You are on page 1of 19

1

BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Tn. W
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sikapat Rt 02/06 Blumbang
No. Rekam Medik : 00867632
Tanggal Periksa : 4 Mei 2015

B. Anamnesis
Keluhan Utama : Gatal di daerah punggung
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Onset : sekitar 2 tahun yang lalu dan memberat sejak 1 minggu
Lokasi : punggung dan kepala
Kronologis : awalnya pasien mengeluhkan timbul bercak kemerahan
pada kulit punggung dan kepala disertai gatal. Bercak itu
semakin bertambah gatal, meninggi dan meluas. Bercak
pertama kali muncul kira kira sebesar koin sekarang
mencapai setengah bagian punggung. Bercak yang
meninggi dilapisi oleh sisik yang terkadang tipis namun
bisa tebal jika sedang banyak pikiran. Gatal dirasakan
memberat ketika malam hari atau cuaca dingin. Ketika
pasien sedang menggaruk lesi kulit tersebut, sisik putih
dapat rontok seperti ketombe. Pasien merasa lesi di kulit
tersebut dirasakan hilang timbul, dapat meninggi dan
menebal sisiknya ketika sedang stres.
Kualitas : pasien merasa gatal sekali hingga mengganggu aktivitas
Kuantitas : keluhan gatal dirasakan sepanjang hari
Faktor memperberat : kondisi cuaca yang dingin dan stres
Faktor memperingan : minum obat dan diberi salep
2

Gejala penyerta : keluhan gatal disertai dengan rasa perih. Pasien


menyangkal adanya riwayat kontak dengan bahan
atau benda tertentu sebelumnya, menyangkal
bertambah gatal jika berkeringat.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Keluhan sama sebelum 1 tahun yang lalu disangkal
Asma disangkal
Diabetes mellitus disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Keluhan yang sama dengan pasien disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dengan penghasilan pas pasan untuk kebutuhan
sehari hari.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum / kesadaran : sedang / komposmentis
Tanda vital :
TD = 190/110 mmHg;
N = 80x/menit;
RR = 20x/mnt
S = 36,5oC
Berat Badan = 69 kg; Tinggi Badan = 164 cm
Status Generalis
Kepala : bentuk mesochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), discharge (-/-)
Telinga : simetris, discharge (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Thoraks : bentuk normal, simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Cor/Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
3

Status Lokalis (Dermatologis)


Regio dorsum thorax

Efloresensi : plakat plakat eritematosa berbatas tegas disertai dengan skuama


tebal berlapis lapis

Regio capitis

Efloresensi : plak eritematosa berbatas tegas disertai skuama tebal

C. Resume
Pasien laki-laki berusia 62 tahun datang ke poli kulit-kelamin RSMS dengan
keluhan gatal di punggungdan kepala sejak 1 tahun yang memberat sejak 1
minggu yang lalu. Gatal dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu
aktivitas dan tidur. Gatal memberat saat pasien merasa stres dan suhu dingin
4

dan gatal dirasakan berkurang setelah pasien meminum obat dan mengolesi
dengan salep. Pasien menyangkal merasakan bertambah gatal ketika
berkeringat. Pasien dan keluarga tidak memiliki keluhan serupa, menyangkal
mempunyai penyakit diabetes mellitus maupun alergi. Pada pemeriksaan
status dermatologis, didapatkan papul eritematosa, plakat eritematosa, batas
tegas pada regio dorsum thorax et capitis

D. Diagnosis Kerja
Psoriasis

E. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dermatitis atopi
a. Tinea corporis
b. Liken simplek kronikus
F. Pemeriksaan Anjuran
1. Pemeriksaan kobner (lesi kulit bekas garukan),autspitz sign (bintik
kemerahan setelah skuama dikeruk)
2. pemeriksaan darah lengkap
3. pemeriksaan histopatologi : akantosis reteridge, perpanjangan papilla
dermis, penebalan suprapapiller epidermis dan dilatasi pembuluh darah

G. Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
a. Mengurangi stres emosi
b. Mengkondisikan dengan penghangat ketika suhu dalam keadaan
dingin.
c. Istirahat cukup
d. Menganjurkan untuk menggunakan pelembab kulit untuk mengatasi
kulit kering
e. Memberitahukan untuk tidak menggaruk luka atau daerah kulit yang
gatal karena akan memperluas lesi kulit dan risiko infeksi.
f. Minum obat dan kontrol ke dokter dengan teratur
5

2. Farmakologis
a. Metilprednisolon setiap jam 7 sampai 3 kali
b. Loratadine tablet; 2 x 10 mg per hari
c. Desoksimethason

H. Prognosis
1. Ad vitam : Ad bonam
2. Ad fungsionam : Ad bonam
3. Ad sanationam : dubia Ad bonam
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS ATOPIK
A. Definisi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai,
bersifat rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem
imunitas, lingkungan serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak
eritematosa yang berbatas tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan.
Penyakit ini umumnya mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku
dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.

