8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Tinjanuan Berdasarkan Literatur dan
evidence (bukti) Berdasarkan Konsep Malpraktik Berdasarkan pembuktian empiris
Berdasarkan Prinsip Etik Keperawatan
• Berbuat baik (beneficience) Pada kasus ini perawat mata sudah melakukan tindakan penanganan, namun tidak melakukan pencegahan kesalahan, seperti perawat ST tidak melakukan konsultasi pada dokter di Puskesmas, melainkan melakukan tindakan medis yang tidak sesuai standar dengan cara mengorek-gorek mata pasien menggunakan jarum yang lembut.
• Justice (Keadilan) Perawat ST dinas di poli mata seharusnya mempertimbangkan pelayanan yang sesuai dengan standar. Kondisi pasien harusnya dikonsulkan pada petugas medis yang kompeten.
• Nonmaleficince (tidak merugikan)
Jelas tindakan yang dilakukan perawat ST menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mata klien. Akibat tindakan medis yang diluar kompetensinya sebagai seorang perawat RO akhirnya klien mengalami Ulkus Kornea, cacat permanen pada mata. Seharusnya perawat ST lebih bersikap hati-hati memikirkan terlebih dahullu efek samping tindakan yang dilakukan.
Berdasarkan Kode Etik (PPNI, 2013)
• Perawat dan Praktik Butir ke (3) bahwa Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. KASUS - Perawat tidak memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan prosedur - Seharusnya dikonsultasikan pada dokter yang memeliki komptensi sebagai dokter mata - Seharusnya sebelum bertindak perawat ST melihat kualifikasi dirinya sebagai perawar RO. - Seharusnya melakukan tugas berdasarkan delegasitindakan yang diberikan bukan melakukan tindakan tanpa bukti delegasi yang jelas dari pihak yang Analisa berdasarkan standar praktik keperawatan Indonesia (PPNI,2005) • Standar Praktik Profesional , Standar IV (Implementasi) Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan dan seorang perawat harus melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien. KASUS Perawat ST mengambil keputusan sendiri dalam memberikan tindakan medis yang bukan wewenangnya tanpa kolaborasi.
• Standar Kinerja Profesional , Standar VI
( Kolaborasi) Perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan semua pihak terkait serta tim multi disiplin kesehatan dalam memberikan keperawatan klien. KASUS Perawat ST tidak memperhatikan satndar kinerja professional sehingga kolaborasi multi disiplin tidak dilakukan akibatnya terjadi cacat permanen pada mata pasien Yenny.
Tinjauan berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2014 tentang Kesehatan
• BAB IX 58 ayat 1 Hak dan Kewajiban dalam pasal dijelaskan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib : - Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan - Memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan - Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan, dantindakan yang dilakukan. - Merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai KASUS Perawat TS ini, klien nya yang bernama Henny tidak mendapatkan pelayanan yang optimal. Tinjauan Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan • Bab 1 pasal 2 Kasus ini perawat telah melanggar UU no. 38 tahun 2014, Bab 1 pasal 2 tentang keperawatan, yang mengatur bahwa praktek keperawatan yang berasaskan perikemanusiaan; nilai ilmiah; etika dan profesionalitas; manfaat; keadilan; pelindungan; dan kesehatan dan keselamatan Klien. KASUS Perawat ST tidak memperhatikan etika, profesionalisme dan keselamatan pasien berdasarkan keilmuan yang dimiliki, dalam pemberian tindakan pada mata pasie Yenny yang pada akhirnya malah menyebkan kondisi kebutaan.
Bab V pasal 28 ayat 3, Bab VI Pasal 38
ST telah melanggar UU keperawatan pasal 28 ayat 3 yang menjelaskan bahwa praktik keperawatan didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional KASUS • Saksi ahli harus melihat standar operasional prosedur penanganan penyakit mata di Poli Mata Puskesmas Pasar Kota Singkawang. • Jika di Puskesmas tersebut sudah ada SOP yang mengatur tentang pelimpahan tugas dari dokter ke perawat maka ST dikatakan tidak menjalankan SOP dalam penanganan penyakit mata klien Yenny. • Perawat ST juga melanggar pasal 38, Pada kasus ini klien Yenny tidak mendapat hak nya dalam
• Pasal 30 ayat 1 ponit (h)
Memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter. KASUS Tidak ada kolaborasi dan kosultasi yang dilakukan oleh perawat ST kepada dokter mata terkait dengan hasil pengkajian keperawatan yang didapatnya, dan perawat ST juga langsung melakukan tindakan medis dengan menggunakan jarum pada mata klien hingga mengakibatkan kecacatan. • Bab V pasal 32 Ditelusuri apakah sudah ada pelimpahan wewenang dari dokter mata kepada perawat ST terkait tindakan medis yang dilakuka perawat ST. • Bab V Pasal 35 ayat 2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut KASUS Perawat ST tidak profesional karena bekerja dibawah standar • BAB VI Pasal 36 poin (a) Perawat dalam melaksanakan Praktik keperawatan berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Perundang-undangan. KASUS Praktik tidak sesuai dengan standar operasioanl prosedur perawat ST tidak dapat berlindung dari
Permenkes no 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat
Pasal 37 ayat 2 Upaya kesehatan tingkat pertama dilaksanakan dengan standar prosedur operasional dan standa pelayanan KASUS Perawat ST bekerja tidak dibawah standar atau tidak sesuai SOP.
Tinjauan Berdasarkan KUHP
• Pasal 360 KUHP Penjara • Pasal 361 KUHP Pencabutan hak melakukan pekerjaan • Undang-Undang no. 36 tahun 2009 (Kesehatan) pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). KASUS Tindakan medis yang dilakukan oleh perawat ST pada mata klien Yenny hingga mengakibatkan kecacatan permanen maka bisa saja dikenai sanksi pidana.
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 19 ayat (1) UUPK Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan KASUS Klien Yenny sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan berhak mendapatkan ganti rugi atas kelalaian yang dilakukan oleh perawat ST karena tindakannya yang tidak sesuai dengan SOP.