You are on page 1of 22

Brand:: AstraZeneca

Product Code:: G

Komposisi: Terbutaline sulfate 2.5 mg

Indikasi: Asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru


lainnya dimana bronkospasme sebgai komplikasinya.

Dosis: Dewasa : 2-3 kali sehari 1-2 tablet. Maksimal : 15 mg/hari. Anak
7-15 tahun : 2-3 kali sehari 1 tablet

Pemberian Obat: Diberikan sebelum atau sesudah makan.

Perhatian: Hipertiroidisme, diabetes melitus, hamil, wanita dalam kondisi


partus, gangguan ginjal, penyakit kardio vaskular, hipokalemia.

Efek Samping: Gemetar, kram tonik, palpitasi, sakit kepala, mual, takikardi.

Interaksi Obat: Terjadi stimulasi simpatetik yang berlebihan, jika diberikan


bersama simpatomimetik, penyekat β menghambat efek
bronkodilatasi.

Kemasan: Tablet 2.5 mg x 10 x 10


Methylprednisolone merupakan salah satu obat yang masuk dalam
kelompok glukokortikoid (bertindak seperti halnya hormon steroid) dan termasuk derivat
prednison. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi peradangan (antiinflamasi) dan
menekan respon kekebalan tubuh (imunosupresan), dan mengurangi respon alergi
(antialergi). Sehingga metilprednisolon dapat digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, kemerahan, gatal dan reaksi - reaksi alergi lainnya.

1. Indikasi

Methylprednisolone obat apa? Dengan mekanisme kerja yang seperti itu,


maka metilprednisolon digunakan untuk mengobati: Peradangan
(pembengkakan) Alergi parah, misalnya karena makanan atau obat.
Gangguan hormon adrenal Arthritis atau radang sendi Asma Gangguan
darah atau sumsum tulang akibat peradangan atau autoimun Masalah
mata atau penglihatan akibat peradangan, alergi, atau autoimun Penyakit
Lupus Penyakit kulit akibat peradangan, alergi, atau autoimun Masalah
ginjal akibat peradangan, alergi, atau autoimun contohnya sindroma
nefrotik Radang usus (ulcerative colitis) Multiple sclerosis.
2. Kontraindikasi

obat ini, Methylprednisolone tidak boleh digunakan pada orang


dengan kondisi di bawah ini: Memiliki alergi atau hipersensitifitas terhadap
komponen obat Memiliki penyakit infeksi jamur sistemik Penderita TBC,
diabetes melitus, herpes simpleks, varisela, dan osteoporosis. Baru saja
menerima vaksinasi dengan vaksin hidup.

Dosis Metilprednisolon dan Cara Penggunaan

Perlu difahami bahwa dosis dapat bervariasi tergantung berat


ringannya penyakit dan jenis penyakit tertentu. Oleh sebab itu selalu ikuti
arahan dokter
Obat Methylprednisolone tablet tersedia dalam kekuatan dosis 2 mg,
4 mg, 8 mg, 16 mg, 32 mg untuk setiap tabletnya. Suspensi
injeksi: 20mg/mL, 40mg/mL, 80mg/mL Bubuk untuk injeksi: 40mg, 125mg,
500mg, 1g, 2g
3. Dosis Methylprednisolone untuk dewasa
Dosis tablet 4 – 48 gram sehari terbagai dalam satu atau dua dosis.

Mengobati Kondisi alergi


Hari 1: 8 mg diminum sebelum sarapan, 4 mg setelah makan siang dan
setelah makan malam, dan 8 mg pada waktu tidur Hari 2: 4 mg diminum
sebelum sarapan, setelah makan siang, dan setelah makan malam dan 8
mg pada waktu tidur Hari 3: 4 mg diminum sebelum sarapan, setelah
makan siang, setelah makan malam, dan pada waktu tidur Hari 4: 4 mg
diminum sebelum sarapan, setelah makan siang, dan sebelum tidur Hari 5:
4 mg diminum sebelum sarapan dan sebelum tidur Hari 6: 4 mg diminum
sebelum sarapan