B. Epidemiologi
Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada
tiap populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari
seluruh dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai
4,8%. Prevalensi psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta
etnis. Di Amerika Serikat, psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi
dengan ditemukannya jumlah kasus baru sekitar 150,000 per tahun. Pada
sebuah studi, insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar
2,8%. Insidensi yang rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan
pada ras Amerika-Afrika (1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan
pada suku Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan.
Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis berdasarkan wilayah geografis
dan etnis menunjukkan adanya peranan lingkungan fisik ( psoriasis lebih
sering ditemukan pada daerah beriklim dingin), faktor genetik, dan pola
tingkah laku atau paparan lainnya terhadap perkembangan psoriasis.
Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama besar. Beberapa
pengamatan terakhir menunjukkan bahwa psoriasis sedikit lebih sering terjadi
pada pria dibanding wanita. Sementara pada sebuah studi yang meneliti
pengaruh jenis kelamin dan usia pada prevalensi psoriasis, ditemukan bahwa
7

pada pasien yang berusia lebih muda (<20 tahun) prevalensi psoriasis
ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Psoriasis dapat mengenai semua usia dan telah dilaporkan terjadi saat lahir
dan pada orang yang berusia lanjut. Penelitian mengenai onset usia psoriasis
mengalami banyak kesulitan dalam hal keakuratan data karena biasanya
ditentukan berdasarkan ingatan pasien tentang onset terjadinya dan rekam
medis yang dibuat dokter saat kunjungan awal. Beberapa penelitian berskala
besar telah menunjukkan bahwa usia rata-rata penderita psoriasis episode
pertama yaitu berkisar sekitar 15-20 tahun, dengan usia tertinggi kedua pada
55-60 tahun. Sementara penelitian lainnya misalnya studi prevalensi psoriasis
di Spanyol, Inggris dan Norwegia menunjukkan bahwa terdapat penurunan
prevalensi psoriasis dengan meningkatnya usia.

C. Patogenesis
Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat
gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit
yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks
diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik
dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+ terdapat di
epidermis sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat
ditemukan di dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel
terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis penyakit.
Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun
yang ditandai dengan adanya sel T helper (Th)1 yang predominan pada lesi
kulit dengan peningkatan kadar IFN-γ, tumor necrosing factor-α (TNF-α), IL-
2 dan IL-18. Baru-baru ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki peranan
penting dalam mengatur proses inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini
terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya diatur oleh IL-23 yang disekresikan
oleh sel penyaji antigen (sel dendritik dermal). Sel Th17 CD4+ mensekresikan
IL-17 dan IL-22 yang berperan pada peningkatan dan pengaturan proses
inflamasi dan proliferasi epidermal.
8

D. Gambaran Klinis
Keluhan utama pasien psoriasis adalah lesi yang terlihat, rendahnya
kepercayaan diri, gatal dan nyeri terutama jika mengenai telapak tangan, telapak
kaki dan daerah intertriginosa. Selain itu psoriasis dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari bukan hanya oleh karena keterlibatan kulit, tetapi juga menimbulkan
arthritis psoriasis. Gambaran klinis psoriasis adalah plak eritematosa sirkumskrip
dengan skuama putih keperakan diatasnya dan tanda Auspitz. Warna plak dapat
bervariasi dari kemerahan dengan skuama minimal, plak putih dengan skuama
tebal hingga putih keabuan tergantung pada ketebalan skuama. Pada umumnya
lesi psoriasis adalah simetris (Gudjonsson dan Elder, 2012). Beberapa pola dan
lokasi Psoriasis antara lain:
1. Psoriasis vulgaris
Merupakan bentuk yang paling umum dari psoriasis dan sering ditemukan
(80%). Psoriasis ini tampak berupa plak yang berbentuk sirkumskrip. Jumlah
lesi pada psoriasis vulgaris dapat bervariasi dari satu hingga beberapa dengan
ukuran mulai 0,5 cm hingga 30 cm atau lebih. Lokasi psoriasis vulgaris yang
paling sering dijumpai adalah ekstensor siku, lutut, sakrum dan scalp. Selain
lokasi tersebut diatas, psoriasis ini dapat juga timbul di lokasi lain.
2. Psoriasis gutata
Tampak sebagai papul eritematosa multipel yang sering ditemukan terutama
pada badan dan kemudian meluas hingga ekstremitas, wajah dan scalp. Lesi
psoriasis ini menetap selama 2-3 bulan dan akhirnya akan mengalami resolusi
spontan. Pada umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja yang seringkali
diawali dengan radang tenggorokan.
3. Psoriasis pustulosa generalisata (vonzumbusch)
Psoriasis jenis ini tampak sebagai erupsi generalisata dengan eritema dan
pustul. Pada umumnya diawali oleh psoriasis tipe lainnya dan dicetuskan oleh
penghentian steroid sistemik, hipokalsemia, infeksi dan iritasi lokal.
4. Psoriasis pustulosa lokalisata
Kadang disebut juga dengan pustulosis palmoplantar persisten. Psoriasis ini
ditandai dengan eritema, skuama dan pustul pada telapak tangan dan kaki
biasanya berbentuk simetris bilateral.
9

