You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka memperkuat upaya pemberdayaan hidup bersih dan sehat, mencegah
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar Berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Depelopment Goals (MDGs)
tahun 2017, perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan
sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Depelopment Program
(ISSDP) tahun 2006, menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar
kesugai, sawah, kolam, kebun, dan tempat tebuka.
Menurut Laporan kemajuan MDGs (Bappenas 2010): Kecepatan akses masyarakat
terhadap jamban sehat tidak sesuai harapan (2009 : 34 %, target 2017 : 55,6 %). Riskesdas
2009: Diare masih menjadi penyakit pembunuh no.1 (menyumbang 42 % dari penyebab
kematian bayi usia 0-11 bulan).Studi WHO (2007) menunjukkan bahwa intervensi
lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai 94 % à penyediaan air bersih
menurunkan risiko 25 %, BAB di jamban menurunkan risiko 32 %, pengolahan air minum
rumah tangga menurunkan risiko 39 % dan CTPS menurunkan risiko sebesar 45 % dan 70%
masyarakat mengandalkan air tanah (Susenas, 2009) yang sebagian besar sudah tercemar
E.Coli.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 perilaku
masyarakat dalm mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah
membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi
makan bayi 7%, (v) sebelum menyiapkan makan 6%. Sementara studi BHS lainnya terhadap
perilaku pengolahan air minum rumahtangga menunjukan 99,20% merebus air untuk
mendapatkan air minum, tetapi 47,5% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Kendisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia.
Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu
penduduk pada semua umur dan 16 propinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang hygiene dan sanitasi dengan
menetapkan Open Defecution Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada
tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004
– 2009.Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millenniu
Development Gals (MDG).Tahun 2017, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi
dasar secara berkesinambungan kepada separoh dari proporsi penduduk yang belum
memdapatkan akses. Menyadari hal tersebut di atas, pemerintah telah melaksanakan beberapa
kegiatan, antara lain melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation
(CLTS) di 6 Kabupaten pada tahun 2005, dilanjukan dengan gerakan pencanangan sanitasi
total oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2006 di Sumatera Barat, serta pencanangan
kampanye cuci tangan secara nasional oleh Menko Kesra bersama Mendiknas dan Meneg
Pemberdayaan Perempuan tahun 2007.
Sebagai tindak lanjut dilakukan replikasi CLTS diberbagai lokasi oleh berbagai
lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang menhasilkan perubahan perilaku
buang air besar disembarang tempat, sehingga pada tahun 2006 sebanyak 160 desa telah ODF
dan tahun 2007 telah mencapai 500 desa. (Depkes. 2007).

1.2. Maksud dan Tujuan STBM


Maksud dan tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3
komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi,
serta peningkatan penyediaan sanitasi serta pengembangan inovasi sesuai dengan konteks
wilayah.

B A B II
SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM)

2.1. Pengetian
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan.
Komunitas merupakan kelompok Pmasyarakat yang berinteraksi secara sosial
berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan.
Open Defecation Free yang selanjutnya disebut ODF adalh kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air bersih yang mengalir.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT
adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minumdan air yang
digunakan untuk produksi makan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi,
persiapan makan/minuman bayi.
Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitasi; Tidak Buang Air Besar (BAB)
sembarangan. Mencuci tangan pakai sabun. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
Mengelola sampah dengan benar. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jamban sehat adalah Fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit.
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana Buang air
besar, sarana pengelolaan sampah, dan limbah rumah tangga.

2.2. Isu dan Tantangan


Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan
perilaku penduduk terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan
air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan hygiene lainnya.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah 3
tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya
dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto (studi World
Bank,2007).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, penanganan masalah sanitasi
merupakan kewenangan daerah, tetapi sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan
yang memadai. Oleh sebab itu pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya
melalui pebijakan dan penanganannya.

2.3. Strategi Nasional


A. Penciptaan lingkungan yang kondusif
1. Pinsip
Meningkatkan dukungan pemerintah dan memangku kepentingan lainnya dalam
meningkatkan perilaku hygienis dan saniter.
2. Pokok kegiatan
Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan
lainnya secara berjenjang, Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah.
Meningkatkan kemintraan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Organisasi
Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta.

