You are on page 1of 31

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK

TANAMAN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.)

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

IVO ANGGI SRI LESTARI S 12033111

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALISA FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2015
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK
TANAMAN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ahli MadyaAnalisa Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH:

IVO ANGGI SRI LESTARI S 12033111

PROGRAM DIPLOMA III ANALISA FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2015
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK TANAMAN
MENIRAN (Phyllanthus niruri L)

ABSTRAK

Meniran merupakan terna liar yang berasal dari Asia Tropik yang tersebar
diseluruh daratan Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Tinggi batangnya 30 – 50
cm, berwarna hijau kemerahan (Phyllanthus niruri) atau hijau pucat (Phyllanthus
niruri), bercabang-cabang. Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun bundar
telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan
bawah berbintik kelenjar, tepi daun rata, panjang 1,5 cm lebar sekitar 7 mm,
berwarna hijau.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bentuk, struktur, dan ciri–ciri
dari meniran yang dilihat melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.
Sampel yang digunakan yaitu daun meniran. Pemeriksaan makroskopik dilakukan
adalah untuk mengindentifikasi visual yaitu: morfologi luar, bentuk, ukuran, bau,
rasa dan struktur dari bagian tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman meniran memiliki ciri khas
yang terdapat pada daun dan batang.

Kata kunci : meniran, makroskopik, mikroskopik.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia dia jugalah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang diberi

judul “Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Tanaman Meniran

(Phyllanthus niruri L.)”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan Diploma Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Dalam penulisan Proposal ini penulis begitu banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu penulis pada kesempatan ini ingin

mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Parlindungan Purba, S.H, M.M., selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara.

2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

3. Ibu Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

4. Ibu Cut Masyithah Thaib, S. Farm, M.Si, Apt, selaku Ketua Prodi D-III Analisa

Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

5. Ibu Ratih Anggraeni, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan meluangkan waktu kepada penulis selama penulisan proposal ini.

6. Bapak dan Ibu dosen serta staf D-III Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari

Mutiara Indonesia, yang telah mendidik dan membimbing penulis menuntut ilmu di

universitas.

iv
7. Kedua orang tua tercinta, serta keluarga tersayang yang telah memberi dorongan,

semangat baik secara moril maupun materil serta doa yang tulus kepada penulis

selama mengikuti pendidikan dan dalam menyusun proposal ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa/i Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara

Indonesia, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam

menyelesaikan proposal.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT agar senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita

semua. Amin.

Medan, Juli 2015

Peneliti

Ivo Anggi Sri Lestari S

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………… .... i

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………… .... ii

ABSTRAK ………………………………………………………….. .... iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………. .... v

DAFTAR ISI ...................................................................................... ..... vi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………... .... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. ..... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... ..... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... ..... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ………………………………………... ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5

2.1 Meniran ................................................................................... 5

2.1.1 Pengertian ……………………………………………... 5

2.1.2 Deskripsi Tanaman ........................................................ 6

2.1.3 Kandungan Kimia Meniran ........................................... 8

2.1.4 Khasiat Tanaman Meniran ……………………………. 8

2.1.5 Efek Samping Tanaman Meniran …………………… .. 12

2.2 Pemeriksaan Makroskopik Meniran ………………………… .. 13

2.3 Pemeriksaan Mikroskopik Meniran ............................................ 14

vi
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 16

3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………… 16

3.2 Waktu Penelitian ………………………………………………. 16

3.3 Sampel Penelitian ……………………………………………... 16

3.4 Alat ……………………………………………………………. 16

3.5 Prosedur Penelitian ……………………………………………. 17

3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik Meniran ……………………... 17

3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopik Meniran ……………………… 17

BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………… 18

4.1 Pemeriksaan Makroskopik Meniran ……………………………. 18

4.2 Pemeriksaan Mikroskopik Daun Meniran …………………….. 19

4.2.1 Hasil Uji Mikroskopis Daun Meniran ……………….. 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 21

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 21

5.2 Saran ……………………………………………………………….. 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 22

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Meniran…………………………………………. 14

Gambar 2.2 Mikroskopik Meniran…………………………… 15

Gambar 4.1 Daun Meniran…………………………………… 18

Gambar 4.2 Penampang Membujur Daun Meniran………… 19

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung

meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dari

tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya preventif,

promotif, dan rehabilitatif. Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara, dan waktu

penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi

penggunaannya. (Agus, 2010).

