You are on page 1of 106

Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

DAFTAR ISI

Daftar Isi ----- i


%
Editorial ----- ii
%
Politik Islah: Re-Negosiasi Islah, Konflik, dan Kekuasaan dalam
Nahdlatul Wathan di Lombok Timur ----- 1-14
%
Saipul Hamdi

Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo dalam Naskah


Lontarak Assalenna Bajo ----- 15-27
%
Benny Baskara

Biofilia dan Nekrofilia: Analisis Sosiologi Sastra Novel La Bête Humaine


Karya Emile Zola ----- 28-39
%
Ali Shahab

Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia: Analisis Wacana atas


Film Remaja Indonesia Tahun 1970-2000-an ----- 40-54
%
Ratna Noviani

Diskursus “Illegitimate Sexual Activity” Anak Bangsa dalam


Perspektif Tabloid Indonesia ----- 55-67
%
Nisa Kurnia I

Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Budidaya Ubi Jalar


di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari ----- 68-77
%
Amestina Matualage

Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur ----- 78-91


Saratri Wilonoyudho
%
Resensi ----- 92-98
Endy Saputro
%
Indeks ----- 99-102
%

i
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 29-42

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

EDITORIAL
Jurnal Kawistara terbit atas kesadaran akademik akan pentingnya publikasi ilmiah bagi
pengembangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada sejak awal pendiriannya berkomitmen untuk pengembangan bidang-bidang keilmuan
yang berbeda. Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora adalah aspek-aspek penting dalam pengem-
bangan keilmuan tersebut.
Ilmu-ilmu sosial dan humaniora berkembang secara pesat dan dinamis dalam konteks
internasional termasuk di Indonesia. Perkembangannya berjalan secara paralel dalam kon-
teks teoritis maupun metodologis. Bentuk-bentuk pendekatan dan perspektif baru diproduksi
kemudian dikonsumsi dan sesudahnya direproduksi kembali secara terus-menerus sehing-
ga menghasilkan satu paradigma keilmuan yang tidak lagi bersifat mono-interpretasi dan
mono-perspektif tetapi lebih bersifat multi-interpretasi dan multi-perspektif serta sangat
dinamis. Hal inilah yang memperkaya bidang-bidang keilmuan ini sehingga terkadang se-
makin sulit dilacak faktor-faktor yang seringkali dianggap bersifat standar, valid, atau ob-
jektif di dalam bidang itu sendiri. Justru sebaliknya, muncul pendekatan-pendekatan kritis
yang seringkali mempertanyakan yang dianggap bersifat standar, objektif, atau valid terse-
but. Bukankah standar, objektivitas dan validitas juga dibuat oleh rejim kekuasaan terten-
tu? Demikian beberapa ahli berpendapat. Justru inilah tantangan ke depan bidang-bidang
keilmuan ini yang sekarang semakin dirasakan dalam lingkungan akademik di Indonesia,
khususnya di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Pada edisi awal ini ada tujuh artikel yang dipilih untuk dipublikasikan. Artikel pertama
berjudul Politik Islah: Re-Negosiasi Islah, Konflik, dan Kekuasaan dalam Nahdlatul Wathan
di Lombok Timur. Artikel ini mencoba melihat persoalan konflik organisasi dari perspektif
studi agama yang pendekatannya menggunakan kaca mata relasi kekuasaan. Penulis ar-
tikel, yakni Saipul Hamdi mencoba mengeksplorasi latar belakang dan motivasi terjadinya
islah di antara dua kubu yang berseteru di dalam organisasi Nahdlatul Wathan yang nota
bene bersaudara.
Artikel kedua ditulis oleh Benny Baskara yang berjudul Manifestasi Identitas Islam Suku
Bajo dalam naskah Lontarak Assalenna Bajo. Benny Baskara mencoba menjelaskan bahwa
Islam ternyata menjadi bagian dari proses identitas orang-orang Bajo. Meskipun sebagai
komunitas nomad yang seringkali disebut sebagai gyspi laut dan tradisional, mereka ter-
nyata memiliki catatan kehidupan yang mereka tulis sendiri. Dengan demikian, budaya
tulisan yang merupakan cerminan masyarakat modern juga dipraktikkan oleh masyarakat
ini. Tulisan dalam Lontarak Assalenna Bajo inilah yang menjadi fokus tulisan Benny Baskara.
Tulisan ketiga berjudul Biofilia dan Nekrofilia: Analisis Sosiologi Sastra Novel La Bête
Humaine karya Emile Zola. Ali Shahab mencoba menganalisis novel karya pengarang terke-
nal Prancis tersebut dengan pendekatan strukturalisme genetik. Pandangan dunia penga-
rang yang menjelaskan vision du monde atau pandangan dunia secara umum dalam kon-
teks masyarakat tertentu, yang dalam hal ini Prancis dicermati dalam tulisan ini.
Penulis selanjutnya adalah Ratna Noviani yang menulis tentang Konsep Diri Remaja
dalam Film Indonesia: Analisis Wacana atas Film Remaja Indonesia Tahun 1970-2000-an.

ii
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

Ratna Noviani berpendapat bahwa film merupakan representasi zaman yang bisa menjadi
alat untuk melihat dinamika kehidupan masyarakat pada masa tertentu. Remaja menjadi
topik yang dibicarakan dalam tulisan ini. Persoalan yang diangkat adalah mengenai kon-
sep diri fisik dan konsep diri psikologis mereka.
Artikel selanjutnya dalam bidang kajian yang sama berjudul Diskursus “Illegitimate
Sexual Activity” Anak Bangsa dalam perspektif Tabloid Indonesia. Dalam artikel ini, Nisa
Kurnia menjelaskan bahwa seksualitas yang tidak dilegitimasi atau tidak diakui oleh nega-
ra terjadi karena ada pendefinisian mutlak di tangan negara terhadap persoalan orientasi
seksualitas tersebut. Artikel ini mencoba mengeksplorasi penggunaan bahasa maskulin he-
teroseksual oleh media massa Indonesia. Penulis menggunakan metode analisis wacana.
Tulisan berikutnya berjudul Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Budidaya
Ubi Jalar di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari. Penulis artikel ini adalah Ames-
tina Matualage. Penulis memberikan ulasan mengenai bentuk-bentuk pembelajaran ber-
dasarkan kearifan lokal dalam upaya pengembangan budidaya ubi jalar yang merupakan
salah satu makanan pokok yang populer di wilayah Papua.
Artikel terakhir oleh Saratri Wilonoyudho yang tertarik meneliti persoalan pertumbuh-
an megaurban di wilayah Kedungsepur. Saratri memulai dari pendapat bahwa kawasan
urban mengalami pertumbuhan yang sangat cepat akibat pertumbuhan penduduk dan juga
ekonomi. Wilayah Kedungsepur mengalami trauma yang sama. Hal ini akibat masuknya
imigran dari wilayah-wilayah lain. Penulis berargumen bahwa migran dari wilayah inti
memberikan dampak pada pertumbuhan megaurban yang berbeda dengan migran dari
wilayah yang lain. Penulis menawarkan model yang komprehensif untuk penanganan ma-
salah demografi ini.
Artikel-artikel di atas perlu dicermati lebih lanjut sebagai bahan diskusi dan refleksi
terhadap perspektif keilmuan dan paradigma penelitian dalam bidang sosial humaniora.
Selamat Membaca.

iii
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 29-42

iv
Saipul Hamdi -- Politik Islah

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

POLITIK ISLAH:
RE-NEGOSIASI ISLAH, KONFLIK, DAN KEKUASAAN
DALAM NAHDLATUL WATHAN
DI LOMBOK TIMUR
Saipul Hamdi
Program Studi Manajemen Lingkungan, Jurusan Manajemen Hutan, Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda, Kalimantan Timur
Email: hamdi_ugm@yahoo.com