B. Peningkatan kebutuhan
1. Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung
terciptanya sanitasi total.
2. Pokok kegiatan
Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan
pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan, Mengembangkan kesadaran masyarakat
tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan
denganpemicuan perubahan perilaku komunitas.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material, dan biaya sarana
sanitasi yang sehat.
Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (Natural Leader) untuk memfasilitasi
pemicuan perubahan perilaku masyarakat, Mengembangkan sistem penghargaan kepada
masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.

C. Peningkatan penyediaan
1. Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengankebutuhan
masyarakat.
2. Pokok kegiatan
Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.
Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan
pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga
penelitian perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna.

D. Pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management)


1. Prinsip
Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalan sanitasi total
2. Pokok kegiatan
Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi, Meningkatkan kemitraan
antara program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan
pengetahuan dan pembrlajaran sanitasi di Indonesia dan Mengupayakan masuknya
pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan.
E. Pembiayaan
1. Prinsip
Meniadakan subsidi untuk penyediaan Fasilitas sanitasi dasar.
2.Pokok kegiatan
Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri.
Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong) Menyediakan subsidi diperbolehkan
untuk fasilitas sanitasi komunal.

F. Pemantauan dan evaluasi


1. Prinsip
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantaun dan evaluasi.
2.Pokok kegiatan
Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat. Pemerintah daerah
mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data. Mengoptimumkan pemanfaatan
hasil pemantauan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang sejenis

B A B III

HASIL KEGIATAN
3.1. Gambaran Umum

Desa Buniwangi Kecamatan Surade. Berdasarkan hasil pemantauan pada Mei 2017,
Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 10.475 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
3.538 KK dan jumlah rumah 3.538 rumah, dimana rata-rata memiliki sarana jamban tapi
tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak ada sarana pembuangan akhir/tangki septictank,
dan masih ada juga beberapa rumah yang tidak memiliki jamban.
Untuk air minum, sebagian besar penduduk menggunakan air yang berasal dari
sumber mata air dan sebagian menggunakan dari sumur gali dan Sebagian penduduk masih
menggunakan air sungai sebagai tempat MCK.

3.2. Pemicuan
Pemicuan dilaksanakan pada di bulan mei 2017 di Kp.Leuweung Guha Desa
Buniwangi, Kp. Cidodo desa. Buniwangi, Kp.Sindang Jaya Desa.Buniwangi, dan Kp. Ciwaru
Desa. Buniwangi, Dengan jumlah peserta masing – masing lokasi sebanyak 20 peserta dan
tim fasilitator (3 orang Tim Kesehatan Puskesmas, 1 orang dari Fasilitator Dinas Kesehatan
dan 2 orang kader Kesehatan Lingkungan).
Adapun alur kegiatan pemicuan adalah sebagai berikut :
 Perkenalan
 Mapping Area
 Hitung Volume Tinja
 Transeck Walk
 Alur Kontaminasi
 Simulasi Air
 Puncak Pemicuan
 Penutup
Perkenalan
Pada awal pemicuan, fasilitator memperkenalkan diri dan mencairkan suasana
dengan menanyakan suasana dan kondisi lingkungan yang berasal dari perkataan masyarakat.
Ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa kaku dan nyaman ketika berada pada saat
pemicuan. Sehingga masyarakat secara terbuka memberikan informasi keadaan sekitar dan
masyarakat pun secara tidak langsung turut berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan.

Mapping Area
Mapping Area (Pemetaan) bertujuan untuk mengetahui atau melihat peta wilayah
BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering setelah ada mobilisasi
masyarakat).
Setelah perkenalan, fasilitator mengajak masyarakat untuk menggambar keadaan
kampung mereka dengan menggunakan peralatan seadanya seperti sekam padi (untuk batas
wilayah), kertas hijau (rumah warga), bubuk semen (batas aliran sungai) kertas putih (jamban
sehat), kertas Kuning ( lokasi BABS).
Semua peserta berpartisipasi aktif pada saat pemetaan. Fasilitator mengajak semua peserta ke
dalam peta. Masing-masing peserta menunjukan rumah dan lokasi BAB. Setelah itu,
fasilitator meminta untuk mengamati keadaan kampung mereka yang telah di kepung oleh
BAB dengan menanyakan kepada peserta “Bagaimana perasaan jika melihat keadaan
kampung yang seperti ini “?. Kemudian, fasilitator mengajukan perrtanyaan “Apakah merasa
bangga dan nyaman dengan keadaan yang telah di kpung oleh BAB’?.

