You are on page 1of 5

Ananda Septiani Yunus

A31116039
Akuntansi
RMK Akuntansi Sektor Publik
Ruang Lingkup dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik
A. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik merupakan serangkaian proses dalam mengumpulkan,
mengklasifikasikan, menganalisis, mencatat, hingga menyajikan informasi-informasi
tersebut dalam sebuah laporan yang nantinya dapat digunakan pihak-pihak terkait untuk
pengambilan keputusan. Sistem akuntansi sektor publik memang diterapkan pada
lembaga-lembaga publik negara.

B. Tujuan Akuntansi Sektor Publik


Berikut ini beberapa tujuan dari adanya akuntansi sektor publik yang dijelaskan oleh
American Accopunting Association (1970), yaitu:
1. Accountability
Tujuan dari akuntansi sektor publik adalah digunakan untuk memberikan
informasi yang dapat berguna bagi manager sektor publik dan dapat digunakan dalam
pelaporan pertanggung jawaban bidang, divisi, maupun sumber daya yang berada di
bawah naungannya. Selain itu, maksud dari tujuannya ini adalah digunakan untuk
melaporkan kegiatan-kegiatan pada publik atas operasi pemerintahan serta pengunaan
anggaran publik.
2. Management Control
Tujuan dari adanya akuntansi sektor publik adalah dapat memberikan informasi
yang memang dibutuhkan dalam pengelolaan suatu lembaga/organisasi secara tepat,
cepat, efisien, dan ekonomis atas operasi serta penggunaan dari sumber daya yang
dianggarkan dalam organisasi/lembaga.

C. Ciri-ciri Akuntansi Sektor Publik


1. Karena keinginan mengejar laba tidak inklusif di dalam usaha dan kegiatan lembaga
pemerintahan, maka dalam akuntansi pemerintahan pencatatan rugi laba tidak perlu
dilakukan
2. Karena lembaga pemerintahan tidak dimiliki secara pribadi sebagaimana halnya
perusahaan, maka dalam akuntansi pemerintahan pencatatan pemilikan pribadi juga
tidak perlu dilakukan
3. Karena sistem akuntansi pemerintahan suatu negara sangat dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan negara yang bersangkutan, maka bentuk akuntansi pemerintahan
berbeda antara suatu negara dengan negara yang lain-tergantung pada sistem
pemerintahannya.
4. Karena fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk mencatat, menggolong-
golongkan, meringkas dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran suatu negara,
maka penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak bisa dipisahkan dari mekanisme
pengurusan keuangan dan sistem anggaran tiap-tiap negara.

D. Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik


Organisasi-organisasi sector publik sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita berurusan dengan instansi pemerintah, seperti Departemen
Pendidikan, Departemen Tenaga Kerja, Kantor pencatatan sipil, atau Kepolisian. Kita
juga berinteraksi dengan berbagai organisasi keagamaan, seperti MUI, Nahdlatul Ulama
(NU), Muhammadiyah, PGI (Persatuan Gereja Indonesia), KWI (Konfrensi Waligereja
Indonesia), dan lain-lain. Di bidang pendidikan dan kesehatan, kita mendapati beragam
organisasi sector publik, seperti universitas, sekolah-sekolah, rumah sakit, puskesmas,
dan balai-balai kesehatan. Yang juga termasuk organisasi sector publik adalah partai-
partai politik dan LSM-LSM di berbagai bidang.
Jika dilihat secara garis besar, jenis-jenis organisasi sector publik diatas dapat dibagi
menjadi tiga.
1. Instansi Pemerintah
Instansi pemerintah merupakan bagian organisasi sektorpublik yang berbentuk
instansi pemerintah berikut.
a. Pemerintah Pusat, termasuk di dalamnya:
 Kementrian seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial,
Departemen Keuangan, dan lain-lain.
 Lembaga dan badan Negara sepeti KPU,KPK, dan lain-lain.
b. Pemerintah Daerah, termasuk di dalamnya:
 Satuan Kerja Perangkat Daerah seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah, Kantor
Pencatatan Sipil, dan lain-lain.
2. Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah
Organisasi nirlaba milik pemerintah merupakan bagian organisasi sektorpublik
yang bentuknya bukan instansi pemerintah, tetapi milik pemerintah. Contohnya:
a. Perguruan tinggi BHMN
b. Rumah sakit milik pemerintah seperti RSCM, RS Daerah.
c. Yayasan-yayasan milik pemerintah.
Pada perkembangannya, sebagian organisasi dalam kelompok ini dikategorikan
dalam kelompok yang lebih khusus, yaitu Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD).
3. Organisasi Nirlaba Milik Swasta
Organisasi nirlaba milik swasta ini merupakan bagian organisasi sector publikyang
dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. Contohnya:
a. Yayasan seperti Sampoerna Foundation, Dompet Dhuafa Republika, dan lain-lain.
b. Sekolah dan universitas swasta
c. Rumah sakit milik swasta.

