopeni sindrom. Ggn.Metab.
air liur Ggn Fungsi Ensepalopati lemak
Cegukan leukosit metab. Ggn.Metab
Gastritis Miopati Vit. D
> Renin
Angiotensi-
Pucat. Aldosteron
Kuning, Eritropoitin < Perubahan Arterisklerosis
Anorek Pada Laki
Defisiensi besi proses pikir dini
sia Gatal produksi
Hemolisis Ggn Elektrolit
Mual testosteron
Kelemahan otot dan
Muntah dan
Bau kohesifikasi spermatogenes
Mulut Gangguan. metastatik is kurang.
Stomati Interigas Pada Wanita
tis kulit Resiko cedera Penurunan Curah Gangguan
Gangguan
Parotiti
pemenuhan (Profil darah Jantung Menst.,ovulas
nutrisi
s kurang abnormal) i aminorhe
dari
kebutuhan
tubuh

D. Gejala dan Tanda


1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit,
trombositopenia, gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum,
hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet
syndrome, restless leg syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi,
echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan
irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme
lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi
menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.
 Klasifikasi/Derajat GGK :

No Tahapan GG LFG (ml/m) Manifestasi


1 Fungsi ginjal 80-50 Tidak ada
berkurang
2 Ringan 50-30 HT, Hiperparatiroidisme
sekunder
3 Sedang 10-29 HT, Hipertiroidisme
sekunder dan anemia
4 Berat <10 s.d.a + retensi air dan
garam, mual muntah,
nafsu makan hilang dan
penurunan fungsi mental
5 Terminal (Tahap <5 s.d.a dengan edema paru,
akhir) koma, kejang, asidosis
metabolik, hiperkalemi

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai
derajat dari komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar
ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab
itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem
pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal
pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan
Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi
sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri,
lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ),
serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari
kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari
osteodistrofi (terutama untuk falanks jari),
kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung;
yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai
obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel
kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan
elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsi ginjal :
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap
menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal
Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh
adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit
yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat
perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan
saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari
Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens
Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal
lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia: terjadi karena
berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme
tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah
protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap
pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon
somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang
menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
F. Penatalaksanaan
1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam.
3. Diet tinggi kalori rendah protein.
4. Kendalikan hipertensi.
5. Jaga keseimbangan eletrolit.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9. Persiapkan program hemodialisis.
10. Transplantasi ginjal.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia
lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada
semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
b) Keluhan Utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah,
tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum),
gatal pada kulit.
c) Riwayat Penyakit
1) Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka
bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
2) Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung,
hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
3) Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes
Mellitus (DM).
d) Tanda Vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan
lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul),
dyspnea.
e) Body Systems:
a. Pernafasan (B.1 : Breathing)
Gejala:Nafas pendek, dispnoe nokturnal,
paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum,
kental dan banyak,
Tanda:Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi,
Batuk produktif dengan/tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B.2 : Bleeding)
Gejala:Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak
nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda: Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan
umum, piting pada kaki, telapak tangan,
Disritmia jantung, nadi lemah halus,
hipotensi ortostatik, friction rub
perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning. kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B.3 : Brain)
Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi,
somnolent sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna
urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala:Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut) abdomen kembung,
diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah,
coklat, berawan) oliguria atau anuria.
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B.5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor ure,
micum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare
e. Tulang-Otot-Integumen (B.6 : Bone)
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot,
nyeri kaki, (memburuk saat malam hari),
kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda: Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie,
area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang,
defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan
lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
f) Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena
kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal
kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang
lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang
benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual,
muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake
minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan klien.
Gejala: Peningkatan berat badan cepat (oedema)
penurunan berat badan (malnutrisi)
anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau
mulut (amonia) Penggunaan diuretik.
Tanda: Gangguan status mental, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut
tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna
urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut) abdomen kembung,
diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah,
coklat, berawan) oliguria atau anuria.
d. Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan
tidur.
e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami
kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala:Kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise.
Tanda:Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
f. Pola hubungan dan peran.
Gejala: kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran).
g. Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung
mengalami neuropati/mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu
melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien
mengalami disorientasi/ tidak.
h. Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah
di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan
potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi,
serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme.
Gejala: Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak
ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung
dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif/adaptif.
Gejala:Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan,
Tanda:Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat
menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun
mempengaruhi pola ibadah klien.
l. Pemeriksaan fisik :
 Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut
bau khas ureum.
 Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
 Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
 Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas
otot.
 Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit
menurun.
H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung
berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi
jaringan lunak.