ABSTRACT
This article aims to examine how islah or reconciliation was achieved by Nahdlatul Wathan’s elites.
The conflict of NW in 1998 is one of the protracted conflicts in Lombok because the negotiation process of
islah has been failed. Both groups did not find an appropriate point or an ideal format of islah proposal.
Through long way process of negotiation which is more than one decade finally both groups have achieved
an agreement of islah on Mei 2010. In particular, this article aims to explore what are the backgrounds and
what are motivations of NW islah between both groups? What are the efforts of NW elite for conducting
islah during the conflict of NW? This article also aims to understand what the format of islah that they
have achieved and how they maintain the continuity of islah commitment and agreement? This article
based on ethnographic research during two years (2008-2010) in East Lombok West Nusa Tenggara. In
term of collecting and analyzing data it applied qualitative method. While the technique of collecting data
it applied participant-observation, in-depth interview, and focus group discussion.
Keywords: Islah, Politic, Conflict, Nahdlatul Wathan

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk menguji bagaimana islah atau rekonsiliasi dapat tercapai di kalangan
elite-elite Nahdlatul Wathan (NW). Konflik NW 1998 merupakan salah satu konflik yang berkepanjan-
gan karena proses negosiasi islah selalu kandas di tengah jalan. Kedua kubu belum menemukan titik
temu atau format yang tepat mengenai proposal islah NW. Melalui proses negosiasi yang panjang akhir-
nya pada bulan Mei 2010 kedua kubu NW mencapai kesepakatan untuk islah. Secara khusus artikel ini
bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana latar belakang dan motivasi terjadinya islah antara kedua
kubu? Bagaimana upaya-upaya islah yang dilakukan selama konflik berlangsung? Selain itu, artikel ini
juga bertujuan untuk memahami format islah yang telah disepakati dan bagaimana mereka memperta-
hankan islah tersebut? Artikel ini merupakan hasil penelitian selama dua tahun (2008-2010) di Lombok
Timur Nusa Tenggara Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi dengan
menggunakan metode kualitatif untuk pengambilan dan analisa data. Sedangkan teknik pengambilan
data dilakukan melalui observasi-partisipasi, wawancara mendalam, dan fokus diskusi kelompok.
Kata Kunci: Islah, Politik, Konflik, Nahdlatul Wathan

1
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

PENGANTAR Artikel ini membahas konflik komunal


Konflik merupakan salah satu ancaman internal organisasi (NW) dan upaya-upaya
besar yang dihadapi bangsa Indonesia pada islah atau rekonsiliasi yang dilakukan oleh
masa Reformasi. Jatuhnya rezim Suharto kelompok elite. Konflik NW termasuk kon-
1998 ditandai dengan munculnya berbagai flik yang berkepanjangan karena setip upa-
konflik komunal hampir di setiap daerah di ya proses negosiasi islah antara agen selalu
Indonesia (Anwar et al., 2005; Nugroho et mengalami kegagalan. NW adalah organisa-
al., 2004). Konflik yang muncul pada masa si sosial keagamaan lokal yang didirikan
Reformasi lebih bersifat komunal yang me- pada tahun 1953 oleh Tuan Guru Hajji
libatkan sebuah masyarakat, komunitas, or- (TGH) Muhammad Zainuddin Abdul Ma-
ganisasi atau institusi sosial (Tomagola, 2006; djid atau lebih dikenal dengan Maulana
Colombijn, 2001). Konflik tidak hanya di- Syaikh di Pancor, Lombok Timur. Dalam
sebabkan oleh perbedaan identitas budaya, waktu yang tidak lama NW mengalami ke-
bahasa, dan agama, tetapi juga karena majuan yang sangat pesat dan menjadi ke-
adanya kepentingan ekonomi, politik, dan lompok mayoritas Muslim terbesar di Lom-
kekuasaan. Anthony Giddens mengatakan bok. Jumlah warga NW di Lombok diper-
bahwa konflik sangat dekat dengan ideolo- kirakan 2 juta orang sehingga ia memiliki
gi, politik, dan kekuasaan. Bahkan sebagian peran penting di dalam pembangunan civil
besar konflik yang muncul hanya disebab- society dan pemerintahan (Baharuddin,
kan oleh faktor kekuasaan (Giddens, 1989: 2007: 111-115; Rasmianto dan Baharuddin,
571). Konflik komunal di Ambon, Maluku, 2004: 42; Nu’man, 1999: 32).
Poso, Kalimantan, dan Lombok memiliki Sebagai organisasi besar di tingkat lokal
kaitan yang kuat dengan kepentingan poli- NW menghadapi berbagai persoalan baik
tik, ekonomi, dan kekuasaan. Kuatnya pe- dari internal maupun eksternal. NW meng-
ngaruh dari faktor-faktor tersebut menye- alami konflik dan perpecahan setelah pendi-
babkan konflik terus mengalami polarisasi, ri NW Maulana Syaikh wafat tahun 1997.
reproduksi, dan eskalasi di masyarakat (Van Terdapat dua kubu yang muncul pasca-
Klinken, 2005: 94, 99; Wilson, 2008: 130- Syaikh yang dipimpin oleh kedua keluarga
131). putrinya yaitu kubu Rauhun (R1) dan Raiha-
Lombok merupakan salah satu daerah nun (R2). Kedua kubu dan pendukungnya
rawan konflik sejak rezim Orde Baru turun bersaing memperebutkan posisi sebagai
dari tahta kekuasaan. Dalam satu dekade pemimpin NW yang baru menggantikan
terakhir telah terjadi berbagai konflik komu- Syaikh (Macdougall, 2007: 286). Konflik NW
nal seperti konflik antara kampung, antara mengalami puncak pada Muktamar NW ke
agama, dan konflik internal keagamaan 10 tahun 1998 di Praya, Lombok Tengah.
yang melibatkan organisasi-organisasi Islam. Hasil Muktamar Praya menunjukkan bah-
Konflik agama sangat dominan mewarnai wa salah satu kubu terpilih sebagai Ketua
konflik komunal di Lombok seperti konflik Umum Pengurus Besar NW, namun hasil
antara agama Islam dengan Kristen (2000), Muktamar ini tidak diterima oleh kubu yang
konflik internal organisasi Nahdlatul lain yang menilai tidak sah dan melanggar
Wathan (1998-2009), konflik antara jamaah aturan organisasi. Hasil Muktamar melahir-
Ahmadiyah dengan masyarakat lokal (2002- kan pro dan kontra di kalangan jamaah NW
2011), konflik kelompok Amphibi dengan dan akhirnya berubah menjadi konflik so-
komunitas Hindu di Mataram (1999) dan sial yang berkepanjangan (Saprudin, 2005;
dengan masyarakat di desa Perampauan Nazri, 2000).
(2000) di Lombok Barat, dan konflik LDII Konflik NW pasca-Muktamar Praya
dengan masyarakat lokal (2002) di Lombok 1998 belum memperlihatkan adanya tanda-
Timur (Kristiansen, 2003: 121-122; Avonius, tanda islah antara kedua kubu. Selama satu
2004: 66; Macdougall, 2007: 297; Smith dan dekade lebih upaya-upaya islah NW selalu
Hamdi, 2009: 2). kandas dan gagal di tengah jalan karena
2
Saipul Hamdi -- Politik Islah

