You are on page 1of 6

6 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2015, hlm.

6-11

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT KECEMASAN REMAJA (13-18 TAHUN) YANG DIRAWAT
INAP

Aloysia Ispriantari
Poltekkes RS dr. Soepraoen

Abstrak

Rawat inap adalah memasukkan seorang penderita ke dalam rumah sakit atau masa selama di rumah sakit dan
merupakan stresor yang besar bagi setiap orang. Reaksi yang umum dari stres adalah kecemasan. Kecemasan yang
biasanya dialami remaja saat dirawat inap biasanya disebabkan karena kehilangan teman sebaya, kehilangan kebebasan
dan takut tertinggal pelajaran di sekolah. Banyak metode yang digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan
pada remaja yang dirawat inap, salah satunya adalah dengan terapi musik klasik. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik klasik serta mengidentifikasi perbedaan
tingkat kecemasan pada remaja (13–18 tahun) yang dirawat inap sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik.
Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan desain penelitian menggunakan One Group Pretest-
Posttest Design. Sampel terdiri dari 30 responden yang diambil secara purposive sampling. Variabel yang diukur
adalah adalah tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik klasik. Dari data uji statistik Wilcoxon
Matched Paired didapatkan hasil nilai Z hitung -4,600 kurang dari nilai kritis Z tabel -1,645 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05 (=5%), sehingga Ho ditolak. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
terapi musik klasik menurunkan tingkat kecemasan remaja (13–18 tahun) yang dirawat inap. Berdasarkan hasil penelitian
ini, disarankan agar dilakukan terapi musik dengan jenis musik selain musik klasik pada pasien baik remaja, anak
maupun dewasa yang dirawat inap dengan lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien
terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit.

Kata Kunci: rawat inap, tingkat kecemasan, terapi musik klasik, remaja

Abstract

Hospitalization is admitting a patient into hospital or period of time staying in hospital. It is a big stressor for
every people. General reaction from stress is anxiety. Anxiety feeling from hospitalized adolescents happens due
to lossing their peer group, lossing their freedom, being afraid that they can not go to school. A lot of methods are
used to treat hospitalized adolescents, one of the methods is classical music therapy. The purpose of this research
is to know the anxiety level before and after given classical music therapy and to identified the difference of
anxiety level in hospitalized adolescents (13–18 years) before and after given classical music therapy. The type of
this research is pre-experimental research by using one group pretest-posttest design. 30 respondents as samples
is selected using purposive sampling. The measured variable is anxiety level before and after given classical music
therapy. From the Wilcoxon Matched Paired statistic test obtained that Z count - 4.600 less than Z table -1.645
with significancy level 0.000 less than alpha 0.05 (=5%) so the Ho is refused to conclude the classical music
therapy can reduce the anxiety level of hospitalized adolescents (13–18 years). Based on this findings, the
researcher suggests to do other research using music therapy with other music type except classical music for
hospitalized adolescent, children, adult patients with more concern on factors that influence patient reaction to
illness and treatment in hospital.

