You are on page 1of 16

Nama : Hari Susanto

Nomor Absensi : 12

Kelas : 9-2

Soal 1. Baca & rangkum (1500-2500 kata) Bab 7 Godfrey ed. 7. Siapkan pertanyaan jika
ada ! - 50%

CHAPTER 4

A Conceptual Framework

A. THE ROLE OF A CONCEPTUAL FRAMEWORK

Awal mula penyusunan Conceptual Framework dimulai pada tahun 1980 dan awal tahun
1990 di USA, Canada, UK dan Australia. Namun demikian penyusunan dan
perkembangannya tidak berjalan secara lancer dikarenakan menghadapi hambatan dari
berbagai faktor, seperti kesulitan dalam pembentukan fundamental issues yang berkaitan
dengan measurement dan juga adanya intervensi politik, sehingga prosesnya berjalan
dengan lambat. Kemajuan yang pesat dalam proses pengembangan baru dapat terealisasi
karena adanya IASB/FASB Convergence Program. Program tersebut dapat berfungsi optimal
jika didukung oleh framework yang kuat untuk memandu para pembuat accounting standards
dalam melaksanakan tugasnya. Hasilnya, pada tahun 2004, IASB dan FASB mulai untuk
membentuk sebuah conceptual framework yang lengkap dan konsisten

Tujuan dari Conceptual Framework of Accounting yaitu membuat sebuah teori akuntansi
yang lengkap, konsisten, dan terstruktur.Apabila digambarkan struktur dari Conceptual
Framework yang diilustrasikan dalam gambar di bawah ini :
FASB mendefinisikan Conceptual Framework sebagai berikut:

“... a coherent system of interrelated objectives & fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function and limits of financial accounting
and reporting”. Kata ‘coherent system’ dan ‘consistent’ mencerminkan bahwa FASB membuat
framework yang teoritis dan non-arbitary, serta kata ‘prescribes’ menunjukkan pendekatan
normatif dalam penyusunannya.

Adapun beberapa manfaat conceptual framework dan peran pentingnya dalam akuntansi,
di antaranya yaitu :

1. Financial reporting requirements dapat lebih konsisten dan logis, oleh karena berasal dari
sebuah konsep yang jelas, konsisten, dan terstruktur. Misalnya, kini seluruh entitas
diharuskan menggunakan fair value dalam penilaian aset-nya, tidak lagi memakai historical
cost aset tersebut.

2. Adanya regulations yang dijelaskan didalam conceptual framework memaksa pihak-pihak


yang bertanggungjawab harus membuat laporan yang sesuai dengan framework.

B. OBJECTIVES OF CONCEPTUAL FRAMEWORK

Conceptual framework memiliki tujuan yaitu untuk memberikan pedoman dalam


penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purposes financial
statements). Disisi lain IASB dan FASB menjelaskan tujuan utama dari financial reporting
adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna kepada users, baik itu investor
maupun creditor. Agar dapat mencapai tujuan utama tersebut, caranya adalah dengan
melaporkan informasi yang:

1. Berguna dalam menilai prospek arus kas.


2. Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

3. Berisi tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut dan
perubahan yang ada di dalamnya.

Hal penting dalam rangka membuat informasi menjadi berguna dibutuhkan


pembangunan kerangka kualitatif. SFAC dan IASB menjelaskan mengenai qualitative
characteristics. Berikut adalah kerangka dari qualitative characteristics dalam akuntansi :

Pada periode 1987-2000, FASB membuat seven concept statement yang mencakup
topik-topik berikut:

1. Unsur-unsur laporan keuangan.

2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang berguna.

3. Kriteria dalam pengakuan dan pengukuran unsur-unsur.

4. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit.

5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.

IASB menyatakan bahwa kerangka tersebut:

1. Mendefinisikan tujuan dari laporan keuangan.


2. Mengidentifikasi karakter kualitatif yang membuat informasi dari laporan keuangan
berguna.
3. Mengidentifikasi elemen dasar dari laporan keuangan dan konsep untuk pengakuan
4. dan pengukuran dari laporan keuangan.

Di dalam IAS 8 mensyaratkan bahwa manajemen harus menggunakan kerangka


tersebut dalam mengembangkan dan menerapkan aturan akuntansi agar menghasilkan
informasi yang :
 Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi yang dibutuhkan oleh users.
 Reliable.

Kesimpulannya adalah tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi yang:

 Menyangkut tentang sumber-sumber ekonomi, tuntutan terhadap sumber ekonomi,


dan perubahan di dalamnya.
 Membantu kreditor dan investor yang ada atau potensial, serta users lain dalam
menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian cash flow di masa yang akan datang.
 Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang ingin
memahami kegiatan ekonomi dan bisnis perusahaan.