Di Indonesia, pengobatan tradisional telah berlangsung sejak dahulu dan

digunakan secara turun-temurun. Obat tradisional biasanya digunakan untuk

memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit maupun

memulihkan kesehatan. Beberapa tanaman yang dipercaya berkhasiat dan

digunakan dalam pengobatan adalah meniran (Phyllanthus niruri L) merupakan

salah satu jenis imunomodulator yang telah teruji dapat meningkatkan imunitas

pada binatang percobaan maupun manusia. Selain itu, Phyllanthus niruri L.

merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai agen hepatoprotektor.

(Lasmadiwati, 2010).

Meniran (Phyllanthus sp.) merupakan tanaman liar yang berasal dari

Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Sedangkan

menurut beberapa penelitian ilmiah, Phyllanthus niruri memiliki efek

imunomodulator, antispasmodik, antilitik (untuk batu ureter dan empedu),

1
penghilang rasa sakit, antihipertensi, antiviral, antibakterial, diuretik,

antimutagenik, dan juga efek hipoglikemia. Tanaman ini juga banyak ditemukan

di daerah tropis, termasuk di Indonesia sehingga mudah ditemukan bahkan dapat

ditanam sendiri sehingga dapar terjangkau oleh masyarakat luas. (Agus, 2010).

Zat kimia yang terkandung didalamnya, yaitu phyllanthin dan

hypophyllanthin, memiliki efek antioksidatif dan efek antihepatotoksik terhadap

CCl4 dan galaktosamin. Phyllanthin juga meningkatkan viabilitas hepatosit,

mencegah pelepasan enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi lipid, dan

meningkatkan glutation,juga mengandung senyawa flavonoid, filantin, kalium,

dammar, dan tannin. (Lasmadiwati, 2010).

Meniran memiliki rasa pahit, agak asam, serta bersifat sejuk atau

mendinginkan. Secara empiris dan klinis, herba meniran berfungsi sebagai

antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik, antipiretik, antiradang, antivirus,

diuretik, ekspentoran dan hipoglikemik. Meniran mengandung senyawa-senyawa

golongan lignan antara lain filantin, hipofilantin, niranin, nirtretalin, dan

fitetralin. Akar dan daunnya mengandung suatu senyawa pahit dan beracun

yang diduga merupakan suatu alkaloid, selain itu akar dan daunnya juga

kaya senyawa flavonoid. (Lasmadiwati, 2010).

Seperti halnya pemeriksaan makroskopik sediaan meniran, pemeriksaan

mikroskopik juga digunakan untuk menjamin kebenaran dari meniran penyusun

sediaan meniran dengan mengamati bentuk fragmen spesifik penyusun pada

sediaan meniran.

Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk meniran

didasarkan pada bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum

2
memiliki baku standar yang sesuai dengan persyaratan. Meniran nabati, hewani

dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh minyak atsiri,

alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu memenuhi persyaratan

yang tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi meniran dapat

dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan

kandungan senyawa yang terdapat didalamnya (Kurmasih, 2010).

Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskopik yang derajat

perbesarannya 10 x 40. Uji mikroskopik serbuk meniran tidak hanya dapat

dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang khas, tetapi dapat pula

menggunakan uji histokimia dengan penambahan pereaksi tertentu pada serbuk

sediaan meniran uji, dan zat kandungan meniran uji akan memberikan warna

spesifik, sehingga mudah di deteksi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik tanaman meniran.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini apakah tanaman meniran

memiliki ciri khas yang dapat diketahui melalui pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik.