Gambar 1.Gambaran klinis Psoriasis vulgaris : (a) Tipe Plak (b) Tipe Eritrodermi

E. Penegakan diagnosis
Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
histopatologi. Apabila ditemukan fenomena bercak lilin, fenomena Auzpitz
dan fenomena Koebner dapat memberikan diagnosis yang tepat (Schon dan
Boehncke, 2005; Gudjonsson dan Elder, 2012).

F. Gambaran Histopatologi
Menurut Gudjonsson dan Elder (2012) beberapa perubahan patologis pada
psoriasis yang dapat terjadi pada epidermis maupun dermis adalah sebagai
berikut:
1. Hiperkeratosis adalah penebalan lapisan korneum.
2. Parakeratosis adalah terdapatnya inti stratum korneum sampai hilangnya
stratum granulosum.
3. Akanthosis adalah penebalan lapisan stratum spinosum dengan elongasi
rete ridge epidermis.
4. Granulosit neutrofilik bermigrasi melewati epidermis membentuk mikro
abses munro di bawah stratum korneum.
5. Peningkatan mitosis pada stratum basalis.
10

6. Edema pada dermis disertai infiltrasi sel-sel polimorfonuklear, limfosit,


monosit dan neutrofil
7. Pemanjangan dan pembesaran papila dermis.

Gambar 2. Gambaran Histopatologi Psoriasis vulgaris hiperkeratosis, akantosis


serta peradangan di daerah dermis.( Gudjonsson dan Elder,2012)

G. Derajat keparahan psoriasis


Banyak cara yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan psoriasis,
namun yang sering digunakan adalah metode Fredriksson T, Pettersson U
(1987) yang telah banyak dimodifikasi oleh peneliti lain. Psoriasis Area and
Severity Index (PASI) adalah metode yang digunakan untuk mengukur
intensitas kuantitatif penderita berdasarkan gambaran klinis dan luas area yang
terkena, cara ini digunakan ntuk mengevaluasi perbaikan klinis setelah
pengobatan (Gudjonsson dan Elder, 2012). PASI merupakan baku emas
pengukuran tingkat keparahan psoriasis. Beberapa elemen yang diukur oleh
PASI adalah eritema, skuama dan ketebalan lesi dari setiap lokasi di
permukaan tubuh seperti kepala, badan, lengan dan tungkai. Bagian
permukaan tubuh dibagi menjadi 4 bagian antara lain: kepala (10%),
abdomen, dada dan punggung (20%), lengan (30%) dan tungkai termasuk
bokong (40%). Luasnya area yang tampak pada masing-masing area tersebut
diberi skor 0 sampai dengan 6, seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
Karakteritis klinis yang dinilai adalah; eritema (E), skuama (S), dan ketebalan
lesi/indurasi (T). Karakteristik klinis tersebut diberi skor sebagai berikut; tidak
11

ada lesi =0, ringan=1, sedang=2, berat=3 dan sangat berat=4. Nilai derajat
keparahan diatas dikalikan dengan weighting factor sesuai dengan area
permukaan tubuh; kepala = 0,1, tangan/lengan = 0,2, badan = 0,3, tungkai/kaki
= 0,4. Total nilai PASI diperoleh dengan cara menjumlahkan keempat nilai
yang diperoleh dari keempat bagian tubuh. Total nilai PASI kurang dari 10
dikatakan sebagai psoriasis ringan, nilai PASI antara 10-30 dikatakan sebagai
psoriasis sedang, dan nilai PASI lebih dari 30 dikatakan sebagai psoriasis
berat (De Rie dkk, 2004; Feldman dan Krueger, 2005).
Tabel 1. Lembar Psoriasis dan Severity index (PASI)