disebabkan oleh berbagai faktor. Di tengah Muhammad Noor secara organisatoris tidak
kebuntuan proses negosiasi islah secara ada hubungan antara keduanya karena ja-
mengejutkan kedua kubu NW mencapai rak waktu yang cukup jauh, meskipun
kesepakatan islah pada bulan Mei 2010. Is- Syaikh pernah diangkat sebagai konsulat
lah NW yang mendadak ini menimbulkan NU di tahun 1950 perwakilan dari pulau
kontraversi di masyarakat karena sarat de- Sunda Kecil (Noor et al., 2004: 304).
ngan kepentingan politik elite-elite NW. Is- NW fokus di tiga bidang pembangunan
lah NW tidak bisa dipisahkan dari proses yaitu pendidikan, sosial dan dakwah. Jum-
pencalonan salah satu tokoh NW dari kubu lah lembaga pendidikan di bawah naungan
R2 sebagai calon bupati pada Pilkada di NW sebanyak 1.500 buah dari tingkat SD
Lombok Tengah. Untuk memenangkan hingga perguruan tinggi (Noor et al., 2004;
Pilkada ini dibutuhkan penyatuan suara Nu’man, 1999). Pembangunan lembaga-
NW dari kedua kubu, jika tidak maka sulit lembaga pendidikan ini dilakukan melalui
bagi calon dari NW untuk meraih kemenang- peran kader yang tersebar di berbagai dae-
an. Bagaimana proses islah dan motivasi rah di Lombok. NW juga mendirikan panti
yang melatarbelakanginya akan dibahas asuhan untuk anak yatim dan anak kurang
berikutnya. mampu. Mereka disekolahkan dan diberi
Lombok Timur adalah kabupaten yang beasiswa hingga selesai. Untuk kegiatan
paling padat penduduknya di provinsi NTB dakwah para tuan guru NW mengadakan
yakni 1.053.347 jiwa, dengan kategori laki- pengajian keliling desa. Pengajian ini diha-
laki 480.791 jiwa, dan perempuan 572.556 diri oleh jamaah NW dari berbagai desa dan
jiwa (BPS Lombok Timur, 2006: 73-91). Laju sifatnya harian, mingguan, bulanan, dan
pertumbuhan penduduk di Lombok Timur tahunan. NW mengembangkan tradisi ritual
dan lapangan kerja yang semakin menyem- yang dikenal dengan hiziban, wiridan atau
pit berdampak pada tingginya jumlah bu- zikiran, barzanji, dan syafa’ah. NW juga
ruh migran (TKI) yang bekerja ke luar negeri mengembangkan kesenian dengan mencip-
seperti di Malaysia dan Arab Saudi. takan lagu-lagu berbahasa Arab, Indonesia,
Masyarakat Lombok Timur menganut ber- dan bahasa Sasak (Noor et al., 2004;
bagai macam agama dan aliran kepercayaan Nu’man, 1999; Baharuddin dan Rasmian-
seperti Islam, Hindu, dan Kristen. Islam ada- to, 2004).
lah agama mayoritas masyarakat Lombok NW menganut aqidah Ahlussunnah wa
Timur. Al-Jama’ah dengan menerapkan mazhab
NW didirikan oleh Maulana Syaikh Syafi’i sebagai mazhab tunggal organisasi.
pada tahun 1953 di Pancor, Lombok Timur, Asas organisasi NW adalah Pancasila sesuai
dan NTB. Kata NW berasal dari bahasa Arab dengan undang-udang nomor 8 tahun 1985.
yakni nahdlah berarti kebangkitan atau per- Khittah NW adalah tidak berafiliasi kepada
gerakan, dan wathan berarti tanah air, se- salah satu organisasi politik dan organisasi
dangkan Nahdlatul Wathan artinya gerakan sosial kemasyarakatan mana pun (Nu’man,
tanah air (Nu’man, 1999: 48). Istilah NW 1999; Noor et al., 2004). Dalam praktiknya
bukan lahir dari Syaikh, tetapi telah di- khittah ini berbeda karena NW sejak berdiri
kembangkan oleh Kiai Wahab Hasbullah telah aktif di kegiatan politik praktis. Pada
dan Kiai Mansur sebagai nama organisasi Pemilu pertama 1950 pendiri NW aktif di
pergerakan di Surabaya tahun 1916 (Noor Partai Masyumi dan pernah menduduki ja-
et al., 2004: 294). Selain NW mereka juga batan Penasehat Partai Masyumi di tahun
membentuk Nahdlatul Tujjar (NT) dan Nah- 1952. Setelah Masyumi dibubarkan dia ikut
dlatul Fikri (NF). Fakta sejarah ini menim- membentuk Parmusi bersama tokoh-tokoh
bulkan pertanyaan, apakah terdapat hu- dari ormas lain (Noor et al., 2004: 245-246).
bungan antara NW versi Hasbullah dan Sejak Orde Baru muncul NW bergabung de-
Mansur dengan NW versi Syaikh. Menurut ngan Sekertariat Bersama (Sekber) Partai

3
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

Golkar dan pada tahun 1970 NW secara ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
resmi bermitra dengan Partai Golkar (Noor sebagian besar aktor yang terlibat konflik
et al., 2004: 257-248). 1998 ini adalah aktor-aktor lama yang per-
Perubahan sistem demokrasi dengan nah terlibat konflik 1977. Dengan demikian
multi-partai di Indonesia pasca-Suharto konflik NW adalah konflik ‘warisan’ antara
memposisikan NW sebagai organisasi yang keluarga dan kerabat Syaikh yang ingin me-
sangat diperhitungkan oleh partai politik na- nguasai seluruh modal ekonomi, non-
sional. Di Era Reformasi, afiliasi politik NW ekonomi, dan modal simbolik di dalam NW.
ikut mengalami perpecahan karena kondisi Konflik NW terjadi pada masa transisi
NW yang sedang mengalami konflik inter- di tingkat lokal dan nasional. Pendiri NW
nal. Pada Pemilu 1999 kubu R1 bergabung wafat pada 1997 bersamaan dengan mun-
dengan PDR dan kubu R2 memilih tetap ber- culnya krisis ekonomi menimpa Indonesia
sama Partai Golkar. Pada Pemilu 2004 ke- yang berdampak pada reformasi dan tran-
dua kubu kembali mengganti bendera par- sisi politik dari Orde Baru ke Reformasi
tai politiknya, kubu R1 berafiliasi ke Partai (Hadi, 2010; Nazri 2001; Hamdi, 2011). Masa
Bulan Bintang (PBB), dan kubu R2 berafiliasi transisi ini memiliki pengaruh pada insta-
ke Partai Bintang Reformasi (PBR). Kedua bilitas sosial-politik di masyarakat termasuk
partai afiliasi NW PBB dan PBR selalu ma- instabilitas di kalangan jamaah NW. Keper-
suk tiga besar dalam perolehan suara di gian Syaikh melahirkan pertanyaan siapa
tingkat lokal. Mereka juga berhasil meng- yang akan mengganti posisinya sebagai
antarkan salah satu kadernya sebagai ang- pemimpin NW khususnya dan ummat Islam
gota DPR RI. Dikarenakan perolehan kedua pada umumnya? Syaikh tidak memiliki anak
partai ini tidak mencapai Parliamentary laki-laki tetapi hanya dua anak perempuan
Threshold (PT) pada Pemilu 2009 di tingkat Rauhun (R1) dan Raihanun (R2) yang lahir
nasional, maka NW disinyalir akan bergan- dari ibu yang berbeda karena dia menganut
ti partai politik. Menurut informasi di la- poligami. Wafatnya Syaikh merupakan se-
pangan NW kubu R1 akan bergabung ke buah babak baru bagi organisasi dan jamaah
Demokrat sedangkan R2 bergabung ke Ge- NW. Selama ini NW selalu identik dengan
rindra. Syaikh karena selain menjadi pendiri NW,
dia juga dikenal sebagai pemimpin yang
Muktamar Praya: Konflik Tafsir Agama kharismatik yang sangat disegani dan dihor-
atas Kepemiminan Perempuan mati.
Konflik sosial yang muncul di masya- Kepergian tokoh kharismatik NW diikuti
rakat tidak terjadi secara instan, tetapi hasil dengan munculnya konflik dan perpecah-
dari proses, sejarah, relasi, dan interaksi so- an terbuka antara keluarga, kerabat, dan
sial yang panjang antara agen-agen sosial elite-elite NW. Meskipun konflik keluarga
di masyarakat (Broomley, 2002; Tambiah, dan elite-elite NW ini pada dasarnya telah
1996; Horowitz, 1985). Konflik NW 1998 muncul sejak Syaikh masih hidup, namun
merupakan akumulasi dari konflik sebelum- bersifat sembunyi-sembunyi karena para
nya, puncak dari proses rentetan sejarah aktor konflik merasa sungkan dengan Syaikh
panjang yang melibatkan elite-elite NW yang memiliki kharisma yang kuat. Konflik
dalam pertarungan perebutan kekuasaan keluarga Syaikh selain karena persaingan
dan dominasi sumber-sumber modal di juga karena sikap elite-elite NW yang tidak
dalam dan luar NW (Hamdi, 2011; Hadi, pernah netral memperlakukan kedua putri
2010; Saprudin, 2005). Meskipun terlalu Syaikh. Padahal Syaikh di beberapa kesem-
jauh mengaitkan hubungan konflik NW patan telah berpesan kepada jamaahnya
1998 dengan konflik NW 1977 karena kon- untuk bersikap netral dan tidak membeda-
teks yang berbeda, tetapi secara tidak lang- bedakan keduanya. Syaikh mengatakan
sung terdapat benang merah yang meng- bahwa kedua putriku adalah ibarat kedua
hubungkan konflik yang berbeda dekade mataku dan siapa yang berpihak kepada
4
Saipul Hamdi -- Politik Islah