Keywords: hospitalization, anxiety level, classical music therapy, adolescents

6
Ispriantari, Pengaruh Terapi Musik Klasik 7

Pendahuluan banyak dipraktikkan dan hasilnya cukup menakjub-


Rawat inap adalah memasukkan seorang pen- kan. Hal ini menunjukkan bahwa musik selain
derita ke dalam rumah sakit atau masa selama di memiliki aspek estetika, juga aspek terapeutik se-
rumah sakit (Dorland, 2002). Rawat inap menjadi hingga musik digunakan untuk membantu penyem-
stresor yang besar bagi setiap orang. Seseorang buhan, menenangkan dan memperbaiki kondisi
yang menjalani rawat inap akan mengalami peru- fisiologis pasien (Halim, 2003).
bahan peran dalam kehidupannya. Stres akibat ra- Terapi musik sebagai salah satu alternatif untuk
wat inap akan menimbulkan perasaan tidak nyaman menurunkan tingkat kecemasan dapat dilihat pada
baik pada pasien maupun keluarga sehingga diper- beberapa penelitian berikut ini yakni O’Brien (2002)
lukan proses penyesuaian lingkungan untuk mengu- mengungkapkan bahwa terapi musik dapat menu-
rangi atau meminimalkan stres supaya tidak berkem- runkan kecemasan pada pasien di bagian perawatan
bang menjadi krisis (Whaley dan Wong, 2003). kanker di the Royal Melbourne Hospital dengan
Reaksi yang umum dari stres adalah kecemasan tingkatan hasil: sangat membantu 45%, membantu
yang merupakan emosi atau perasaan yang timbul 23% dan sedikit membantu 17%, Chan, et al. (2003)
oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik, mengatakan musik merupakan strategi yang praktis,
biasanya dimanifestasikan dengan perasaan tidak murah dan mudah digunakan untuk meminimalkan
nyaman, tidak siap, tidak mudah mengambil kepu- kecemasan dan nyeri saat pemeriksaan kolposkopi
tusan, ragu-ragu, gelisah dan merasa terancam dan Astuti (2004) mengatakan bahwa terapi musik
dapat menurunkan kecemasan sebanyak 66,67%
(Kozier, 2004). Remaja biasanya sudah mampu
pada anak usia sekolah yang menjalani rawat inap.
untuk mengerti bahwa mereka sakit dan mampu
Namun tidak semua jenis musik efektif dalam
menerima perawatan sehingga mereka sudah mam-
menstimulasi respon relaksasi emosi dan fisik tubuh
pu mengungkapkan rasa cemasnya baik secara ver-
termasuk kecemasan (Prickett dan Standley, 2005).
bal maupun nonverbal. Kecemasan yang biasanya
Lewis (2000) mengatakan bahwa musik klasik lebih
dialami remaja saat dirawat inap biasanya disebab-
efektif dalam menurunkan kecemasan karena musik
kan karena kehilangan teman sebaya, kehilangan
klasik mempengaruhi semua area otak sedangkan