H. Penatalaksanaan
kepada pasien maupun keluarganya (Dvorakova dkk, 2013). Beberapa
regimen terapi yang sering digunakan topikal maupun sistemik sebagai
berikut:
1. Topikal
a. Preparat Tar
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat tar, yang efeknya
adalah anti radang. Preparat tar berguna pada keadaan-keadaan: Bila
psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
12

pemakaian pada lesi luas. Lesi yang melibatkan area yang luas
sehingga pemakaian steroid topikal kurang tepat. Bila obat-obat oral
merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat tar dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari
: Fosil, misalnya iktiol. Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
dan Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Cara
kerja obat ini sebagai antiinflamasi ringan.
b. Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara
yaitu:
1) Vasokontroksi untuk mengurangi eritema.
2) Antimitotik sehingga dapat memperlambat proliferasi seluler.
3) Efek anti inflamasi, diketahui bahwa pada psoriasis terjadi
peradangan kronis akibat aktivasi sel T. Bila terjadi lesi plak yang
tebal dipilih kortikosteroid dengan potensi kuat seperti: Fluorinate,
triamcinolone 0,1% dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan
kasus psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% digunakan
bila lesi sudah menipis.
c. Ditranol (antralin)
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat tar, yang efeknya
adalah anti radang. Preparat tar berguna pada keadaan-keadaan: Bila
psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
pemakaian pada lesi luas. Lesi yang melibatkan area yang luas
sehingga pemakaian steroid topikal kurang tepat. Bila obat-obat oral
merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat tar dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari
: Fosil, misalnya iktiol. Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
dan Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Cara
kerja obat ini sebagai antiinflamasi ringan.
d. Vitamin D analog (Calcipotriol)
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi keratinosit, meningkatkan diferensiasi
13

terminal keratinosit. Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g, efek


sampingnya berupa iritasi, seperti rasa terbakar dan menyengat.
e. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan
menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi
kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dankrim dengan konsentrasi 0,05 %
dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang
dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi.
Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema
pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
f. Humektan dan Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit dan mengurangi
hidrasi kulit sehingga kulit tidak terlalu kering. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai
emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi
emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
g. Fototerapi
Narrowband UVB untuk saat ini merupakan pilihan untuk psoriasis
yang rekalsitran dan eritroderma. Sinar ultraviolet masih menjadi
pilihan di beberapa klinik. Sinar ultraviolet B (UVA) mempunyai efek
menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan
psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah,
tetapi tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah
psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya
sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan
secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama
dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara
Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus,
ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain. B.
14

2. Sistemik
a. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sistemik masih kontroversial kecuali yang
bentuk eritrodermi, psoriasis artritis dan psoriasis pustulosa Tipe
Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2
mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah
membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan
kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.
b. Sitostatik
Bila keadaan berat dan terjadi eritrodermi serta kelainan sendi dapat
sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Obat ini
sering digunakan Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis
Eritroderma yang sukar terkontrol. Bila lesi membaik dosis diturunkan
secara perlahan. Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA
dengan cara menghambat dihidrofolat reduktase dan juga hepatotoksik
maka perlu dimonitor fungsi hatinya. Karena bersifat menekan mitosis
secara umum, hati-hati juga terhadap efek supresi terhadap sumsum
tulang.
c. Eretina (tegusion, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunaka bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat
efek sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat
pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid yaitu
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada
akhirnya dapat menetralkan stadium hiperproliferasi. Efek samping
dapat terjadi kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata,
dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang
dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar
(peningkatan enzim hati).
15

d. Siklosporin
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4mg/kgbb/hari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms,
hipertrikosis, hipertrofi gingiva,serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk
psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
(Gudjonsson and Elder,2012)
16

BAB III
PEMBAHASAN

Penegakkan Diagnosis
Penyakit kulit yang terdapat pada pasien dalam kasus adalah psoriasis.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik status dermatologis yang mendukung ke
arah diagnosis kerja psoriasis adalah sebagai berikut :
Hasil anamnesis :
1. Gatel di daerah punggung dan kepala
2. Gatal diperberat jika adanya stres dan cuaca ekstrim (terlalu panas dan terlalu
dingin)
3. Keluarga tidak ada yang mepunyai keluhan sama
4. Keluhan mulai dirasakan sejak sekitar 1 tahun yang lalu dan memberat 1
minggu yang lalu. Dapat dikatakan bahwa keluhan ini berlangsung kronis; dan
kambuh kambuhan.
5. Keluhan gtal disertai dengan peninggian kulit yang muncul sisik tebal.