2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal)


berhubungan dengan penekanan, produksi/sekresi
eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah
gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan
vaskuler.

3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi
(anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas,
akumulasi areum dalam kulit.

4. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi


eritropeitin.

5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik/pembatasan diet, anemia.

6. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada


kepala.

I. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung
berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan
lunak.

Rencana:
a. Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya
edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan
dispnoe.
R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan
dispnea manunjukan adanya renal failure.
b. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada
perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi.
R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari
gangguan renin angiotensin dan aldosteron. Tetapi
ortostatik hipotensi juga dapat terjadi akibat dari
defisit intravaskular fluid.
c. Kaji adanya keluhan nyeri dada, lokasi dan skala
keparahan.
R/ Hipertensi dan Chronic renal failure dapat
menyebabkan terjadinya myocardial infarct.
d. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.
R/ Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak
lancarnya sirkulasi darah.
e. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum
kreatinin, Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Siapkan Dialisis
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal)
berhubungan dengan penekanan, produksi/sekresi
eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan
faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.

Rencana:
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan,
takikardia, mukosa/kulit pucat, dispnoe, nyeri dada.
R/ Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk
mempertahankan oksigensi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
R/ Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral,
perubahan prilaku mental dan orientasi.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas.
R/ Anemia menurunkan oksigenasi jaringan,
meningkatkan kelelahan, memerlukan perubahan
aktivitas (istirahat).
d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat
penusukan, atau pada area mukosa.
R/ Mengalami kerapuhan kapiler.
e. Awasi haematemesis atau sekresi GI/darah feses.
R/Stress dan abnormalitas hemostatisk dapat
mengakibatkan perdarahan GI track.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan
jarum kecil pada saat penyuntikan, lakukan penekanan
lebih lama setelah penyuntikan.
R/ Menurunkan resiko perdarahan/pembentukan hematoma.
Kolaborasi :
g. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit,
Faktor Pembekuan dan Protrombin.
R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan
produksi Sel Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik,
Hb, hematokrit biasanya rendah.
h. Pemberian transfusi.
R./ Mengatasi anemia simtomatik.
i. Pemberian obat – obatan :
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
R/ Memperbaiki gejala anemi.
Cimetidin (Actal).
R/ Profilaksis menetralkan asam lambung.
Hemostatik (Amicar).
R/ Menghambat perdarahan.
Pelunak feses.
R/ Mengurangi perdarahan mukosa.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia,
iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer),
penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi
areum pada kulit.

Rencana :
a. Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor,
perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat
menimbulkan dekubitus.
b. Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya
excoriasi.
R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah
rusak dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.
c. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran
mukosa.
R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi
integritas jaringan pada tingkat seluler.
d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada
tonjolan tulang , pelindung siku dan tumit..
R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang
edema, daerah yang perfusinya kurang baik untuk
mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.
e. Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.
R/ Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi
iritasi yang mengarah terjadinya dikubitus.
f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang
tipis dan kering yang menyerap keringat dan bebas
keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.
R/ Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko
cedera.
h. Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur
angin.
R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan
yang dapat membatasi ferfusi seluler, sehingga dapat
mengurangi iskemik jaringan.
4. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi
eritropeitin.

Rencana :
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
R/ kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan
merangsang ujung saraf.
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan mempertahankan
suhu ruangan yang sejuk dengan kelembaban yang rendah,
hindari pakaian yang terlalu tebal.
R/penghangatan yang berlebihan meningkatkan sensitivitas
melalui vaso dilatasi.
c. Anjurkan tidak menggaruk.
R/ Garukan merangsang pelepasan histamin.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan
terhadap tindakan selanjutnya.
e. Kolaborasi dalam:
Pemberian transfuse dan Pemeriksaan Hb.
5. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada
kepala.

Rencana :
a. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur
pasien.
R/ Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat
b. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
R/ Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola
tidur pasien.
c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang
lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana
ramai.
R/ Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang
lain dialami dan dirasakan pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan
teknik relaksasi.
R/ Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh
dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
R/ Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Rencana Asuhan dan Dokumentasi


Keperawatan Edisi 6; EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2003) Nursing Care Plans. F.A Davis


Company. Philadelphia. USA.

Haznam M. W. (1999). Kompendium Diagnostik & Terapi Ilmu


Penyakit Dalam Edisi II. Bandung.

Junadi, Purnawan. (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Media


Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.

Suparman. (1999). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta.

You might also like