Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses
yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan
luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi,
dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling)
jaringan. Peran gizi dalam penyembuhan luka merupakan hal yang
penting agar mencagah membesaran luka.
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
1
lemak, karbohidrat, antioksidan dan mineral.Bab III merupakan bagian
terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.
2
BAB II
TUJUAN TEORI
A. Protein
Aspek penting dalam proses penyembuhan luka adalah
bagaimana mempercepat pengeringan luka dan mempercepat proses
perbaikan sel. Untuk bisa melakukan kedua hal tersebut, tubuh jelas
membutuhkan nutrisi. Nutrisi menjadi bahan baku untuk tubuh bisa
menjalankan proses tersebut hingga luka sepenuhnya pulih.
Hal berbeda akan terjadi pada pasien yang berusia tua, karena
otot dan massa tubuh mereka tidak lagi dipadati oleh protein
sebagaimana pada mereka dengan usia muda. Ini membuat proses
penyembuhan luka pada mereka dengan usia tua cenderung berjalan
lebih lambat. Kecuali bila mereka menambahkan asupan protein dalam
diet mereka.
3
Salah satu contoh protein dalam tubuh yang berperan dalam
penyembhan luka yaitu albumin.ALBUMIN adalah salah satu protein
utama dalam plasma darah.Dalam plasma darah terdapat 55-60%
serum albumin.Peran albumin dalam tubuh adalah untuk mengatur
cairan yang bersirkulasi dalam tubuh dan sebagai reservoir protein.
Selain dua peran penting itu, albumin memiliki kemampuan
untuk mengikat dan mentransferproduk hasil metabolisme, mediator
untuk mengatur berbagai fungsi tubuh, nutrien, protein, serta untuk
menetralisir racun baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar
tubuh.
4
Degradasi albumin pada orang dewasa sehat umumnya sekitar
14 g per hari.Albumin dipecah di berbagai organ tubuh, misalnya otot,
kulit, hati, ginjal, dan saluran pencernaan.
5
Kadar serum albumin yang rendah dapat menunjukkan adanya
kelainan pada hati atau ginjal, dapat juga ditemukan pada kondisi syok
dan kurang gizi.Kadar serum albumin yang tinggi dapat menunjukkan
adanya dehidrasi.
B. Asam Amino
6
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang
mati dan aus terpakai, sebagai protein structural.
Tidak boleh lupa bahwa protein adalah salah satu sumber utama
enersi, bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak.Tetapi enersi
yang berasal dari protein termasuk mahal, sehingga tidaklah ekonomis
bila sebagian besar enersi yang diperlukan oleh tubuh disediakan di
dalam makanan terdapat dalam bentuk protein.Enersi yang berasal dari
karbohidrat jauh lebih murah dan lebih mudah didapat bagi sebagian
besar masyarakat.
7
C. Lemak
Hasil uji korelasi rank spearman’s antara asupan lemak dengan proses
penyembuhan luka didapatkan nilai p = 0.84 yang berarti H0 diterima.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermagna antara asupan lemak dengan proses penyembuhan luka
pada pasien post caesarean section di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widjianingsih dan
Worjadmadi (2013) yang dilakukan di Poli Kandungan RSUD Waluyo
Jati Krasan yang mengemukakan adanya hubungan antara asupan
lemak dengan proses penyembuhan luka post caesarean section
dengan nilai p = 0.017. Proses penyembuhan luka operasi tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor asupan nutrisi yang seseorang konsumsi. Faktor
lain yang mempengaruhi penyembuhan luka yaitu obat-obatan dan
teknik bedah yang digunakan. Penggunaan obat pada pasien post
operasi bertujuan untuk meminimalkan komplikasi yang ditimbulkan
yaitu terjadinya infeksi dan rasa nyeri pada luka operasi. Obat yang
digunakan diantaranya10 yaitu jenis antibiotik dan analgesic seprti
slisilat yang berfungsi sebagai anti radang non steroid (Sulistyawati,
8
2009). Pasien post caesarean section Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta juga mendapatkan obat analgesik yaitu asam
mefenamat. Fungsi analgesik tersebut yaitu sebagai obat anti nyeri
pada luka.Nyeri adalah perasaan sesnsoris dan emosional yang tidak
enak dan berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan.Asam
mefenamat merupakan obat yang bekerja sebagai anti inflmasi dan
penghambat enzim produsen prostaglandin, yaitu penyembab
terjadinya nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002). Responden dengan asupan
lemak normal maupun tidak normal memiliki proses penyembuhan baik.