salah satu di antara mereka sama artinya Ada dua tahapan pemilihan calon Ke-
dengan menusuk salah satu mataku. Sikap tum yaitu penjaringan bakal calon dan pe-
kelompok elit NW yang diskriminatif sangat milihan calon Ketum. Seorang bakal calon
mempengaruhi determinasi konflik dan per- berhak maju untuk tahap kedua jika mem-
pecahan yang terjadi di kalangan keluarga peroleh minimal 18 suara dari 92 suara. Dari
Syaikh. hasil tahap pertama penjaringan bakal ca-
Kekuatiran berbagai pihak akan mun- lon Ketum terdapat dua nama yang mun-
cul konflik dan perpecahan terbuka antara cul yaitu Raihanun dan Ma’sum Ahmad.
kedua kubu NW pasca-wafatnya Syaikh Raihanun didukung oleh kubu R2 sedang-
menjadi kenyataan. Konflik NW tidak da- kan Ahmad didukung oleh kubu R1. Raiha-
pat dihindari dan mengalami puncak pada nun memperoleh 54 suara, dan Ahmad 34
Muktamar ke-10 di Praya Lombok Tengah suara, 1 abstain, 1 batal, dan 2 utusan tidak
1998 (Nazri, 2001; Hamdi, 2011; Hadi, ikut memilih (Hamdi, 2011: 186; Mugni,
2010). Nuansa Muktamar kali ini berbeda 2005: 2003). Munculnya nama Raihanun
dengan Muktamar-muktamar NW sebelum- pada bursa bakal calon Ketum tidak pernah
nya. Setidaknya ada tiga hal yang membe- diperkirakan sebelumnya oleh kubu R1 kare-
dakannya, yaitu (1) muktamar ini tidak di- na selama ini dia dikenal sebagai ibu rumah
ikuti oleh pendiri sekaligus pemimpin kharis- tangga. Kesuksesan Raihanun tidak lepas
matik NW karena dia telah wafat. Biasanya dari posisinya sebagai putri Syaikh dan juga
Syaikh selalu hadir di acara Muktamar NW pengaruh kuat suaminya yang memiliki
dan memiliki peran dan pengaruh besar pengikut yang fanatik ketika memimpin NW
untuk menentukan formasi struktur kepeng- bersama Syaikh (Hadi, 2010: 58; Hamdi,
urusan organisasi; (2) muktamar ini sarat 2011: 187).
dengan kepentingan politik para elit dalam Selesai penghitungan hasil tahap perta-
perebutan posisi-posisi penting di dalam ma sidang Muktamar diskor untuk istirahat
kepengurusan organisasi NW. Sebagaima- dan Shalat Jumat. Kubu R1 cukup resah de-
na telah disebutkan di atas bahwa ada dua ngan hasil Mutamar apalagi nama yang
kubu yang muncul bersaing memperebutkan muncul adalah putri Syaikh yang tentunya
kursi kepemimpinan NW; (3) Muktamar NW sulit untuk dikalahkan. Dia hanya dapat
diadakan pada masa transisi dari Orde Baru ditandingi oleh kakaknya Rauhun, namun
ke Reformasi. Masa transisi dengan turun- dia terlanjur tidak mencalonkan diri dengan
nya Suharto telah menimbulkan ketidaksta- alasan menghindari konflik keluarga. Sidang
bilan sosial-politik di tingkat nasional. Kon- Muktamar untuk tahap kedua dimulai lagi
disi ini secara tidak langsung berpengaruh setelah selesai shalat jumat. Sebelum sidang
terhadap kondisi sosio-politik lokal di Lom- dimulai Ahmad seorang calon dari kubu R1
bok termasuk juga di dalam konteks politik mempertanyakan kepada ketua sidang ten-
NW. tang keabsahan status perempuan sebagai
Muktamar Praya diwarnai persaingan pemimpin dalam mazhab Syafi’i.
dan pertaruhan gengsi elite-elite NW dari ke- Menurut penafsiran Ahmad dan kubu
dua kubu. Menjelang Muktamar mobilisasi R1 bahwa mazhab Syafi’i tidak memboleh-
massa dan manuver-manuver politik terus kan perempuan sebagai pemimpin termasuk
dilakukan oleh para elite dalam rangka me- pemimpin organisasi, sementara NW hanya
menangkan calon mereka. Acara Muktamar menganut mazhab ini. Merespons perta-
berlangsung dari tanggal 24-26 Juli 1998 di nyaan Ahmad anggota Dewan Syuro PB
lapangan Koni Praya Lombok Tengah. Pe- NW terdiri dari TGH. Ruslan Zain dan TGH.
serta Muktamar yang berhak memberikan Hilmi Najamuddin mengatakan bahwa
suara pada pemilihan calon ketua umum tidak ada larangan bagi kaum perempuan
(Ketum) PB NW sebanyak 92 orang (Hamdi, sebagai pemimpin di dalam mazhab Syafi’i
2011: 185; Mugni, 2005: 22). khususnya pemimpin organisasi. Menurut