C. DEVELOPING A CONCEPTUAL FRAMEWORK


Adapun beberapa isu yang memepengaruhi conceptual framework antara lain:
1. Principles-Based and Rule-Based Standard Setting
Tujuan yang ingin dicapai oelh IASB adalah untuk menciptakan standar yang bersifat
principles-based yang akan mengacu pada conceptual framework. konten yang terdapat di
dalam conceptual framework akan bersifat ide standar yang menjadi penyokong
pengembangan standar dan membantu user untuk menginterpretasikan standar tersebut.
Namun ada beberapa aturan yang dimilki oleh IASB cenderung rule-based dimana
bertentangan dengan tujuan awalnya. Salah satunya adalah IAS 39 (Financial Instruments:
Recognition and Measurement).
Menurut Christopher Nobes, pakar akuntansi dari University of London, akan lebih baik
jika reasons standard menjadi rules-based karena mereka tidak menjadi tidak konsisten
dengan conceptual frameworks of standard setters. Perubahan ini sendiri tentu akan
membawa benefit lebih banyak, karena dapat memperjelas komunikasi mengenai peraturan
dan meningkatkan ketelitian tanpa perlu peraturan yang lebih detail lagi (karena sudah
tercantum di standar). Lebih lanjut lagi, Nobes mengidentifikasi enam contoh peraturan yang
lebih bersifat rules-based, yakni mengenai lease accounting, employee benefits, financial
assets, government grants, subsidiaries dan equity accounting.
Jika dilihat dari segi kelebihan dan kekurangannya, keuntungan rules-based antara lain
dapat meningkatkan komparabilitas dan verifiabilitas untuk auditor dan regulators. Selain itu,
rules-based juga mampu mengurangi kesempatan terjadinya earning management; walau
mereka memperbolehkan specific restructuring of transaction selama masih dalam koridor
peraturan.
Securities and Exchange Commission (SEC) pada 2002 (atas perintah Sarbanes-Oxley
Act) merekomendasikan penggunaan principles-based, namun standar tersebut wajib
memiliki karakteristik:

a. Indonesia sendiri mengadopsi principal-based, dengan acuan besar adalah IFRS dan
membuat rules-based yang lebih detail di PSAK. Adopsi ini baru dilakukan di tahun 2012,
ketika terjadi perubahan acuan peraturan dari GAAP ke IFRS.
b. Menghindari penggunaan percentage of tests (bright lines) yang membolehkan financial
engineering untuk mencapai technical compliance dengan menghindarkan maksud dari
standar itu sendiri.
c. Meminimasi penggunaan pengecualian dari standar.
d. Menyediakan detail yang cukup dan struktur yang bisa dioperasikan dan bisa diaplikasikan
secara konsisten.
e. Mencantumkan dengan jelas objective of standard.
f. Didasarkan pada conceptual framework yang sudah berkembang dan diaplikasikan secara
konsisten.
2. Information for Decision Making and The Decision-Theory Approach
Data akuntansi secara umum digunakan untuk proses decision making atau untuk tujuan
evaluasi di entitas tertentu. Hal ini diawali dengan fungsi data akuntansi sebagai fungsi
stewardship Di masa kini, manajer bertanggung jawab terhadap equityholders perusahaan.
Informasi bagaimana manajer tidak melaksanakan tanggung jawab stewardship-nya dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi performa manajer dan perusahaan itu sendiri.

Information for decision making secara tidak langsung mencakup lebih luas dari
informasi mengenai stewardship. Alasannya adalah sebagai berikut:

a. karena pengguna dari financial information luas dan mencakup seluruh menyedia sumber
daya.
b. informasi akuntansi dilihat sebagai input data untuk prediksi model bagi users. Maka, kita
harus memastikan data apakah yang benar-benar dibutuhkan untuk memprediksi performa
masa depan dan posisinya. Ketiga,
c. Stewardship berfokus pada kejadian di masa lalu untuk melihat apa saja yang sudah
dicapai, prediksi berpatokan pada masa depan. Informasi akuntansi untuk pihak eksternal
memang berdasarkan kejadian di masa lalu, namun masa depan tidak dapat diabaikan
begitu saja ketika masa depan secara tegas dijadikan objective of accounting.

Sedangkan, decision-theory sangat bermanfaat untuk mengecek apakah akuntansi


mencapai tujuannya atau tidak. Jika individual systems dapat menyediakan informasi yang
berguna, maka teori yang mendasari sistem tersebut dapat dikategorikan efektif, atau valid

THE DECISION THEORY PROCESS

Pengembangan conceptual framework di level nasional menjadi sangat sulit. Godfrey


berpendapat bahwa dalam pengembangannya, conceptual framework harus lebih
menitikberatkan pada rasionalisasi penggunaan masa kini dibanding terafirmasi framework di
aspek hukum, sosial dan ekonomi dalam fungsi akuntansi.
3. International Developments: The IASB and FASB Conceptual Framework

FASB dan IASB pada Oktober 2004 bekerja sama untuk mengembangkan conceptual
framework. FASB menyatakan bahwa project tersebut akan melakukan:

a. mempertimbangkan konsep yang dapat diaplikasikan di private sector business entities.