kebebasan dan takut tertinggal pelajaran di sekolah.
jenis musik lainnya hanya mempengaruhi salah satu
Kecemasan ini muncul karena saat dirawat inap
sisi otak saja. Penelitian oleh Alfred Tomatis menun-
terjadi perubahan-perubahan peran pada remaja
jukkan bahwa musik klasik dapat merangsang otak
yaitu peran dalam keluarga, peran dalam kelompok
sehingga menimbulkan gerakan motorik tertentu
dan peran dalam sekolah (Marlow, 2004).
pada janin dan bayi baru lahir. Suara musik klasik
Beberapa metode untuk menurunkan tingkat
kecemasan dapat dilakukan dengan efektif, tetapi dapat mengatur cepat atau lambatnya denyut jan-
tung janin dan bayi, serta merangsang penambahan
sebagian belum terbukti efektif. Menurut Kozier
berat badan bayi. Ketukan musik juga mempunyai
(2004), perawat harus peka terhadap kebutuhan dan
efek terhadap kepandaian anak dalam matematika
reaksi tertentu untuk dapat menentukan metode
yang tepat dalam melakukan intervensi kepera- (ARN, 2002).
watan dalam menurunkan tingkat kecemasan. Be- Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bah-
berapa metode yang pernah dilakukan dalam menu- wa sebagian besar remaja sangat menyukai musik.
runkan tingkat kecemasan yaitu hypnosis, imagery, Pada usia remaja, seseorang diharuskan untuk mela-
biofeedback, meditasi, relaksasi, yoga, therapeutic kukan penyesuaian diri terhadap tugas-tugas per-
touch, healing touch, massage, pet therapy, aro- kembangannya di mana dia harus mengalami peru-
materapi, akunpuntur dan terapi musik (De Laune bahan dari anak-anak menjadi dewasa. Sebagai aki-
dan Ladner, 2002). Menurut De Laune dan Ladner batnya remaja akan mengalami perasaan tertekan,
(2002), terapi musik adalah terapi yang dilakukan depresi, cemas, dan ingin memberontak (Dariyo,
dengan memberikan stimulasi musik, dimana musik 2004). Salah satu upaya yang dilakukan remaja
tersebut masuk ke dalam pikiran melalui sensasi untuk mengekspresikan segala perasaannya adalah
auditori. Suara atau musik yang lembut dapat me- melalui musik.Musik yang biasa digemari adalah
musik rock, musik pop ataupun musik hip-hop
ngurangi stres, persepsi nyeri, cemas dan perasaan
terisolasi. Terlepas dari banyaknya perdebatan ke- (Wikipedia, 2003).Namun menurut Kemper dan
Danhauer (2005) remaja mendapatkan respon
absahan musik sebagai salah satu bentuk terapi, tak
dapat disangkal lagi bahwa terapi musik sudah psikologis dan emosional yang negatif saat mereka
8 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2015, hlm. 6-11