4. Dosis Methylprednisolone untuk Anak

Peradangan: 0,5-1,7 mg / kg / hari IV / PO / IM q12hr Status


asmatikus: Usia <12 tahun: 1-2 mg / kg IV / IM terbagi dalam 2 dosis; tidak
melebihi 60 mg / hari. Usia > 12 tahun: 40-80 mg / hari IM dibagi dalam 1 -
2 dosis; tidak melebihi 60 mg / hari. Pneumocystis (carinii) jiroveci
Pneumonia pada pasien AIDS: Usia > 13 tahun: 30 mg IV q12hr selama 5
hari, kemudian 30 mg IV q24hr selama 5 hari, kemudian q24hr IV 15 mg
selama 11 hari. Lupus Nefritis Parah: 30 mg / kg IV setiap hari selama 6
dosis.

5. Efek Samping

Methylprednisolone Seiring dengan efek yang diperlukan, obat dapat


menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan. Meskipun tidak semua
efek samping ini dapat terjadi, namun jika Anda mengalaminya, maka
diperlukan perhatian medis. Beberapa efek samping metilprednisolon
antara lain: Agresi agitasi kegelisahan penglihatan kabur penurunan jumlah
urin pusing detak jantung cepat, lambat, berdebar, atau tidak teratur atau
pulsa sakit kepala sifat lekas marah depresi mental perubahan mood
kegugupan mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki rasa berdebar di
telinga sesak napas pembengkakan jari, tangan, tungkai, atau kaki
kesulitan berpikir, berbicara, atau berjalan pernapasan terganggu saat
istirahat penambahan berat badan
Ceftazidime digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran
pernapasan bawah, darah, kulit, sendi, infeksi pada area perut, dan saluran
kemih. Ceftazidime juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
meningitis, pneumonia nosokomial, infeksi pleura, osteomyelitis dan
indikasi lainnya.

Tentang Ceftazidime
Golongan Antibiotik

Kategori Obat resep

Manfaat Mengobati infeksi bakteri ringan dan berat

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Bubuk injeksi (suspensi)

Peringatan:
 Penggunaan ceftazidime pada wanita yang sedang hamil, menyusui, bayi,
dan anak-anak akan disesuaikan dengan petunjuk dokter.

 Penderita yang sensitif atau memiliki alergi terhadap ceftazidime atau


antibiotik lain yang masih satu golongan dengan sefalosporin.

 Penderita yang sensitif atau memiliki alergi terhadap obat-obatan atau


makanan tertentu, bahan pengawet, bahan pewarna, dan hewan.

 Penderita gangguan pada ginjal atau otak.

 Penderita diare akut, kolitis, mioklonus, dan kejang-kejang.


 Penderita yang sedang menjalani perawatan lain pada waktu yang sama,
termasuk terapi suplemen, pengobatan herba, atau pengobatan pelengkap
lainnya.

 Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat
menggunakan ceftazidime.

Dosis Ceftazidime
Cefatizidime umumnya diberikan tiap 8-12 jam sebanyak 1-6 gram
per hari atau 2-3 kali per hari dengan dosis yang berbeda-beda mengikuti
jenis infeksi, tingkat keparahan, dan kondisi fisik pasien. Pasien yang
memiliki gangguan pada ginjal cenderung mendapatkan frekuensi minum
obat yang lebih jarang.

Dosis ceftazidime berdasarkan penyakit yang diderita dapat diberikan


seperti di tabel ini.

Kondisi Dosis

Dewasa 1 – 6 g/hari tiap 8-12 jam.

Infeksi saluran kencing dan infeksi


ringan pada dewasa 500 mg atau 1 g tiap 12 jam.

Infeksi berat pada dewasa 2 g tiap 8 jam atau 12 jam.

Fibrosis sistik (cystic fibrosis) pada


dewasa dengan fungsi ginjal normal 100-150 mg/kg BB/hari terbagi ke dalam
dengan infeksi pseudomonal pada paru beberapa dosis.