5
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

penafsiran mereka mazhab Syafi’i tidak bentuk legitimasi. Jika massa mereka lebih
membolehkan perempuan sebagai pemim- besar dari massa kubu yang lain, maka teri-
pin hanya pada kasus-kasus tertentu seper- tori tersebut diklaim sebagai milik mereka
ti menjadi kepala negara, imam shalat bagi dan tidak boleh bagi kubu lain melakukan
laki-laki, dan menjadi hakim pidana (Hadi, kegiatan keorganisasian termasuk pengajian
2010: 58; Hamdi, 2011: 188; Saprudin, di wilayah itu. Keduanya berupaya saling
2005). menggagalkan pengajian karena dinilai
Mendengar respons dari anggota De- politis dan merebut teritori kekuasaan mere-
wan Syuro PB NW yang notabenenya ada- ka. Proses dan mekanisme meluasnya kon-
lah pendukung R2, Ahmad, dan kubu R1 flik dan kekerasan akan dibahas berikutnya.
menyatakan tidak puas. Ahmad mengun-
durkan diri sebagai salah satu calon Ketum PEMBAHASAN
dan menyatakan tidak akan bertanggung Meluasnya Konflik NW:
jawab dengan hasil Muktamar. Dia dan pen- dari Wacana ke Praktik Konflik
dukungnya walk out dari arena Muktamar, Perang wacana yang terjadi antara elite-
sedangkan peserta Muktamar yang lain elite NW dari kedua kubu pasca-Muktamar
(mayoritas pendukung R2) tetap melanjut- Praya telah berubah menjadi praktik kon-
kan agenda pemilihan calon Ketum. Mere- flik dan kekerasan antara pendukung mere-
ka secara aklamasi memilih Raihanun kare- ka. Wacana yang berkembang adalah ma-
na Ahmad mengundurkan diri. Raihanun sing-masing mengklaim sebagai kelompok
resmi dilantik sebagai Ketum PB NW untuk yang sah dan legitimate dan menyalahkan
masa jabatan 1998-2003. Hasil Muktamar kelompok yang lain. Proses produksi dan
Praya melahirkan pro dan kontra di ka- reproduksi wacana dikonstruksi dan dire-
langan jamaah NW. Kubu R1 menolak ha- produksi melalui media agama yaitu pe-
sil Muktamar karena dinilai melanggar atur- ngajian. Wacana agama difungsikan sebagai
an organisasi yang menganut mazhab pendukung dan penguat wacana kekuasaan
Syafi’i, sedangkan kubu R2 menilai kepe- yang diproduksi oleh kedunya. Apa yang
ngurusan mereka telah sah dan tidak me- dikatakan dan diwacanakan oleh elite NW
langgar ajaran mazhab Syafi’I (Hadi, 2010; menjadi ‘kebenaran mutlak’ yang diterima
Hamdi, 2011; Saprudin, 2005; Smith dan begitu saja oleh jamaah NW. Wacana ini
Hamdi, 2009). Terjadi konflik tafsir agama ibarat ‘sabda’ yang mempunyai kekuatan
tentang kepemimpinan perempuan di kedua magis yang dapat membentuk dan mempe-
kubu yang mengklaim sebagai kelompok ngaruhi perilaku dan tindakan para jamaah
mereka yang benar dan kelompok lain yang (Foucault, 1972: 80; Mills, 1997: 3; Bourdieu,
salah. 1977: 80). Mereka akan mengikuti seluruh
Kedua kubu aktif menyosialisasikan ha- instruksi elit tanpa bertanya asal-usul, orien-
sil Muktamar melalui pengajian di desa-desa tasi dan dampaknya terhadap kehidupan
yang menjadi basis pendukung mereka. Ke- mereka. Misalnya ketika mereka diundang
dua kubu menggunakan agama sebagai alat ke medan perang untuk bertempur, maka
legitimasi wacana dan media agama sebagai dengan suka rela mereka datang melaksa-
alat reproduksi wacana dengan melibatkan nakan tugas yang diklaim sebagai perang
para Tuan Guru sebagai agen. Implikasinya suci.
konflik dan kekerasan antara jamaah kedua Praktik konflik dan kekerasan yang di-
kubu sulit untuk dihindari ketika mereka di lakukan antara jamaah NW mengalami po-
dalam satu desa. Kedua kubu berkompetisi larisasi dan reproduksi dari satu tempat ke
memperoleh legitimasi kekuasaan dari tempat yang lain. Hijrahnya tokoh dan
masyarakat NW. Elite-elite NW tidak ha- jamaah NW kubu R2 dari Pancor setelah
nya memperebutkan massa, tetapi juga ter- mendapat tekanan dan serangan kelompok
itori pengajian yang dinilai penting sebagai R1 tidak membuat konflik berhenti begitu

6
Saipul Hamdi -- Politik Islah

saja, justru konflik semakin meluas ke desa- natang. Tidak ada data pasti yang menye-
desa yang menjadi basis jamaah NW (Mac- butkan berapa jumlah orang yang mening-
dougall, 2007; Hamdi, 2011; Hadi, 2010). gal dalam perang ‘atas’ ini.
Apalagi secara organisatoris NW menganut Wilayah-wilayah yang rawan konflik
dualisme kepemimpinan setelah kubu R1 dan kekerasan adalah kecamatan Suralaga,
mengadakan Muktamar Reformasi pada ta- Selong, Masbagik, Kota Raja, Wanasaba,
hun 1999. Dualisme kepemimpinan di dalam Peringgasela, Peringgabaya, Suka Mulia,
NW memposisikan jamaah pada pilihan dan Aikmel. Konflik mengalami ekstrimasi
yang sulit dan dilematis karena harus me- jika terdapat elite-elite NW terutama Tuan
milih salah satu dari dua kubu NW yang ada Guru dari kedua kubu di dalam satu desa.
(Hamdi, 2011; Smith dan Hamdi, 2009; Konflik dan kekerasan tidak bisa dihindari
Hadi, 2010). Meskipun pilihan netral adalah karena para Tuan Guru saling berebut sim-
pilihan yang ideal dalam struktur konflik pati massa dan ingin menunjukkan ke-
NW, tetapi mereka yang memilih posisi ini kuatan kubu masing-masing di desa terse-
akan mengalami diskriminasi dan seringka- but. Kerusuhan pertama terjadi di Pancor
li dicurigai oleh salah satu kubu atau dari 1998 ketika pendukung R1 menyerang tokoh
kedua kubu NW. Sementara jika memihak dari kubu R2 (Mugni, 2005: 32; Nazri, 2001:
salah satu kubu sama artinya melibatkan diri 14; Hamdi, 2011: 242).
ke dalam konflik. Pilihan yang sulit dan Pendukung kedua kubu terus saling
dilematis ini terus menghantui jamaah NW meneror dan melakukan tindak kekerasan.
selama satu dekade sampai lahirnya konse- Kubu R1 lebih diuntungkan karena mayori-
sus untuk islah. tas masyarakat Pancor adalah pendukung
Kekerasan antara jamaah NW lebih ba- mereka. Rumah dan toko-toko milik tokoh
nyak terjadi di Lombok Timur daripada di R2 dijadikan sasaran serangan oleh pen-
Lombok Tengah dan Barat. Meskipun dukung R1 yang kecewa dengan sikap mere-
demikian konflik dan kekerasan ini melibat- ka yang tidak netral dengan putri Syaikh.
kan hampir seluruh jamaah di Lombok. Pe- Di antara Tuan Guru yang menjadi target
rang NW bukan hanya perang antara warga serangan adalah TGH. Anas Hasyri, TGH.
NW tetapi perang antara pepadu atau orang Mahmud Yasin, dan TGH. Tahir. Serangan
sakti yang saling menguji tingkat kesaktian demi serangan terus dilakukan oleh pen-
ilmu mereka (Hamdi, 2011: 240: Smith dan dukung R1 yang berakhir dengan hijrahnya
Hamdi, 2009). Para pepadu memanfaatkan kubu R2 dan pendukungnya dari Pancor ke
konflik NW sebagai ajang pembuktian desa Kalijaga kemudian ke desa Anjani.
tingkat kesaktian mereka. Sementara di satu Peristiwa di Pancor hanya merupakan
sisi kedua kubu saling mengundangkan pe- babak awal terjadinya konflik dan kekerasan
padu dari desa-desa lain untuk memperkuat antara jamaah NW. Perang terbuka terus
pertahanan dan serangan mereka. meluas ke wilayah-wilayah lain di Lombok
Menurut informasi di lapangan, perang Timur setelah kubu R2 meninggalkan Pan-
‘atas’ lebih dahsyat daripada perang ‘ba- cor dan membangun kekuatan di desa Kali-
wah’. Yang dimaksud dengan istilah perang jaga dan Anjani. Pada tahun 2000 terjadi
‘atas’ adalah perang di udara yang melibat- kerusuhan antara kedua pendukung di desa
kan orang-orang sakti yang berkelahi de- Gotong Royong ketika pengajian kubu R1
ngan cara terbang dan biasanya dilakukan berusaha digagalkan oleh kubu R2. Tidak
pada malam hari. Sedangkan perang ada korban jiwa dalam peristiwa ini, hanya
‘bawah’ adalah perang di darat yang meli- beberapa orang terluka (Hamdi, 2000: 251;
batkan masyarakat secara umum dan biasa- Mugni, 2005; Nazri, 2001).
nya pada siang hari (Hamdi, 2011: 241). Pe- Di tahun yang sama 2000 juga terjadi
rang ‘atas’ hanya melibatkan orang-orang kerusuhan di Desa Kesik, Kecamatan Mas-
yang mempunyai ilmu kesaktian tinggi yang bagik ketika kedua jamaah NW saling meng-
bisa mengubah dirinya ke berbagai jenis bi- hadang dan menggagalkan pengajian.
7
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