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah tanaman meniran memiliki ciri khas yang

dapat diketahui melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

3
1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk atau struktur dan ciri-ciri

dari tanaman meniran melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan

penelitian tentang tanaman meniran yang dapat dimanfaatkan sebagai obat,

sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang tumbuhan berkhasiat

tanaman obat khususnya tanaman meniran dan sebagi dasar acuan kepada

penelitian selanjutnya untuk meneliti zat yang terkandung dalam tanaman meniran

yang berkhasiat sebagai obat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meniran

Meniran merupakan terna liar yang tumbuh dan tersebar diseluruh

daratan Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

Tinggi batangnya 30 – 50 cm, berwarna hijau kemerahan (Phyllanthus urinaria)

atau hijau pucat (Phyllanthus niruri), bercabang-cabang. Daun tunggal, letaknya

berseling. Helaian daun bundar telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul,

pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi daun rata, dengan

panjang 1,5 cm dan lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau. Pada satu tanaman

terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan keluar dari bawah ketiak

daun, sedangkan bunga betina keluar dari atas ketiak daun. Buah meniran berupa

buah kotak, bulat pipih, licin, diameter 2 - 2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk

ginjal dan berwarna coklat.

Meniran tumbuh di daerah dataran rendah sampai ke dataran tinggi

dengan ketinggian 1.000 m diatas permukaan laut. Meniran dapat dijumpai pada

hampir semua tempat, di semak-semak, pekarangan rumah, di antara rerumputan,

dan tempat lain. Meniran dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, terutama tanah

berpasir. Meniran menyukai tempat yang lembab dan akan tumbuh dengan subur

apabila tanah kaya akan bahan organik. Meniran hijau lebih toleran tumbuh di

tanah yang miskin bahan organik dibandingkan dengan meniran merah

(Lasmadiwati, 2010).

Nama meniran yang dikenal di berbagai daerah (Lasmadiwati, 2010).

5
a. Sumatera : ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop

b. Jawa : meniran, meniran merah, meniran ijo, memeniran (Sunda)

c. Sulawesi : bolobungo, sidukung anak

d. Maluku : belalang babiji, gosau ma dungi, gosau ma dungi roriha (Ternate)

e. Asing : Zhen zhu cao, hsieh hsia chu (Cina), chanca piedra, quebra pedra, kilanelli

(India), child pick a back (Inggris), stone breaker, shaterrstone, chamber bitter,

leafflower, quinine weed (Amerika Selatan), arrebenta pedira (Brasil).

2.2 Deskripsi Tanaman

Adapun deskripsi tanaman meniran sebagai berikut :

A. Klasifikasi/Taksonomi

Kingdom : Plantae

Subkingdm : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

B. Morfologi

Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman semusim, tumbuh tegak,

bercabang-cabang, dan tingginya antara 30cm-50cm.

6
1. Batang

Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) ini memiliki batang yang berbentuk bulat

berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50cm, berwarna hijau, diameternya ± 3

mm.

2. Daun

Tanaman ini memiliki daun majemuk, tata letak daunnya berseling (Deccussate),

bentuk daun bulat telur (ovale), ujung daunnya tumpul, pangkalnya membulat,

memiliki tepi daun yang rata (Entire), memiliki anak daun 15-24, memiliki

panjang ± 1,5 cm, lebar ± 7 mm, dan berwarna hijau. Daun meniran ini termasuk

pada tipe daun yang tidak lengkap yaitu pada bagian daun bertangkai karena

tanaman ini hanya memiliki tangkai dan beberapa helaian daun.

3. Bunga

Tanaman ini memiliki bunga tunggal yang terdapat pada ketiak daun menghadap

ke arah bawah, menggantung dan berwarna putih. Memiliki daun kelopak yang

berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat jelas, mahkota bunga kecil

dan berwarna putih.

4. Buah

Tanaman ini memiliki buah yang berbentuk kotak, bulat pipih dan licin, diameter

± 2mm dan berwarna hijau.

5. Biji

Tanaman ini memiliki biji yang kecil, keras dan berbentuk ginjal serta berwarna

coklat.

6. Akar

Tanaman ini memiliki akar tunggang yang berwarna putih.

7
C. Bagian Tanaman Yang Digunakan Sebagai Obat

Bagian tanaman meniran yang bisa dimanfaatkan sebagai obat yaitu pada

bagian akar (radix), batang (daun (folium), bunga (flos), aerial atau bagian herba.

