You are on page 1of 8

ILMU LINGKUNGAN

URAIAN MENGENAI KEMUNGKINAN YANG TERJADI


APABILA KOMPOSISI ATMOSFER BERUBAH
KARENA ADA KOMPOSISI MINOR YANG HILANG

TUGAS

MUHAMAD MAFTUH IHSAN

2501 2018 0004

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Dosen : Dr. Tb. Benito A. Kurnani, Ir., Dip. EST.
Nama : Muhamad Maftuh Ihsan
NIM : 2501 2018 0004

Atmosfer berasal dari bahasa Yunani yaitu atmos (uap) dan sphaira
(bola/bumi). Jadi atmosfer menurut bahasanya dapat diartikan selubung berwujud
gas yang mengelilingi bumi. Atmosfer terdiri atas sejumlah lapisan. Penamaannya
didasarkan pada perbedaan karakteristik masing-masing lapisan. Sifat-sifat
atmosfer di antaranya:
 Merupakan selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi sampai
ketinggian 560 km dari permukaan bumi
 Tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan, tidak dapat diraba (kecuali
bergerak sebagai angin)
 Memberikan tahanan jika suatu benda melewatinya berupa panas akibat
pergesekan (misalnya meteor hancur sebelum mencapai permukaan bumi).
Sangat penting untuk kehidupan dan sebagai media untuk proses cuaca.
Sebagai selimut yang melindungi bumi terhadap tenaga penuh dari matahari
pada waktu siang, menghalangi hilangnya panas pada waktu malam. Tanpa
atmosfer suhu bumi pada siang hari 93,3°C dan pada malam hari -148,9°C
(Konrad, Beiser , 1960).
Tabel 1. Komposisi Unsur Udara (% by volume) di Atmosfer
Gas-gas permanen Gas-gas bervariasi
Nitrogen (78,08 %) Uap air (0-4 %)
Oksigen (20,95 %) Karbon dioksida (0,038 %)
Neon (0,0018 %) Metana (0,00017 %)
Helium (0,0005 %) Nitrogen oksida (sangat kecil)
Xenon (sangat kecil) Ozon (sangat kecil)
Secara umum atmosfer, dipelajari dengan membaginya menjadi dua yaitu
regional rendah (lower) dan regional atas (upper). Regional bawah adalah
atmosfer dari permukaan bumi sampai ketinggian kira-kira 50 km. Studi untuk
regional ini merupakan studi meteorologi. Sedangkan studi regional atmosfer atas
(> 50 km), dikenal dengan studi aeronomi.
Dari total ketebalan atmosfer, kira-kira 500 km lebih dari permukaan
bumi, terdapat zona (sampai sekitar 90 km) dengan komposisi gas yang relatif
tetap dalam perbandingannya. Zona ini berisi gas-gas inert (N2, O2, He, Ar) yang
Dosen : Dr. Tb. Benito A. Kurnani, Ir., Dip. EST.
Nama : Muhamad Maftuh Ihsan
NIM : 2501 2018 0004

berinteraksi dengan energi radiasi yang cukup lemah. Sedangkan bagian zona atas
(>100 km), merupakan zona yang menerima radiasi dengan intensitas dan energi
yang sangat tinggi. Energi spektrum ini memungkinkan terjadinya reaksi
molekuler untuk ionisasi, fotolisis, radikalisasi, dan sebagainya (Manik, 2003).

1. HIDROGEN DAN HELIUM


Keberlangsungan dinamika di atmosfer dan kehidupan di bumi,
digerakkan dengan energi dari matahari. Matahari dengan reaksi fusi yang telah
terus berlangsung miliyaran tahun, secara kontinyu mengemisikan dan
meradiasikan energi dalam jumlah yang sangat besar. Energi ini yang sampai ke
atmosfer luar bumi, terlalu besar untuk kehidupan di permukaan bumi. Atmosfer
dengan lapisan gas-gas yang spesifik, menggunakan untuk reaksi, memantulkan,
menyerap (absorb) dan menyaring (screen) energi matahari dalam jumlah yang
sangat besar tersebut. Hanya sebagian kecil yang diteruskan sampai ke permukaan
bumi. Sehingga apabila helium dan hidrogen hilang di atmosfer maka atmosfer
akan sangat panas.
Helium merupakan gas yang ringan dan tidak mudah terbakar. Helium di
atmosfer sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah.
Helium yang tidak reaktif akan berfungsi sebagai pendingin untuk bumi saat
sinar matahari yang panas akan memasuki atmosfer bumi. Atau dengan kata lain
helium berfungsi sebagai penyaring panas di atmosfer. Bila Helium hilang, maka
tidak ada lagi penyaring panas di atmosfer yang akan menyebabkan kenaikan
suhu bumi.
Hidrogen merupakan unsur yang paling besar jumlahnya (kelimpahannya)
yaitu sekitar 90% dan kurang dari 10% merupakan unsur helium. Hidrogen
bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Hidrogen bereaksi
dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin,
menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida. Di
seluruh alam semesta, Hidrogen kebanyakan ditemukan dalam keadaan atomik dan
plasma yang sifatnya berbeda dengan molekul Hidrogen. Sebagai plasma, elektron
hidrogen dan proton terikat bersama, dan menghasilkan konduktivitas elektrik
Dosen : Dr. Tb. Benito A. Kurnani, Ir., Dip. EST.
Nama : Muhamad Maftuh Ihsan
NIM : 2501 2018 0004