30-100 mg/kg BB/hari terbagi ke dalam 2-3


Anak > 2 bulan dosis.

Fibrosis sistik (cystic fibrosis) dan


meningitis pada anak, penurunan sistem
imun yang terinfeksi dan meningitis > 2
bulan Maksimal 150 mg/kg BB/hari atau 6 g per hari.
Bayi baru lahir dan anak < 2 bulan 25-60 mg/kg BB/hari terbagi ke dalam 2 dosis.

Menggunakan Ceftazidime dengan Benar


Ceftazidime diberikan dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh
darah atau otot dalam bentuk bubuk yang dilarutkan. Ceftazidime dapat
diberikan kepada orang dewasa, anak-anak, maupun bayi yang baru lahir.
Namun perlu diperhatikan bahwa ceftazidime tidak disarankan dikonsumsi
bersamaan dengan obat-obatan lain, terutama warfarin dan
chloramphenicol.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Ceftazidime


Sama seperti obat-obat lain, ceftazidime juga berisiko menyebabkan
efek samping yang umumnya terjadi pada area bekas suntikan berupa
pembengkakan atau rasa sakit. Selain itu, beberapa reaksi alergi atau efek
samping yang dapat terjadi:

 Warna kemerahan pada kulit bekas suntikan

 Ruam

 Gatal

 Demam

 Mual

 Sakit perut

 Muntah

 Diare

 Rasa kantuk yang berat

 Linglung

 Hilang kesadaran
 Berhalusinasi

 Kejang

 Otot yang berkedut


1. Mekanisme Kerja

Omeprazole merupakan obat maag antisekresi yang dibuat dari


turunan benzimidazole. Di kalangan medis sering disingkat sebagai Obat
OMZ. Fungsi omeprazole sebagai antisekresi yaitu bekerja dengan cara
menghambat aktivitas enzim H+/K+ – ATPase yang terdapat pada
permukaan kelenjar sel parietal lambung pada pH < 4.

Karena sistem enzim tersebut merupakan pompa proton (asam) yang


terdapat pada mukosa lambung, maka omeprazol menghambat pompa
proton tersebut sehingga mampu menghambat pada tahap akhir
pembentukan asam lambung.

Hal ini dilakukan oleh omperazol dengan cara membentuk ikatan


bersama proton (H+) yang dengan segera akan diubah menjadi
sulfonamida. Zat ini merupakan suatu penghambat pompa proton yang
aktif, membuat obat ini dapat menekan sekresi asam lambung melalui
penghambatan terhadap pelepasan H+ dan pembentukan gabungan HCl
sehingga produksi asam lambung menjadi berkurang.

Efek antisekresi obat omeprazole akan mulai timbul setelah 1 hingga


2 jam pemakaian oral dengan efek penghambatan sekresi yang dapat
berlangsung hingga tiga hari.

Inilah obat penghambat sekresi asam lambung yang lebih baik


dibandingkan antagonis H2 seperti ranitidin karena obat omeprazole ini
tidak menunjukkan efek antikolinergik seperti kegelisahan, mulut kering,
palpitasi dan retensi urin
2. Indikasi atau Kegunaan Omeprazole

Sebagai obat penghambat sekresi asam lambung sebagaimana


dijelaskan di atas, maka fungsi omeprazole adalah: Pengobatan jangka
pendek pada penderita tukak duodenal, yakni tukak atau luka pada usus
12 jari yang terletak di dekat lambung. Pengobatan jangka pendek pada
penderita tukak lambung.

Pengobatan penderita tukak lambung dan tukak duodenum yang


tidak responsif terhadap pemberian obat – obat antagonis reseptor H2
contohnya cimetidine, ranitidine. Pengobatan refluks esofagitis erosif /
ulceratif pada penderita yang telah didiagnosa melalui endoskopi. Baca:
penyakit GERD Pengobatan jangka panjang pada penderita sindroma
Zollinger Ellison, dimana salah satu gejalanya adalah tingginya kadar asam
lambung. Infeksi lambung disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori.
3. Kontraindikasi

Obat omeprazol tidak boleh digunakan pada pasien yang diketahui


mempunyai riwayat hipersensitif terhadap komponen omperazole. Jika
Anda memiliki riwayat alergi, baik terhadap obat atau makanan tertentu,
maka sebaiknya beri tahu dokter sebelum Anda mengonsumsi obat ini.

