You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak bisa


mempertahankan hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu
selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Situasi yang timbul dari
proses interaksi inipun beragam, mulai dari yang ringan, sedang,
sampai yang berat. Sehingga kadang - kadang tanpa kita sadari muncul
luka.

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses
yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan
luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi,
dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling)
jaringan. Peran gizi dalam penyembuhan luka merupakan hal yang
penting agar mencagah membesaran luka.

B. Tujuan

Mengetahui tentang peran gizi dalam penyembuhan luka dalam


hal peran penyembuhan luka dalam hal mineral, protein, karbohidrat,
asam amino, antioksidan dan lemak dalam penyembuhan luka.

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab


I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan makalah ini.Bab II merupakan bagian yang berisi
tentang peran gizi dalam penyembuhan luka.Protein, asam amino,

1
lemak, karbohidrat, antioksidan dan mineral.Bab III merupakan bagian
terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II

TUJUAN TEORI

A. Protein
Aspek penting dalam proses penyembuhan luka adalah
bagaimana mempercepat pengeringan luka dan mempercepat proses
perbaikan sel. Untuk bisa melakukan kedua hal tersebut, tubuh jelas
membutuhkan nutrisi. Nutrisi menjadi bahan baku untuk tubuh bisa
menjalankan proses tersebut hingga luka sepenuhnya pulih.

Salah satu nutrisi yang sifatnya sangat dibutuhkan tubuh kala


dalam proses penyembuhan luka adalah protein. Pada mereka dengan
usia muda, tubuh bisa menarik protein dalam bentuk asam amino dari
otot tubuh. Ini karena otot dan massa tubuh pada usia muda relatif
padat dan dipenuhi dengan stok protein yang cukup.

Hal berbeda akan terjadi pada pasien yang berusia tua, karena
otot dan massa tubuh mereka tidak lagi dipadati oleh protein
sebagaimana pada mereka dengan usia muda. Ini membuat proses
penyembuhan luka pada mereka dengan usia tua cenderung berjalan
lebih lambat. Kecuali bila mereka menambahkan asupan protein dalam
diet mereka.

Bahkan diet protein juga tetap disarankan pada pasien dengan


luka yang cenderung serius dan akut.Karena kadang cadangan protein
yang tersimpan dalam tubuh tidak mampu mencukupi kebutuhan protein
dari luka. Selain proses penyerapan protein dari otot akan
menyebabkan otot mengalami defiasi kadar protein. Untuk Anda tau, Ini
bukan kabar baik bagi tubuh di jangka panjang.

3
Salah satu contoh protein dalam tubuh yang berperan dalam
penyembhan luka yaitu albumin.ALBUMIN adalah salah satu protein
utama dalam plasma darah.Dalam plasma darah terdapat 55-60%
serum albumin.Peran albumin dalam tubuh adalah untuk mengatur
cairan yang bersirkulasi dalam tubuh dan sebagai reservoir protein.
Selain dua peran penting itu, albumin memiliki kemampuan
untuk mengikat dan mentransferproduk hasil metabolisme, mediator
untuk mengatur berbagai fungsi tubuh, nutrien, protein, serta untuk
menetralisir racun baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar
tubuh.

Yang dimaksud dengan konsentrasi serum albumin adalah


perbandingan antara kecepatan pembentukan dengan pemecahan
albumin dan distribusinya antara intravaskular (dalam pembuluh darah)
yaitu sekitar 42% dari keseluruhan maupun ekstravaskular (di luar
pembuluh darah).

Setiap hari 120-145 gramalbumin dikeluarkan ke luar pembuluh


darah, saluran pencernaan, dan ginjal, tetapi tidak semua diserap
ulang.Albumin yang hilang tersebut dimasukkan kembali ke dalam
pembuluh darah melalui saluran getah bening.

Pada manusia, pembentukan albumin terjadi di hati.Pada orang


dewasa sehat, albumin dibentuk sebanyak 12-25 gramalbumin setiap
harinya. Karena insulin dibutuhkan dalam pembentukan albumin, pada
penderita diabetes (kencing manis) dapat menurun hingga
setengahnya. Selain itu, pembentukan albumin juga dapat menurun
pada orang yang berpuasa karena sintesis albumin dipengaruhi oleh
asupan protein dan kalori.