Selanjutnya, Boards akan bergabung dalam mempertimbangkan aplikasi dari konsep
tersebut ke private sector not-for-profit organizations.
b. Memberikan prioritas untuk menujukan dan mendiskusikan tiap isu di setiap fase yang
memiliki kemungkinan menguntungkan Boards dalam jangka pendek; yakni cross-cutting
issues yang memberi dampak tertentu dalam project mereka, baik untuk standar baru
maupun standar yang sudah direvisi. Sekaligus, tahap dari project tersebut akan dilakukan
secara simultan dan Boards akan mengharapkan keuntungan dari terlaksananya project
tersebut
c. Fokus pada perubahan dalam environment sejak orginal frameworks pertama kali diisukan,
demikian juga terhadap kelalaian di original frameworks, dengan tujuan untuk dapat
menciptakan framework yang berkembang, utuh, dan dapat mencakup frameworks yang
telah ada secara efektif dan efisien.

Dewan-dewan tersebut sedang melakukan proyek gabungan dalam delapan fase.


Masing-masing dari tujuh fase pertama akan membahas dan melibatkan perencanaan,
penelitian, pertimbangan Dewan awal, komentar publik, dan redelokasi pada aspek-aspek
utama dari kerangka Dewan. Fase ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut:

Fase Topik
A Objective and Qualitative Characteristics
B Elements and Recognition
C Measurement
D Laporaning Entity
Presentation and Disclosure, including Financial Laporaning Boundaries
E
(Inactive)
F Framework Purpose and Status in GAAP Hierarchy (Inactive)
G Applicability to the Not-for-Profit Sector (Inactive)
H Remaining Issues (Inactive)

4. Entity vs Proprietorship Perspective

Board merekomendasikan financial report harus dibuat dari perspektif entitas dibanding
perspektif dari pemilik. Hal ini disetujui banyak pihak karena pemilik dan entitas secara tegas
merupakan dua pihak yang berbeda. Pihak lain menyatakan keberatan karena menganggap
Board tidak menyediakan informasi yang cukup untuk membenarkan rekomendasi tersebut
(seperti dalam peraturan proprietorship dan parent company perspectives). Maka, perspektif
mengenai entitas sudah tercantum di Fase D, sedangkan alternative lain mengenai pemilik
masih didiskusikan.

5. Primary User Group

Board menujukan primary user group untuk tujuan umum financial reporting adalah
untuk penyedia modal masa kini dan potensial. Penyedia modal mencakup equity investors,
lenders, dan penyedia jasa kredit lain. Namun, ada juga pihak yang mengkhawatirkan bahwa
beragamnya jenis primary group dapat kelewat menyederhanakan hubungan antara entitas
dan individual users. Responden lain mengkhawatirkan fokus dari primary user group dan
efeknya terhadap pihak lain, seperti saat amal dan corporate governance monitoring group.

6. Qualitative Characteristics

IASB Framework mencantukam empat prinsip qualitative characteristics, yakni


understability, relevance, reliability, dan comparability. Sedangkan dalam Exposure Draft
dicantumkan bahwa qualitative characteristics yang membuat informasi menjadi berguna
adalah relevance, faithful representation, comparability, verifiability, timeliness, dan
understability, dan pervasive constraints dari financial reporting adalah materiality dan cost.
Selain itu, qualitative characteristics juga dibedakan menjadi fundamental (relevance, faithful
representation) atau enhancing (comparability, verifiability, timeliness, dan understability)
tergantung bagaimana mereka memberi dampak terhadap laporan keuangan.

Banyak pihak yang menyetujui hal ini, namun banyak juga yang menyarankan agar
understability dan verifiability lebih ditinggikan porsinya, demikian juga untuk substance over
form, true and fair view, dan transparency. ED menolak konsep pruedence karena tidak
konsisten dengan konsep neutrality. Whittington sendiri sangsi terhadap penghapusan
pruedence karena pentingnya pruedence dalam menahan management opportunism,

D. A CRITIQUE OF CONCEPTUAL FRAMEWORK PROJECTS

Kritik-kritik dari berbagai negara atas Conceptual Framework yang telah ada memiliki
analisis yang menjelaskan alasan mereka mengeluarkan kritik antara lain:

a. conceptual framework harus menggunakan pendekatan yang scientific, sehingga validasi


framework harus dapat dijelaskan secara logis dan empiris. Selanjutnya, pendekatan
secara profesional yang berfokus untuk menyarankan tindakan terbaik dengan
melakukan tindakan yang profesional.
b. pendekatan secara profesional yang berfokus untuk menyarankan tindakan terbaik
dengan melakukan tindakan yang profesional.

Dopuch dan Sunder berpendapat bahwa conceptual framework yang dikeluarkan oleh
FASB tidak cukup membantu dalam menyelesaikan isu kontemporer pada measurement dan
disclosure. Menurut mereka, terdapat tiga isu yang masih ambigu:

a. Tidak menyelesaikan masalah estimasi.


b. Conceptual framework mendukung dua prinsip akuntansi yang bertolak belakang yaitu
full cost dan successful efforts.
c. Definisi liabilities masih terlalu umum sehingga sulit untuk menentukan posisi deferred
taxes.
1. Ontological and Epistemological Assumptions