mendengarkan musik rock saat mengalami kece- Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik
masan saat berada di rumah sakit meskipun mereka terhadap penurunan tingkat kecemasan remaja (13-
biasanya menyukai jenis musik ini dalam kehidupan 18 tahun) yang dirawat inap di RSU Ngudi Waluyo
sehari-hari. Wlingi, dilakukan pengolahan dan analisa data
RSU Ngudi Waluyo Wlingi merupakan rumah menggunakan bantuan komputer program SPSS for
sakit rujukan bagi masyarakat sekitar Kabupaten windows dengan statistik uji Wilcoxon Match
Blitar. Dari pengamatan sementara yang didapat di Pairs (uji peringkat untuk data berpasangan).
RSU Ngudi Waluyo Wlingi, diperoleh hasil bahwa
jumlah pasien remaja (13–18 tahun) per bulan cukup Hasil Penelitian
banyak dan di rumah sakit ini belum pernah dilaku-
kan terapi musik klasik untuk menurunkan tingkat 30

kecemasan remaja (13–18 tahun) yang dirawat inap. 25


24
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 20 20
Tingkat Kecemasan
pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan Sebelum Terapi
15
tingkat kecemasan pada remaja (13–18 tahun) yang Tingkat Kecemasan
Sesudah Terapi
10
dirawat inap RSU Ngudi Waluyo Wlingi. 7
5 6
3

Bahan dan Metode Penelitian 0 0


Kec em as an Kec emasan Kecemas an
Ringan Sedang Berat
Penelitian ini merupakan penelitian pre-
eksperimental. Dengan desain penelitian menggu- Gambar 1. Perubahan Tingkat Kecemasan Responden
nakan One Group Pretest-Posttest Design. Di Sebelum dan Sesudah Diberi Terapi Musik
mana ciri dari penelitian ini adalah mengungkapkan Klasik
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu
kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa
sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi sebelum diberi terapi musik klasik terdapat 6 respon-
lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003). den yang mengalami kecemasan berat dan sesudah
Sampel yang digunakan pada penelitian ini diberi terapi musik klasik responden yang mengalami
adalah pasien remaja (13–18 tahun) yang dirawat kecemasan berat menurun menjadi 3 responden.
inap di RSU Ngudi Waluyo Wlingi yang memenuhi Pada tingkat kecemasan sedang yang sebelumnya
kriteria inklusi: 1) Pasien remaja berusia 13-18 tahun, ada 24 responden menurun menjadi 7 responden.
2) Pasien dalam keadaan sadar, 3) Pasien menga- Sesudah diberikan terapi musik responden yang me-
lami cemas sedang hingga cemas berat, 4) Pasien ngalami kecemasan ringan menjadi 20 responden.
yang dirawat inap hari pertama hingga hari keem- Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik
pat, 5) Pasien mendapatkan terapi IV, 6) Tidak terhadap penurunan tingkat kecemasan remaja (13–
mengalami gangguan pendengaran, 7) Bersedia 18 tahun) yang dirawat inap di RSU Ngudi Waluyo
menjadi subyek penelitian. Wlingi digunakan uji Wilcoxon Matched Paired Test
Penelitian ini dilakukan di RSU Ngudi Waluyo dengan SPSS for windows. Berdasarkan uji
Wlingi selama bulan Mei hingga Juli 2006. Instrumen Wilcoxon pada lampiran hasil analisis, untuk tingkat
dalam penelitian ini menggunakan lembar wawan- kecemasan remaja sebelum dan sesudah diberi
cara dan observasi HRS-A (Hamilton Rating Scale terapi musik klasik ternyata menunjukkan nilai Z
for Anxiety). hitung sebesar -4,600 kurang dari nilai kritis Z tabel
Variabel independen dari penelitian ini adalah -1,645 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
pengaruh terapi musik klasik yaitu terapi yang dilaku- lebih kecil dari alpha 0,05 (=5%), sehingga Ho
kan dengan memberikan stimulasi suara dalam hal ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan
ini berupa alunan musik klasik yang diperdengarkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik klasik terha-
kepada pasien melalui headphone yang dihubung- dap penurunan tingkat kecemasan remaja (13–18
kan dengan tape recorder selama 20 menit dan tahun) yang dirawat inap.
volume suara disesuaikan dengan kenyamanan
pasien. Variabel dependen dari penelitian ini adalah Pembahasan
tingkat kecemasan remaja yang dirawat inapyang Sebelum pelaksanaan perlakuan dengan mem-
diukur melalui observasi HRS-A. berikan terapi musik klasik, untuk melihat
Ispriantari, Pengaruh Terapi Musik Klasik 9