Menurut Sabiston (2004) proses penyembuhan luka operasi bergantung
dengan keadaankesehatan dan aktivitas pasien. Teori tersebut juga
didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Reksoprojo (2010) yang
menyatakan bahwa penyembuhan luka dipengaruhi oleh penyakit
penyerta, nutrisi, dan usia. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti, 40 responden dalam keadaan tidak mempunyai
penyakit penyerta dan mempunyai aktivitas sedang setelah operasi.
Secara teoritis, lemak merupakan sumber zat gizi esensial dan
simpanan energy paling utama dalam tubuh.Asam lemak tak jenuh
ganda mengandung asam esensial yang penting untuk kesehatan
namun harus disuplai dari diet yaitu asam linolenat dan linoleat.Lemak
tak jenuh ganda memiliki peran penting dalam peran sistem kekebalan
tubuh.Asam lemak dalam membran sel turut menjaga dalam stabilitas
kareana peranya dalam mengatur metabolisme. Asam lemak bebas dan
lemak pada permukaan kulit mempunyai peran dala kemampuan kulit
yang anti air dan sebagai bakterisida atau sehingga dapat mencegah
masuknya kuman dari luar tubuh melalui kulit, sehingga lemak lebih
berperan sebagai anti inflamasi pada proses penyembuhan luka
(Boyle, 2009).
9
D. Karbohidrat
10
proliferasi, dan fase reabsorbsi. Protein dalam melakukan proses
pembentukan jaringan yang baru pada luka sangat diperlukannya energi
agar proses pembentukan jaringan yang baru dapat berjalan dengan
sempurna. Energi yang dibutuhkan protein terdapat pada karbohidrat
berupa glukosa. Glukosa ini lah yang akan diubah menjadi energy,
sehingga energy dapat digunakan dalam proses penyembuhan luka.
E. Antioksidan
11
bawangan, N-asetil sistein dan vitamin C berperan dalam pencegahan
penyakit degeneratif karena sifat antioksidan yang dimilikinya.
F. Mineral
1 - Klasifikasi mineral
Mineral merupakan elemen anorganik, jumlahnya dalam tubuh
kurang lebih 4 %.Elemen an organik tersebut merupakan sisa
pembakaran senyawa organik yang disebut abu. Mineral
dikelompokkan menjadi:
a. Mineral esensiel
Termasuk dalam kelompok mineral esensiel untuk makro elemen
adalah kalsium (Cu), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K),
fosfor (P), khlorin (Cl) dan sulfur (S). untuk elemen kelumit atau mikro
mineral adalah mangan (Mn), zat besi (Fe), tembaga (Cu), iodium (I),
seng (Zn), flourin (F), vanadium (Va), kobalt (Co), molibdenum (Mo),
selenium (Se), kromium (Cr), timah putih (Sn), nikel (ni) dan silikat
(Si).
b. Mineral kemungkinan esensiel
Termasuk dalam kelompok ini adalah arsen, barium, bromin,
kadmium, dan strontium.
c. Mineral non esensiel
Termasuk dalam kelompok ini adalah alumunium, antimon, bismut,
boron, germanium, aurum, timah hitam, air raksa, rubidium, perak,
dan titanium.
d. Mineral yang berpotensi toksik
a) tembaga (Cu), molibdenum (Mo), selenium (Se)
b) arsen (As), cadmium
c) timah hitam (Pb) dan air raksa (Hg)
12
Dalam hal ini mineral yang diketahui bermanfaat untuk
penyembuhan luka adalah zat besi (Fe) dan seng/zinc. Zat besi
bermanfaat sebagai kofaktor pada sintesis kolagen, sehingga defisiensi
besi membuat penyembuhan luka tertunda. Seng/zinc juga berperan
dalam penyembuhan luka. Matriks darah baru dan sel-sel kulit yang
mulai terbentuk, serta fibrolast yang berfungsi memproduksi kolagen
juga terbentuk. Faktor yang mempengaruhi salah satunya yaitu zat besi
dan tembaga.
Selain itu kalsium (Ca) berperan dalam kontraksi dan relaksasi
otot, fungsi syaraf dan penggumpalan darah yang berfungsi pada saat
fase inflamasi proses penyembuhan luka.
E. Vitamin
Bahan pangan umumnya dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
a. Susu dan hasil olahannya
b. Kelompok daging
c. Kelompok sayuran dan buah-buahan
d. Kelompok bijian
e. Makanan lain
Susu merupakan makanan sumber kalsium, fosfor, protein, riboflavin,
vitamin A, vitamin B12. Beberapa produk susu difortifikasi dengan
vitamin D. Adanya vitamin D tersebut akan membantu absorbs! dan
penggunaan kalsium. Susu kandungan tembaga, zat besi dan vitamin C
rendah, sehingga susu formula bayi, untuk ibu hamil dan menyusui
difortifikasi dengan zat besi. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium,
dianjurkan untuk mengkonsumsi susu sebanyak 240 ml setiap hari.