Hitung Volume Tinja


Fasilitator dan masyarakat bersama-sama menghitung volume tinja yang dibuang
sembarangan yang dihasilkan di lingkungan tersebut. Mulai dari menghitung jumlah KK dan
jiwa, berapa kali dalam sehari jumlah tai yang dihasilkan, berapa banyak tai yang dihasilkan
(Kg) dalam sehari dikalikan dengan jumlah yang dihasilkan dalam sehari (Kg) dikalikan
dengan jumlah yang dihasilkan oleh orang dalam sehari, dikali dengan jumlah penduduk,
hitung dalam sehari, dikali dengan jumlah penduduk, hitung dalam sehari, seminggu, sebulan
dan setahun,dst. Fasilitator mengajak masyarakat membayangkan jika seandainya tai yang
dihasilkan selama satu bulan ditumpuk dalam karung kemudian dubandingkan dengan
tumpukan karung beras. Setelah itu fasilitator bertanya manakah yang lebih indah dilihat
tumpukan karung beras atau tumpukan karung tai.

Transeck Walk
Fasilitator mengajak peserta untuk berjalan-jalan mengikuti aliran sungai dan tempat-
tempat pembuangan tinja hingga tampak ada kotoran yang tersangkut. Kemudian fasilitator
menanyakan apakah yang tersangkut ini . fasilitator dengan sengaja menagjukan beragam
pertanyaan dengan jangka waktu yang cukup lama hingga peserta menutup hidung akibat bau
yang ditimbulkan. Kemudiam fasilitator menanyakan kenapa menutup hidung. Apakah ada
yang salah berdiri di tempat ini.

Alur Kontaminasi
Fasilitator menanyakan kepada masyarakat kemana semua kotoran itu menghilang.
Apakah mungkin semua kotoran itu masuk kedalam air.Kemana saja kotoran itu
pergi.Kemudian masyarakat berdiskusi atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dan menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh fasilitator.

Simulasi Air
Fasilitator meminta dan menunjukan gelas air minum. Kemudian menawarkan
segelas air itu, kepada siapa yang mau meminumnya. Air yang ditawarkan tersebut diminum
oleh warga yang dilihat oleh semua peserta. Fasilitator menunjukkan kembali segelas air
minum yang baru, kemudian meminta salah seorang menarik sehelai rambutnya.
Rambut tersebut dianggap seolah-olah kaki lalat disentuhkan ke tai yang waktu transeck walk
diambil. Kemudian rambut yang terkena sampel tai tadi dicelupkan ke dalam segelas air
tersebut. Fasilitator menanyakan kepada peserta siapa yang bersedia minum air dalam gelas
tersebut. Namun tak seorang pun peserta yang bersedia meminumnya. Kemudian fasilitator
menanyakan alasan mengapa tidak bersedia meminumnya. Peristiwa ini sudah menimbulkan
rasa jijik peserta pada kotoran.

Puncak Pemicuan
Pada saat ini, masyarakat mulai memikirkan bagaimana cara menghentikan buang air
besar sembarangan, hal ini terlihat dari beragam jawaban yang dilontarkan peserta. Fasilitator
menanyakan apa yang harus kita lakukan dengan kotoran ini, dengan apa sebaiknya
dihilangkan, adakah cara yang sederhana untuk menghilangkannya. Apa langkah awal yang
harus dilakukan.
Dengan pertanyaan tersebut,para peserta mengatakan ingin segera menghilangkan
kotoran yaitu dengan membangun jamban yang sehat, meskipun bertahap.

3.3. Hasil Kegiatan

Dari hasil pemicuan yang dilaksanakan pada bulan mei 2017, dengan jumlah peserta
pemicuan rata – rata 20 peserta, masyarakat yang terpicu, yaitu :
No Nama Yang tidak Yang mau Tanggal keterangan
Kampung memiliki membuat pembuatan
jamban jamban jaga
1 Leuweung Guha 5 KK 4 KK Desember Yang 1
2017 orang akan
BAB ke
MCK
2 Cidodo 6 KK 5KK April 2017
3 SindangJaya 4KK 4KK Desember
2017
4 Ciwaru 4KK 3KK Februari Yang 1 KK
2017 sharing ke
orangtua

Sebagian besar masyarakat sudah memiliki jamban dan SPAL sendiri, sehingga
pemicuan di fokuskan kepada warga/ masyarakat yang belum memiliki sarana Jamban dan
SPAL sendiri.