pengaruhnya terhadap tingkat kecemasan dilakukan melihat pengaruhnya terhadap tingkat kecemasan
pengukuran tingkat kecemasan terhadap seluruh res- dilakukan pengukuran tingkat kecemasan terhadap
ponden dengan menggunakan skala ukur kecemasan seluruh responden dengan menggunakan skala ukur
HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety). kecemasan HRS-A (Hamilton Rating Scale for
Seperti diketahui pada gambar 5 didapatkan hasil Anxiety). Berdasarkan hasil pengukuran setelah
bahwa sebelum diberikan terapi musik klasik, hampir diberikan terapi musik klasik didapatkan hasil seperti
seluruhnya (80%) responden mengalami kecemasan pada gambar 6, sebagian besar (66,7%) responden
sedang dan sebagian kecil (20%) responden menga- setelah diberi terapi musik klasik mengalami kece-
lami kecemasan kecemasan berat. Sakit dan dira- masan ringan dan sebagian kecil yakni 22,3% me-
wat inap merupakan ancaman terhadap identitas ngalami kecemasan sedang dan 10% mengalami
diri, perkembangan dan kemampuan anak. Reaksi kecemasan berat. Hal ini menunjukkan bahwa terja-
yang timbul bila remaja dirawat yaitu merasa kebe- di penurunan tingkat kecemasan pada responden
basannya terancam sehingga anak tidak kooperatif, sesudah diberikan terapi musik klasik.
menarik diri, marah atau frustasi. Remaja sangat Adanya penurunan tingkat kecemasan ini bisa
cepat mengalami perubahan body image selama disebabkan oleh banyak faktor antara lain adanya
perkembangannya, adanya perubahan dalam body proses adaptasi dengan peran baru, penyakit yang
image akibat penyakit/pembedahan dapat menim- membaik dan sistem pendukung yang tersedia di
bulkan stres atau merasa tidak aman, remaja akan sekeliling pasien (Supartini, 2004). Sistem pendukung
berespon dengan banyak bertanya, menarik diri dan yang ada misalnya lingkungan rumah sakit dan petu-
menolak orang lain (Marlow, 2004). gas kesehatan, adanya keluarga dan teman yang
Kecemasan pada responden berhubungan menemani pasien. Selain faktor-faktor diatas, tingkat
dengan stres psikologis yang dialaminya selama kecemasan saat dirawat inap juga dapat diturunkan
dirawat inap. Mereka akan menunjukkan berbagai melalui banyak metode yang dapat dilakukan oleh
perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman rawat perawat. Beberapa metode yang pernah dilakukan
inap. Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat dalam menurunkan tingkat kecemasan yaitu hypno-
bergantung pada tahapan usia perkembangan, pe- sis, imagery, biofeedback, meditasi, relaksasi,
ngalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendu- yoga, therapeutic touch, healing touch, massage,
kung yang tersedia dan kemampuan koping yang pet therapy, aromaterapi, akunpuntur dan terapi
dimilikinya (Supartini, 2004). musik (De Laune dan Ladner, 2002).
Kecemasan yang biasanya dialami remaja saat Dalam wawancara yang dilakukan pada res-
dirawat inap biasanya disebabkan karena kehilangan ponden sesudah diberikan terapi musik klasik,
teman sebaya, kehilangan kebebasan dan takut ter- sebagian besar responden menyatakan menikmati
tinggal pelajaran di sekolah (Marlow, 2004). Kece- dan menyukai terapi yang diberikan karena belum
masan lain disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan pernah mendapatkan terapi ini sebelumnya.Selain
akibat penyakit fisik, kecacatan serta kurangnya itu, responden juga menyatakan bisa menikmati jenis
privacy (Whaley dan Wong, 2003). Selain itu pada musik yang diberikan meskipun sebelumnya belum
penelitian ini semua responden mengalami rawat pernah ataupun jarang mendengarkan musik berjenis
inap di RSU Ngudi Waluyo Wlingi untuk pertama klasik.Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan
kalinya. Hal ini dapat pula mempengaruhi tingkat Tomain (2004) yaitu semua orang mampu memper-
kecemasan yang dialami responden oleh manfaat musik klasik untuk kesehatan tubuhnya
Dalam wawancara dengan beberapa responden meskipun orang tersebut belum pernah mendengar-
yang terdiagnosa post-operasi, mereka menyatakan kan jenis musik ini.
bahwa mereka merasa terganggu dengan adanya Namun pada penelitian ini masih terdapat res-
perubahan dalam tubuhnya akibat operasi dan me- ponden yang tidak mengalami penurunan tingkat
miliki perasaan buruk terhadap efek operasi.Hal ini kecemasan seperti yang terlihat pada gambar 7.Dari
sesuai dengan Marlow (2004) yang menyatakan hasil wawancara dan observasi yang telah dilaku-
adanya perubahan dalam body image akibat pem- kan, peneliti mendapatkan beberapa hasil yaitu
bedahan dapat menimbulkan stres atau merasa tidak kemungkinan responden tidak menyukai jenis musik
aman. klasik dan juga responden mungkin mendengarkan
Sesudah diberikan terapi musik klasik satu kali terapi musik klasik namun perhatiannya tidak terfo-
sehari dalam waktu dua hari berturut-turut untuk kus pada terapi yang diberikan sehingga tidak
10 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2015, hlm. 6-11

menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini sesuai Koklea merupakan suatu sistem yang terdiri
dengan Greer (2003) yang menyatakan bahwa dari tiga tuba yang melingkar-lingkar dari sisi ke
diperlukan sedikit motivasi untuk merasakan musik sisi yaitu skala vestibuli, skala media dan skala tim-
dalam dirinya, jika ia tidak mencoba merasakannya pani. Masing-masing skala tersebut dipisahkan oleh
ia tidak akan memperoleh keuntungan apapun dari suatu membran. Skala vestibuli dan skala media
terapi musik. Seorang responden yang tidak menga- dipisahkan oleh membran reissner yang disebut juga
lami penurunan tingkat kecemasan menyatakan membran vestibular.Sedangkan skala media dan
bahwa dirinya baru mendapat kecelakaan kemudian skala timpani dipisahkan oleh membran basilar. Pada
harus dioperasi padahal saat itu menjelang pengumu- membran basilar tersebut terdapat organ corti yang
man kelulusan sehingga dia tidak mampu memusat- mengandung suatu seri sel yang sensitif secara elek-
kan perhatian penuh pada terapi yang diberikan tromekanis, yaitu sel-sel rambut.Sel ini merupakan
peneliti. organ reseptif akhir yang membangkitkan impuls
Sesuai dengan teori yang diungkapkan De saraf sebagai respon terhadap getaran suara
Laune dan Ladner (2002) bahwa musik masuk ke (Guyton dan Hall, 2006).
dalam pikiran melalui sensasi auditori yang dapat Terdapat dua tipe sel rambut yaitu sel rambut
mengurangi stres, persepsi nyeri, cemas dan perasa- interna dan sel rambut eksterna. Basis dan samping
an terisolasi. Dalam penelitian ini diberikan terapi sel rambut ini bersinaps dengan jaringan akhir nervus
musik klasik pada remaja saat dirawat inap dan koklearis dan 90% sampai 95% ujung-ujung nervus
menurut Lewis (2000) musik klasik dapat mening- koklearis berakhir di sel rambut bagian dalam yang
katkan daya ingat dan konsentrasi, memperdalam akan memperkuat sel rambut untuk mendeteksi
pernapasan dan membuat pernapasan teratur, me- suara. Serat-serat dari nervus koklearis ini mengarah
nurunkan stres dan termasuk juga menurunkan rasa ke ganglion spiralis corti yang kemudian mengirim-
nyeri dan kecemasan. Lewis juga mengatakan bah- kan akson ke dalam nervus koklearis yang akan
wa musik klasik lebih efektif dalam menurunkan dilanjutkan ke sistem saraf pusat (Guyton dan Hall,
kecemasan karena musik klasik mempengaruhi 2006).
semua area otak sedangkan jenis musik lainnya Musik yang diterima oleh organ pendengaran
hanya mempengaruhi salah satu sisi otak saja.Musik akan secara langsung mempengaruhi sistem limbik
klasik dianggap menampilkan kompleksitas musik (Hardywinoto, 2002). Bagian utama dari sistem
yang banyak melalui banyaknya instrumen yang limbik adalah hipotalamus.Fungsi dari hipotalamus
digunakan, modulasi (perubahan kunci nada), sedikit yaitu mengatur sebagian besar fungsi vegetatif dan
repetisi dan memiliki harmoni tertentu (Wikipedia, fungsi endokrin.Perangsangan dari fungsi vegetatif
2003). Hal inilah yang diduga dapat mempengaruhi dan fungsi endokrin dari hipotalamus seringkali
kondisi manusia seperti meningkatkan daya ingat memberikan efek yang menyeluruh pada perilaku
dan konsentrasi, memperdalam pernapasan dan dan emosional (Guyton dan Hall, 2006).
membuat pernapasan teratur, menurunkan stres dan Dalam sistem limbik terdapat pusat ganjaran
termasuk juga menurunkan rasa nyeri dan kece- dan pusat hukuman. Apabila perangsangan dilakukan
masan (Lewis, 2000). pada area yang lebih rostral dari area rasa terhukum
Proses pengenalan musik di dalam otak diawali akan menyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas.
dari penjalaran gelombang suara berupa musik yang Tetapi sebaliknya, apabila perangsangan dilakukan
diterima oleh daun telinga dan kemudian gelombang pada area pusat ganjaran yang terutama terletak di
suara tersebut mengalir di sepanjang telinga tengah sepanjang rangkaian berkas bagian medial otak de-
yang akan menggetarkan membran tympani. Kare- pan, khususnya pada nuclei lateral dan nuclei ventro-
na pada membran tympani tersebut melekat tangkai medial hipotalamus, maka akan timbul ketenangan
dari maleus dan pada sisi yang lain dari maleus ter- (Guyton dan Hall, 2006).
ikat kuat pada incus sedangkan ujung yang berla-
wanan dari incus berartikulasi dengan stapes maka Kesimpulan dan Saran
pada saat membran tympani bergetar, secara oto-
Kesimpulan
matis maleus, incus dan stapes ikut bergerak. Lalu
suara tersebut masuk ke telinga dalam (koklea) Terapi musik klasik dapat menurunkan tingkat
melalui fanestra ovalis (Guyton dan Hall, 1997). kecemasan pada remaja (13–18 tahun) yang dirawat
Ispriantari, Pengaruh Terapi Musik Klasik 11