4. Dosis

Omeprazole dan Aturan Pakai

Pada penderita tukak duodenal dosis yang dianjurkan adalah


omeprazole 20 mg sehari dan penyembuhan dapat dicapai dalam waktu 2
minggu pengobatan, apabila penyembuhan belum dicapai, biasanya
memerlukan pengobatan selama 2 minggu lagi. Pada penderita tukak
lambung dosis yang dianjurkan adalah omeprazole 20 mg sehari dan
penyembuhan dapat dicapai dalam waktu 4 minggu pengobatan, apabila
penyembuhan belum dicapai, biasanya memerlukan pengobatan selama 4
minggu lagi. Pada penderita refluks esofagitis erosif / ulceratif dosis yang
dianjurkan adalah omz 20 mg sehari dan penyembuhan dapat dicapai
dalam waktu 4 minggu pengobatan, apabila penyembuhan belum dicapai,
biasanya memerlukan pengobatan selama 4 minggu lagi Pada penderita
tukak lambung dan tukak duodenal yang sulit disembuhkan dengan
pengobatan lain dosis yang dianjurkan adalah omeprazole 40 mg sehari
dan penyembuhan dapat dicapai dalam waktu 4 minggu pengobatan untuk
tukak duodenal dan 8 minggu pengobatan untuk tukak lambung atau
refluks esofagitif erosif / ulseratif). Pada penderita dengan sindroma
Zollinger Ellison dosis awal yang dianjurkan adalah omz 60 mg sehari,
dosis dapat disesuaikan tergantung masing-masing penderita dan indikasi
klinis. Untuk penderita yang memiliki penyakit yang berat dan sulit
disembuhkan dengan pengobatan lain, keluhan dapat dikendalikan secara
efektif pada dosis 80 – 120 mg.
5. EfekSampingOmeprazole

Kadar magnesium rendah, umumnya pada penggunaan selama 3


bulan atau lebih, gejalanya meliputi: kejang, denyut jantung abnormal atau
cepat, tremor, kelemahan otot, pusing, kejang tangan dan kaki, kram atau
nyeri otot, dll.
Kekurangan vitamin B-12, umumnya terjadi pada penggunaan lebih
dari 3 tahun sehingga mengganggu penyerapan vitamin B-12. Gejalanya
meliputi: kegugupan, neuritis (radang saraf), mati rasa atau kesemutan di
tangan dan kaki, koordinasi otot yang buruk, gangguan menstruasi Diare
berat, mungkin disebabkan oleh infeksi Clostridium difficile di usus.
Gejalanya meliputi: tinja berair, sakit perut, demam yang tidak hilang
Peradangan pada lapisan lambung. Gejalanya meliputi: sakit
perut, mual, muntah, penurunan berat badan Patah tulang Kerusakan
ginjal. Gejalanya meliputi: Nyeri panggul (nyeri di sisi tubuh dan
punggung), perubahan dalam buang air kecil, Cutaneous lupus
eritematosus (CLE).
1. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Antrain merupakan obat anti nyeri dan anti demam yang mengandung natrium
metamizole 500 mg dalam sediaan tablet ataupun injeksi (ampul). Metamizole atau
dipiron merupakan anti nyeri kuat dan anti demam, metamizole dapat memberikan efek
dua hingga empat kali lebih efektif dibandingkan ibuprofen atau parasetamol. Pengunaan
metamizole dapat menurunkan demam secara signifikan dan dapat mempertahankan
suhu tubuh dalam waktu yang lebih lama dibandingkan ibuprofen. Natrium metamizole
merupakan turunan dari metansulfonat yang berasal dari aminoprin. Cara kerja natrium
metamizole adalah dengan menghambat rangsangan nyeri pada susunan saraf pusat
dan perifer.
Penggunaan natrium metamizole diindikasikan pada pasien dengan rasa nyeri
hebat, seperti pasien yang baru menjalankan operasi, pasien dengan nyeri kolik.
Sebaiknya pemberian natrium metamizole tidak diberikan pada nyeri yang disebabkan
karena proses peradangan seperti rematik, nyeri pinggang bawah, maupun gejala flu.
Penggunaan natrium metamizole dikontraindikasikan pada pasien dalam keadaan
hipersensitivitas metamizole, wanita hamil dan menyusui, pasien bertekanan darah
rendah (sistolik < 100 mmHg), pasien bayi di bawah 3 bulan atau bayi dengan berat
badan kurang dari 5 kg, pasien dengan gangguan ginjal dan hati berat, serta
gangguan pembekuan darah / kelainan darah.

