You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Peserta didik merupakan pribadi yang sedang berkembang

menuju ke masa kedewasaannya. Dan dalam proses perkembangan itu

di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun

eksternal. Pada proses perkembangan, peserta didik melewati fase-fase

perkembangan yang ditandai dengan adanya berbagai perubahan

menuju ke arah kematangan dalam berbagai aspek. Untuk melewati

fase-fase tersebut, terkadang mereka harus melewati tantangan dan

masa-masa sulit dalam rangka mempersiapkan diri menuju ke masa

kedewasaan. Oleh karena itu diperlukan arahan atau bimbingan oleh

orang dewasa guna mencapai masa kedewasaan yang ideal. Salah

satunya adalah melalui layanan bimbingan pendidikan di sekolah.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada

individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu

untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian

tentang bimbingan formal telah diusahakan orang sejak abad

ke-20, yang di prakarsai oleh Frank Parson (1908). Sej ak saat

itu muncul rumusan tentang bimbingan sesuai dengan

perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan

yang khas yang ditekuni oleh para peminat ahlinya. Maka untuk

memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan

beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai

berikut:

1
a. Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk

dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan

dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya

(Frank Parson,1951).

b. Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa

aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk

memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam

jabatan. Pengertian inimasih sangat spesifik yang berorientasi

karir.

c. Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali

berbagai informasi tentang dirinya sendiri (Chiskolm, 1959). Dalam hal

ini menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.

d. Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan

realisasi pribadi setiap individu (Bernad dan Fullmer, 1969. Dapat

juga di pahami bahwa bimbingan membantu individu untuk

mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.

e. Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang

menekankan proses belajar yang sistematik (Mathewson,1969).

Dapat juga di katakan bahwa bimbingan sebagai bentuk pendidikan

dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui

proses belajar.

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para

ahli maka dapat disimpulkan tentang pengertian bimbingan yang lebih

luas, bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada

individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh

seorang ahli maka yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,

2
dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya

serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara

optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana istilah bimbingan, istilah konseling juga mengalami

perkembangan dan perubahan. Menurut para ahli konseling adalah :

a. Jones, 1951

 Konseling terdiri atas pengungkapan atau data tentang siswa

serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi masalah-

masalah yang dihadapinya.

 Batuan itu diberikan secara langsung kepaa siswa

 Tujuan konseling adalah agar siswa dapat mengalami

perkembangan yang semakin maju dan baik

b. Pepinsky dalam sherter dan stone 1974

 Konseling merupakan proses interaksi antara dua individu

masing-masing disebut konselor dank lien.

 Dilakuakan dalam suasana professional

 Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk

memudahkan perubahan tingkah laku klien

Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan

sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat

perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,

pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat

individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut

merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi

antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan

3
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung

jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun

interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan

individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam kajian Bimbingan dan Konseling kita mempelajari banyak

hal yang berhubungan dengan bimbingan dari konselor kepada klien

untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien. Terlebih

lagi mengenai jenis-jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang

terbagi menjadi beberapa layanan ini memiliki fungsi dan kegiatan yang

berbeda-beda. Layanan-layanan bimbingan dan konseling ini bertujuan

untuk membantu para klien yang mengalami masalah agar dapat

mengambil keputusan secara tepat dan akurat dengan bantuan

konselor. Selain itu, akan dibahas pula mengenai pengertian masing-

masing layanan tersebut sehingga akan jelas tindakan klien jika mereka

mempunyai masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Sehingga

peran konselor sangat penting untuk membantu kliennya.

Disamping itu terdapat pula azas bimbingan dan konseling.

Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan

dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan

pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan

pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil

layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Berikut ini penjelasan layanan belajar dan konseling

A. Layanan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan

bimbingan yang penting diselenggarakan disekolah. Pengalaman

menunjukkah bahwa kegagalan – kegagalan yang dialami siswa

dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau

5
rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan

mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai1.

Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) untuk

mengebangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,

materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta

berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.2 Sehingga

pembelajaran merupakan proses untuk membawa siswa aktif dalam

kegiatan belajar, merangsang siswa untuk menggali, menemukan

dan menguasai materi pelajaran yang berguna dalam kehidupan dan

perkembangan optimal dirinya.

Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-

tahap: (a) pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar (b)

pengungkapan sebab sebab timbulnya masalah belajar (c) pemberian

bantuan pengentasan masalah belajar.

1. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar

Disekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara

gemilang dalam belajar sering kali dijumpai adanya siswa yang

gagal, secara umum yang seperti itu dapat dipandang sebagai

siswa yang mengalami masalah belajar. Masalah belajar

mempunyai bentuk yang banyak ragamnya yang pada umumnya

dapat digolongkan atas :

a. Keterlambatan akademik

b. Ketercepatan dalam belajar

c. Sangat lambat dalam belajar

1
Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm. 279
2
A. Hallen, Bimbingan dan Konseling, 2002, hlm. 84

6
d. Kurang motivasi dalam belajar

e. Bersikap dan berkebiasaan burukdalam belajar

2. Pengungkapan sebab sebab timbulnya masalah belajar.

Sebab-sebab timbulnya kesulitan belajar berasal dari faktor

internal dan eksternal. Faktor internal antara lain:3

1) Kelemahan mental peserta didik, misalnya bakat dan

kecerdasan.

2) Mengalami gangguan emosi.

3) Memiliki sikap dan kebiasaan yang salah.

4) Belum memiliki kemampuan dan ketrampilan dasar dalam

proses belajar.

5) Kelemahan fisik peserta didik, termasuk dalam panca indera.

Faktor eksternal meliputi:

1) Situasi belajar yang kurang bersemangat.

2) Metode mengajar yang kurang bervariasi.

3) Sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai.

4) Materi pembelajaran yang terlalu berat.

5) Interaksi antara pendidik dan peserta didik yang kurang

harmonis.

6) Interaksi antar peserta didik yang kurang mendukung.

7) Kondisi lingkungan sosial termasuk keluarga yang tidak

kondusif.

3. Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar

3
S. Rahman. Hibana, Bimbingan dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 54-55

7
B. Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan merupakan bentuk layanan

bimbingan dan konseling khusus antara peserta didik (klien) dengan

konselor dan mendapat layanan langsung tatap muka (secara

perorangan) dalam rangka pembahasan dan pengentasan

permasalahan pribadi yang diderita peserta didik (klien).

Konseling perorangan merupakan bentuk ayanan yang paling

utama dalam peaksanaan fungsi pengentasan masalah klien.

Dengan demikian konseling perorangan merupakan “jantung hati”.

Implikasi lain pengertian “jantung hati” adalah apabila seorang

konselor telah menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana

pelayanan konseling itu (memahami, menghayati dan menerapkan

wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dengan berbagai teknik dan

teknologinya), maka diharapkan ia dapat menyelenggarakan

layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa mengalami banyak

kesulitan.4

Langkah konselor untuk dapat menguasai “jantung hati”

bimbingan yaitu perlu mempelajari dan menerapkan berbagai teknik

konseling yang didukung dengan pengalaman yang luas dalam

pelayanan konseling. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:5

1. Layanan konseling diselenggarakan secara resmi. Artinya

teratur, terarah dan terkontrol serta tidak diselenggarakan

secara acak atau seadanya saja. Hal pokok dalam pelaksanaan

konseling antara lain:

a. Karahasiaan.

4
Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm.289
5
S. Rahman. Hibana, Bimbingan dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 58-64

8
b. Keterbukaan.

c. Tanggung jawab pribadi.

2. Mengatasi masalah melalui konseling. Melalui proses konseling,

klien berharap masalah yang dihadapi dapat terselesaikan.

Langkah-angkah umum dalam upaya pengentasan masalah

melalui konseling antara lain:

a. Memahami masalah yang dialami klien.

b. Menganalisis sebab timbulnya masalah klien.

c. Menggunakan metode khusus dengan menciptakan suasana

yang penuh kekeluargaan.

d. Melakukan evaluasi kepada klien dengan meminta kesan-

kesan dan perasaannya terhadap prses konseling yang telah

dijalani.

e. Mengadakan tindak lanjut yang berupa penyelenggaraan

kegiatan yang mendukung.