2.3 Kandungan Kimia Meniran

Meniran mengandung lignan yang terdiri dari phyllanthine,

hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin, nitretalin, nirphylline, nirurin,

dan niruriside. Terpenyang terdiri dari cymene, limonene, lupeol, dan lupeol

acetate. Flavanoid terdiri dari quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin,

rutine, dan physetinglucoside. Lipid terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic

acid, linoleic acid, dan linolenic acid. Benzenoid terdiri dari methylsalicilate.

Alkaloid terdiri dari norsecurinine, 4-metoxy-norsecurinine, entnorsecurinina,

nirurine, phyllantin, dan phyllochrysine. Steroid berupa beta-sitosterol. Alcanes

berupa triacontanal dan triacontanol. Komponen lain berupa tannin, vitamin C dan

vitamin K. Akar dan daun meniran kaya akan senyawa flavonoid, antara lain

phyllanthin, hypophyllanthin, qeurcetrin, isoquercetin, astragalin, dan rutin.

Minyak bijinya mengandung beberapa asam lemak seperti asam ricinoleat, asam

linoleat, dan asam linolenat (Lasmadiwati, 2010).

2.4 Khasiat Tanaman Meniran

Menurut Kurmasih (2010) tanaman ini memiliki beberapa khasiat atau

manfaat sebagai obat yaitu sebagai berikut:

1. Antibakteri

Ekstrak metanol daun meniran mempunyai efek antibakteri paling tinggi terhadap

Staphylococcusaureus, Bacillus subtilis, Escherichia colli, dan Pseudomonas

8
aeruginosa. Efek ini disebabkan senyawa antibakteri pada meniran seperti

phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, dan nietetralin. Ekstrak petroleum eter

dari batang, daun, dan akar meniran juga menunjukkan efek antifungi.

2. Pelarut asam urat dan batu ginjal

Tanaman meniran ini kaya akan kandungan senyawa flavonoid dan glikosida

flavonoid yang dapat digunakan untuk mengobati asam urat dan batu ginjal.

Meniran juga bersifat diuretik (membantu keluarnya air seni). Dengan cara

tersebut, meniran digunakan untuk mengatasi asam urat dan batu ginjal ataupun

penyakit lain yang disebabkan oleh asam urat seperti rematik gout.

3. Immunodulator

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak meniran dapat memodulasi sistem

imun melalui proliferasi (penyebaran) dan aktivasi limfosit T dan B, apabila

perlawanan sistem kekebalan alami kita tidak mencukupi. Limfosit T dan B

bekerja menurut jenis serangan virus dan bakteri yang terjadi. Selain itu, meniran

juga berfungsi mengaktivasi sel fagositik seperti monosit dan makrofag yang

bertugas memberikan potongan patogen (agen biologis penyebab penyakit)

kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dikenali dan dibunuh.

Karena bersifat immunomodulator, meniran dapat digunakan untuk memperkuat

sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri, virus, dan mikroba penyebab penyakit

sehingga dapat mencegah berbagai penyakit yang disebabkan bakteri, virus.

4. Antikanker

Kemampuan meniran sebagai immunostimulator membantu merangsang aktivitas

sel natural killer (NK) dan sel killer (K). Jika toksisitas kedua sel tersebut

9
meningkat, sel-sel yang mengalami mutasi dan abnormal (sel kanker) akan

dihancurkan oleh keduanya.

5. Antidiabetes

Kandungan senyawa aktif Phyllanthin dan hypophyllanthin merupakan komponen

utama yang diduga berperan aktif dalam penurunan kadar gula darah.

6. Hepatoprotektor

Kandungan senyawa aktif yang dimiliki oleh meniran yaitu senyawa

antihepatotoksik seperti filantin, hipofilantin, triakontanal, dan trikontanol

berfungsi dalam perbaikan organ liver. Selain itu, senyawa phyllanthus dalam

meniran juga diketahui bekerja sebagai pelindung hati (hepatoprotektor) dengan

cara menyabotase DNA polimerasi (enzim yang diperlukan virus hepatitis untuk

bereplikasi / menggandakan diri).

7. Hepatitis kronis

Ekstrak meniran dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi

limfosit T dan B. Sekresi TNF-α dan IFN-α pun meningkat.

