You are on page 1of 7

DSM V

Gangguan tidur-Jaga

Gangguan Isomnia
Kriteria diagnostik
A. Keluahan utama dari ketidak puasan kuantitas atau kualitas tidur, terdapat satu atau lebih
dari gejala berikut ::
a. Kesulitan untuk memulai tidur( pada anak-anak bisa saja bermanifestasi sebagai
kesulitan untuk memulai tidur tanpa intervensi pengasuh)
b. Kesulitan untuk mempertahankan tidur, dimana karekteristiknya adalah sering
terbangun atau kesulitan untuk tidur kembali setelah terbangun (pada anak-anak bisa
saja bermanifestasi sebagai kesulitan untuk tidur kembali setelah terbangun)
c. Bangun yang terlalu pagi dengan ketidakmampuan untuk tidur kembali
B. Gangguan tidur menyebabkan keadaan klinis berupa distres atau ketidakmampuan dalam
kehidupan sosial, pekerjaan, pendidikan, akademik, sikap, atau fungsi penting lainnya.
C. Kesulitan tidur detidaknya terjadi dalam 3 malam seminggu
D. Kesulitan tidur terjadi setidaknya dalam 3 bulan terakhir
E. Kesulitan tidur tetap terjadi meskipun memiliki kesempatan untuk tidur
F. Gangguan tidak dapat dijelaskan oleh dan tidak dapat terjadi khususnya selama terjadinya
gangguan tidur yang lain (Seperti Narkolepsy, ganggua ntidur tergantung napas, gangguan
bangun –tidur pada irama sikardian dan parasomnia)
G. Insomnia tidak terjadi akibat efek fisiologi dari sebuah senyawa (seperti penyalahgunaan
obat, pengobatan)
H. Gangguan mental penyerta dan kondisi medis lainnya tidak cukup untuk menjelaskan
sebagai sebab munculnya keluhan insomnia.

780.52 (G47.00) :

Tentukan : Dengan komorbid gangguan mental bukan gangguan tidur; dengan komorbid penyakit
madis lain; dengan gangguan tidur lainnya.

Tentukan : Episodik; Persisten; Rekuren

Gangguan Hipersomnolen

Kriteria diagnostik

A. Kelebihan tidur yang dilaporkan (hipersomnolensi) diluar dari periode tidur utama yakni 7
jam, dengan salah satu atau lebih gejala dibawah ini
1. Rekurensi periode tidur atau mengantuk hingga tertidur yang terjadi pada hari yang
sama
2. Episode tidur utama yang memenjang lebih dari sembilan jam perhari yang tidak
restoratif (tidak menyenangkan)
3. Kesulitan untuk terbangun sepenuhnya setelah dibangunkan mendadak
B. Terjadi setidaknya 3kali perminggu selama setidaknya 3 bulan
C. Hipersomnolen diikuti dengan gejala distress yang signifikan atau penurunan fungsi kognitif,
kemampuan sosial, atau kerja fungsi penting yang lain.
D. Hipersomnolen tidak termasuk dan tidak terjadi pada kriteria gangguan tidur yang lain
(Narkolepsy, ganggua ntidur tergantung napas, gangguan bangun –tidur pada irama
sikardian dan parasomnia)
E. Hipersomnolen Insomnia tidak terjadi akibat efek fisiologi dari sebuah senyawa (seperti
penyalahgunaan obat, pengobatan)
G. Gangguan mental penyerta dan kondisi medis lainnya tidak cukup untuk menjelaskan
sebagai sebab munculnya keluhan Hipersomnolen.

Tentukan : Dengan komorbid gangguan mental bukan gangguan tidur; dengan komorbid penyakit
madis lain; dengan gangguan tidur lainnya. Akut, Subakut, Persisten.

Tentukan keparahan : Ringan ; Sedang; Berat.