Feyerabend berpendapat bahwa kejujuran ilmiah tidak absolut, kejujuran ilmiah hanya
mengarah pada pernyataan tentang kenyataan yang dibangun, yaitu pernyataan yang
diberikan hanya ketika bukti sesuai dengan penjelasan dan persetujuan mengenai metodologi
ilmiah. Hal ini dapat membuat teori yang menjadi dasar suatu framework dipertanyakan,
apakah teori tersebut netral, independen, dan bebas dari bias. Sehingga, dapat
diimplikasikan, jika realitas tidak ada dalam praktik akuntansi, maka suatu conceptual
framework tidak dapat memberikan objektivitas yang menyeluruh dalam mengukur realitas
ekonomi. Jika dihubungkan dengan conceptual framework yang ada ternyata benar adanya,
bahwa conceptual framework tidak pernah secara resmi diuji kebenarannya berdasarkan bukti
logis dan empiris karena isi dari conceptual framework itu sendiri merupakan opini dari badan
atau individual yang berkuasa. Hal ini mengarahkan proyek conceptual framework pada
pendekatan hypothetico-deductive. Pendekatan ini mempengaruhi asumsi epistemologi dan
asumsi metodologi mengenai pengujian kebenaran serta tindakan yang paling sering
dilakukan oleh peneliti akuntansi.

2. Circularity of Reasoning

Dalam sudut pandang yang dangkal terhadap conceptual framework mengindikasikan


bahwa paling tidak akuntan mengikuti satu jalur ilmiah, yaitu menarik kesimpulan dari prinsip
dan praktik yang disamaratakan. Namun, banyak pula negara yang conceptual framework-
nya ditandai dengan adanya internal circularity, maksudnya satu kualitasnya, bergantung
pada kualitas aspek yang lain. Namun, tidak dituliskan diperlukannya kondisi tertentu untuk
mencapai berbagai kualitas tersebut. Sehingga tidak terdapat arahan yang spesifik mengenai
cara pencapaian kondisi yang seharusnya.

3. An Unscientific Disipline

Stamp meyakini bahwa akuntansi lebih berpihak kepada hukum daripada physical
science karena profesi akuntansi dan hukum berhubungan dengan konflik yang terjadi di
antara kelompok pengguna ilmu tersebut dengan kepentingan dan tujuan yang bermacam-
macam. hukum merupakan normative discipline yang penuh dengan konsep nilai sarat, dan
akuntansi berhadapan dengan kondisi pasar tidak sempurna dan bersifat subjektif sesuai
dengan proses pembuatan keputusan. Sedangkan yang dimaksud physical science adalah
positive discipline, hal yang dapat dideskripsikan dan memiliki karakteristik bebas dari nilai
konsep.

4. Positive Research

Tujuan utama dari dibuatnya conceptual framework adalah untuk menyediakan


informasi keuangan yang dapat membantu pengguna menentukan economic decision.
Namun, sekarang riset pasar meragukan kemampuan data akuntansi yang dipublikasikan
untuk mempengaruhi harga saham. Beberapa teknik akuntansi digunakan untuk
memanipulasi keadaan pasar. Tujuan dari conceptual framework adalah untuk meyakinkan
pengguna laporan keuangan dapat mendapatkan informasi yang berguna untuk proses
pengambilan keputusan.

5. The Conceptual Framework as A Policy Document

Sebuah cara yang dapat digunakan untuk melihat conceptual framework menjadi
scientific adalah dengan mempertimbangkannya menjadi sebuah policy model. Ijiri
membedakan normative dan policy model. Normative model dibuat berdasarkan asumsi pasti
mengenai tujuan yang akan dicapai. Meskipun normative model memiliki implikasi, namun
tetap berbeda dengan policy judgement yang melibatkan komitmen terhadap tujuannya. Ijiri
juga mengungkapkan bahwa dalam akuntansi, teori dan policy bercampur menjadi satu, tidak
seperti ilmu pengetahuan lainnya.
6. Professional Values and Self-Preservation

Profesional value merupakan tindakan yang berlandaskan idealisme dan lebih


mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, sedangkan self
preservation adalah kebalikannya. Efek dari adanya profesional values ada terciptanya nilai
sosial yang dapat membuat kelompok profesional bertanggung jawab dan menyediakan
segala kepentingan komunitas.

E. CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR AUDITING STANDARD

Internal control – integrated framework’ by the Committee of Sponsoring Organization


(COSO), dikeluarkan pada tahun 1992. Laporan ini membuat auditor menjadi lebih sadar dan
peduli terhadap hubungan antara internal control dan pengadaan audit itu sendiri. Klien
dengan internal control yang baik dianggap lebih memiliki risiko yang rendah untuk terjadi
fraud dan error, dan hal ini mendukung dalam kemungkinan untuk mengurangi sumber data,
biaya audit, dan harga pengauditan untuk klien tersebut.

Risiko auditing berarti auditor menerima tingkat ketidakpastian tertentu dalam


pelaksanaan audit. Auditor harus menyadari bahwa ada ketidakpastian mengenai kualitas
bahan bukti, keefektifan pengendalian internal klien dan ketidakpastian apakah laporan
keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah di audit (Richard W.H, Michael F.
Peters & Jamei H. Pratt, 1999).

