You are on page 1of 18

ABORSI

MAKALAH
Memenuhi tugas mata kuliah
Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan
Yang dibimbing oleh Ibu Sulastyawati S.Kep, Ns

Oleh
- Elis Diana Manzil 1501470003
- Dewi Muflihah 1501470011
- Alifah F. Izzah 1501470018
- Moh Adib Mabruri 1501470024
- Mita Susanti 1501470030
- Reza Wirajaya 1501470036
- Dita Ayu Lestari 1501470042
- Jimia Kristin 1501470049

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
Desember 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
“ABORSI” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui
segala sesuatu tentang aborsi.
Aborsi adalah pengeluaran janin dari dalam kandungan sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Aborsi spontanea dan aborsi medis/ keguguran
diperbolehkan untuk dilakukan apabila benar-benar terpaksa. Aborsi criminalis
tidak boleh dilakukan karena dalam pandangan medis, moral maupun hukum
tidak baik untuk dilakukan. Sebagai perawat yang mengalami dilema etis dalam
menghadapi kasus aborsi, kita tetap harus mencegah terjadinya aborsi criminalis.
Perawat sebaiknya memberikan penjelasan dengan halus kepada pasien mengenai
risiko aborsi dan menjadi consultant atas masalah yang menjadi alasan aborsi
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sulastyawati S.Kep, Ns selaku dosen mata kuliah Etika Keperawatan
dan Hukum Kesehatan yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap
laporan penelitian ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin
dalam makalah ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis
mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis
untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Lawang, 6 Desember 2015


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3. Tujuan Pembahasan.......................................................................................... 2
1.4. Manfaat Pembahasan........................................................................................ 2
1.4.1. Bagi Mahasiswa......................................................................................... 2
1.4.2. Bagi Dosen................................................................................................ 2
1.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Pengertian Aborsi............................................................................ 3
2.2. Klasifikasi Aborsi............................................................................. 3
2.3. Penyebab Aborsi.................................................................................. 5
2.4. Risiko Aborsi........................................................................ 6
BAB III GAMBARAN KASUS............................................................................ 8
BAB IV PENYELESAIAN MASALAH...................................................... 9
4.1. Prinsip-prinsip Etis...................................................................................... 9
4.2. Pandangan Medis, Moral dan Hukum............................................................... 10
BAB V PENUTUP................................................................................. 13
5.1. Kesimpulan....................................................................................................... 13
5.2. Saran.................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang
tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada
yang mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, sedangkan menurut WHO batasan usia kehamilan adalah sebelum 22
minggu.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %.
Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan,
karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit..
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI
atau majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di
Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian
besar dilakukan oleh para remaja.
Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal
negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa,
melanggar hukum dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi
merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh
dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi
kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan
mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa
bersalah.
Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai
conselor atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan
prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi
pilihan yang telah dipilih (aborsi).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aborsi?
2. Bagaimana sikap perawat dalam menghadapi dilema etis dalam kasus
aborsi?
1.3. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian, klasifikasi, penyebab dan risiko aborsi.
2. Untuk mengetahui sikap perawat dalam menghalami dilema etis dalam
kasus aborsi.
1.4. Manfaat Pembahasan
1.4.1. Bagi Mahasiswa
- Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, klasifikasi, penyebab dan risiko
aborsi.
- Mahasiswa dapat mengetahui sikap perawat dalam menghadapi dilema etis
dalam kasus aborsi.
- Mahasiswa sebagai calon perawat dapat memutuskan sikap yang nantinya
akan dilakukan apabila menemui kasus aborsi.
1.4.2. Bagi Dosen
- Dosen menjadi lebih terarah dalam memberikan kuliah tentang aborsi.
- Dosen dapat membuat kuliah menjadi lebih menarik dan mengena kepada
mahasiswa dengan membuat bahan mengajar secara kreatif dan inovatif.
1.4.3. Bagi Masyarakat
- Masyarakat mengetahui sikap yang harusnya dilakukan oleh perawat
dalam menghadapi kasus aborsi.
- Masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika dirinya
mengetahui terjadi kasus aborsi di lingkungan sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aborsi


Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim jika beratnya
kurang dari 500 g atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat ini
proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami
abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Aborsi berasal dari bahasa latin abortus yang berarti
berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan
kematian janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20
mingg disebut kelahiran prematur. Untuk bisa mengatakan seorang wanita
mengalami abortus haruslah memenuhi persyaratan diatas
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di
Indonesia adalah:
1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu);
2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat
kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15
(1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu, yaitu
aborsi.
2.2. Klasifikasi Aborsi
1. Aborsi spontan
Abortus spontanea merupakan keluarnya janin sebelum dapat hidup dalam
kandungan yang terjadi dengan sendirinya, tanpa tindakan apapun dari manusia,
tanpa disengaja dan karena faktor-faktor alamiah di luar kemampuan manusia.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Dalam bahasa sehari-hari biasanya disebut keguguran Aborsi spontan dibagi
menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
a. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah aborsi tingkat permulaan, pada kehamilan
kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin
masih dalam kondisi baik di dalam rahim, serta leher rahim belum melebar. Ibu
mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali.
b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah aborsi dimana pada kehamilan kurang dari 20
minggu, terjadi pendarahan, dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri. Ibu mengalami
mulas yang sering dan kuat.
c. Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus adalah keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum 20 minggu, namun sebagian organ janin sisanya masih tertinggal didalam
rahim, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Terjadi dilatasi serviks atau
pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol
dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua
atau fetus), sehingga rongga rahim kosong sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk.
Perdarahan mungkin sedikit dan uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita
yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali
jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa
jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Missed Abortion
Mised abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Missed
abortion digolongkan kepada abortus imminens.
f. Abortus Habitualis
Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya
abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga
jika kadangkala seorang wanita mudah sekali mengalami keguguran yang
disebabkan oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya terpeleset,
bermain skipping (meloncat dengan tali), naik kuda, naik sepeda dan lain-lain.
Bila keguguran hampir tiap kali terjadi pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan
ini disebut “aborsi habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu
kelima sampai kelimabelas.
g. Abortus infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi organ genital.
h. Abortus septik
Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium
karena tindakan abortus yang disengaja (dilakukan dukun atau bukan ahli) lalu
menimbulkan infeksi.
2. Aborsi provokatus
Aborsi provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan
oleh perbuatan manusia dengan maksud dan pertimbangan tertentu, yakni dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu baik
dengan memakai obat-obatan atau alat karena kandungan tidak dikehendaki untuk
dilahirkan. Abortus provakatus dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Aborsi Medis/ Terapeutik (abortus provocatus therapeticus)
Aborsi medis adalah pengguguran janin dalam kandungan sebelum
waktunya secara sengaja karena adanya alasan medis tertentu. Indikasi medis
yang dimaksud misalnya, pada kehamilan di luar kandungan, ibu hamil sakit
jantung yang parah, penyakit TBC yang parah, tekanan darah tinggi, kanker
payudara, kanker leher rahim. Aborsi provokatus dapat juga dilakukan pada saat
kritis untuk menolong jiwa si ibu. Bila kehamilan diteruskan akan membahayakan
nyawa ibu serta janin, sekali lagi keputusan menggugurkan akan sangat dipikirkan
secara matang. Indikasi untuk melakukan aborsi provokatus therapeuticum
sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli
kebidanan dan seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit
jantung
b. Aborsi Kriminalis (abortus provocatus criminalis)
Aborsi kriminalis adalah pengguguran janin dalam kandungan sebelum
waktunya secara sengaja tanpa mempunyai alasan medis/ ilegal dan disebabkan
oleh alasan-alasan lain yang melanggar hukum. Hal ini dilakukan dengan alasan-
alasan tertentu, misalnya malu mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini
biasanya dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang
mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan aborsi seperti
dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun beranak yang hanya akan
mencari keuntungan materi saja.
2.3. Penyebab Aborsi
Alasan Medis
 Kadang kondisi rahim perempuan hamil yang tidak kondusif untuk
perkembangan janin. Dalam kasus ini aborsi bisa dilakukan.
 Dalam beberapa kasus medis, ada perempuan yang mengalami kerusakan
atau kelainan pada organ reproduksi sehingga berbahaya bagi janin. Jika
dokter mendiagnosis ada kerusakan maka aborsi bisa dilakukan.
 Kelainan genetik yang akan memnyebabkan kelainan pada anak setelah
lahir juga merupakan alasan mengapa banyak perempuan memilih aborsi.
Kelainan genetik ini dapat diketahui dengan bantuan tes darah. Jika
hasilnya tidak memuaskan maka aborsi dapat dilakukan.
 Kadang-kadang, pertumbuhan janin bisa membahayakan kesehatan ibu
yang membawanya ke ambang kematian. Dalam kasus ini, perempuan
dapat melakukan aborsi untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
 Jika seorang perempuan menderita penyakit seperti penyakit jantung,
AIDS atau penyakit menular seksual, dia dapat melakukan aborsi.
Alasan Pribadi
 Sebuah kehamilan yang terjadi akibat perkosaan dapat digugurkan karena
si perempuan ingin menghilangkan trauma. Anak yang dikandungnya
dapat menjadi pengingat pengalaman mengerikan di masa lalu.
 Kadang seorang perempuan merasa tidak yakin secara finansial untuk
merawat dirinya dan bayi yang dikandungnya. Belum lagi si suami tidak
mau bertanggung jawab dengan meninggalkan si istri atau mengganggur.
Karena alasan ekonomi sangat mungkin si perempuan melakukan aborsi.
 Banyak perempuan menikah memilih aborsi karena si suami tidak mau
membesarkan anak bersama sebagai orangtua. Si perempuan kemudian
tidak merasa aman secara finansial dan takut si suami akan
meninggalkannya.
 Adanya desakan dari orangtua dan kecaman sosial terhadap perempuan
yang hamil di luar nikah adalah alasan lain mengapa banyak perempuan
memilih aborsi. Banyak sekali orangtua yang memaksa anak perempuan
yang belum menikah untuk melakukan aborsi hanya untuk menyelamatkan
muka di depan masyarakat dan kerabat lainnya.
 Banyak juga kasus perempuan yang melakukan aborsi akibat kontrasepsi
yang gagal.
 Bagi sebagian wanita menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan sebagian wanita merasa bahagia menjalani
kehamilan. Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi
dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
 Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil – baik yang telah menikah
maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan
yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis
aborsi buatan / sengaja)
 Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki
banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak
mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-
keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
geliatan anak dalam kandungannya.
2.4. Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap
kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Risiko kesehatan terhadap
wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
dan gangguan psikologis berikut merupakan risiko kesehatan dan risiko gangguan
psikologis pada wanita yang melakukan aborsi.
Risiko kesehatan
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
 Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
 Kanker hati (Liver Cancer).
 Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Risiko psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya.
BAB III
GAMBARAN KASUS