Nakolepsy

Kriteria Diagnosis

A. Rekurensi periode dari keinginan untuk tidur yang tidak dapat ditekan, megantuk hingga
tertidur, atau tertidur sebentar yang terjadi pada hari yang sama. Ini harus terjadi setidaknya
3 kali perminggu selama lebih dari 3 bulan
B. Setidaknya diikuti satu atau lebih gejala berikut
1. Episode dari katapleksi, didefinisikan sebagai (a) atau (b), terjadi setidaknya beberapa
kali perbulan:
a. Pada individu dengan penyakit yang berlangsung lama terjadi episode (detik ke
menit) dari kehilangan tonus otot bilateral secara tiba-tiba dengan kesadaran
menetap yang dipicu oleh tertawa atau candaan.
b. Pada anak atau individu dengan onset setidaknya 6 bulan, episode seringai sponton
atau pembukaan mulut dengan lidah menjulur atau hipotonia global tanpa pemicu
emosional yang jelas
2. Defisiensi hipokretin diukur menggunakan cairan cerebrospinal (CSF) nilai
imunoreaktifitas hipokretin 1 (kurang dari atau sama dengan pada satu sampai tiga dari
nilai yang diperoleh pada subjek sehat dengan menggunakan uji yang sama, atau kurang
dari atau sama dengan 110 PG/ ml).pengguanaa n Kadar hipokretin 1 yang rendah dari
CSF ini tidak boleh dipakai pada cedera otak akut, inflamasi atau infeksi otak.
3. Nokturnal sleep polisonografi menunjukan rapid eye movement (REM) kurang dari atau
dama dengan 15 menit, atau uji multipel latency tidur menunjukan latency tidur kurang
dari atau sama dengan 8 menit dan 2 atau lebih dari periode onset tidur REM.

47.00 (G47.419) : narkolepsy tanpa katapleksi tapi dengan defisiensi hipokretin

347.01 (G47.411):narkolepsy engan katapleksi tapi tanda defisiensi hipokretin

347.00 (G47. 419) : ataksia cerebral autosomal dominan, tuli dan narkolepsy

347.00 (G47.419): Narkolepsi autosomal dominan, obesitas, dan DM tipe 2


347.10 (G47.429): Narkolepsi sekunder akibat kondisi medis lainnya

Gangguan Tidur yang terkait dengan Pernapasan

Sindrom apnea tidur obstruktif

Kriteria Diagnostik

A. Memenuhi (1) atau (2)


1. Bukti dari polisomnografi setidaknya terjadi 5 apneu obstruktif atau hypopnea
dalam tidur dan diikuti dengan gejala :
a. Gangguan nafas nokturnal : mendengkur, nafas megap atau jeda nafas saat
tidur
b. Mengantuk pada siang hari, mudah lelah atau tidur yang tidak menyegarkan
diluar dari kesempatan tidur yang cuku yang tidak dapat disebabkan oleh
gangguan mental lain (termasuk gangguan tidur) dan tidak terkait dengan
ganguan kondisi medis lain
2. Bukti dari polisomnografi ditemukan 15 atau lebih apneu obstruktif dan atauu
hipopnea perjam dalam tidur tanpa disertai gejala penyerta

327.23 (G47.33) : Sindrom apnea tidur obstruktif

Tentukan derajat keparahan : Ringan, sedang, berat

Apneu tidur Central

Kriteria dagnostik

A. Bukti polisomnografi ditemukan 5 atau lebih apneu central perjam dalam tidur
B. Gangguan ini tidak berhubungan dengan gangguan tidur lain

327. 21 (G47.31) :apneu tidur central idiopati

768.04 (R06.3) : cheyne-stokes breathing

780.57 (G47.37 :apneu tidur central dengan komorbid pengguanaan opioid

Tidur terkait dengan hipoventilasi

Kriteria diagnostik

A. Polisomnografi menunjukan episode dari penurunan respirasi yang berhubungan dengan


peningkatan level Co2
B. Gangguan ini tidak berhubungan atau tidak termasuk gangguan tidur lainnya