2. EFEK SAMPING

Penggunaan natrium metamizole dapat menimbulkan ruam pada kulit. Risiko


penggunaan metamizole yang berbahaya adalah agranulositosis atau pemecahan sel
darah putih non-granul, risiko ini meningkat dengan penggunaan jangka panjang.
Mengkonsumsi metamizole dan alcohol secara bersamaan dapat menimbulkan
lelah/fatigue yang muncul dengan cepat dan bertahan lama. Pemberian natrium
metamizole pada pasien yang mengkonsumsi Chlorpramazine harus diberikan secara
seksama karena dapat menimbulkan hipotermia.
3. DOSIS

Penggunaan natrium metamizole pada orang dewasa diberikan 1 tablet jika rasa
nyeri muncul, dan pemberian tablet dapat diulang setiap 6-8 jam, dengan dosis
maksimal adalah 4 tablet perhari. Penggunaan natrium metamizole injeksi dapat
diberikan 500 mg jika rasa sakit muncul dan diulang setiap 8-8 jam, pemberian dosis
injeksi maksimal sebanyak 3 kali sehari dan dan diberikan dapat secara intramuscular
(I.M) atau intravena (I.V).
KONTRA INDIKASI

 Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat alergi /
hipersensitivitas.
 Untuk sediaan granules : intoleransi fruktosa, sindrom malabsorpsi glukosa-
galaktosa dan defisiensi sukrosa.

EFEK SAMPING FLUIMUCIL

Berikut adalah beberapa efek samping Fluimucil (Acetylcysteine) yang umum terjadi :

 Efek samping Fluimucil (Acetylcysteine) yang relatif ringan yaitu gangguan pada
saluran pencernaan misalnya mual, dan muntah.
 Efek samping yang lebih serius tetapi kejadiannya jarang misalnya
bronkospasme, angioedema, ruam, pruritus, hipotensi, kulit kemerahan, bengkak
pada wajah, dispnea, sesak nafas, sinkop, berkeringat, arthralgia, penglihatan
kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang dan kadang-kadang demam.
 Pada sediaan inhalasi efek samping yang bisa terjadi misalnya hemoptisis,
rhinorrhoea, dan stomatitis.

PERHATIAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan Fluimucil


(Acetylcysteine) adalah sebagai berikut :

 Obat ini harus diberikan setelah asupan makanan pada pasien penderita gastritis.
 Obat ini tidak dianjurkan untuk pasien diabetes melitus kecuali kadar glukosa
darah telah terkontrol pada tingkat normal.
 Pasien yang menderita asma bronkial harus dipantau terhadap kemungkinan
terjadinya bronkospasme. Jika bronkospasme terjadi, pengobatan harus segera
dihentikan.
 Sediaan aerosol dapat memperburuk batuk pada pasien yang menderita asma
bronkial akut.
 Penggunaan Fluimucil (Acetylcysteine), terutama pada awal pengobatan, dapat
mencairkan sekresi bronkus dan secara bersamaan meningkatkan volumenya. Jika
pasien tidak mampu untuk meludah, perlu untuk membersihkan saluran udara
dengan drainase postural atau akhirnya oleh bronchosuction untuk menghindari
retensi sekresi.

