Hospitalisasi adalah keadaan dimana individu masuk ke Rumah sakit sebagai pasien dengan berbagai alasan tentang kesehatannya. Saputro & Fazrin, 2017). Hospitalisasi merupakan suatu keadaan anak dengan masalah kesehatannya, yang mengharuskan anak dirawat di Rumah sakit untuk menjalani proses perawatan sampai kondisi anak membaik (Supartini, 2012).
Prevalensi hospitalisasi pada anak di Amerika, menurut Notionwide
Inpatient Sample (2009) mengatakan bahwa jumlah anak usia di bawah 17 tahun sebanyak 6,4 juta atau sekitar 17% dari keseluruhan jumlah pasien yang dilakukan perawatan di rumah sakit dengan rata-rata tiga sampai empat hari dalam perawatan. Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk indonesia, dan diperkirakan dari 35 per 100 anak menjalani hospitalisasai 45% diantaranya mengalami kecemasan.
Kecemasan pada anak usia prasekolah merupakan suatu perasaan yang
berlebihan terhadap suatu kondisi ketakutan, kegelisahan dan kekhawatiran terhadap ancaman yang dirasakan (saputro dkk, 2017). Perasaan cemas dan takut merupakan suatu yang normal atau wajar dialami anak ketika dirawat di rumah sakit. Perubahan perilaku anak prasekolah yang mengalami kecemasan dapat terjadi seperti gelisah, anak rewel, menangis, berontak, tegang, menghindar hingga menarik diri dan waspada terhadap lingkungan. Kecemasan pada anak prasekolah (3-5 tahun) akan mempengaruhi proses kesembuhan, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor terhadap anak menimbulkan ketakutan, kecemasan terhadap anak yang menyebabkan perubahan psikologis jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Kecemasan dan ketakutan pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan saat dilakukan tindakan keperawatan dan pengobatan anak yang diberikan sehingga dapat berpengaruh terhadap lamanya dirawat dan memperberat kondisi anak (Saputro & Fazrin, 2017).
Intervensi yang tepat untuk mengurangi masalah hospitalisasi yaitu dengan
terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak dimana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya melalui bermain (Saputro & Fazrin,2017). Salah satu terapi bermain yang dapat mengurangi kecemasan pada anak usia prasekolah yaitu terapi bermain mendongeng atau bercerita, yang menjadi media komunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasan kepada anak dalam sebuah kemasan yang menarik (Al-qudsy & Nurhidayah, 2010).
Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan Junarsih (2014) menunjukan
dari 20 responden frekuensi tertinggi anak usia prasekolah dengan tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 14 responden (70%) dan frekuensi terendah anak dengan tingkat kecemasan sedang, yaitu sebanyak 6 responden (30%), maka dari itu penulis tertarik mengambil kasus pada masalah akibat hospitalisasi untuk menurunkan kecemasan dengan terapi bermain bercerita pada anak usia prasekolah (3-5 tahun). 1.2. Rumusan masalah Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian terapi bermain dapat menurunkan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah (4-5 tahun)?
1.3. Tujuan penulisan
Menggambarkan asuhan keperawatan pemberian terapi bermain dalam menurunkan kecemasan akibat hospitalisasi.
1.4. Manfaat penulisan
(a) Bagi pasien Meningkatkan pasien untuk mengatasi kecemasannya akibat hospitalisasi dengan terapi bermain (b) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan Hasil KTI ini dapat menjadi pengetahuan dalam pengembangan ilmu teknologi yang akan datang, khususnya terapi bermain ini pada pasien akibat hospitalisasi untuk menurunkan kecemasan. (c) Bagi penulis Meningkatkan pengetahuan dalam menerapakan terapi bermain akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah (4-5 tahun) dan memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan tersebut.