4
Degradasi albumin pada orang dewasa sehat umumnya sekitar
14 g per hari.Albumin dipecah di berbagai organ tubuh, misalnya otot,
kulit, hati, ginjal, dan saluran pencernaan.

Berikut fungsi albumin dalam tubuh manusia:

1. Mempertahankan tekanan onkotik. Tekanan onkotik adalah suatu


bentuk tekanan osmotik yangdipengaruhi oleh albumin dalam
plasma pembuluh darah, yang cenderung menarik air ke sistem
sirkulasi darah.
2. Mengikat berbagai substansi, baik yang berasal dari tubuh maupun
dari luar tubuh, misalnya obat-obatan. Molekul albumin dapat
mengikat asam lemak, bilirubun, kalsium, magnesium, zat besi, folat,
steroid, vitamin D, serta berbagai molekul lain dengan kekuatan
ikatan yang berbeda-beda. Pengukuran serum protein dapat
dilakukan dalam menilai konsentrasi obat-obatan, serta mengontrol
penggunaan obat untuk menghindari keracunan.
3. Mengatur pH tubuh. Jika albumin turun, pH dapat meningkat dan
terjadi alkalosis metabolik yaitu kondisi dimana pH jaringan
meningkat di atas normal.
4. Mempertahankan integritas pembuluh darah. Albumin berperan
dalam mencegah dan membatasi "kebocoran" kapiler disaat
permeabilitas pembuluh darah terganggu. Mekanisme kerjanya
masih belum diketahui, tetapi diyakini albumin memilliki sifat fleksibel
sehingga dapat mengisi tempat terjadi kebocoran tersebut.
5. Peran dalam pembekuan darah. Cara kerja albumin dalam
pembekuan darah mirip dengan heparin, yaitu dengan cara
menonaktifkan faktor-faktor pembekuan darah.
Untuk tahu kadar serum albumin, diperlukan tes dengan cara
mengambil darah dari pembuluh vena. Tes kadar albumin diperlukan
dalam skrining untuk mengetahui ada/tidaknya kelainan pada ginjal
dan hati, mengetahui status gizi khususnya pada pasien yang
dirawat di rumah sakit atau dicurigai kurang gizi, serta persiapan
sebelum tindakan pembedahan.

5
Kadar serum albumin yang rendah dapat menunjukkan adanya
kelainan pada hati atau ginjal, dapat juga ditemukan pada kondisi syok
dan kurang gizi.Kadar serum albumin yang tinggi dapat menunjukkan
adanya dehidrasi.

Sedangkan kadar albumin pada urin dapat dites pada pasien


yang dicurigai memiliki kelainan atau penyakit pada ginjal, atau pada
pasien yang menderita diabetes atau hipertensi (darah tinggi). Urin yang
digunakan dapat urin sewaktu, semalam, atau urin 24 jam.

Urin normal umumnya tidak mengandung albumin.Adanya


peningkatan albumin persisten (ditunjukkan dengan tes 2 kali dengan
jeda 3-6 bulan antar tes) pada urin dapat menunjukkan adanya kelainan
pada ginjal.

B. Asam Amino

Asam amino menjadi salah satu bahan nutrisi yang dibutuhkan


untuk perbaikan luka. Asam amino dari protein didapatkan dari biji-
bijian,ikan, daging, dan susu dibutuhkan untuk revaskularisasi,
proliferasi fibroblas, sintesis kollagen dan pembentukan lymphatic.

Rantai asam amino yang terhubung bersama-sama akan


membentuk protein. Fungsi protein di dalam tubuh sangat erat
hubungannya dengan hayat hidup sel. Dapat dikatakan bahwa setiap
gerak hidup sel selalu bersangkutan dengan fungsi protein.Telah
diuraikan bahwa di dalam sel terdapat protein structural dan protein
metabolik.Protein structural merupakan bagian integral dari
mikrostruktur sel, misalnya merupakan bagian dari struktur membrane,
cytoplasma, dan organel subselular lainnya.

Dalam penyuluhan dan pendidikan gizi dikarenakan fungsi


protein sebagai zat pembangun.Selain itu protein berfungsi dalam

6
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang
mati dan aus terpakai, sebagai protein structural.