DOSIS FLUIMUCIL

Fluimucil (Acetylcysteine) diberikan dengan dosis sebagai berikut :

Fluimucil Capsul
 Dewasa dan anak usia > 14 tahun : 2-3 x sehari 1 casul.
 Anak usia 6-14 tahun : 2 x sehari 1 capsul.
 Mucoviscidosis anak berusia 6 tahun : 2 x sehari 1 capsul.
Fluimucil Effervescent tablet
 1 tablet/hari (sebaiknya di malam hari).
Fluimucil Granule
 Dewasa : 2-3 x sehari 200 mg.
 Anak : 2-4 x sehari 100 mg.
Fluimucil Dry syrup
 Dewasa : 2-3 x sehari 10 mL.
 Anak : 2-4 x sehari 5 mL
Fluimucil nebulize
 1 amp 1-2 kali sehari.
Dosis Amlodipine
Dosis yang biasanya dianjurkan untuk orang dewasa adalah 5-10 mg per
hari. Dosis untuk orang tua lebih rendah, yaitu 2,5 mg per hari. Sedangkan
dosis untuk anak-anak dan remaja adalah 2,5-5 mg per hari. Dosis akan
disesuaikan dengan kondisi dan respons pasien terhadap obat ini.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Amlodipine


Semua obat berpotensi menyebabkan efek samping, tapi tidak semua
orang akan mengalaminya. Ketika pertama kali mengonsumsi amlodipine,
Anda mungkin akan mengalami sakit kepala, rasa panas dan kegerahan.
Gejala ini umumnya akan membaik dalam beberapa hari.

Bicarakan dengan dokter jika mengalami efek samping berkepanjangan


dan menyulitkan Anda. Beberapa efek samping lain yang mungkin terjadi
adalah:

 Merasa lelah atau pusing.

 Jantung berdegup kencang.

 Merasa mual dan tidak nyaman di bagian perut.

 Pergelangan kaki membengkak.


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Amlodipin adalah obat tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini adalah obat
hipertensi yang paling sering diresepkan di Indonesia setelah captopril. Terdapat
banyak golongan obat antihipertensi. Amlodipin termasuk ke dalam golongan obat
penghambat kanal kalsium.Selain untuk hipertensi, amlodipin juga diindikasikan untuk
penyakit berikut:
1. Penyakit jantung koroner, dan
2. Nyeri dada

(angina)Amlodipin relatif aman dan tidak ada kontraindikasi khusus. Satu-


satunya kondisi yang tidak boleh obat ini diberikan ialah alergi (hipersensitivitas)
terhadap amlodipin. Namun amlodipin perlu pengawasan dokter bila diberikan pada
kondisi berikut:

1. Gagal jantung akut;


2. Hipotensi yang disertai gejala seperti pingsan;
3. Bengkak pada kaki yang semakin bertambah;
4. Kelainan fungsi jantung (kardiomiopati hipertrofi);
5. Kelainan fungsi hati;
Dosis Spironolactone
Kondisi Usia Dosis

Dosis awal adalah 100 mg per hari.

Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan hingga 400


Edema Dewasa mg per hari.

Dosis awal adalah 50-100 mg, sekali sehari atau


dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi. Dosis dapat
Hipertensi Dewasa disesuaikan setelah 2 minggu.

100-400 mg per hari, tergantung dari kadar


Dewasa natrium dan kalium dalam urine.

Diawali dengan dosis terendah, kemudian dapat


Lansia ditambah jika diperlukan.

3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam


Sirosis dengan edema beberapa jadwal konsumsi. Dosis akan
dan asites Anak-anak disesuaikan dengan respons pasien.

Dewasa 400 mg per hari


Hiperaldosteronisme
primer Diawali dengan dosis terendah, kemudian dapat
Lansia ditambah jika diperlukan.

3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam


beberapa jadwal konsumsi. Dosis akan
Anak-anak disesuaikan dengan respons pasien.

100-400 mg per hari. Perawatan jangka panjang


Dewasa tanpa operasi menerapkan dosis efektif terendah.