inap. Musik klasik efektif dalam menurunkan kece- De Laune, dan Ladner. 2002. Fundamentals of Nursing:
masan karena musik klasik mempengaruhi semua Standarts and Practice. Jilid II. USA: Delmar
area otak sedangkan jenis musik lainnya hanya Publishers.
mempengaruhi salah satu sisi otak saja. Musik klasik Dorland. 2002. Kamus Kedokteran. Edisi 27. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedok-
menampilkan kompleksitas musik yang banyak me-
teran.Edisi 11. Alih Bahasa: Irawati Setiawan et
lalui banyaknya instrumen yang digunakan, modulasi al. Jakarta: EGC.
(perubahan kunci nada), sedikit repetisi dan memiliki Halim, S. 2003. Efek Mozart dan terapi Musik dalam
harmoni tertentu yang dapat mempengaruhi kondisi Dunia Kesehatan, (Online), (http://www.tempo.
manusia termasuk dalam menurunkan kecemasan. co.id/medika/arsip/0120003/pus-2.htm, diakses 27
April 2005).
Saran Hardywinoto. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Pengaruh terapi musik klasik terhadap penu- Kozier, Erb. 2004. Fundamentals of Nursing. Philadel-
runan tingkat kecemasan maka diharapkan kepada phia: J.B Lippincott Company.
institusi rumah sakit khususnya bidang keperawatan Lewis. 2000. Music Therapy, (Online), (http://www.ku.
dapat menerapkan terapi ini dengan cara memasang edu/~cmed/private/gates.html, diakses 6 Pebruari
pengeras suara di ruangan yang pada jam-jam 2006).
tertentu memperdengarkan musik klasik bagi para Marlow, D.R. 2004. Textbook of Pediatric Nursing. Phila-
pasien. delphia: W.B Saunders Company.
Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan pene- Greer, S. 2003. The Effects of Music on Pain Perception,
(Online), (http://www.laurenscharff.com/
litian terapi musik dengan jenis musik selain musik
courseinfo/SL03/music_therapy2.htm, diakses 16
klasik pada pasien baik remaja, anak maupun dewasa Mei 2006).
yang dirawat inap dengan lebih memperhatikan Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi
faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi,
terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit. Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba
Medika.
DAFTAR RUJUKAN O’Brien. 2002. Music at The Royal Melbourne Hospital,
(Online), (http://www.mh.org.au/sitesand ser-
ARN. 2000. Musik, Baik untuk Perkembangan Janin
vices/MusicTherapy/quantitative_research.htm,
dan Bayi, (Online), (http://www.kompas.com/
diakses 9 Juni 2005).
kompas-cetak/0209/08/Keluarga/musi21.htm,
Prickett dan Standley. 2005. Mechanism by Which Music
diakses 9 Maret 2006).
Therapy Operates, (Online), (http://www.
Astuti, A.S. 2004. Pengaruh Terapi Musik terhadap
macalester.edu/psychology/whathap/UBNRP/
Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Anak
Audition/site/how%20music%20therapy%work,
Usia Sekolah (6-12 tahun) yang dirawat inap di
diakses 6 Pebruari 2006).
Ruang 7 RSSA Malang. Tugas Akhir. Malang:
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Kepera-
Universitas Brawijaya.
watan Anak. Jakarta: EGC.
Chan, Y.M., et al. 2003. The Use of Music to Reduce
Tomain, C. 2004. Inside: Music Therapy, (Online), (http://
Anxiety for Patients Undergoing Colposcopy: A
www2.mc.duke.edu/news/inside/970804/9.html,
Randomized Trial, (Online), (http://www. ncbi.
diakses 16 Mei 2006)
nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd= Retrieve &
Whaley, dan Wong. 2003. Nursing Care of Infant And
db= pubm ed&dopt = Abst r a ct &l i st _ui ds=
Children. St Louis: Mosby Year Book.
14529684, diakses 22 September 2005).
Wikipedia. 2003. Musik, (Online), (http://id.wikipedia.org/
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja.
wiki/Musik, diakses 24 April 2005).
Bogor: Ghalia Indonesia.

You might also like