Sebagai badan-badan anti, protein juga berfungsi dalam


mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik
lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam milieu interieur tubuh.

Sebagai zat-zat pengatur, protein mengatur proses-proses


metabolism dalam bentuk enzim dan hormone. Boleh dikatakan bahwa
semua proses metabolic (reaksi biokimiawi) diatur dan dilangsungkan
atas pengaturan enzim, sedangkan aktivitas enzim diatur lagi oleh
hormon, agar terjadi hubungan yang harmonis antara proses
metabolism yang satu dengan yang lain.

Tidak boleh lupa bahwa protein adalah salah satu sumber utama
enersi, bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak.Tetapi enersi
yang berasal dari protein termasuk mahal, sehingga tidaklah ekonomis
bila sebagian besar enersi yang diperlukan oleh tubuh disediakan di
dalam makanan terdapat dalam bentuk protein.Enersi yang berasal dari
karbohidrat jauh lebih murah dan lebih mudah didapat bagi sebagian
besar masyarakat.

Dalam bentuk kromosom, protein juga berperan dalam


menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
Di dalam genes ini tersimpan codon untuk sintesa protein enzim
tertentu, sehingga proses metabolise diturunkan dari orang tua kepada
anaknya dan terus kepada generasi-generasi selanjutnya, secara
berkesinambungan.

Mengingat berbagai fungsi protein yang sangat penting di atas,


sudah selayaknya bila kepada protein ini diberikan perhatian dan tempat
penting khusus dalam penyediaan pangan, baik bagi anak-anak
maupun orang tua.

7
C. Lemak

1. Hubungan Asupan Lemak dengan Proses Penyembuhan Luka

Hasil Uji Hubungan Asupan Lemak Dengan Proses Penyembuhan


Luka.
Variabel n Minimal Maksimal Median SD P
Asupan
40 69.96 158.36 102.76 20.4 0.84
Lemak
Skor
Observasi 40 10 27 13 4.5
Luka

Hasil uji korelasi rank spearman’s antara asupan lemak dengan proses
penyembuhan luka didapatkan nilai p = 0.84 yang berarti H0 diterima.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermagna antara asupan lemak dengan proses penyembuhan luka
pada pasien post caesarean section di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widjianingsih dan
Worjadmadi (2013) yang dilakukan di Poli Kandungan RSUD Waluyo
Jati Krasan yang mengemukakan adanya hubungan antara asupan
lemak dengan proses penyembuhan luka post caesarean section
dengan nilai p = 0.017. Proses penyembuhan luka operasi tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor asupan nutrisi yang seseorang konsumsi. Faktor
lain yang mempengaruhi penyembuhan luka yaitu obat-obatan dan
teknik bedah yang digunakan. Penggunaan obat pada pasien post
operasi bertujuan untuk meminimalkan komplikasi yang ditimbulkan
yaitu terjadinya infeksi dan rasa nyeri pada luka operasi. Obat yang
digunakan diantaranya10 yaitu jenis antibiotik dan analgesic seprti
slisilat yang berfungsi sebagai anti radang non steroid (Sulistyawati,

8
2009). Pasien post caesarean section Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta juga mendapatkan obat analgesik yaitu asam
mefenamat. Fungsi analgesik tersebut yaitu sebagai obat anti nyeri
pada luka.Nyeri adalah perasaan sesnsoris dan emosional yang tidak
enak dan berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan.Asam
mefenamat merupakan obat yang bekerja sebagai anti inflmasi dan
penghambat enzim produsen prostaglandin, yaitu penyembab
terjadinya nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002). Responden dengan asupan
lemak normal maupun tidak normal memiliki proses penyembuhan baik.
Menurut Sabiston (2004) proses penyembuhan luka operasi bergantung
dengan keadaankesehatan dan aktivitas pasien. Teori tersebut juga
didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Reksoprojo (2010) yang
menyatakan bahwa penyembuhan luka dipengaruhi oleh penyakit
penyerta, nutrisi, dan usia. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti, 40 responden dalam keadaan tidak mempunyai
penyakit penyerta dan mempunyai aktivitas sedang setelah operasi.
Secara teoritis, lemak merupakan sumber zat gizi esensial dan
simpanan energy paling utama dalam tubuh.Asam lemak tak jenuh
ganda mengandung asam esensial yang penting untuk kesehatan
namun harus disuplai dari diet yaitu asam linolenat dan linoleat.Lemak
tak jenuh ganda memiliki peran penting dalam peran sistem kekebalan
tubuh.Asam lemak dalam membran sel turut menjaga dalam stabilitas
kareana peranya dalam mengatur metabolisme. Asam lemak bebas dan
lemak pada permukaan kulit mempunyai peran dala kemampuan kulit
yang anti air dan sebagai bakterisida atau sehingga dapat mencegah
masuknya kuman dari luar tubuh melalui kulit, sehingga lemak lebih
berperan sebagai anti inflamasi pada proses penyembuhan luka
(Boyle, 2009).