Seorang mahasiswi berusia 20 tahun mengeluh terlambat menstruasi 3


bulan. Kepada sahabatnya dia mengatakan sering mual-mual, dia juga mengaku
sering melakukan hubungan intim bersama kekasihnya. Sahabatnya menyarankan
untuk membeli alat tes kehamilan, dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa dia
positif hamil.
Kemudian oleh pacarnya diajak ke klinik bersalin untuk mengakhiri
kehamilannya. Menurut informasi yang didapat, klinik tersebut sudah biasa
melakukan aborsi. Mereka setuju melakukan aborsi dengan alasan mahasiswa dan
mahasiswi itu masih kuliah dan belum siap untuk menikah.
Akhirnya mereka memutuskan untuk meminta bantuan untuk dilakukan
aborsi. Setelah dicapai kesepakatan dokter menyarankan tindakan aborsi itu
dilakukan keesokan harinya. Aborsi itu dilakukan dokter dengan bantuan seorang
perawat. Sebelum aborsi dilakukan perawat melakukan informed consent terlebih
dahulu, informed consent itu disetujui oleh mahasiswi. Sebenarnya perawat
mengalami dilema etis pada saat melakukan informed consent. Tapi demi
pekerjaan dia menurut saja pada perintah dokter.
Pada saat dilakukan tindakan aborsi terjadi perdarahan yang hebat dan tak
bisa ditanggulangi sehingga mengakibatkan mahasiswi itu menghembuskan napas
terakhir.
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH

4.1. Prinsip-prinsip Etis


a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik dan setiap
tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan
menghindarkan dari kecacatan. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan
atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada
seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien
dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
lain harus dihindari. Jadi, apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan
pada tanggung-jawab moral dan profesi dan merahasiakan apapun tentang pasien
kecuali jika sebagai saksi dalam kasus hukum.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Respek
1) Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien / klien. Hak –
hak pasien, penerapan inforned consent
2) Perilaku perawat menghormati sejawat
3) Tindakan eksplisit maupun implisit
4) Simpatik, empati kepada orang lain.
4.2. Pandangan Medis, Moral dan Hukum
Pandangan Medis
Dalam buku "Facts of Life" yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd, bahwa
risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada
saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah kematian mendadak
karena pendarahan hebat, kematian mendadak karena pembiusan yang gagal,
kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan, rahim yang
sobek (uterine perforation), kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya, kanker payudara (karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita), kanker indung telur (ovarian
cancer), kanker leher rahim (cervical cancer), kanker hati (liver cancer), kelainan
pada placenta (placenta previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya, menjadi
mandul/ tidak mampu memiliki keturunan lagi (ectopic pregnancy), infeksi
rongga panggul (pelvic inflammatory disease) dan infeksi pada lapisan rahim
(endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini
dikenal dalam dunia psikologi sebagai "Post-Abortion Syndrome" (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS.
Pandangan Moral
Perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia
melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun yang
dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Terungkap bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks
pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu
ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para
remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi
begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki
pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks
(65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan
orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih
dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu
mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari
teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama
berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang
melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan
pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab
terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika
menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi
sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai
yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian
(fashion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi
kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah
dianggap suatu kewajaran.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan
remaja yaitu faktor agama dan iman; faktor Lingkungan seperti orangtua, teman,
tetangga dan media; pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang
berlebihan; dan perubahan zaman.
Pandangan Hukum
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus
Provocatus Criminalis”
Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah:
Pasal 299
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan,
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. Jika yang
bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
12 tahun
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama 15 tahun.

Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
UU Kesehatan No.23 Tahun 1992
Pasal 15
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat
dilakukan: Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut.
3. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi erta berdasarkan pertimbangan
tim ahli.
4. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
5. Pada sarana kesehatan tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 80
Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat
(1) dan ayat (92), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (liam belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar rahim. Aborsi dibagi menjadi dua yaitu aborsi spontan dan
provocatus. Aborsi spontan terdiri dari aborsi immines, insipien, inkompletus,
komplitus, missed abortion, habitualis, infeksiosa dan septik. Aborsi provocatus
terdiri dari aborsi medis dan criminalis. Penyebab aborsi terdiri dari alasan medis
dan alasan pribadi. Risiko aborsi dibagi menjadi risiko medis dan risiko
psikologis.
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil
pada kasus aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi, pada
kasus aborsi ilegal seperti contoh, hal tersebut melanggar asas beneficience (asas
manfaat / berbuat baik) sebab, aborsi ilegal bukan perbuatan baik dan dapat
membahayakan kesehatan pelaku aborsi tersebut.
5.2. Saran
Saran penulis, seorang perawat yang sedang merawat klien yang akan
melakukan aborsi, hendaknya ciptakan suasana yang membuat klien dapat
berdiskusi secara terbuka tentang aborsi, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap
asas-asas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media.

Amin, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta. MediAction.

Riskiyani, R. 2012. Etika Dan Hukum Aborsi, riska


riskiyani http://iqonkriskiyani.blogspot.co.id/, diakses pada 17 November
2015.

Mutiara, D. 2012. Makalah Kasus Aborsi, https://dianmutiarach.wordpress.


com/2012/12/12/makalah-kasus-aborsi/, diakes pada 17 November 2015.

Rochi, R. 2010. Etika Keperawatan Aborsi, http://ryanrochi.blogspot.


co.id/2010/08/etika-keperawatan-aborsi.html, diakses pada 17 November
2015.

Ana. 2014. Makalah Kasus Abortus Dalam Etika Perawatan Maternitas,


http://phiephie3nurse.blogspot.co.id/2014/02/makalah-kasus-abortus-dalam-
etika.html, diakses pada 17 November 2015.

Alvian, Y. 2012. Kasus Dilema Etik Keperawatan, http://yohans-


alvian.blogspot.co.id/2012/05/makalah-etika-keperawatan.html, diakses
pada 17 November 2015.

Sulastri, SN. 2011. Abortus ditinjau dari Segi Etika, Agama dan Hukum,
http://www.nengbidan.com/2011/11/abortus-ditinjau-dari-segi-etika-
agama.html, diakses pada 17 November 2015.

2007. Kasus Pelanggaran Etika Keperawatan Perawat yang Membantu Aborsi


Terancam Hukuman 5,5 Tahun Penjara,
http://bkulpenprofil.blogspot.co.id/2013/10/analisis-kasus-aborsi.html,
diakses pada 19 september 2007

2015. Kasus Aborsi dan Penyelesaian, https://khanzima.wordpress.


com/tag/contoh-kasus/, diakses pada 9 januari 2015

You might also like