yang sangat tinggi dan daya pancar yang tinggi (berfungsi menghasilkan cahaya
dari Matahari dan bintang lain) (Achmad, 2004).

2. UAP AIR (H2O)


Uap air merupakan komponen penting dalam atmosfer dalam menentukan
cuaca suatu daerah dalam waktu tertentu. Selain itu, uap air bertanggung jawab
dalam pembentukan kabut di pagi hari di musim dingin (winter) dan untuk sensasi
gerah dan panas di daerah pantai di musim panas (summer). Uap air juga
menyerap radiasi pantulan dari bumi sebagai karbondioksida dan berperan penting
sebagai bagian dari gas rumah kaca dalam menjaga suhu bumi tetap hangat dan
nyaman untuk ditempati. Uap air berperan juga dalam menentukan kelembaban
suatu daerah karena uap air ditransportasikan oleh angin dan bersirkulasi
(Trenberth & Smith, 2005). Sehingga dapat disimpulkan apabila komposisi uap
air hilang di atmosfer, maka suhu permukaan bumi akan panas karena tidak ada
uap air yang menjaga kelembaban bumi.

3. GAS RUMAH KACA (CH4, CO2, O3, NOX)


Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas poliatomik yang menjadi
konstituen atmosfer, baik alamiah maupun karena kegiatan manusia, yang
menyerap dan mengemisikan kembali radiasi inframerah (energi panas). Secara
alamiah GRK ini berkontribusi besar dalam menjaga suhu atmosfer tetap hangat
untuk menopang reaksi kimia dan biokimia di permukaan bumi. Dalam
termodinamika kimia, zat-zat poliatomik ini menyerap energi tinggi (UV panjang
atau IR) dan setelah mengalami proses internal molekul (dilatasi, translasi, dan
sebagainya) akan mengemisikan kembali dalam bentuk spektrum dengan energi
labih rendah (gelombang lebih panjang dan panas).
Efek rumah kaca sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada
di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan
temperatur rata-rata sebesar 15°C (59°F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C
(59°F) dari temperaturnya semula jika tidak ada efek rumah kaca, sehingga suhu
bumi dapat menjadi hanya -18°C dan es akan menutupi seluruh permukaan bumi.
Dosen : Dr. Tb. Benito A. Kurnani, Ir., Dip. EST.
Nama : Muhamad Maftuh Ihsan
NIM : 2501 2018 0004

Sehingga dapat disimpulkan apabila tidak ada gas rumah kaca di atmosfer maka
suhu permukaan bumi akan sangat dingin.

3.1 OZON (O3)


Ozon adalah hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari
matahari. Ozon di udara berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari
pada tingkat yang aman untuk kesehatan. Ozon berwarna biru pucat yang
terbentuk dari tiga atom oksigen (O3). Lapisan ozon sangat penting karena ozon
menyerap radiasi ultra violet (UV) dari matahari untuk melindungi radiasi yang
tinggi sampai ke permukaan bumi. Radiasi dalam bentuk UV spektrum
mempunyai jarak gelombang yang lebih pendek daripada cahaya. Radiasi UV
dengan jarak gelombang adalah di antara 280 hingga 315 nanometer yang dikenali
UV B dan ia merusak hampir semua kehidupan. Adanya penyerapan radiasi UV B
sebelum sinar UV sampai ke permukaan bumi, lapisan ozon melindungi bumi dari
efek radiasi yang merusak kehidupan (Tylor, 1985).
Apabila radiasi ultra violet ini tidak terserap oleh ozon, maka akan
menimbulkan malapetaka bagi kehidupan mahkluk hidup yang ada di bumi.
Radiasi ini di antaranya dapat membakar kulit mahkluk hidup, memecahkan kulit
pembuluh darah, dan menimbulkan penyakit kanker kulit. Sehingga apabila
komposisi ozon di atmosfer hilang, maka radiasi yang tinggi akan sampai ke
permukaan bumi.

