You are on page 1of 5

Dea Aulia Larasati

180341663069
B
TEORI BELAJAR HUMANISME, SOSIOKULTURL & PEMBELAJARAN BERMAKNA
A. TEORI HUMANISME
1. Arthur W. Combs
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya (Sukardjo, 2010).
Menurut Mudlofir dan Evi (2016) Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2
(dua) lingkaran yang terdiri dari lingkaran besar dan kecil yang bertitik satu pusat. (Gambar 1).

Gambar 2. Ilustrasi Combs 2.Lingkaran A menggambarkan


Gambar 1. Ilustrasi Combs.
persepsi diri seseorang sedangkan lingkaran B yang lebih besar
Lingkaran A menggambarkan
menggambarkan persepsi dunia yang lebih luas.
persepsi diri seseorang
sedangkan lingkaran B yang
Makin jauh kebermaknaan persepsi dari peristiwa-peristiwa (lingkaran B) dengan persepsi diri
lebih besar menggambarkan
persepsi dunia A),
(lingkaran yang makin
lebih luas.
berkurang pengaruhnya terhadap perilaku siswa. Sehingga, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan keterkaitan diri, akan makin mudah terlupakan oleh siswa. Sebaliknya,
apabila makin dekat kebermaknaan persepsi diri (lingkaran A) dengan peristiwa-peristiwa dalam persepsi
dunia (lingkaran B), makin besar pengaruhnya terhadap perilaku siswa. Sehingga, hal-hal tersebut akan
mudah diingat oleh siswa (Gambar 2).
2. Abraham Maslow
Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat
dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan
(Rachmahana, 2008). Maslow meyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan
untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan ini bersifat
bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis (Hikma, 2015).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan
jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan
jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Berikutnya adalah
kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga,
kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain (Rachmahana, 2008).
3. Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiential (pengalaman).
Experiential learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa
sendiri, dan adanya efek membekas pada siswa. Salah satu model pendidikan terbuka yang
dikembangkan oleh Rogers mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif. Model ini menekankan
kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung, yaitu empati, penghargaan, dan
umpan balik positif (Hadis 2006).
4. Howard Gardner
Kecerdasan tidak hanya dilihat dari segi linguistik dan logika, ada bermacam-macam kecerdasan
lain dan cara-cara mengajar yang berbeda, sehingga potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal.
Teori Multiple Intelligence memandang bahwa kecerdasan manusia berdasarkan standar skor semata,
melainkan dengan ukuran kemampuan yang diuraikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk
diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya
seseorang (Mudlofir dan Evi, 2016). Gardner tidak sependapat dengan tes IQ adalah pada saat dilakukan
tes kondisi psikologis peserta didik bermacam-macam, kadang mereka pada saat kondisinya capek,
kadang sakit, kadang jenuh, bahkan kadang bahagia. Kondisi-kondisi tersebut secara signifikan akan
mempengaruhi hasil tes IQ peserta didik, dan belum tentu suatu saat mereka diberikan tes lagi mereka
akan mendapatkan skor yang sama pada saat tes pertama dilangsungkan (Mudlofir dan Evi, 2016).
B. Tokoh Yang Mendasari Terbentuknya Teori Belajar Sosio-Kultural:
1. Piaget
Teori Piaget yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif pada kegiatan
pembelajaran jika dilihat dari perspektif revolusi sosio-kultural saat ini. Dilihat dari locus of cognitive
development atau asal-usul pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis. Artinya,
pengetahuan berasal dari dalam individu. Dalam proses belajar, siswa berdiri terpisah dan berinteraksi
dengan lingkungan sosial. Siswa mengkonstruksikan pengetahuannya lewat tindakan yang dilakukannya
terhadap lingkungan sosial (Dakir, 1993). Menurut Piaget, dalam fenomena belajar lingkungan sosial
hanya berfungsi sekunder, sedangkan faktor utama yang menentukan terjadinya belajar, tetap pada
individu yang bersangkutan. Teori belajar semacam ini lebih mencerminkan ideologi individualisme
dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya Barat yang mengunggulkan self-
generated knowledge atau individualistic pursuit of truth yang dipelopori oleh Sokrates (Hadis, 2006).
2. Teori Co-Konstruktivisme dan Revolusi Sosio-Kultural Vygotsky
Terdapat 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai
dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran (Utami, 2016).
a. Hukum Genetik tentang Perkembangan (genetic law of development).
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua
tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini
menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap
pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental
dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan
internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut (Uno, 2006).
b. Zona Perkembangan Proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua
tingkat:
1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-
tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental)(Tudge, 1994).
2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas
dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan
teman sebaya yang lebih kompeten (intermental)
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial
ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-
fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan
(Tudge 1994).
3) Mediasi
Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis adalah
tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambang-
lambang tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural dimana seseorang berada. Semua
perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychological tools atau
alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika (Suciati, 2001). Mekanisme
hubungan antara pendekatan sosio-kultural dan fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi
semiotik, artinya tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya
berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas sosio-kultural (intermental) dengan individu sebagai
tempat berlangsungnya proses mental (intramental) (Suciati, 2001). Terdapat dua jenis mediasi, yaitu
mediasi metakognitif dan mediasi kognitif (Suciati, 2001). Mediasi metakognitif adalah penggunaan
alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi self-
planning, self-monitoring, self-checking, dan self-evaluating(Suyono, 2011). Mediasi kognitif adalah
penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu
atau subjeck-domain proble.
C. Pembelajaran Bermakna
1. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning) dan (2) belajar
menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan
belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau
yang dibaca tanpa makna. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan mereka
(Nasution, 2003).
Daftar Rujukan
Hikma, Nur. 2015. Aspek Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara
(Kajian Psikologi Humanistik Abraham Maslow). Jurnal Humanika. No. 15, Vol. 3. Desember 2015.
ISSN 1979-8296.
Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur R. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif Dari Teori ke Praktik. Depok: PT.
Rajagrafindo Persada.
Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suciati, Prasetya P. 2001. Teori Belajar Dan Motivasi. Jakarta : Pau-Ppai, Universitas Terbuka.