Kerusuhan ini menyebabkan puluhan orang pendukung mereka akan beralih ke kubu
terluka akibat saling melempar dengan batu yang lain. Pola-pola konflik di dalam
dan senjata tajam (Hamdi, 2011: 255-256). pengajian ini terus mengalami reproduksi dan
Sepanjang tahun 2000-2001 terjadi aksi sa- terinternalisasi di dalam diri jamaah NW.
ling serang di beberapa desa sehingga me-
nimbulkan kerusakan rumah seperti di desa Upaya-Upaya Islah yang Selalu Gagal
Kelayu, dusun Majuet, dan Kota Raja (Ibid, Islah atau rekonsiliasi merupakan salah
268). Pada tahun 2002 terjadi perang besar satu tahapan penting dalam proses resolusi
antara kedua pendukung di desa Wanasa- konflik NW. Islah mengarah pada restorasi
ba. Kubu R2 mengadakan pengajian, tetapi dan rekonstruksi struktur yang mengalami
digagalkan oleh kubu R1 sebagai aksi ba- kekacauan sosial (disorder) dan instabilitas
lasan atas serangan pengajian sebelumnya. akibat konflik dan kekerasan yang berkepan-
Menurut catatan kepolisian 4 orang mening- jangan. Islah identik dengan proses penyem-
gal dunia dan puluhan orang terluka (Ibid, buhan (healing) luka dan trauma masyarakat
272). yang menjadi korban, mencari keadilan (jus-
Kerusuhan Wanasaba merembet ke tice) dan kebenaran (truth) dan saling me-
desa-desa yang lain termasuk desa Paok maafkan (forgiveness) antara korban dan
Lombok, Borok Tumbuh dan desa Tebaban. pelaku kekerasan (Skaar dan Bloomfield,
Korban dalam kerusuhan di desa-desa terse- 2008: 14). Islah tidak hanya merupakan se-
but adalah 4 orang meninggal dunia, ratusan buah tujuan yang harus dicapai, tetapi juga
rumah dibakar dan dirusak, dan ratusan merupakan sebuah proses yang harus di-
orang mengungsi ke desa lain. Kerusuhan jalani dan dilakukan oleh para pelaku dan
di Paok Lombok disebabkan keinginan to- korban konflik (Bloomfield et al., 2006: 11).
koh dari kubu R2 untuk mengadakan acara Tujuan islah adalah membangun kembali
Maulid di masjid, tetapi tidak diberi izin oleh kehidupan bersama antara pelaku dan kor-
tokoh-tokoh R1 sehingga massa dari kedua ban konflik, tidak harus mencintai mereka,
kubu bentrok. Kerusuhan ini melibatkan atau memaafkan mereka, atau melupakan
desa-desa tetangga seperti Dusun Majuet, masa lalu, tetapi co-exist untuk mengem-
Dusun Borok Tumbuh dan Desa Tebaban. bangkan tingkat kerja sama membagi ke-
Melihat pola konflik dan kekerasan an- hidupan sosial kemasyarakatan (Ibid, 2006:
tara jamaah NW di atas secara keseluruhan 11).
hampir sama yaitu terjadi pada waktu Proses islah atau rekonsiliasi bukanlah
pengajian dan motivasinya adalah perebut- sesuatu yang mudah untuk direalisasikan.
an massa dan pengaruh di kalangan jamaah Pada kasus-kasus tertentu terkadang islah
NW sebagai bagian dari legitimasi kekuasaan mengalami keberhasilan, dan terkadang
kedua kubu. Masing-masing kubu membu- juga banyak mengalami kegagalan total.
tuhkan pengakuan sebagai kubu yang sah Menurut David Bloomfield islah harus dili-
memimpin organisasi NW. Media agama hat sebagai proses yang panjang yang mem-
seperti pengajian dijadikan sebagai alat re- butuhkan beberapa dekade bahkan pergan-
produksi kekuasaan dan sekaligus keke- tian beberapa generasi (Bloomfield, 2006:
rasan. Setiap ada pengajian maka kekerasan 22). Konflik di Aceh, Ambon, Poso, Timor-
juga muncul di pengajian tersebut. Penga- Timur, Kalimantan, dan Lombok membu-
jian bukan lagi berfungsi sebagai tempat si- tuhkan waktu puluhan tahun untuk men-
raman rohani, tetapi lebih sebagai tempat capai rekonsiliasi. Konflik NW termasuk
saling memfitnah, menjatuhkan, menyerang salah satu konflik yang berkepanjangan di
dan sebagai tempat aksi kekerasan. Salah Indonesia dan untuk sementara waktu da-
satu kubu berupaya menggagalkan penga- pat dikatakan gagal dalam mencapai islah.
jian dari kubu yang lain karena dinilai poli- Konflik NW yang telah menginjak satu de-
tis dan dapat mempengaruhi massa dari kade lebih belum memperlihatkan tanda-
kubu mereka. Ada kekuatiran jika nantinya tanda akan terjadinya islah atau rekonsiliasi
8
Saipul Hamdi -- Politik Islah