Jenis Risiko Audit, yaitu :

1. Risiko Bawaan (Inherent Risk):yaitu kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji yang material.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk): merupakan risiko yang baru akan muncul dan
terdeteksi pada saat pemeriksaan internal control.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk): risiko yang muncul karena auditor tidak mampu
menemukan kesalahan dikarenakan kurang menggunakan teknik atau prosedur

Soal 2. Bandingkan & jelaskan perbedaan mendasar antar kerangka konseptual terbaru
(Maret 2018) dengan kerangka konseptual versi sebelumnya dengan draft kerangka
konseptual IAI! - 50%

Conceptual Framework sebelumnya diterbitkan pada tahun 1989 dan direvisi sebagian
pada tahun 2010. Conceptual Framework ini sangat bermanfaat namun demikian masih
belum lengkap dan membutuhkan peningkatan. Hal ini menjadi prioritas yang diidentifikasi
sebagai prioritas oleh pemangku kepentingan dalam Konsultasi Agenda 2011. Selanjutnya,
dilakukan pelengkapan kekosongan yang ada seperti panduan pengukuran, presentasi, dan
pengungkapan. Selain itu, ada beberapa pembeharuan seperti pengertian asset dan
kewajiban serta adadnya klarifikasi seperti terhadap peran ketidakpastian pengukuran.
Conceptual Framework yang sudah direvisi menghasilkan sebuah seperangkat konsep yang
komprehensif untuk pelaporan keuangan.

Perubahan mendasar atau utama yaitu:

1. Adanya tambahan yang meliputi:


a. Pengukuran: konsep pengukuran, termasuk factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan ketika memilih basis pengukuran
b. Presentasi dan pengungkapan: konsep presentasi dan pengungkapan
termasuk ketika mengklasifikasikan pendapatan dan beban dalam
pendapatan komprehensif lain.
c. Penghentian Pengakuan: panduan ketika asset dan kewajiban
dihilangkan dari laporan keuangan
2. Adanya Pembaharuan:
a. Definisi asset dan kewajiban
b. Pengakuan: sebuah kriteria untk memasukkan asset dan kewajiban
dalam laporan keuangan.
c. Melakukan klarifikasi terhadap kebijakan, penatausahaan,
ketidakpastian pengukuran, substansi yang melebihi bentuk
1. Perbedaan topik antara Conceptual Framework 2010 dan 2018 dijelaskan
sebagaimana table berikut:

Chapter Topic Conceptual Framework 2010 Topic Conceptual Framework 2018

Status and purpose of the Conceptual Framework

1 The objective of general purpose The objective of general purpose


financial reporting financial reporting

2 The reporting entity Qualitative characteristics of useful


financial information

3 Qualitative characteristics of useful Financial Statements and the reporting


financial information entity

4 The Framework (1989) : the remaining The elements of Financial Statements


text

5 - Recognition and derecognition

6 - Measurement
7 - Presentation and disclosure

8 - Concept of capital and capital


maintanance

Pembahasan perubahan per Chapter antara lain sebagai berikut:

a. Chapter 1 : Bab ini dikeluarkan pada tahun 2010 dan melalui proses hukum yang
ekstensif pada waktu itu. Oleh karena itu, dalam merevisi Kerangka Konseptual, Dewan
tidak secara mendasar mempertimbangkan bab ini.
b. Chapter 2: Bab ini diterbitkan pada tahun 2010 dan melalui proses yang ekstensif pada
saat itu. Oleh karena itu, dalam merevisi Kerangka Konseptual, Dewan tidak secara
mendasar mempertimbangkan kembali bab ini. Namun, Dewan menjelaskan peran
prudence, measurement uncertainty dan substance over form dalam menilai apakah
informasi itu berguna.
c. Chapter 3: Merupakan bab baru yang menjelaskan tujuan dan ruang lingkup laporan
keuangan dan memberikan gambaran tentang entitas pelaporan.
d. Chapter 4: Definisi aset dan kewajiban telah disempurnakan dan definisi pendapatan dan
pengeluaran telah diperbarui untuk mencerminkan penyempurnaan itu. Proyek penelitian
Dewan tentang Instrumen Keuangan dengan Karakteristik Ekuitas sedang menjajaki
perbedaan antara kewajiban dan ekuitas.
Selain itu terdapat revisi dari definisi:
a. Pendapatan yang berubah menjadi: Increases in assets, or decreases in liabilities,
that result in increases in equity, other than those relating to contributions from holders
ofequity claims
b. Beban yang berubah menjadi: Decreases in assets, or increases in liabilities, that
result in decreases in equity, other than those relating to distributions to holders of
equity claims
Perbedaan Definisi
Item Sebelum Sesudah
Aset A resource controlled by the A present economic
ent ity as a result resource controlled by
of past events and from the entity as a result of
which future economic past events An economic
benefits are expected to flow resource is a right that
to the entity has the potential to
produce economic
benefits