327.24 (G47.34) : hipoventilasi idiopatik


327.25 ( G47.35): hipoventilasi alveolar central congenital

327.26 (G47.36: komorbid hipoventilasi terkait tidur

Tentukan derajat keparahan : Ringan, sedang, berat

Gangguan tidur jaga terkait irama Sikardian

Kriteria diagnostik

A. Rekurensi atau gangguan pola tidur persisten yang secara primer terjadi akibat perubahan
sistem sikardian atau akibat ketidak seimbangan antara rama sikardian endogen dan jadwal
tidur-jaga oleh lingkungan fisik individu atau sosial jadwal pekerjaan
B. Gangguan tidur memicu kepada tidur berlebihan tau insomnia atau keduanya
C. Gangguan tidur menyebabkan distres signifikan secara klinis atau gangguan kemampuan
sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

307.45 (G47.21): gangguan tidur jaga terkait irama sikardian tipe fase tidur terhambat

307.45 (G47.22): gangguan tidur jaga terkait irama sikardian tipe fase tidur advance

307. 45 (G47.23): gangguan tidur jaga terkait irama sikardian tipe fase tidur-jaga ireguler

307. 45 (G47.24): gangguan tidur jaga terkait irama sikardian tipe fase non 24 jam

307.45 (G47.26): gangguan tidur jaga terkait irama sikardian tipe fase jam kerja

307.45 (G47.20): gangguan tidur jaga terkait irama sikardian tipe fase tidak spesifik

Tentukan : Episodik, Resisten, Rekuren

Parasomnia
Gangguan Gairah tidur NREM

Kriteria diagnostik

A. Episode berulang kesulitan bangun sepenuhnya dari tdur, biasanya terjadi selama episode
pertama dari tiga episode mayor tidur. Diikuti dengan salah satu gejala :
1. Tidur berjalan : episode berulang tidur berjalan atau berdiri selama tidur. Saat tidur
berjalan, individu menampakan wajah dengan tatapan kosong; tidak merespon terhadap
komunikasi yang deilakukan terhadap yang bersangkutan dan dapat sulit dibangunkan.
2. Teror tidur : episode berulang dari teror secara tiba-tiba dalam tidur, biasanya diawali
dengan teriakan panik. Ditemukan ketakutan yang intens dan tanda autonomik, seperti
midriasis, takikardi, takipneu dan berkeringat setiap episode berlangsung. Tidak ada
respon positif untuk menenangkan individu selama serangan.
B. Tidak ada atau sedikit (hanya satu adegan visual) mimpi yang dapat diingat.
C. Adanya amnesia terhadap episode serangan.
D. Episode serangan menyebabkan menyebabkan distres signifikan secara klinis atau gangguan
kemampuan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
E. Gangguan ini tidak terjadi akibat efek fisiologi dari sebuah senyawa (seperti penyalahgunaan
obat, pengobatan)
F. Gangguan mental penyerta dan kondisi medis lainnya tidak cukup untuk menjelaskan
episode tidur berjalan atau teror tidur

307.46 (F51.3): gangguan gairah tidur NREM, tipe tidur berjalan

307.46 (F51.4): gangguan gairah tidur NREM, tipe teror tidur

Tentukan : dengan tidur terkait makan, dengan tidur terkait perilaku seksual (Sexomnia)

Gangguan mimpi buruk

Kriteria diagnostik

A. Kejadian berulang yang memanjang, disforia ekstrim dan mimpi yang sangat di ingat yang
biasanya melibatkan usaha untuk menghindari ancaman untuk bertahan, keamanan,atau
integritas fisik dan secara umum terjadi selama episode kedua setengah dari episode tidur
mayor
B. Saat bangun dari mimipi buruk, individu secara cepat menjadi sadar dan terorientasi
C. Episode serangan menyebabkan menyebabkan distres signifikan secara klinis atau gangguan
kemampuan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
D. Gejala mimpi buruk tidak terjadi akibat efek fisiologi dari sebuah senyawa (seperti
penyalahgunaan obat, pengobatan)
E. Gangguan mental penyerta dan kondisi medis lainnya tidak cukup untuk menjelaskan
keuhan mimpi buruk

307.47 (F51.5) : Gangguan mimpi buruk

Tentukan : selama onset tidur; berhubungan dengan gangguan non tidur dengan kondisi medis lain;
dengan gangguan tidur lain