3. Tahap-tahap mengatasi masalah melalui konseling, yaitu:

a. Klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah.

b. Klien menyadari dirinya tidak mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri sehingga ia memerlukan bantuan orang

lain.

c. Klien mau mencari orang yang mau, mampu dan

bertanggung jawab dalam membantu memecahkan masalah

yang dialami.

d. Klien dituntut untuk berperan aktif dalam proses konseling.

e. Klien benar-benar menerapkan hasil konseling dalam

kehidupan sehari-hari.

9
4. Menerapkan dan teori konseling, antara lain:

a. Konseling direktif adalah konseling yang dilakukan dengan

berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung.

b. Konseling non direktif adaah upaya pemecahan masalah

dengan memberi kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan masalahnya secara bebas.

Materi yang dapat diangkat melalui layanan konseling

perorangan ini ada berbagai macam, yang pada dasarnya tidak

terbatas. Layanan ini dlilaksanakan untuk seluruh masalah peserta

didik secara perrangan (dalam berbagai bidang bimbingan, yaitu

bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier).6

C. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh

kesempatan untuk pembahasan pengentasan permasalahan yang

dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dihadapi itu

adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota

kelompok.7 Keuntungan layanan konseling kelompok adalah efisiensi

waktu, tenaga, biaya dan pikiran serta lebih intensif dan dinamis

dalam interaksi selama layanan berlangsung. Manfaat lain adalah

dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan

sosial pada umumnya, meningkatkan kemampuan pengendalian

diri, tenggang rasa atau tepo seliro. Dengan demikian, proses

6
Ibid, hlm. 85
7
A. Halen, Bimbingan dan Konseling, 2002, hlm. 88

10
pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok

mendapatkan dimensi yang lebih luas.

Layanan konseling kelompok tidak hanya diberikan kepada

sekedar sejumlah orang, melainkan kelompok atau kumpulan orang

tersebut perlu memenuhi kriteria-kriteria sehingga bisa dikatakan

sebagai suatu kelompok. Kriteria tersebut adalah:8

1. Mempunyai tujuan yang sama.

2. Keanggotaan tidak harus secara resmi, melainkan memiliki rasa

kebersamaan yang diikat dengan tujuan yang sama tersebut.

3. Mempunyai pemimpin kelompok yang bertugas mempersatukan

seluruh anggota.

4. Memiliki aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis.

Bimbingan dan konseling kelompok ini bertujuan untuk

memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada sekelompok

individu yang homogen. Masalah-masalah yang dibahas merupakan

masalah perorangan yang muncul didalam kelompok itu, meliputi

berbagai masalah (pribadi, sosial, belajar dan karier). Seperti dalam

konseling perorangan, setiap anggota kelompok menampilkan

masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani

melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok,

masalah demi masalah satu persatu, sehingga semua masalah

terbicarakan.

8
S. Rahman. Hibana, Bimbingan dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 64-66

11
D. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang

diberikan dalam suasana kelompok peserta didik yang bersama-

sama melalui dinamika kelompok untuk memperoleh berbagai

bahan dari nara sumber tertentu (Guru Pembimbing). Layanan

bimbingan kelompok ini juga bersama-sama membahas pokok

bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang

pemahaman dan perkembangan diri baik sebagai individu maupun

sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan

keputusan atau tindakan tertentu.

Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat homogenitas.

Hal-hal yang menunjukkan adanya hmogenitas dalam kelmpok,

antara lain:9

1. beranggtakan kelompok yang homogen, yaitu siswa-siswi stu

kelas atau satu tingkat keas yang cama.

2. masalah yang dialami semua anggota kelompok adalah sama.

3. tindak lanjut dari diterimanya infrmasiitu jugasam, yaitu untuk

menyusun rencana dan membuat keputusan.

4. kegiatan yang dilakukan leh para anggota dalamprses

pemberian informasi secara reatif sama (seperti mendengarkan,

mencatat, bertanya).

Melalui layanan bimbingan kelompok yang melahirkan

dinamika kelompok, dapat membahas berbagai materi dalam

kehidupan sehari-hari. Materi-materi tersebut meliputi:10

9
Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm. 310
10
A. Hallen, Bimbingan dan Konseling, 2002, hlm. 87-88

12
1. Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagamaan dan

hidup sehat.

2. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain

sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan

upaya serta permasalahannya)

3. Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa

yang terjadi di masyarakat serta pengendaliannya.

4. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif.

5. Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan

keputusan dan berbagai konsekuensinya.

6. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil

belajar, timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara

penanggulangannya.

7. Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.

8. Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan

karier serta perencanaan masa depan.

9. Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jabatan

atau program studi lanjutan dan pendidikan lanjutan.

E. Layanan orientasi

Merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik memahami

lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek

yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar

berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-

kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap

awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik

dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

13
secara tepat dan memadai, yang cerfungsi untuk pencegahan dan

pemahaman

F. Layanan Informasi

Adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan

memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan,

karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah

membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara

tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun

karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai.

Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

G. Layanan Konten

Merupakan layanan yang memungkinan peserta didik

mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam

penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan

kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar

lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan

sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran

berfungsi untuk pengembangan.

H. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Adalah layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh

penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,

jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra

kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan

segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan

Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.

14
I. Konsultasi

yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain

dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu

dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta

didik.

J. Mediasi

yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan

permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

K. Penunjang Pemberian Layanan

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan

seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai

kegiatan pendukung, mencakup :

1. Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk

mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik,

tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang

dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik

tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta

didik dengan segala karakteristiknya dan memahami

karakteristik lingkungan.

2. Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun

seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan

pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan

secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan

sifatnya tertutup.

15
3. Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas

permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang

dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,

kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan

klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan

tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh

keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait

dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka

pengentasan permasalahan klien.

4. Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh

data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi

terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan

rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan,

dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun

komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan

permasalahan klien.

5. Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk

memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas

permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan

penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti

kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli

lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh

penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan

yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.

16
Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling

hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling.

Asas-asas ini dapat diterapkan sebagai berikut:

1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut

dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien)

yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang

tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru

pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga

semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar

terjamin,

2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan

dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani

layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing

(konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan

kesukarelaan seperti itu.

3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik

(klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka

dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang

dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan

materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru

pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan

peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru

pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak

berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas

kerahasiaan dan dan kekarelaan.

17
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik

(klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di

dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing

(konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk

dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan

kepadanya.

5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan

umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai

sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan

menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal

diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,

mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing

(konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan

bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta

didik.

6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran

layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang

dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa

lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki

keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien)

pada saat sekarang.

7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan

terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu

bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta

berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangannya dari waktu ke waktu.

18
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan

oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,

harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan

koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan

dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-

baiknya.

9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada

norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat,

ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.

Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan

bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan

peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan

mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan

kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar

kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan

dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga

yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.

Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik

dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan

dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan

konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-

pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan

19
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta

didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang

lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan

kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula,

sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan

kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam

lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar

pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat

menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),

mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan

dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta

didik (klien) untuk maju.

Dari pemahaman-pemahaman yang telah kita ketahui ternyata

ada salah tokoh (Prayitno, 2003) menyatakan bahwa ada beberapa

kekeliruan pemahaman tentang Bimbingan dan konseling.

Perjalanan bimbingan dan konseling menuju sebuah profesi yang

handal hingga saat ini tampaknya masih harus dilalui secara tertatih-

tatih. Dalam hal ini, Priyatno telah mengidentifikasi 15 kekeliruan

pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam

tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu

terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi. Kekeliruan

pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang berada

di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di

20
kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan

konseling. Kelimabelas kekeliruan pemahaman itu adalah11:

1. Bimbingan dan Konseling disamakan atau dipisahkan sama sekali

dari pendidikan.

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa bimbingan dan

konseling adalah identik dengan pendidikan sehingga sekolah tidak

perlu lagi bersusah payah menyelenggarakan pelayanan bimbingan

dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikan itu

sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan

nyata dari pendidikan. Mereka sama sekali tidak melihat arti penting

bimbingan dan konseling di sekolah. Sementara ada juga yang

berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar

terpisah dari pendidikan dan pelayanan bimbingan dan konseling

harus secara nyata dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.