Efek akhirnya, indikasi kesembuhan hepatitis. Meniran mendorong mekanisme

perbaikan sel-sel hati dengan cara meningkatkan jumlah enzim yang berperan

sebagai antioksidan.

8. Antituberkulosis

Tanaman Meniran bermanfaat juga dalam penyembuhan penyakit tuberculosis

karena ekstrak meniran membantu meningkatkan kadar imunitas penderita TB

dengan cara meningkatkan CD4 limfosit T dan rasio CD4/CD8 limfosit T.

9. Penyakit kulit

10
Dengan mengkonsumsi meniran juga berguna sebagai terapi tambahan penyakit

kulit seperti lepra dan herpes zoster. Ekstrak meniran bekerja dengan cara

meningkatkan sistem imunitas seluler. Dengan kata lain, meniran mendorong

limfosit T makin aktif bekerja. Herpes zoster berkembang biak dengan leluasa

saat sistem imunitas tubuh melemah.

Sedangkan menurut (Dalimartha, 2010) khasiat meniran antara lain :

1. Batu saluran kencing

a. Bahan : Meniran segar 30 g, daun sendok segar 30 g, daun tempuyung segar 30 g

b. Pemakaian : Semua bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air

hingga tersisa 2 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya dibagi untuk 2

kali minum, pagi dan sore hari (Dalimartha, 2010).

2. Susah kencing disertai sakit perut atau pinggang

a. Bahan : Meniran segar 7 tanaman

b. Pemakaian : Meniran segar direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas.

Setelah dingin saring dan diminum, sehari 3 kali masing-masing ⅓ gelas.

3. Pembengkakan kelenjar prostat

a. Bahan : Meniran segar 2 tanaman, akar alang-alang 7 jengkal, daun kumis kucing

½ genggam, adas ½ sendok teh

b. Pemakaian : Semua bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 5 gelas air

hingga tersisa 3 gelas. Setelah hangat, air rebusannya disaring, diminum 3 kali

sehari sesudah makan, masing-masing ½ gelas.

4. Hepatitis

a. Bahan : Meniran segar 30 - 60 g

11
b. Pemakaian : Meniran dicuci bersih, rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.

Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus. Lakukan setiap hari

selama 1 minggu,sehari hanya sekali minum (Dalimartha, 2010).

2.5 Efek Samping Tumbuhan Meniran

Pemakaian berlebih dari Phyllanthi Herba dapat menyebabkan impoten,

menjelaskan flavonoid yang terkandung dalam meniran memberikan efek

penghambat kerja enzim xanthin oksidase sehingga dapat dimanfaatkan dalam

pengobatan mengurangi kelebihan asam urat dan batu ginjal (Lasmadiwati, 2010).

Efek farmakologis dari herba ini adalah antioksidan, antikarsinogen,

pereda demam (antipiretik), antiradang, membersihkan hati, peluruh kencing

(diuretik), peluruh dahak, peluruh haid, menerangkan penglihatan, dan penambah

nafsu makan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji khasiat

meniran yaitu :

a. Pemberian infuse meniran hijau 10% dan 20% dapat menurunkan kadar glukosa

darah dibandingkan dengan kontrol

b. Ekstrak herba meniran dengan konsentrasi 11,70 mg/ml, 23,40 mg/ml, dan 46,80

mg/ml mempunyai daya antibakteri terhadap kuman S. aureus dan V.cholera.

Efek antibakteri ini disebabkan ekstrak herba meniran mengandung resin atau

damar, tannin dan alkaloid. Peningkatan kepekatan ekstrak herba meniran

mempengaruhi diameter daerah hambatan pertumbuhan kuman. Semakin besar

konsentrasinya maka semakin besar pula diameter yang dihasilkan

12
c. Pemberian meniran dalam bentuk suspensi dengan dosis 45 mg/kg.berat badan,

90mg/kg.berat badan, dan 180 mg/kg.berat badan secara per oral dapat berkhasiat

sebagai antihepatotoksik pada tikus putih

d. Infus herba meniran pada kadar 50% menunjukkan efek yang jelas untuk

penghancuran batu kandung kemih buatan pada tikus putih. Pemerikasaan secara

kualitatif dengan mengidentifikasi komponen senyawa-senyawa penyusun batu

kandung kemih buatan pada tikus putih didapatkan kalsium, oksalat, magnesium

dan fosfat.