Kewajiban A present obligation of the A present obligation of


entity arising from past the entity to transfer an
events, the settlement of economic resource as a
which is expected to result in result of past events An
an outflow from the entity of obligation is a duty or
responsibility that the
resources embodying entity has no practical
economic benefits ability to avoid

e. Chapter 5: Recognition and derecognition:


kriteria pengakuan sebelumnya adalah bahwa suatu entitas harus mengenali suatu
barang yang memenuhi definisi suatu unsur jika ada kemungkinan bahwa manfaat
ekonomi akan mengalir ke entitiy dan jika barang tersebut memiliki biaya atau nilai yang
dapat ditentukan dengan andal. Kriteria pengakuan yang direvisi mengacu secara
eksplisit pada karakteristik qualitaitve dari informasi usefu. Tujuan Dewan adalah untuk
mengembangkan serangkaian konsep yang lebih koheren, bukan untuk meningkatkan
atau mengurangi kisaran aset dan kewajiban yang diakui. Sedangkan derecognition
merupakan hal baru dan belum ada sebelumnya.
f. Chapter 6: Measurement
Versi sebelumnya dari kerangka konseptual termasuk sedikit panduan tentang
pengukuran. Kerangka Konseptual yang direvisi menggambarkan basis informasi apa
yang disediakan dan menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan ketika
memilih basis pengukuran.
g. Chapter 7: Presentation and disclosure
Bab ini merupakan bab baru yang bertujuan untuk menciptakan Komunikasi yang Lebih
Baik. Informasi tentang aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya dikomunikasikan
melalui presentasi dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Komunikasi informasi
yang efektif dalam laporan keuangan membuat informasi tersebut lebih relevan dan
berkontribusi terhadap representasi yang setia dari aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
dan kekayaan intelektual yang entusias. Kerangka Konseptual yang Direvisi mencakup
konsep-konsep yang menggambarkan bagaimana informasi harus disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan. Dewan juga bekerja pada beberapa proyek
dengan tema Komunikasi yang Lebih Baik untuk membuat informasi financila lebih
bermanfaat bagi investor, pemberi pinjaman, dan crediotr lainnya dan untuk
meningkatkan komunikasi informasi tersebut.
2. Bila dibandingkan mendasar antar kerangka konseptual terbaru (Maret 2018)
dengan kerangka konseptual versi sebelumnya dengan draft kerangka konseptual
IAI
 Secara status secara umum memberikan gambaran yang sama
 kerangka konseptual tetap bukan suatu standar, dan tidak mengungguli
suatu standar tertentu
 Apabila ada pertentangan antara PSAK dengan Kerangka Konseptual maka
lebih merujuk kepada PSAK
 Kerangka Konseptual akan direvisi dari waktu ke waktu berdasarkan praktik
yang berjalan.
Perbandingan antar Kerangka Konseptual
Kerangka Dasar
IFRS Conceptual
IFRS Conceptual Framework for Draft Kerangka Konseptual Penyusunan dan Penyajian
Framework for Financial
Financial Reporting 2010 Pelaporan Keuangan (2016) Laporan Keuangan
Reporting 2018
(Penyesuaian 2014)
Status dan Tujuan Kerangka Konseptual
Tujuan: Tujuan --> membantu: Tujuan --> membantu: Tujuan -> digunakan
sebagai acuan bagi:

Membantu penyusunan IASB dalam menyusun IFRS baru dan DSAK dalam pengembangan SAK komite penyusun standar
standar yang didasarkan pada mereview IFRS yang sudah ada baru dan tinjauan atas SAK yang akuntansi keuangan, dalam
konsep yang konsisten sudah ada pelaksanaan tugasnya;
IASB dalam mempromosikan DSAK IAI dalam mempromosikan
harmonisasi peraturan, standar harmonisasi peraturan, standar
akuntansi, dan prosedur yang terkait akuntansi, dan prosedur yang terkait
dengan penyajian laporan keuangan dengan penyajian laporan keuangan
dengan menyediakan dasar untuk dengan menyediakan dasar untuk
mengurangi jumlah alternatif perlakuan mengurangi jumlah alternatif
akuntansi yang diizinkan oleh IFRS perlakuan akuntansi yang diizinkan
oleh SAK