9
D. Karbohidrat

karbohidrat tersusun atas karbon, hydrogen, dan oksigen. Rasio


antara hidrogen dan oksigen pada umumnya 2:1.Karbohidart
dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks.Karbohidrat sederhana tersusun atas gula sederhana, dan
karbohidrat kompleks tersusun lebih dari dua unit gula sederhana di
dalam satu molekul.Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sebagai energi.
Terlebih selama proses penyembuhan luka, dimana selama proses
penyembuhan luka ada fase yang disebut fase hipermetabolik, dimana
ada peningkatan permintaan untuk karbohidrat. Setiap gram karbohidrat
menghasilkan kurang lebih 4 kalori. Dalam diet, karbohidrat tersedia
dalam 2 bentuk: pertama karbohidrat yang dicerna diabsorbsi, dan
digunakan oleh tubuh (monosakarida seperti glukosa dan fruktosa;
disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltose; polisakarida seperti
tepung, dekstrin, dan glikogen) dan yang kedua karbohidrat tidak dapat
dicerna seperti serat.

Glukosa digunakan oleh sebagian besar sel tubuh termasuk


susunan saraf pusat, saraf tepi d an sel-sel darah merah. Glukosa
sangat penting dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru atau
dalam proses penyembuhan luka. Karbohidrat juga memiliki fungsi
dapat menghemat penggunaan protein. Ketika karbohidrat dalam tubuh
tidak terpenuhi maka energi akan diperoleh dari pemecahan protein
untuk dijadikan kalori. Dan jika itu terjadi maka akan mengganggu fungsi
utama protein sebagai pembentuk jaringan baru pada luka.

Protein berperan dalam regenerasi jaringan tubuh yang


mengalami kerusakan.Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam
amino yang diperoeh dari sumber protein yang dikonsumsi. Proses
penyembuhan luka memiliki tiga fase yaitu fase inflamasi, fase

10
proliferasi, dan fase reabsorbsi. Protein dalam melakukan proses
pembentukan jaringan yang baru pada luka sangat diperlukannya energi
agar proses pembentukan jaringan yang baru dapat berjalan dengan
sempurna. Energi yang dibutuhkan protein terdapat pada karbohidrat
berupa glukosa. Glukosa ini lah yang akan diubah menjadi energy,
sehingga energy dapat digunakan dalam proses penyembuhan luka.

E. Antioksidan

Antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya stres


oksidatif, yang berperan penting dalam etiologi terjadinya berbagai
penyakit degeneratif. Tulisan ini membahas peran antioksidan bagi
kesehatan.Artikel ini dibuat dengan mencari referensi menggunakan
mesin pencari Google Schoolar dengan kata kunci antioksidan, stres
oksidatif, allium, N-asetil sistein, vit C dan penyakit
degeneratif.Mekanisme perlawanan tubuh terhadap stres oksidatif
adalah melalui antioksidan endogen.

Apabila jumlah radikal bebas dan spesies reaktif dalam tubuh


melebihi kemampuan antioksidan endogen, maka tubuh memerlukan
asupan antioksidan yang didapat dari makanan atau obat-
obatan.Antioksidan yang lazim dikonsumsi setiap hari sebagai bumbu
dalam masakan adalah bawang-bawangan. Obat sintetis yang biasa
digunakan sebagai antioksidan antara lain N-asetil sistein dan vit C.
Bawang-bawangan (Alleaceae) dan N-asetil sistein mengandung gugus
thiol/sulfur yang bersifat sebagai antioksidan.