2.6 Pemeriksaan Makroskopik Meniran

Phyllanthi Herba (herba meniran), berasal dari tanaman Phyllanthus

niruri L, dari famili Euphorbiaceae. Makroskopik merupakan pengujian yang

dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap

berbagai organ tanaman yang digunakan (Depkes, 1995).

Secara makroskopik, dapat ditunjukkan melalui gambar secara kasat

mata, jelas seperti daun majemuk. Namun kenyataannya, daun meniran ini, bukan

termasuk golongan daun majemuk, melainkan daun tunggal. Sebagaimana kita

ketahui bahwa pada daun majemuk, di ketiak-ketiak cabangnya tidak mungkin

muncul bunga yang kemudian dapat berkembang menjadi buah. Pada ketiak-

ketiak cabang daun meniran ini ternyata pada waktu-waktu tertentu dapat

mengeluarkan bunga yang dimaksud tersebut, sehingga dengan alasan tersebutlah

daun meniran termasuk ke dalam daun tunggal. Daun meniran dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

13
Gambar 2.1 Meniran

2.7 Pemeriksaan Mikroskopik Meniran

Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau

serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Kandungan sel dapat

langsung dilihat di bawah mikroskop atau dilakukan pewarnaan. Sedangkan untuk

pemeriksaan anatomi jaringan dapat dilakukan setelah penetesan pelarut tertentu,

seperti kloralhidrat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan sel seperti

amilum dan protein sehingga akan dapat terlihat jelas di bawah mikroskop

(Djauhari, 2012).

Secara mikroskopik, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat

dilihat adanya 3 fragmen spesifik, antara lain fragmen kulit biji, fragmen kulit

buah, dan adanya kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan roset pada jaringan

mesofil (Harmita, 2004).

14
Gambar 2.2 Mikroskopik meniran

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriktif,

yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena terjadi dalam masyarakat (Kurmasih, 2010).

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman meniran

yang diperoleh di Jalan Flamboyan Raya Simpang Melati.

3.4 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mikroskop, Objek gelas,

pinset, pisau inggris, serbet, pipet kecil (pipet mata), buku gambar, penghapus,

pensil, Deck glass dan lampu spiritus.

16
3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini dilakukan secara makroskopik dengan

melihat pemeriksaan tanaman meniran dengan tahapan :

3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik Meniran

Pemeriksaan makroskopik digunakan untuk mengetahui bagian luar,

ukuran, bau, warna, dan struktur pada tanaman meniran. Prosedur pemeriksaan

maroskopik pada tanaman meniran yaitu menyediakan daun meniran kemudian

mengidentifikasi visual daun dan mencatat hasil pengamatan dari tanaman

meniran.

3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopis daun segar

1. Pemeriksaan membujur daun segar.

Cara kerja :

a. Daun segar diiris membujur sehingga diperoleh irisan membujur epidermis atas

dan irisan membujur epidermis bawah.

b. Irisan membujur diletakkan diatas kaca objek, ditetesi 2 tetes larutan kloralhidrat.

c. Preparat diambil dibawah mikroskop dan anatomisnya digambar di buku gambar.

d. Makroskopik Serbuk rhizoma kering ditaburkan di atas kaca objek, lalu ditetesi 2-

4 kloralhidrat.

e. Preparat dibakar/dipanaskan diatas lampu spiritus lalu diamati di bawah

mikroskop dan digambarkan di buku gambar, ciri khas fragmen dan digambarkan

jika ada.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tanaman Meniran

4.1.1 Hasil pemeriksaan makroskopik tanaman meniran.

Hasil pemeriksaan makroskopik tanaman meniran meliputi pemeriksaan

visual dan organoleptis. Tinggi batangnya 30 – 50 cm, berwarna hijau kemerahan

(Phyllanthus urinaria) atau hijau pucat (Phyllanthus niruri), bercabang-cabang.