lembaga penyusun standar dalam DSAK IAI dalam pengembangan


mengembangkan standar nasional standar lokal

Membantu dalam penyusun laporan keuangan dalam penyusun laporan keuangan dalam penyusun laporan keuangan,
menentukan kebijakan menerapkan IFRS dan yang berkenaan menerapkan SAK dan yang untuk menanggulangi
akuntansi dalam hal suatu dengan hal-hal yang belum diatur dalam berkenaan dengan hal-hal yang masalah akuntansi yang
peristiwa belum diatur oleh IFRS; belum diatur dalam PSAK; belum diatur dalam standar
standar, atau diperkenankan akuntansi keuangan;
untuk memilih kebijakan
akuntansi yang diterapkan
auditor dalam memberikan opini auditor dalam memberikan opini auditor, dalam memberikan
mengenai apakah laporan keuangan mengenai apakah laporan keuangan pendapat mengenai apakah
telah sesuai dengan IFRS telah sesuai dengan SAK; laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku
umum; dan
Membantu seluruh pihak pengguna laporan keuangan dalam pengguna laporan keuangan dalam para pemakai laporan
untuk memahami dan menginterpretasikan informasi dalam menginterpretasikan informasi keuangan, dalam
menafsirkan standar laporan keuangan yang disusun sesuai dalam laporan keuangan yang menafsirkan informasi yang
dengan IFRS disusun sesuai dengan SAK disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun
sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.
untuk menyediakan informasi kepada untuk menyediakan informasi
pihak yang tertarik dengan pekerjaan kepada pihak yang tertarik dengan
IASB tentang pendekatannya dalam pekerjaan DSAK IAI tentang
penyusunan IFRS pendekatannya dalam penyusunan
SAK
Ruang Lingkup
Tidak diungkapkan secara tujuan pelaporan keuangan tujuan pelaporan keuangan tujuan pelaporan keuangan
eksplisit karakteristik kualitatif informasi karakteristik kualitatif informasi karakteristik kualitatif
keuangan yang berguna keuangan yang berguna informasi keuangan yang
berguna
definisi, pengakuan, pengukuran unsur-
definisi, pengakuan, pengukuran definisi, pengakuan,
unsur dalam laporan keuangan unsur-unsur dalam laporan pengukuran unsur-unsur
keuangan dalam laporan keuangan
konsep modal dan pemeliharaan modal konsep modal dan pemeliharaan konsep modal dan
modal pemeliharaan modal
Tujuan Pelaporan Keuangan Bertujuan Umum
Primary user: existing and Primary user: existing and potential Pengguna utama laporan keuangan Menjelaskan secara rinci
potential investors, lenders, investors, lenders, and other creditors. adalah investor saat ini dan investor pengguna laporan keuangan
and other creditors. Other user: regulators and members of potensial, pemberi pinjaman, serta (investor, karyawan, pemberi
Other user: regulators and the public kreditor lainnya. pinjaman, pemasok dan
members of the public Pengguna laporan keuangan lain kreditur usaha lainnya,
adalah misalnya manajemen dan pelanggan, pemerintah,
pemerintah. masyarakat) beserta
dengan kebutuhan informasi
masing-masing pengguna
1.3 ... Investors’, lenders’ OB3 ... Investors’, lenders’ and other 1.3 ... Ekspektasi investor, pemberi 14. Laporan keuangan juga
and other creditors’ creditors’ expectations about returns pinjaman, dan kreditor lainnya menunjukkan apa yang telah
expectations about returns depend on their assessment of the tentang imbal hasil bergantung pada dilakukan manajemen
depend on their amount, timing and uncertainty of (the penilaian jumlah, waktu, dan (stewardship), atau
assessment of the amount, prospects for) future net cash inflows to ketidakpastian dari (prospek untuk) pertanggungjawaban
timing and uncertainty of the entity. arus kas masuk neto masa depan ke manajemen atas sumber daya
(the prospects for) future net entitas. yang dipercayakan
cash inflows to the entity kepadanya. Pemakai yang
and on their assessment ingin menilai apa yang telah
of management’s dilakukan atau
stewardship of the pertanggungjawaban
entity’s economic manajemen berbuat demikian
resources. agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi;
Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan yang Berguna
Fundamental qualitative Fundamental qualitative characteristics: Karakteristik kualitatif fundamental, Empat karakteristik kualitatif
characteristics: - relevance (predictive value, yaitu: pokok adalah:
- relevance (predictive value, confirmatory value, materiality) - relevansi (relevance) - dapat dipahami
confirmatory value, - faithful representation (complete, - representasi tepat (faithful (understandability),
materiality) neutral, free from error) representation) (lengkap, netral, dan - relevan (relevance),
- faithful representation bebas dari kesalahan). - keandalan (reliable), dan
(complete, neutral, free from - dapat diperbandingkan
error) (comparability).
Enhancing qualitative Enhancing qualitative characteristics: Informasi keuangan andal
characteristics: - comparability Karakteristik kualitatif peningkat, jika bebas dari pengertian
- comparability - verifiability yaitu: yang menyesatkan, kesalahan
- verifiability - timeliness - keterbandingan (comparability), material, dan dapat
- timeliness - understandability - keterverifikasian (verifiability), diandalkan penggunanya
- understandability - ketepatwaktuan (timelines), dan sebagai penyajian yang jujur
- keterpahaman (understandability) (faithful representation).
Memasukkan kembali Konsep prudence atau pertimbangan Mengikuti IFRS 2010 , konsep Pertimbangan sehat
konsep prudence sebagai sehat ini dihilangkan pada IFRS 2010, prudence atau pertimbangan sehat (prudence)
karakteristik yang karena dianggap bertentangan dengan ini dihilangkan pada KKPK 2016, Penyusun laporan keuangan
mendukung netralitas. (2.16- konsep netralitas. karena dianggap bertentangan adakalanya menghadapi
17) dengan konsep netralitas. ketidakpastian peristiwa dan
Konsep prudence dipandang berpotensi keadaan tertentu, seperti
Adapun konsep prudence di menghasilkan laporan keuangan yang Konsep prudence dipandang ketertagihan piutang yang
sini tidak mempersyaratkan tidak netral, misalnya melalui berpotensi menghasilkan laporan diragukan, prakiraan masa
atau mengharuskan adanya pembentukan cadangan tersembunyi keuangan yang tidak netral, manfaat pabrik serta
asimetri, tetapi atau penyisihan (provision) berlebihan, misalnya melalui pembentukan peralatan, dan tuntutan atas
memperbolehkannya apabila dan sengaja menetapkan aktiva atau cadangan tersembunyi atau jaminan garansi yang
memang diperlukan dalam penghasilan yang lebih rendah atau penyisihan (provision) berlebihan, mungkin timbul.
memilih informasi yang pencatatan kewajiban atau beban yang dan sengaja menetapkan aktiva atau Ketidakpastian semacam itu
paling relevan dan paling lebih tinggi. penghasilan yang lebih rendah atau diakui dengan
tepat merepresentasikan pencatatan kewajiban atau beban mengungkapkan hakekat
peristiwa yang terjadi. yang lebih tinggi. serta tingkatnya dan dengan
menggunakan pertimbangan
sehat (prudence) dalam
penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan
sehat mengandung unsur
kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam
kondisi ketidakpastian,
sehingga aktiva atau
penghasilan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban
atau beban tidak dinyatakan
terlalu rendah
Konsep substance over QC12: Konsep substance over form Par 3.12: Konsep substansi 35 Substansi
form ditekankan kembali dihilangkan karena dianggap mengungguli bentuk mengungguli bentuk
secara eksplisit redundant dengan konsep faithful dihilangkan karena dianggap Jika informasi
representation. redundant dengan konsep dimaksudkan untuk
2.12 To be useful, representasi tepat. menyajikan dengan jujur
financial information must "To be useful, financial information "Agar dapat menjadi informasi transaksi serta peristiwa
not only represent relevant must not only represent relevant yang berguna, selain lain yang seharusnya
phenomena, but it must phenomena, but it must also merepresentasikan fenomena disajikan, maka peristiwa
also faithfully represent faithfully represent the phenomena yang tersebut perlu dicatat dan
the substance of the that it relevan, informasi keuangan disajikan sesuai dengan
phenomena that it purports to represent." juga harus merepresentasikan substansi dan realitas
purports to represent. In secara tepat fenomena yang ekonomi dan bukan hanya
many circumstances, the akan entuk hukumnya.
substance of an economic direpresentasikan."
phenomenon and its legal
form are the same. If they
are not the same,
providing information
only about the legal form
would not faithfully
represent the economic
phenomenon.
Laporan Keuangan dan Entitas Pelaporan
Hal ini baru diatur pada IFRS Belum diatur Belum diatur Tidak diatur
2018. Secara umum bab ini
menggambarkan ruang
lingkup laporan keuangan,
bahwa laporan keuangan
adalah salah satu bentuk
baku dari pelaporan
keuangan yang memuat
informasi mengenai aset,
liabilitas, ekuitas,
pendapatan, dan beban
entitas pelaporan.