Hasil pemeriksaan fisik status dermatologis :


1. Lokasi : regio dorsum thorax et capitis. Hal ini sesuai predileksi dari psoriasis.
pada dewasa.
2. Efloresensi : plak eritematosa berbatas tegas, disertai dengan skuama tebal
berlapi-lapis.
Berdasarkan anamnesis danefloresensi didapatkan hasil Tn.W maka
diagnosisnya adalah psoriasis.

Diagnosis Banding
Berdasarakan tempat lesinya, diagnosis banding untuk penyakit psoriasis
pada kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Tinea corporis
Tinea corporis adalah penyakit yang diakibatkan oleh jamur. Pasien biasanya
akan mengeluhkan gatal yang memberat ketika berkeringat. Efloresensi pada
tinea corpis sangat khas. Karena terdapat makula eritematosa disertai papul di
tepi dengan sentral healling.
17

2. Liken simplek kronikus


Liken simplek kronikus termasuk penyakit dermatitis yang berlangsung kronis
dan diperberat dengan faktor stress. Biasanya keluhan gatal dirasakan terus
menerus, spasmodic atau paroksismal. Pada daerah gatal timbul sisik-sisik
seperti pada psoriasis. Efloresensi pada neurodermatitis berupa papula miliar,
likenifikasi, hiperpigmentasi, skuama dan kadang-kadang ekskoriasi.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik penunjang seperti autpitz sign, tes lilin, dan fenomena
koebner. Menyingkirkan diagnosis differensial juga dibutuhkan seperti
pemeriksaan darah jamur.

Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
Prinsipnya adalah mengihndari faktor-faktor predisposisi atau yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit atau kekambuhan atau memperberat dari
keluhan dan gejala yang ada, seperti menghindari pemikiran berat yang dapat
mengakibatkan stres, menghindari suhu yang terlalu panas atau dingin dan
kondisi dengan kelembaban yang tinggi, menggunakan pelembab kulit untuk
mengatasi kulit kering, dan tidak menggaruk luka atau daerah kulit yang gatal
karena akan menimbulkan infeksi.
2. Farmakologis
a. Loratadine
Loratadine adalah antihistamin kerja panjang yang mempunyai
selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin-H1 perifer dan afinitas yang
rendah terhadap reseptor-H1 di susunan saraf pusat, sehingga tidak
menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik.Loratadine efektif untuk
mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti
pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar
pada mata.Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti
urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya.Pada kasus ini
digunakan untuk mengatasi keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien.
18

b. Desoksimetason
Obat ini merupakan glukokortikoid sintetik dengan aktivitas
imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan,
Desoksimetason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap
stimulasi rangsangan. Aktivitas anti-inflamasi Desoksimetason dengan
jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi
dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk
makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi. Desoksimetason merupakan
obat golongan kortikostseroid. Obat ini di berikan 2 kali sehari.

Prognosis
Seperti yang diketahui bahwa penyakit Psoriasis memiliki salah sifat yang
sama yaitu perkembangan atau perjalanan penyakit yang cenderung kronis dan
residif, sehingga untuk prognosis ad sanationam adalah dubia ad bonam. Selama
pasien dapat menghindari hal-hal yang menjadi faktor predisposisi dari penyakit
ini, maka munculnya kekambuhan keluhan atau gejala dapat diminimalisasi.
19

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed EF., Seliem MK., El-Kamel MF., Abdelgawad MM. and Shady I. 2009.
Prevalence of Metabolic syndrome in Egyptian patients with Psoriasis.
Egyp.J. Androl. 29(2). 91-100.

Akhyani M., Robati RM. And Robati AM. 2007. The Lipid Profile in Psoriasis : a
controlled study. JEADV;21: 1330-1332.

Ashcroft DM., Li WP., Griffiths CM. 2000. Therapeutic Strategis for Psoriasis. J
of Clin Pharm and Ther; 25: 1-10

Azfar RS.and Gelfand JM. 2008. Psoriasis and Metabolic Disease: Epidemiology
and Pathophysiology. Curr Opin Rheumatol; 20(4):416-422.

Bajaj RD., Mahesar MS., Devrajani BR. and Iqbal MP. 2009. Lipid Profile in
Patients with Psoriasis Presenting at Liaquat University Hospital
Hyderabad, J Pak Med Assoc.;59: 512-515.

You might also like