3.2 KARBON DIOKSIDA (CO2)


Karbondioksida memiliki sifat tidak berbau, tidak toksis, dan larut di
dalam air. Mengabsorbsi sinar inframerah dari matahari, kemudian memancarkan
kembali, uap air akan menangkap bagian dari radiasi yang sedang berjalan.
Karbondioksida yang berlimpah dari sinar matahari membuat karbohidrat dengan
hasil sampingan oksigen (fotosintesis). Selain itu karbon dioksida bisa mengikat
energi dan menghangatkan atmosfer. Kenaikan karbon dioksida dapat
mengakibatkan kenaikan suhu permukaan bumi di dunia sebanyak 4,25° F.
Dosen : Dr. Tb. Benito A. Kurnani, Ir., Dip. EST.
Nama : Muhamad Maftuh Ihsan
NIM : 2501 2018 0004

Sehingga apabila tidak ada gas CO4 di atmosfer, disamping fotosintesis tidak dapa
dilakukan juga suhu permukaan bumi akan sangat dingin (Ambarsari, 2010).

3.3 METANA (CH4)


Metana (CH4) merupakan gas rumah kaca dengan konsentrasi terbesar
kedua setelah karbondioksida. Diperkirakan tiap molekul CH4 memiliki radiative
forcing 21 kali lebih besar daripada CO2 per molekul. CH4 menyumbangkan 20%
radiative forcing sehingga pengaruhnya terhadap pemanasan global cukup
signifikan. Radiative forcing merupakan perubahan pada selisih antara energi
radiasi yang masuk dan yang keluar di tropopause. Radiative forcing yang
semakin besar akan menyebabkan suhu bumi semakin panas. Sehingga apabila
tidak ada gas CH4 di atmosfer maka suhu permukaan bumi akan sangat dingin.

3.4 NITROGEN OKSIDA (NOX)


Nitrogen oksida (NOx )adalah gas insulator panas yang sangat kuat.
Nitrogen Oksida merupakan gas atmosfer yang penting yang diemisikan paling
banyak dari tanah dan air. walaupun Nitrogen Oksida memiliki konsentrasi yang
rendah dibandingkan dengan CO2 dan H2O, namun Nitrogen Oksida sangat
berpengaruh terhadap gas rumah kaca. Nitrogen Oksida di atmosfer memiliki
waktu hidup yang relatif lama (diperkirakan mencapai 120 tahun) , serta memilki
kapasitas penyerapan energi (radiasi matahari dalam bentuk gelombang pendek)
yang tinggi per molekul.

4. GAS INERT (Ne, Ar, Xe)


Gas-gas penting (juga disebut langka) merupakan “senyawa inert” tidak
memiliki kecendrungan membentuk senyawa walaupun adanya pengaruh sinar
surya, atau membentuk pebatuan. Secara pelan-pelan unsur-unsur itu akan
terakumulasi di atmosfer dengan bertambahnya waktu. Diantara gas inert yang
terdapat di atmosfer antara lain: Neon (Ne), Argon (Ar) dan Xenon (Xe).
Dosen : Dr. Tb. Benito A. Kurnani, Ir., Dip. EST.
Nama : Muhamad Maftuh Ihsan
NIM : 2501 2018 0004

Fungsi Argon di atmosfer adalah sebagai isolator energi panas yang


dipancarkan dari matahari. Sehingga ketika Ar tidak ada di atmosfer menjadi
sangat panas (konduktor).
Neon adalah gas atmosfer langka, tidak beracun serta bersifat inert. Neon
tidak menimbulkan ancaman bagi lingkungan karena tidak membentuk senyawa
kimia dengan unsur lain. Neon di atmosfer dapat mengurangi tegangan listrik
yang ditimbulkan akibat adanya petir. Dengan begitu apabila Ne tidak terdapat di
atmosfer maka tidak ada yang menangkal tegangan listrik.
Xenon merupakan gas mulia, tidak berwarna dan tidak berbau. Gas Xenon
tidak bereaksi dengan elemen lain. Xenon merupakan satu-satunya gas mulia yang
bersifat anestesi/membius pada tekanan atmosfer.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ambarsari, N. 2010. Kajian Pengaruh Uap Air Terhadap Perubahan Iklim. Vol.
11 No. 3 Setember 2010.

Manik, K.E.S. 2003. Pengelolaan Lingkungan. Djambatan. Jakarta.

Trenberth, K.E & L. Smith. 2005. The Mass of the Atmosphere: A constraint on
Global Analysis. Journal of Climate Vol. 18: 864-875.

Tylor, M. 1985. Living in the Environment. Wadsworth Publishing. California.

You might also like