Bab ini juga memberikan


pedoman umum terkait
entitas pelapor. Entitas
pelapor adalah entitas yang
memilih atau diwajibkan
untuk menyusun laporan
keuangan. Entitas pelapor
tidak harus berbentuk badan
hukum terpisah.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Definisi aset: Definisi aset: Definisi aset: Aktiva adalah sumber daya
An asset is a present An asset is a resource controlled by the Aset adalah sumber daya yang yang dikuasai oleh
economic resource entity as a result of past events and from dikuasai oleh entitas sebagai akibat perusahaan sebagai akibat
controlled by the entity as which future economic benefits are dari peristiwa masa lalu dan dari dari peristiwa
a result of past events. An expected to flow to the entity mana manfaat ekonomi masa depan masa lalu dan dari mana
economic resource is a diharapkan akan mengalir ke entitas manfaat ekonomi di masa
right that has the depan diharapkan akan
potential to produce diperoleh
economic perusahaan
benefits.
Definisi liabilitas: Definisi liabilitas: Definisi liabilitas: Kewajiban merupakan
A present obligation of the A liability is a present obligation of the
Liabilitas merupakan kewajiban hutang perusahaan masa kini
entity to transfer an entity arising from past events, the kini entitas yang timbul dari yang timbul dari peristiwa
economic resource as a settlement of which is expected to result
peristiwa masa lalu, yang masa lalu, penyelesaiannya
result of past events. An in an outflow from the entity of penyelesaiannya diharapkan diharapkan mengakibatkan
obligation is a duty of resources embodying economic benefits mengakibatkan arus keluar dari arus keluar dari sumber daya
responsibility that the sumber daya entitas perusahaan yang
entity has no practical yang mengandung manfaat mengandung manfaat
ability to avoid. ekonomi. ekonomi
Pengakuan dan Penghentian Pengakuan
Derecognition (penghentian Belum diatur Belum diatur
pengakuan) baru diatur pada
IFRS 2018.

Definisi derecognition:
the removal of all or part of a
recognised asset of liability
from an entity’s statement of
financial position.
5.26 (a) for an asset,
derecognition normally
occurs when the entity
loses control of all or part
of the recognised asset;

Penghentian pengakuan
aset terjadi ketika entitas
kehilangan kendali atas
keseluruhan atau
sebagian dari aset yang
telah diakui.
5.26 (b) for a liability,
derecognition normally
occurs when the entity no
longer has a present
obligation for all or part of
the recognised liability.

Penghentian pengakuan
liabilitas terjadi ketika
entitas tidak lagi memiliki
tanggung jawab atas
seluruh atau sebagian dari
kewajiban yang telah
diakui.

You might also like