3.4 MASALAH
Kendala yang dihadapi dalam perubahan perilaku masyarakat yang tidak memiliki
jamban keluarga adalah :
1. Kekurangan biaya
2. Masyarakat belum menyadari pentingnya jamban keluarga
3. Masih berharapnya bantuan dari pemerintah
3.5 Rencana Tindak Lanjut
Rencana Tindak lanjut setelah kegiatan pemicuan ini adalah :
1. Melakukan Forum Grup Diskusi
2. Melakukan Monitoring terhadap warga yang akan berubah
3. Melakukan evaluasi

B A B IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Selama kegiatan ini, kerja sama tim Puskesmas dan Fasilitator juga masyarakat telah
bekerjasam dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kebersamaan yang dilakukan selama
pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan dapat berjalan dengan menghasilkan perubahan yang
akan dilaksanakan oleh masyarakat sebagai berikut :
No Nama Yang tidak Yang mau Tanggal keterangan
Kampung memiliki membuat pembuatan jaga
jamban jamban
1 Leuweung Guha 5 KK 4 KK Desember 2017 Yang 1 orang
akan BAB ke
MCK
2 Cidodo 6 KK 5KK April 2017
3 SindangJaya 4KK 4KK Desember 2017

4 Ciwaru 4KK 3KK Februari 2017 Yang 1 KK


sharing ke
orangtua

Dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa semua warga yang hadir dan tidak
memiliki jamban keluarga mau berubah dengan membuat jamban keluarga, adapun 2 KK
yang tidak akan membuat jaga sementara akan melakukan sharing ke MCK maupun ke
rumah orang tuanya.

4.2. Saran
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan agar semua masyarakat dapat merubah
perilaku BABS menjadi Stop BABS.

BAB V
PENUTUP
Demikian laporan Pemicuan Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) .
Terimakasih yang sebesar-besarnya Team Pelaksana Pemicuan Desa STBM banyak
membantu pelaksanaan kegiatan ini di Desa Buniwangi Kec.Surade Kab. Sukabumi
Harapan penyusun, Adanya kegiatan Pemicuan di desa – desa lain wil Kerja PKM
Buniwangi dan Desa yang sudah terpicu semakin banyak masyarakat yang STOB BABS dan
terwujudnya desa ODF.
Buniwangi, 20 JULI 2017

Penyusun
Sanitarian Puskesmas Buniwangi

Mira Amalia Hasanah.AMKL.SKM


NIP: 19810726 200902 2 003

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, bahwasanya atas rahmat dan
karunia-Nya kegiatan Pemicuan Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di desa
Buniwangi dapat terlaksana dengan baik.
Dengan terlaksananya kegiatan Pemicuan Desa STBM di Desa Buniwangi Kec.
Surade dapat memicu masyarakat untuk bisa lebih memahami dan melaksanakan lima pilar
STBM yang diantaranya tercapainya desa Bebas Buang Air Besar Sembarangan (Stop
BABS).Akan tetapi kami menyadari bahwa dalam kegiatan ini masih banyak sekali
kekurangannya,tapi dengan bantuan semua pihak kegiatan ini dapat diselesaikan.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah turut
membantu terlaksananya kegiatan Pemicuan Desa STBM ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat, dan amal baik kita semua diberi pahala oleh Allah SWT yang berlipat ganda.
Amiin.

Buniwangi, 2017
Pelaksana Kegiatan

Mira Amalia Hasanah.AMKL.SKM

LAPORAN KEGIATAN PEMICUAN


DESA BUNIWANGI
PUSKESMAS BUNIWANGI KECAMATAN
SURADE TAHUN 2017

Di Susun Oleh :
Mira Amalia Hasanah.AMKL.SKM

UPTD PUSKESMAS BUNIWANGI


KECAMATAN SURADE TAHUN 2017

You might also like