E. Regulasi dan Standar di Sektor Publik


Regulasi di sektor publik dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu regulasi yang
terkait dengan organisasi nirlaba dan regulasi yang terkait dengan instansi pemerintah.
Kedua jenis regulasi ini dibedakan karena sifat regulasi di sektor publik bersifat spesifik
untuk setiap jenis organisasi. Selain itu, di instansi pemerintah, regulasi yang digunakan
juga cenderung lebih rumit dan rinci.
Beberapa regulasi di sektor publik antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
5. Berbagai Peraturan Pemerintah tentang penetapan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
Adapun beberapa standar di sektor publik misalnya:
1. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik atau International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS).
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Organisasi
Nirlaba.
3. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa.
Hal ini disebabkan karena akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada
masyarakat yang ada di sektor publik.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebenarnya telah memasukan standar untuk
organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini
tercantum pada PSAK Nomor 45 tentang Organisasi Nirlaba. Namun, standar ini belum
mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang
dimilikinya. Oleh karena itu, pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut
dengan Standar Ak untansi Pemerintahan (SAP).
Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional. Organisasi yang
merancang standar ini adalah Federasi Akuntan Internasional atau International
Federation of Accountants atau (IFAC). Mereka membuat suatu standar akuntansi sektor
publik yang disebut Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik atau Internation Public
Sector Accounting Standards (IPSAS). Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan
standar akuntansi pemerintahan di setiap negara di dunia.
Kebutuhan atas standar akuntansi sektor publik terus berkembang akibat kedinamisan
regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah dan
reformasi keuangan.
Otonomi daerah berlaku akibat diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini menjelaskan bahwa pemerintah
melaksanakan otonomi daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemeirntah yang
lebih efisien, efektif, dan bertanggun jawab.
Peraturan perundang-undangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan
Pemerintahan (PP) sebagai turunan berbagai Undang-Undang di atas, antara lain:
1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.

F. Manajemen Keuangan Daerah Periode 2004-Sekarang


Sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang Keuangan Negara, yakni UU Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Neagara, dan UU Nomor 15 tentang Pemerikasaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka sebagai konsekuensinya adalah penyesuaian
dan amandemen atas peraturan perundangan sebelumnya. Dalam kaitan pemerintahan
pengelolaan keuangan daerah, maka diterbitkan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai
pengganti UU Nomor 25 Tahun 1999. Selain itu muncul pula peraturan perundangan yang
diamanatkan oleh UU terdahulu, seperti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen tentu harus
menyesuaian dan atau mengalami perubahan atau revisi. PP Nomor 105 Tahun 2000,
misalnya diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Begitu pula dengan peraturan yang lebih teknis, seperti Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, diganti dengan dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Beberapa perubahan mendasar dalam peraturan perundangan terbaru adalah
dikenalkannnya kembali Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Selain itu,
pengelompokan jenis belanja lebih menekankan pada belanja langsung dan belanja tidak
langsung. Penegasan perlunya penyusunan sistem akuntansi keuangan daerah juga
merupakan salah satu perubahan. Selain itu, penerapan konsep Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah (KPJM) atau Multi Terms Expenditure Framework (MTEF) merupakan
perubahan yang dikehendaki mulai tahun anggapan 2009.

Referensi:
Halim, Abdul. Prof. Dr., 2007, Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah,
Jakarta, Salemba Empat.
http://yathimaryathie.blogspot.co.id/2015/06/modul-mata-kuliah-akuntansi-sektor.html
Diakses pada 2 Februari 2018 pukul 18.56 WITA

You might also like