Professional Documents
Culture Documents
180341663069
B
TEORI BELAJAR HUMANISME, SOSIOKULTURL & PEMBELAJARAN BERMAKNA
A. TEORI HUMANISME
1. Arthur W. Combs
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya (Sukardjo, 2010).
Menurut Mudlofir dan Evi (2016) Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2
(dua) lingkaran yang terdiri dari lingkaran besar dan kecil yang bertitik satu pusat. (Gambar 1).
Suciati, Prasetya P. 2001. Teori Belajar Dan Motivasi. Jakarta : Pau-Ppai, Universitas Terbuka.
Sukardjo. 2010. Landasan Pendidikan: Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tudge J. 1994. Vygotsky: The Zone Of Proximal Development, And Peer Collaboration: Implications For
Classroom Practice. Cambrige: University Press.
Uno Hb. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Utami L.P. 2016. Teori Konstruktivisme Dan Teori Sosiokultural: Aplikasi Dalam Pengajaranbahasa
Inggris. Vol. 11 No. 01 Januari - Juni 2016
1. Beberapa bulan ini marak berita wali murid yang menuntut guru pada pihak berwajib akibat tindak
kekerasan Jika ditinjau dari teori belajar humanistik, solusi apa yang dapat anda tawarkan dalam
pembelajaran untuk mencegah terjadinya masalah di atas? (sertakan nama tokoh teori belajar
humanistik yang menjadi dasar atas jawaban anda).
Jawab:
a. Arthur CombsGuru memahami perilaku peserta didik dengan mencoba mnemahami dunia peserta
didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada. Guru membawa peserta didik untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkan dengan kehidupannya,
b. Maslow Hierarki kebutuhan manusia mempunyai implikasi yang penting harus diperhatikan oleh
guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian & motivasi belajar ini
mungkin berkembang jika kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
c. Rogers(1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif
terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan
dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai
sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan
dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya.
2. Pak Agus adalah seorang guru Biologi SMA Super Semangat. Suatu hari beliau melakukan KBM
dikelas dengan memberikan ceramah. Setelah ceramah berakhir beliau memberikan LKS dan meminta
masing-masing siswa mengerjakannya secara individu. Kemudian dikumpulkan dan pembelajaran
diakhiri. Berikan tanggapan apakah pembelajaran Pak Agus tersebut sudah sesuai dengan prinsip
pendekatan Revolusi Sosiokultural, jika belum berikanlah masukan dan solusi dari permasalahan yang
telah saudara analisis dalam pembelajaran tersebut!
Jawab: Belum sesuai dengan prinsip belajar soisokultural karena tidak ada kondisi dimana terdapat
interaksi sosial baik antara siswa dengan guru/siswa dengan siswa, menurut saya Pak Agus sebaiknya:
Guru lebih kreatif dalam mengelola kelas.
Guru memfasilitasi kebutuhan siswa seperti kebutuhan untuk berpendapat. Untuk
memfasilitasinya guru bisa membentuk grup diskusi kelas. Dengan begitu akan terjadi interaksi
sosial.
Menggunakan pendekatan scientific approach
Guru harus memberdayakan pikiran siswadakam hal ini guru sebaiknya tidak hanya ceramah
namun berusaha agar siswa ikut berpikir (tidak hanya menerima).
Guru lebih memotivasi siswa.
3. Honey dan Mumford menggolongkan tipe orang yang belajar menjadi 4 kelompok yaitu aktivis,
reflektor, teoris, dan pragmatis. Faktanya, peserta didik dalam 1 kelas memiliki tipe yang berbeda-
beda. Sebagai seorang pendidik, pembelajaran seperti apa yang akan anda lakukan agar bisa
mengakomodasi semua tipe tersebut? Berikan alasanmu!
Jawab: Hal yang mungkin bisa dilakukan yaitu dengan memperhatikan karakter yang dimiliki siswa.
Perlakuan guru kepada setiap siswanya memang terkadang tidak selalu sama. Jadi sebagai guru kita
mungkin bisa membuat model pembelajaran yang bervariasi. Misalnya membuat kelompok diskusi
dengan megelompokkan siswa yang memiliki karakter yang berbeda, jadi ketika diberi tugas setiap
orang dalam kelompok itu memiliki peran masing-masing.