Walaupun guru dalam melaksanakan pembelajaran siswa

dituntut untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan interpersonal

dengan para siswanya, namun kenyataan menunjukkan bahwa

masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang tidak

bisa dan tidak mungkin dapat dilayani sepenuhnya oleh guru di

sekolah melalui pelayanan pengajaran semata, seperti dalam hal

pelayanan dasar (kurikulum bimbingan dan konseling), perencanaan

individual, pelayanan responsif, dan beberapa kegiatan khas

Bimbingan dan Konseling lainnya.

11
Prayitno, 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta

21
Begitu pula, Bimbingan dan Konseling bukanlah pelayanan

eksklusif yang harus terpisah dari pendidikan. Pelayanan bimbingan

dan konseling pada dasarnya memiliki derajat dan tujuan yang sama

dengan pelayanan pendidikan lainnya, yaitu mengantarkan para

siswa untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal.

Perbedaan terletak dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimana

masing-masing memiliki karakteristik tugas dan fungsi yang khas

dan berbeda.

2. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan

dokter dan psikiater.

Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara

pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan

psikiater, yaitu sama-sama menginginkan konseli/pasien terbebas

dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah

teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik

dalam mengungkap masalah konseli/pasien, mendiagnosis,

melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.

Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dan konseling tidaklah

persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter dan

psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan konselor bekerja

dengan orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami

masalah. Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater

bersifat reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya,

sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara

pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan

orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi perilaku,

22
pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan dengan teknik-

teknik khas bimbingan dan konseling.

3. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-

masalah yang bersifat insidental.

Memang tidak dipungkiri pekerjaan bimbingan dan konseling

salah satunya bertitik tolak dari masalah yang dirasakan siswa,

khususnya dalam rangka pelayanan responsif, tetapi hal ini bukan

berarti bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan

hanya bersifat reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat

itu.

Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan

program yang sistematis dan terencana, yang di dalamnya

mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling yang

bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan

pencegahan, pengembangan maupun penyembuhan (pengentasan)

4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.

Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi

siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu

saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh

siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan

mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai

bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang tersedia.

5. Bimbingan dan Konseling melayani “orang sakit” dan/atau

“kurang/tidak normal”.

Sasaran Bimbingan dan Konseling adalah hanya orang-orang

normal yang mengalami masalah. Melalui bantuan psikologis yang

23
diberikan konselor diharapkan orang tersebut dapat terbebaskan

dari masalah yang menghinggapinya. Jika seseorang mengalami

keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang psikiater atau

dokter untuk penyembuhannya. Masalahnya, tidak sedikit petugas

bimbingan dan konseling yang tergesa-gesa dan kurang hati-hati

dalam mengambil kesimpulan untuk menyatakan seseorang tidak

normal. Pelayanan bantuan pun langsung dihentikan dan

dialihtangankan (referal).

6. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berpusat pada keluhan pertama

(gejala) saja.

Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali

dari gejala yang ditemukan atau keluhan awal disampaikan konseli.

Namun seringkali justru konselor mengejar dan mendalami gejala

yang ada bukan inti masalah dari gejala yang muncul. Misalkan,

menemukan siswa dengan gejala sering tidak masuk kelas,

pelayanan dan pembicaraan bimbingan dan konseling malah

berkutat pada persoalan tidak masuk kelas, bukan menggali sesuatu

yang lebih dalam dibalik tidak masuk kelasnya.

7. Bimbingan dan Konseling menangani masalah yang ringan.

Ukuran berat-ringannya suatu masalah memang menjadi

relatif, seringkali masalah seseorang dianggap sepele, namun setelah

diselami lebih dalam ternyata masalah itu sangat kompleks dan

berat. Begitu pula sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun

setelah dipelajari lebih jauh ternyata hanya masalah ringan saja.

Terlepas berat-ringannya yang paling penting bagi konselor adalah

berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas. Jika

24
segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga

menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya

mengalihtangankan masalah (referal) kepada pihak yang lebih

kompeten

8. Petugas Bimbingan dan Konseling di sekolah diperankan sebagai

“polisi sekolah”.

Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling

adalah “polisi sekolah” yang harus menjaga dan mempertahankan

tata tertib, disiplin dan keamanan di sekolah. Tidak jarang konselor

diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian, bahkan

diberi wewenang bagi siswa yang bersalah.

Dengan kekuatan inti bimbingan dan konseling pada

pendekatan interpersonal, konselor justru harus bertindak dan

berperan sebagai sahabat kepercayaan siswa, tempat mencurahkan

kepentingan apa-apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa. Konselor

adalah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi,

pembangun kekuatan, dan pembina perilaku-perilaku positif yang

dikehendaki sehingga siapa pun yang berhubungan dengan

bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi

harapan.

9. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai proses

pemberian nasihat.

Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa

pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanyalah merupakan

sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh

25
kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara

optimal.

10. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerja sama

dengan ahli atau petugas lain

Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang

terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya,

sosial, dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan

konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama

dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu

penanggulangan masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Di

sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak

berdiri sendiri. Masalah itu sering kali saling terkait dengan orang

tua, siswa, guru, dan piha-pihak lain; terkait pula dengan berbagai

unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Oleh

sebab itu penanggulangannya tidak dapat dilakukan sendiri oleh

guru pembimbing saja. Dalam hal ini peranan guru mata pelajaran,

orang tua, dan pihak-pihak lain sering kali sangat menentukan.

Guru pembimbing harus pandai menjalin hubungan kerja sama

yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya siswa

yang mengalami masalah itu. Di samping itu guru pembimbing

harus pula memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan

dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah siswa. Guru

mata pelajaran merupakan mitra bagi guru pembimbing, khususnya

dalam menangani masalah-masalah belajar.

Namun demikian, konselor atau guru pembimbing tidak boleh

terlalu mengharapkan bantuan ahli atau petugas lain. Sebagai

26
tenaga profesional konselor atau guru pembimbing harus mampu

bekerja sendiri, tanpa tergantung pada ahli atau petugas lain. Dalam

menangani masalah siswa guru pembimbing harus harus berani

melaksanakan pelayanan, seperti “praktik pribadi”, artinya

pelayanan itu dilaksanakan sendiri tanpa menunggu bantuan orang

lain atau tanpa campur tangan ahli lain. Pekerjaan yang profesional

justru salah satu cirinya pekerjaan mandiri yang tidak melibatkan

campur tangan orang lain atau ahli.

11. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain harus pasif

Sesuai dengan asas kegiatan, di samping konselor yang

bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak

lain pun, terutama klien, harus secara langsung aktif terlibat dalam

proses tersebut. Lebih jauh, pihak-pihak lain hendaknya tidak

membiarkan konselor bergerak dan berjalan sendiri. Di sekolah,

guru pembimbing memang harus aktif, bersikap “jemput bola”, tidak

hanya menunggu didatangi siswa yang meminta layanan kepadanya.

Sementara itu, personil sekolah yang lain hendaknya membantu

kelancaran usaha pelayanan itu.

Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah

usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata

ditimpakan hanya kepada konselor saja. Jika kegiatan yang pada

dasarnya bersifat usaha bersama itu hanya dilakukan oleh satu

pihak saja, dalam hal ini konselor, maka hasilnya akan kurang

mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak berjalan sama sekali.

27
12. Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan

oleh siapa saja

Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh

siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”.

Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai

pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka.

Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi

(yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu),

dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri

keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan

itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang

bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui

pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi.

13. Menyama-ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien

Cara apapun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah

haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang

terkait dengannya.Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk

semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk

masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan. Masalah

yang tampaknya “sama” setelah dikaji secara mendalam mungkin

ternyata hakekatnya berbeda, sehingga diperlukan cara yang

berbeda untuk mengatasinya. Pada dasarnya, pemakaian sesuatu

cara bergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah, tujuan

yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling,

dan sarana yang tersedia.