Daun tunggal, letaknya berseling. Helaian daun bundar telur sampai bundar

memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik

kelenjar, tepi daun rata, dengan panjang 1,5 cm dan lebar sekitar 7 mm, berwarna

hijau. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan

keluar dari bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar dari atas ketiak

daun. Buah meniran berupa buah kotak, bulat pipih, licin, diameter 2 - 2,5 mm.

Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal dan berwarna coklat. Seperti yang terlihat

pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Daun Meniran (Phyllanthus urinaria L)

18
Dari hasil pemeriksaan meniran secara makroskopis dapat dilihat bahwa

daun meniran berwarna hijau, batang ramping bulat, dan buah serta bunga

terdapat pada ketiak daun.

4.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik daun meniran (Phyllanthus urinaria L)

1
2
3

6
4
5
7

Gambar 4.2 Penampang membujur daun meniran (Phyllanthus urinaria L)

Keterangan gambar :

1. Epidermis atas dengan hablur kalsium oksalat dengan bentuk roset.

2. Fragmen kulit buah.

3. Fragmen mesofil.

4. Epidermis bawah.

5. Fragmen kulit biji.

6. Hablur kalsium oksalat bentuk prisma dan roset.

7. Epidermis atas dengan hablur kalsium oksalat bentuk prisma dimesofil.

19
4.2.1 Hasil Uji Mikroskopis Daun Meniran

Jaringan epidermis adalah jaringan yang terletak paling luar pada setiap

organ tumbuhan yaitu akar, batang dan daun. Jaringan epidermis berfungsi

sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan (Dalimartha, 2010).

Daun : Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel dan agak menonjol keluar.

Epidermis bawah lebih menonjol dari epidermis atas, pada penampang tangensial

sel epidermis atas dan bawah mempunyai dinding samping yang bergelombang,

kutikula jelas dan berbintik. Stomata tipe anisositik terdapat pada kedua

permukaan, pada permukaan bawah lebih banyak. Jaringan palisade terdiri dari

satu lapis sel berbentuk silindris, tebal jaringan hampir setengah tebal mesofil

daun (Harmita, 2004).

Pada jaringan palisade dari varietas Genuinus terdapat hablur kalsium

oksalat berbentuk prisma berukuran 10m – 15m. Pada jaringan palisade dari

varietas Javanicus terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk roset berukuran lebih

kurang 20m. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel berkas

pembuluh tipe kolateral tulang daun di dalam mesofil disertai hablur kalsium

oksalat berbentuk roset umumnya berukuran lebih kecil dari hablur jaringan

palisade (Djauhari, 2012).

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian pada pemeriksaan makroskopik pada daun

meniran mempunyai bentuk oval atau bundar berwarna hijau bercabang-cabang,

daun tunggal, letak berseling ujung tumpul pangkal membulat. Permukaan bawah

berbentuk kelenjar, tepi daun rata panjang 1,5 cm. Lebar sekitar 7 mm berwarna

hijau. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Pada pemeriksaan mikroskopik pada daun meniran terdapat epidermis atas

dan bawah sehingga daun meniran dapat digunakan untuk menentukan kebenaran

bahwa tanaman meniran dapat digunakan sebagai obat.

5.2. Saran

Saran pada penelitian ini adalah agar masyarakat dapat mengetahui ciri-

ciri dari tanaman atau tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Dan

disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti meniran secara

mikroskopis dari batang, bunga dan akar serta biji meniran.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agus (2010).Tanaman Herbal di Indonesia Maag. Diakses pada tanggal


23 Maret 2015 dari http://www.kabarbisnis.com.

Dalimartha. (2010). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 47.


Jakarta: Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Hal. 637.

Depkes. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI. Hal. 83-84.

Djauhari (2012). Daftar Obat Esensial Nasional. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 27.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara


Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian.
1(3):117 135.

Kurmasih (2010). Obat Lokal. Dalam Buku Farmakologi dan Terapi.


Editor Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi., dan Elysabeth.
Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.518-519.

Lasmadiwati. (2010). Kimia Universitas Asas & Struktur. Edisi Kelima.


Jilid Satu Alih Bahasa Maun, S., Anas, K., dan Sally, T.S.
Jakarta. PT Rineka Cipta. Hal. 478.

22

You might also like