Sukardjo. 2010. Landasan Pendidikan: Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyono, 2011, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Tudge J. 1994. Vygotsky: The Zone Of Proximal Development, And Peer Collaboration: Implications For
Classroom Practice. Cambrige: University Press.

Uno Hb. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.

Utami L.P. 2016. Teori Konstruktivisme Dan Teori Sosiokultural: Aplikasi Dalam Pengajaranbahasa
Inggris. Vol. 11 No. 01 Januari - Juni 2016

Pertanyaan & Jawaban

1. Beberapa bulan ini marak berita wali murid yang menuntut guru pada pihak berwajib akibat tindak
kekerasan Jika ditinjau dari teori belajar humanistik, solusi apa yang dapat anda tawarkan dalam
pembelajaran untuk mencegah terjadinya masalah di atas? (sertakan nama tokoh teori belajar
humanistik yang menjadi dasar atas jawaban anda).
Jawab:
a. Arthur CombsGuru memahami perilaku peserta didik dengan mencoba mnemahami dunia peserta
didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada. Guru membawa peserta didik untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkan dengan kehidupannya,
b. Maslow Hierarki kebutuhan manusia mempunyai implikasi yang penting harus diperhatikan oleh
guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian & motivasi belajar ini
mungkin berkembang jika kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
c. Rogers(1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif
terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan
dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai
sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan
dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya.
2. Pak Agus adalah seorang guru Biologi SMA Super Semangat. Suatu hari beliau melakukan KBM
dikelas dengan memberikan ceramah. Setelah ceramah berakhir beliau memberikan LKS dan meminta
masing-masing siswa mengerjakannya secara individu. Kemudian dikumpulkan dan pembelajaran
diakhiri. Berikan tanggapan apakah pembelajaran Pak Agus tersebut sudah sesuai dengan prinsip
pendekatan Revolusi Sosiokultural, jika belum berikanlah masukan dan solusi dari permasalahan yang
telah saudara analisis dalam pembelajaran tersebut!
Jawab: Belum sesuai dengan prinsip belajar soisokultural karena tidak ada kondisi dimana terdapat
interaksi sosial baik antara siswa dengan guru/siswa dengan siswa, menurut saya Pak Agus sebaiknya:
 Guru lebih kreatif dalam mengelola kelas.
 Guru memfasilitasi kebutuhan siswa seperti kebutuhan untuk berpendapat. Untuk
memfasilitasinya guru bisa membentuk grup diskusi kelas. Dengan begitu akan terjadi interaksi
sosial.
 Menggunakan pendekatan scientific approach
 Guru harus memberdayakan pikiran siswadakam hal ini guru sebaiknya tidak hanya ceramah
namun berusaha agar siswa ikut berpikir (tidak hanya menerima).
 Guru lebih memotivasi siswa.
3. Honey dan Mumford menggolongkan tipe orang yang belajar menjadi 4 kelompok yaitu aktivis,
reflektor, teoris, dan pragmatis. Faktanya, peserta didik dalam 1 kelas memiliki tipe yang berbeda-
beda. Sebagai seorang pendidik, pembelajaran seperti apa yang akan anda lakukan agar bisa
mengakomodasi semua tipe tersebut? Berikan alasanmu!
Jawab: Hal yang mungkin bisa dilakukan yaitu dengan memperhatikan karakter yang dimiliki siswa.
Perlakuan guru kepada setiap siswanya memang terkadang tidak selalu sama. Jadi sebagai guru kita
mungkin bisa membuat model pembelajaran yang bervariasi. Misalnya membuat kelompok diskusi
dengan megelompokkan siswa yang memiliki karakter yang berbeda, jadi ketika diberi tugas setiap
orang dalam kelompok itu memiliki peran masing-masing.

You might also like