Peran antioksidan organosulfur selain sebagai antikanker melalui


mekanisme apoptosis, juga sebagai antitrombosis.Baik N-asetil sistein
maupun vit C pada hewan coba yang diinduksi stres oksidatif
menggunakan karbon tetraklorida, menunjukkan kedua komponen
tersebut berperan dalam pencegahan stres oksidatif.Bawang-

11
bawangan, N-asetil sistein dan vitamin C berperan dalam pencegahan
penyakit degeneratif karena sifat antioksidan yang dimilikinya.

F. Mineral
1 - Klasifikasi mineral
Mineral merupakan elemen anorganik, jumlahnya dalam tubuh
kurang lebih 4 %.Elemen an organik tersebut merupakan sisa
pembakaran senyawa organik yang disebut abu. Mineral
dikelompokkan menjadi:
a. Mineral esensiel
Termasuk dalam kelompok mineral esensiel untuk makro elemen
adalah kalsium (Cu), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K),
fosfor (P), khlorin (Cl) dan sulfur (S). untuk elemen kelumit atau mikro
mineral adalah mangan (Mn), zat besi (Fe), tembaga (Cu), iodium (I),
seng (Zn), flourin (F), vanadium (Va), kobalt (Co), molibdenum (Mo),
selenium (Se), kromium (Cr), timah putih (Sn), nikel (ni) dan silikat
(Si).
b. Mineral kemungkinan esensiel
Termasuk dalam kelompok ini adalah arsen, barium, bromin,
kadmium, dan strontium.
c. Mineral non esensiel
Termasuk dalam kelompok ini adalah alumunium, antimon, bismut,
boron, germanium, aurum, timah hitam, air raksa, rubidium, perak,
dan titanium.
d. Mineral yang berpotensi toksik
a) tembaga (Cu), molibdenum (Mo), selenium (Se)
b) arsen (As), cadmium
c) timah hitam (Pb) dan air raksa (Hg)

12
Dalam hal ini mineral yang diketahui bermanfaat untuk
penyembuhan luka adalah zat besi (Fe) dan seng/zinc. Zat besi
bermanfaat sebagai kofaktor pada sintesis kolagen, sehingga defisiensi
besi membuat penyembuhan luka tertunda. Seng/zinc juga berperan
dalam penyembuhan luka. Matriks darah baru dan sel-sel kulit yang
mulai terbentuk, serta fibrolast yang berfungsi memproduksi kolagen
juga terbentuk. Faktor yang mempengaruhi salah satunya yaitu zat besi
dan tembaga.
Selain itu kalsium (Ca) berperan dalam kontraksi dan relaksasi
otot, fungsi syaraf dan penggumpalan darah yang berfungsi pada saat
fase inflamasi proses penyembuhan luka.

E. Vitamin
Bahan pangan umumnya dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
a. Susu dan hasil olahannya
b. Kelompok daging
c. Kelompok sayuran dan buah-buahan
d. Kelompok bijian
e. Makanan lain
Susu merupakan makanan sumber kalsium, fosfor, protein, riboflavin,
vitamin A, vitamin B12. Beberapa produk susu difortifikasi dengan
vitamin D. Adanya vitamin D tersebut akan membantu absorbs! dan
penggunaan kalsium. Susu kandungan tembaga, zat besi dan vitamin C
rendah, sehingga susu formula bayi, untuk ibu hamil dan menyusui
difortifikasi dengan zat besi. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium,
dianjurkan untuk mengkonsumsi susu sebanyak 240 ml setiap hari.
Termasuk dalam kelompok daging adalah pangan hewani dan nabati
seperti daging sapi, babi, unggas, ikan dan hasil laut, telur, organ, untuk
pangan nabati adalah kelompok sumber protein yang terdiri atas