terutama di tingkat elite. Sejak 1998-2009 kembali eksistensi dan fungsinya di masya-
proses islah belum mengalami kemajuan rakat. Hambatan utama islah NW hanya
yang berarti, bahkan setiap adanya inisiasi pada kelompok elite. Mereka masih beru-
dan upaya islah selalu kandas di tengah paya mempertahankan konflik untuk men-
jalan (Hamdi, 2010: 353). Kedua kubu be- jaga kepentingan mereka dan kelompoknya
lum menemukan titik temu dan format is- tanpa mempedulikan keadaan masyarakat
lah yang tepat karena adanya sarat dan tun- (Ibid, 354).
tutan yang tidak mungkin terpenuhi oleh Setidaknya terdapat empat faktor yang
salah satu kubu. menyebabkan kegagalan islah NW yaitu (1)
Peran pemerintah daerah sebagai pihak faktor kepentingan, (2) gengsi, (3) lemahnya
yang seharusnya netral dan mampu mem- budaya dialog, dan (4) faktor wasiat Mau-
fasilitasi proses islah NW ikut terjebak dalam lana Syaikh. Faktor kepentingan telah meng-
konflik. Kecenderungan yang terjadi adalah hambat proses islah NW. Kepentingan di sini
mereka memihak salah satu kubu sehingga tidak hanya kepentingan politik, tetapi juga
menimbulkan perlawanan dari kubu NW kepentingan ekomomi, status, pengaruh dan
yang lain. Misalnya mantan Bupati Lombok pengakuan sosial. Selain itu, faktor gengsi
Timur M. Sahdan dinilai lebih condong ke juga menjadi penghambat proses islah kare-
kubu R1, sementara mantan bupati setelah- na kedua kubu merasa lebih mampu, legiti-
nya Ali Bin Dahlan cenderung ke kubu R2. mate, dan lebih besar sehingga merasa gensi
Sulit bagi pemerintah daerah bersikap ne- menerima kehadiran kubu lain. Budaya
tral karena kepentingan yang besar terhadap dialog yang tidak berkembang di lingkung-
NW. Bahkan pemerintah seringkali memam- an NW juga menjadi faktor kendala islah
faatkan konflik NW untuk tujuan politik karena para elit tidak pernah bertemu dan
praktis. Mereka tidak mau melihat NW ber- berdialog untuk mencari titik temu masalah
satu, jika bersatu, maka NW akan menjadi yang mereka hadapi. Para elit sangat alergi
rivalitas politik yang sangat kuat melihat dengan dialog, mereka hanya berani saling
kekuatan NW sebagai kelompok majoritas mengkritisi di balik layar. Sementara wasiat
di Lombok. Terbukti pada Pilkada 2008 NW Maulana Syaikh yang memprediksi perpe-
dari kubu R1 berhasil mengantarkan kader cahan NW yang akan berlangsung 20 tahun
terbaiknya sebagai gubernur NTB dan Bu- telah diyakini kebenarannya sehingga sebe-
pati Lombok Timur. Kemenangan ini diraih sar apa pun usaha untuk islah tidak akan
tanpa dukungan kubu R2 yang justru men- berhasil kecuali menunggu apa yang dika-
dukung calon lain di luar NW. takan dalam wasiat tersebut. Kalau dihitung
Kegagalan islah di tingkat elite pada ke- dari sejak konflik NW 1998, maka islah NW
nyataannya tidak berlaku bagi jamaah NW. akan terwujud pada tahun 2018.
Di beberapa desa yang sebelumnya sangat
rawan dan parah akibat konflik mulai mem- Islah NW: antara Kepentingan Politik
bangun kembali kehidupan mereka (Ham- atau Kepentingan Ummat
di, 2011: 343-344). Sebagian besar masya- Di tengah kebuntuan para elite NW da-
rakat di desa itu berupaya melakukan islah lam upaya mewujudkan islah, sebuah
secara natural tanpa tekanan atau arahan ‘keajaiban’ datang pada Mei 2010, kedua
dari kelompok elite. Mereka mulai sadar de- kubu NW akhirnya sepakat untuk islah.
ngan apa yang menimpa mereka dan ke- Kesepakatan islah ini menimbulkan kontro-
luarga yang terpecah belah akibat konflik. versi di masyarakat karena prosesnya dinilai
Mereka mulai saling menegur dan mengun- instan dan motivasinya sarat dengan ke-
dang kembali keluarga mereka yang berbe- pentingan politik. Kubu R2 secara tiba-tiba
da afiliasi ke-NW-annya. Ikatan komunali- menerima tawaran islah dari kubu R1,
tas dan kekeluargaan yang hancur akibat padahal sebelumnya berbagai langkah dan
terjangan badai konflik seakan menemukan pendekatan telah dilakukan namun tidak

9
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

pernah berhasil. Islah NW dalam konteks Terdapat dua hal yang mendasari ter-
sekarang ini sulit untuk dipisahkan dari jadinya islah NW terlepas dari asumsi dan
realitas dan dinamika politik lokal ketika opini yang berkembang di masyarakat yaitu:
salah seorang putra Raihanun Gede Sakti di- pertama, adanya kerinduan antara keluarga
calonkan oleh kubu R2 sebagai calon bupati Syaikh untuk bertemu. Setajam apapun kon-
Lombok Tengah priode 2010-2015. flik dan perpecahan di kalangan pemimpin
Pencalonan Sakti didukung oleh partai NW, mereka masih memiliki hubungan per-
politik afiliasi NW Partai Bintang Reformasi saudaraan. Keluarga Syaikh tidak pernah
(PBR) yang berkoalisi dengan Partai Demok- bertemu lebih dari satu dekade (1998-2009)
rat. Untuk memenangkan Pilkada Sakti sejak muncul konflik dan kekerasan secara
membutuhkan dukungan seluruh suara dari terbuka antara pendukung mereka. Selama
jamaah NW baik dari kubu ibunya R2 mau- konflik kedua keluarga Syaikh saling serang
pun dari kubu bibiknya R1. Sulit bagi Sakti melalui mimbar-mimbar keagamaan seper-
menggapai kemenangan jika suara NW ter- ti pengajian. Konflik NW seperti virus ga-
pecah dan terbagi-bagi ke calon lain. Meli- nas yang masuk ke semua sendi kehidupan
hat momentum politik inilah elit-elit kubu jamaah NW.
R1 menawarkan kerja sama mendukung Kedua, adanya kepentingan politik elite-
pecalonan Sakti dengan sarat NW harus ber- elite NW terkait Pilkada Lombok Tengah.
satu. Kepentingan politik sangat dominan dalam
Tawaran islah dari kubu R1 adalah pi- islah ini, seandainya bukan karena kepen-
lihan yang mendekati mustahil bagi R2 kare- tingan politik kenapa islah tidak dilakukan
na selama ini mereka tidak mengakui ke- sebelumnya. Padahal jamaah NW secara
pengurusan NW versi R1. Bahkan satu-sa- umum telah lama menginginkan islah. Ke-
tunya sarat yang diberikan oleh R2 adalah inginan masyarakat bawah ini tidak pernah
pembubaran kepengurusan R1 dan meng- dihiraukan oleh sebagian elite-elite NW.
akui kubu R2 sebagai kelompok yang sah Mereka berusaha mempertahankan konflik
hasil Muktamar Praya. Dikarenakan tidak demi menjaga kekuasaan mereka di semua
ada pilihan lain bagi kubu R2 yang menca- ranah.
lonkan Sakti, mereka akhirnya menerima Islah NW diikuti dengan bertemunya
tawaran islah tersebut. Langkah politik R2 elit-elit NW dari kedua kubu. Setelah difasi-
yang menerima tawaran islah R1 menimbul- litasi oleh elite-elite NW akhirnya kedua pu-
kan pertanyaan di tengah-tengah masya- tri Syaikh Rauhun dan Raihanun bertemu
rakat tentang keseriusan mereka dalam untuk pertama kalinya setelah berpisah se-
melakukan islah. Muncul kesan jika islah lama 12 tahun. Pada tanggal 2 Mei 2010
NW bersifat semu atau sementara disebab- mereka bertemu di makam Maulana Syaikh
kan oleh kepentingan politik yang men- di Pancor, Lombok Timur. Keduanya di-
dasarinya. Masyarakat kuatir islah NW ter- dampingi oleh putra mereka dan sebagian
ancam gagal apabila agenda politik mereka elite NW yang menggagas islah ini. Perte-
tidak tercapai dalam konteks ini Sakti meng- muan keluarga besar Syaikh ini sangat spe-
alami kegagalan pada Pilkada. Elite-elite R2 sial dan mengharukan semua pihak karena
mengemukakan proposal islah khususnya sebelumnya betapa sulit mempertemukan
islah keorganisasian dapat terwujud jika mereka dalam satu ruang. Ucapan takbir
Sakti memenangkan Pilkada, sebaliknya jika ‘Allahu akbar’ dengan suara gemuruh oleh
dia gagal dalam Pilkada, maka islah orga- para jamaah dan elite-elite NW mengawali
nisasi sulit terwujud dan hanya bersifat is- pertemuan keduanya. Mereka melakukan
lah keluarga. Sementara kubu R1 mengingin- doa bersama yang dipimpin oleh TGB. Zainul
kan islah secara total termasuk islah orga- Majdi. Selesai berdoa mereka selanjutnya
nisasi yakni penyatuan kepengurusan da- berkunjung ke rumah R1 yang tidak jauh
lam satu komando. dari area makam.