28
14. Memusatkan usaha Bimbingan dan Konseling hanya pada

penggunaan instrumentasi

Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dan dapat

dikembangkan pada diri konselor adalah “mulut” dan keterampilan

pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakannya instrumen

(tes.inventori, angket dan dan sebagainya itu) hanyalah sekedar

pembantu. Ketidaan alat-alat itu tidak boleh mengganggu,

menghambat, atau bahkan melumpuhkan sama sekali usaha

pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, konselor

hendaklah tidak menjadikan ketiadaan instrumen seperti itu sebagai

alasan atau dalih untuk mengurangi, apa lagi tidak melaksanakan

layanan bimbingan dan konseling sama sekali. Tugas bimbingan dan

konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki

secara optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-

sarana penunjang yang diperlukan

15. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera

terlihat.

Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang

dihadapi klien dapat diatasi sesegera mungkin dan hasilnya pun

dapat segera dilihat. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul,

lebih-lebih kalau yang dimaksud dengan “cepat” itu adalah dalam

hitungan detik atau jam. Hasil bimbingan dan konseling tidaklah

seperti makan sambal, begitu masuk ke mulut akan terasa

pedasnya. Hasil bimbingan dan konseling mungkin saja baru

dirasakan beberapa hari kemudian, atau bahkan beberapa tahun

kemuadian. Misalkan, siswa yang mengkonsultasikan tentang cita-

29
citanya untuk menjadi seorang dokter, mungkin manfaat dari hasil

konsultasi akan dirasakannya justru pada saat setelah dia menjadi

seorang dokter.

30
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak

terlepas kaitannya dengan beberapa aspek yang menjadi latar

belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural, pedagogis, dan psikologis.

Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan masalah

perkembangan sosial yang juga erat kaitannya dengan

perkembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Perkembangan tersebut mempengaruhi sekolah sebagai

lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai individu.

Latar belakang pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat

pendidikan sebagai usaha mengembangkan kepribadian, dinamika

dan perkembangan kepribadian, dan hakikat peranan guru sebagai

pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan pribadi

para siswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal.

Latar belakang psikologis, berhubungan dengan hakikat siswa

sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, dalam upaya

mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap siswa

memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi

keunikan masing-masing.

Ketiga hal di atas, menuntut adanya layanan bimbingan dan

konseling sebagai salah satu unsur dalam keseluruhan pendidikan

di sekolah.

Asas – asas bimbingan dan konseling merupakan jiwa dan

nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling.

31
Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka

penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-

sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Bimbingan dan Konseling bukanlah pelayanan eksklusif yang

harus terpisah dari pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling

pada dasarnya memiliki derajat dan tujuan yang sama dengan

pelayanan pendidikan lainnya, yaitu mengantarkan para siswa

untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal. Perbedaan

terletak dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimana masing-

masing memiliki karakteristik tugas dan fungsi yang khas dan

berbeda

B. Saran

Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua

persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini

mungkin. Menurut Bimo Walgito bimbingan dan penyuluhan di

sekolah dapat dilaksanakan dengan bermacam sifat:

1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan tujuan untuk

mencegah jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri

anak atau individu.

2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan

yang dihadapi oleh individu.

3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah

baik, jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito,

1984:26)

Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa

peranan dari pada bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan

32
oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada pendidik

dan pengajaran.

Daftar Pustaka

Ahmad, Abu 1978. Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta

Ahmadi, Abu dan Achmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, Jakarta: Rineka Ilmu

33
Prayetno, dkk. 1997, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah

Prayitno, 1990, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

Prayitno.2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas :

Jakarta

Hamalik, Oemar. 1992, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru

Algesindo, Jakarta

Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,

Yogkayarta: Andi Offset.

http://www.terindikasi.com/2012/05/peran-bimbingan-dan-konseling-

dalam.html#ixzz1xuWjqsCy

http://sefrian92.blogspot.com/2011/02/prinsip-prinsip-bimbingan-

konseling.html#ixzz1xpbMO5TL.

Asas Bimbingan dan Konseling | belajarpsikologi.com

Tugas Juni 2012


Bimbel dan Konseling

KESALAHAN
BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING

34
Oleh
Ruaemi
Siti Zakiyah

PROGRAM DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Dosen Pembimbing
Dra. Sondang Nauli Pulungan MPD.

UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2012

35

You might also like