13
kacangan. Pada kelompok daging dari pangan hewani yaitu daging
sapi, ayam, babi maupun ikan merupakan sumber zat besi yang sangat
baik.Zat besi dalam kelompok daging terdiri atas zat besi heme dan zat
besi non heme.Zat besi heme adalah zat besi yang terikat pada forfirin
senyawa heme. Absorbs! zat besi heme tidak dipengaruhi oleh senyawa
lain yang terdapat dalam diit karena zat besi hemediabsorbsi sebagai
senyawa heme. Mineral kalsium dan fosfor dalam kelompok daging babi
cukup besar jumlahnya.Kelompok sayuran dan buah-buahan
merupakan sumber vitamin dan mineral yang potensial dan seringkali
disebut sebagai "protective foods".Vitamin golongan B selain vitamin
B12 banyak terdapat dalam kelompok ini.Beberapa sayuran hijau
merupakan sumber mineral Fe, magnesium, seng. Zat besi dalam
sayuran merupakan zat besi non heme yang absorbsinya dipengaruhi
oleh senyawa lain dalam diit. Dengan demikian walaupun kandungan
zat besinya cukup tinggi tetapi kualitasnya lebih rendah dari kelompok
daging.Kelompok bijian merupakan sumber karbohidrat, vitamin
terutama tiamin, ribiflavin, niasin, piridoksin dan asam folat.Mineral yang
terkandung dalam kelompok ini adalah zat besi, magnesium, kalium dan
seng. Makanan lain umumnya kaya energi terutama dari lemak dan pati
tetapi kandungan nutrien esensiel yang lain sangat rendah.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zat gizi (nutrient) merupakan unsur – unsur yang terdapat dalam
makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan
seperti menghasilkan energi, dan mengganti jaringan rusak,
memproduksi subtansi tertentu misalnya enzim, hormon dan
antibodi. Menurut banyaknya konsumsi yang kita lakukan, zat gizi
dibagi menjadi gizi makro dan gizi mikro. Gizi makro adalah zat
gizi yang paling besar di perlukan oleh tubuh kita, terdiri dari
karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan, gizi mikro adalah zat
gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, terdiri dari mineral
dan vitamin.
Dalam melaksanakan fungsinya di dalam tubuh, zat-zat gizi
saling berhubungan erat sekali, sehingga terdapat saling
ketergantungan. Gangguan atau hambatan pada metabolisme
sesuatu zat gizi akan memberikan pula gangguan atau hambatan
pada metabolisme zat gizi lainnya (Achmad, 2010). Kekurangan
dan kelebihan zat gizi dapat menyebabkan terjadinya berbagai
macam penyakit.Apapun bentuk zat gizi, bila dalam jumlah cukup
dan seimbang, tentu akan bermanfaat. Gizi baik akan dicapai
dengan memberi makanan yang seimbang dengan tubuh
menurut kebutuhan.
Masalah kekurangan gizi merupakan masalah yang terus
meningkat di Indonesia. Banyaknya kasus kekurangan gizi yang
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekurangan
pangan akibat masalah ekonomi, penyakit infeksi seperti
cacingan, lingkungan yang kurang bersih serta penyebab tidak
langsung lainnya seperti pola asuh orang tua.

B. Saran
Zat gizi yang terdapat dalam berbagai bahan pangan (makanan
dan minuman) yang dikonsumsi sehari-hari, baik gizi makro
maupun gizi mikro harus dipenuhi secara cukup dan seimbang
sesuai kebutuhan tubuh.Hal tersebut harus diperhatikan agar

15
tubuh tidak kekurangan dan kelebihan salah satu zat gizi. Untuk
memenuhi gizi yang cukup dan seimbang tersebut maka,
manusia tidak boleh bergantung pada satu jenis pangan saja,
tapi harus mengkonsumsi makanan yang beragamjenisnya
karena konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat
menentukan tercapainya tingkat kesehatan. Hal itu tidak terlepas
dari peran pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat
agar selalu memperhatikan tingkat pemenuhan gizi setiap
individu sehingga, kasus masalah gizi yang terjadi dapat
berkurang dan teratasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Harwina Widya. 2010. Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. TIM.


Jakarta

Sediaoetama, Achmad Djanie. 2005 . Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan


Profesi. Dian Rakyat. Jakarta

Ekaputra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: Trans Info


Media

Sediaoetama, Achamd Djaeni. 2004. ILMU GIZI 1. Jakarta: Dian Rakyat

Sumber:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/4203

eprints.undip.ac.id/29007/1/Eni_Kusyati_Bab_6.pdf

elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32865/1668b974dd1ac8cd27c2c
c3d4ce95b6c
titisfahreza.lecture.ub.ac.id/files/2016/01/Mineral.pdf

17

You might also like