Termasuk dalam kelompok daging adalah pangan hewani dan nabati
seperti daging sapi, babi, unggas, ikan dan hasil laut, telur, organ, untuk
pangan nabati adalah kelompok sumber protein yang terdiri atas
13
kacangan. Pada kelompok daging dari pangan hewani yaitu daging
sapi, ayam, babi maupun ikan merupakan sumber zat besi yang sangat
baik.Zat besi dalam kelompok daging terdiri atas zat besi heme dan zat
besi non heme.Zat besi heme adalah zat besi yang terikat pada forfirin
senyawa heme. Absorbs! zat besi heme tidak dipengaruhi oleh senyawa
lain yang terdapat dalam diit karena zat besi hemediabsorbsi sebagai
senyawa heme. Mineral kalsium dan fosfor dalam kelompok daging babi
cukup besar jumlahnya.Kelompok sayuran dan buah-buahan
merupakan sumber vitamin dan mineral yang potensial dan seringkali
disebut sebagai "protective foods".Vitamin golongan B selain vitamin
B12 banyak terdapat dalam kelompok ini.Beberapa sayuran hijau
merupakan sumber mineral Fe, magnesium, seng. Zat besi dalam
sayuran merupakan zat besi non heme yang absorbsinya dipengaruhi
oleh senyawa lain dalam diit. Dengan demikian walaupun kandungan
zat besinya cukup tinggi tetapi kualitasnya lebih rendah dari kelompok
daging.Kelompok bijian merupakan sumber karbohidrat, vitamin
terutama tiamin, ribiflavin, niasin, piridoksin dan asam folat.Mineral yang
terkandung dalam kelompok ini adalah zat besi, magnesium, kalium dan
seng. Makanan lain umumnya kaya energi terutama dari lemak dan pati
tetapi kandungan nutrien esensiel yang lain sangat rendah.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zat gizi (nutrient) merupakan unsur – unsur yang terdapat dalam
makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan
seperti menghasilkan energi, dan mengganti jaringan rusak,
memproduksi subtansi tertentu misalnya enzim, hormon dan
antibodi. Menurut banyaknya konsumsi yang kita lakukan, zat gizi
dibagi menjadi gizi makro dan gizi mikro. Gizi makro adalah zat
gizi yang paling besar di perlukan oleh tubuh kita, terdiri dari
karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan, gizi mikro adalah zat
gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, terdiri dari mineral
dan vitamin.
Dalam melaksanakan fungsinya di dalam tubuh, zat-zat gizi
saling berhubungan erat sekali, sehingga terdapat saling
ketergantungan. Gangguan atau hambatan pada metabolisme
sesuatu zat gizi akan memberikan pula gangguan atau hambatan
pada metabolisme zat gizi lainnya (Achmad, 2010). Kekurangan
dan kelebihan zat gizi dapat menyebabkan terjadinya berbagai
macam penyakit.Apapun bentuk zat gizi, bila dalam jumlah cukup
dan seimbang, tentu akan bermanfaat. Gizi baik akan dicapai
dengan memberi makanan yang seimbang dengan tubuh
menurut kebutuhan.
Masalah kekurangan gizi merupakan masalah yang terus
meningkat di Indonesia. Banyaknya kasus kekurangan gizi yang
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekurangan
pangan akibat masalah ekonomi, penyakit infeksi seperti
cacingan, lingkungan yang kurang bersih serta penyebab tidak
langsung lainnya seperti pola asuh orang tua.
B. Saran
Zat gizi yang terdapat dalam berbagai bahan pangan (makanan
dan minuman) yang dikonsumsi sehari-hari, baik gizi makro
maupun gizi mikro harus dipenuhi secara cukup dan seimbang
sesuai kebutuhan tubuh.Hal tersebut harus diperhatikan agar
15
tubuh tidak kekurangan dan kelebihan salah satu zat gizi. Untuk
memenuhi gizi yang cukup dan seimbang tersebut maka,
manusia tidak boleh bergantung pada satu jenis pangan saja,
tapi harus mengkonsumsi makanan yang beragamjenisnya
karena konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat
menentukan tercapainya tingkat kesehatan. Hal itu tidak terlepas
dari peran pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat
agar selalu memperhatikan tingkat pemenuhan gizi setiap
individu sehingga, kasus masalah gizi yang terjadi dapat
berkurang dan teratasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/4203
eprints.undip.ac.id/29007/1/Eni_Kusyati_Bab_6.pdf
elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32865/1668b974dd1ac8cd27c2c
c3d4ce95b6c
titisfahreza.lecture.ub.ac.id/files/2016/01/Mineral.pdf
17