Gangguan perilaku tidur REM

Kriteria Diagnostik :

A. Episode berulang dari gairah selama tidur yang berhubungan dengan fokalisasi atau perilaku
motorik kompleks.
B. Perilaku ini meningkat selama fase tidur REM dan biasa terjadi setelah 90 menit onset tidur,
lebih sering terjadi selama porsi lanjutan dari periode tidur dan jarang terjadi selama tidur
siang.
C. Saat terbangun dari episode ini , individu sadar sepenuhnya dan tidak bingung atau
disorientasi.
D. Diikuti dengan salah satu gejala :
1. Tidur REM tanpa atonia pada perekaman polisomnografik
2. Adanya riwayat sugestif dari gangguan perilaku tidur REM dan ditegakkan diagnosis
Synucleinopathi (Parkinson Disease, atrofi sistem multipel)
E. Perilaku menyebabkan menyebabkan distres signifikan secara klinis atau gangguan
kemampuan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
F. Gangguan tidak terjadi akibat efek fisiologi dari sebuah senyawa (seperti penyalahgunaan
obat, pengobatan)
G. Gangguan mental penyerta dan kondisi medis lainnya tidak cukup untuk menjelaskan
episode serangan

327. 42 (G47.52) : Gangguan perilaku tidur REM

Restless legs syndrome

Kriteria Diagnostik

A. Keinginan besar untuk menggerakkan kaki, biasanya di ikuti dengan atau terhadap respon
dari ketidaknyamanan dan sensasi tidak puas pada kaki, ditandai dengan gejala-gejala
berikut .
1. Keinginan besar untuk menggerakkan kaki dimulai atau memburuk selama beristirahat
atau tidak beraktifitas
2. Keinginan besar untuk menggerakan kaki secara parsial atau total akan merasa legah
dengan melakukan gerakan
3. Keinginan besar untuk menggerakan kaki memburuk pada saat sore atau malam
dibanding siang
B. Gejala-gejala pada kriteria A terjadi setidaknya 3 kali perminggu dan persisten selama
setidaknya 6 bulan
C. Gejala pada kriteria A diikuti dengan distres signifikan secara klinis atau gangguan
kemampuan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
D. Gejala-gejala pada kriteria A tidak berhubungan dengan kondisi medis lainnya ( Arthritis,
edema kaki, iskemik perifer, keram kaki) dan tidak berhubungan dengan kondisi perilaku
lainnya (ketidaknyamanan posisi, kebiasaan ketuk kaki)
E. Gejala-gejala tersebut tidak berhubungan dengan efek fisiologis atau penyalahgunaan zat
(akathisia)

333.94 (G25.81) Restless Legs Syndrome

Gangguan tidur akibat penggunaan Zat

Kriteria Diagnostik

A. Gangguan tidur berat dan menetap


B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik atau penemuan laboratorium (1) dan (2)
1. Gejala-gejala pada kriteria A berkembang selama atau sesudah intoksikasi senyawa atau
setelah penghentian dari sebuah paparan pengobatan
2. Substansi atau medikasi yang terlibat dapat menghasilkan gejala-gejala pada kriteria A
C. Gangguan tidak berhubungan dengan gangguan tidur lain yang disebabkan oleh zat. Bukti
dari gangguan tidur independent dapat termasuk dengan; munculnya gangguan lebih duu
sebelum penggunaan substansi ; gejala tersebut bertahan selama satu periode (sekitar 1
bulan) setelah penghentian intoksikasi; atau terdapat bukti lain yang menunjukan adanya
gangguan tidur bukan karena zat ( adanya riwayat rekurensi episode non-substansi)
D. Gangguan tidak terjadi khususnya selama fase delirium
E. Ganguan menyebabkan distres signifikan secara klinis atau gangguan kemampuan sosial,
pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

--0—(--0--) Gangguan tidur akibat penggunaan Zat

Tentukan: Insomnia/ kantuk siang hari/ parasomnia tipe campuran

Tentukan jika : dengan onset selama intoksikasi/ diskontinu/ penarikan.

You might also like