Diawali dengan dosis terendah, kemudian dosis


Lansia dapat ditambah jika diperlukan.

Perawatan pra operasi 3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam
pada pasien beberapa jadwal konsumsi. Dosis akan
hiperaldosteronisme Anak-anak disesuaikan dengan respons pasien.

Dosis awal: 25 mg, 1 kali sehari, dengan dosis


Dewasa maksimal 50 mg per hari.

Diawali dengan dosis terendah, kemudian dosis


Lansia dapat ditambah jika diperlukan.

3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam


beberapa jadwal konsumsi. Dosis akan
Gagal jantung Anak-anak disesuaikan dengan respons pasien.

Hipokalemia akibat
diuretik Dewasa 25-100 mg per hari.
Efek Samping Spironolactone
Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi
spironolactone adalah:

 Pusing dan sakit kepala ringan.

 Mual dan muntah.

 Diare.

 Pembengkakan di payudara.

 Kram pada kaki.


INDIKASI

Kegunaan Spironolactone adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :

 Pengobatan gagal jantung dan mengurangi fraksi ejeksi untuk meningkatkan


kelangsungan hidup. Umumnya diberikan bersamaan dengan terapi gagal jantung
lainnya.
 Spironolactone juga digunakan sebagai terapi tambahan untuk pengobatan
hipertensi, untuk menurunkan tekanan darah pada pasien dewasa yang tidak cukup
terkontrol oleh obat hipertensi lainnya.
 Spironolactone juga diindikasikan untuk pengelolaan edema pada pasien sirosis
dewasa bila edema tidak responsif terhadap pembatasan cairan dan natrium.

KONTRAINDIKASI

 Jangan menggunakan obat ini pada pasien dengan riwayat hipersensitif atau alergi
obat Spironolactone.
 Kontraindikasi pada pasien anuria, hiperkalemia, penyakit Addison, insufisiensi
ginjal akut atau progresif.
 Jangan digunakan bersamaan dengan eplerenone.
Mekanisme Kerja

Bisoprolol merupakan golongan obat beta-blocker yang bekerja dengan cara


menghambat reseptor beta-1 adrenergik reseptor. Jika diberikan pada rentang dosis
terapi, obat ini tidak memiliki efek simpatomimetik intrinsik atau tanpa aktivitas
stabilisasi membran yang signifikan.Meski begitu, pada dosis tinggi(20mg), bisoprolol
dapat menghambat adrenoreseptor beta - 2 terutama pada otot - otot bronkus dan
pembuluh darah.

Sebagai antihipertensi, bisoprolol bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah,


mengurangi frekuensi denyut jantung, meningkatkan waktu pemulihan simpul sinoatrial
(SA node), memperpanjang konduksi atrioventricular node (AV node)
dan memperpanjang periode refrakter AV node dengan stimulasi atrial yang cepat.

Indikasi atau Kegunaan

Bisoprolol Bisoprolol digunakan untuk mengobati hipertensi sebagai monoterapi


atau dikombinasikan dengan antihipertensi lain dan pengobatan angina serta gagal
jantung kronik.

Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakannya: Penderita yang memiliki
hipersensitif atau alergi terhadap bisoprolol. Penderita asma, bradikardi yang
nyata, sindrom penyakit sinus, blok AV derajat dua atau tiga, syok
kardiogenik, feokromositoma.
Dosis Bisoprolol dan Cara Penggunaan

Dosis yang tepat sesuai dengan rekomendasi dokter Anda. Adapun dosis yang
lazim digunakan adalah sebagai berikut:
Dosis bisoprolol untuk mengatasi hipertensi dan angina
Dosis awal yakni 1 tablet (5 mg) sehari sekali. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 2
tablet (10 mg) sehari sekali dan bila diperlukan dapat ditingkatkan hingga 4 tablet
(20 mg) sehari sekali. Untuk pasien dengan disfungsi ginjal atau disfungsi hati
berat, dosis maksimum per hari hanya 2 tablet (10 mg).

You might also like