10
Saipul Hamdi -- Politik Islah

Sepanjang pertemuan islah tersebut kan bahwa tolong acara silaturrahmi dan
Raihanun terlihat kurang nyaman karena islah ini disebarluaskan kepada seluruh
kehadiran media massa. Dia tidak meng- jamaah NW yang belum mengetahui supaya
inginkan wartawan datang meliput karena tidak ada lagi sesuatu yang tidak diingin-
pertemuan ini dinilai sebagai pertemuan kan. Sakti dari kubu R2 juga memberikan
awal keluarga. Dia menutupi wajahnya de- sambutan dengan menekankan pentingnya
ngan kerudung dan berusaha menghindari jamaah NW untuk bersatu, merapatkan ba-
pengambilan gambar, namun usahanya risan, dan melanjutkan perjuangan Syaikh.
gagal karena para wartawan tidak berhenti Dia mengatakan untuk mengakhiri konflik
mendokumentasikan foto mereka berdua. yang berkepanjangan, maka biarlah untuk
Setelah acara doa di ruang tamu di rumah urusan orang tua dengan orang tua, sedang-
R1 seluruh keluarga Syaikh masuk ke dalam kan urusan anak diselesaikan dengan anak-
ruangan dan tidak diperbolehkan seorang anak.
wartawan meliput acara inti keluarga. Ha- Untuk mensosialisasikan islah ini kedua
nya seorang petugas pengambil foto dari kubu mengadakan pawai keliling Lombok.
NW yang dipercaya menemani mereka se- Pawai ini melibatkan seluruh elemen
hingga semua pembicaraan dapat direkam. masyarakat NW seperti siswa, guru, maha-
Mereka sangat antusias dan bahagia siswa, dosen, politisi, serta jajaran pengurus
dapat berbicara, menuangkan rasa rindu NW. Pawai ini bertujuan supaya masyarakat
yang selama ini terpendam akibat konflik umum mengetahui adanya islah NW dan
yang panjang. Mereka berfoto bersama se- tidak ada lagi keraguan yang menimbulkan
bagai bukti bahwa NW telah menyatu dan pro dan kontra di tengah masyarakat. Fak-
tidak ada lagi persoalan di antara mereka. ta di lapangan menunjukkan bahwa tidak
Foto ini kemudian diabadikan dalam ben- semua jamaah dan elite-elite NW setuju de-
tuk baleho besar yang dipajang di pinggir ngan islah, sebagian menolak dan tidak
jalan di depan kantor PB NW Pancor. Se- mempercayai dan mengakui islah NW.
lain bercerita tentang keluarga mereka juga Apalagi kubu R2 tidak pernah secara terbu-
membicarakan situasi politik kaitannya de- ka dan transparan mengumumkan islah di
ngan pencalonan Gede Sakti dan langkah- depan jama’ahnya. Selain pawai islah ke-
langkah politik yang dilakukan oleh tim suk- dua elite NW juga mengadakan acara ritual
sesnya. keagamaan bersama-sama seperti mengada-
Sebelum pertemuan kedua tokoh kunci kan pengajian dan membaca hizib NW. Ke-
NW di atas terlebih dahulu diadakan perte- dua putri Syaikh juga diundang untuk ha-
muan oleh kedua putra mereka yang diwa- dir pada kampanye politik Sakti. Kehadiran
kili oleh Syamsul Lutfi (wakil Bupati Lom- mereka diharapkan mampu menarik per-
bok Timur) dan Sakti pada acara tablig ak- hatian dan simpati masyarakat supaya men-
bar sekaligus kampanye politik di Praya Lom- dukung Sakti dan menunjukkan jika NW
bok Tengah. Para tuan guru, politisi, dan benar-benar islah.
jamaah NW dari kedua kubu untuk perta- Terlepas dari pro dan kontra mengenai
ma kalinya kumpul bersama-sama di acara kebenaran dan keikhlasan islah oleh kedua
pengajian tablig akbar ini. Lutfi dalam cera- kubu NW ini, tetapi islah ini telah memberi-
mahnya mengatakan: “dulu konflik dan kan dampak yang sangat positif bagi masya-
perpecahan NW terjadi di Praya Lombok rakat Lombok khususnya jamaah NW. Is-
Tengah ketika NW mengadakan Muktamar lah ini telah melebur sekat-sekat yang sela-
ke 10 di tahun 1998, maka sekarang islah ma ini menjadi jurang pemisah antara kubu
NW juga dimulai dari Praya Lombok Te- R1 dan R2. Islah juga secara tidak langsung
ngah.” mengurangi tekanan bagi jamaah NW se-
Pidato Lutfi disambut tepuk tangan me- bagai orang yang selalu ‘dicurigai’ memihak
riah oleh jamaah NW. Lutfi juga mengata- ke salah satu kubu. Sedangkan secara poli-

11
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

tik islah NW telah mendongkrak perolehan Ruang-ruang konflik yang semakin melebar
suara Sakti dengan memenangkan Pilkada ke ranah-ranah yang lain tidak hanya di
pada putaran pertama. Sakti berhasil me- NW tetapi juga di ranah politik praktis, ikut
menangkan Pilkada pada putaran pertama mempersempit ruang dan prospek islah ke
dengan memperoleh 24,71% suara yang di- depan. Sementara islah NW membutuhkan
susul oleh pasangan Maik-Meres 21,83%, Jari pengorbanan yang cukup besar khususnya
19,94%, dan Suke 19,33%. Meskipun di urut- kepentingan-kepentingan dari kelompok
an pertama Sakti harus bertarung pada pu- elite. Kalau mereka tidak mau mengorban-
taran kedua karena tidak ada pasangan kan kepentingan pribadi dan kelompoknya,
yang memperoleh lebih dari 50% lebih dari maka islah NW tidak mungkin dapat terwu-
jumlah total suara. jud.
Walaupun Sakti telah memenangkan Pro dan kontra islah NW di tahun 2010
putaran pertama, namun belum ada jamin- merupakan sesuatu yang wajar karena
an jika dia mampu memenangkan putaran masyarakat dan jamaah NW telah lama
kedua karena jarak suara yang diperoleh menunggu pencapain islah tersebut. Selama
tidak jauh berbeda dengan rival politiknya. ini negosiasi islah hanya bersifat wacana
Putaran kedua juga menjadi pertaruhan ter- tanpa aksi dan realisasi sehingga melahir-
akhir atas paket islah NW. Jika gagal, maka kan rasa skeptis dari masyarakat. Jamaah
islah NW secara organisasi akan terancam NW mengaku pasrah dengan proses nego-
gagal. Pil pahit harus ditelan oleh calon NW siasi islah dan menyerahkan semuanya ke-
karena pada putaran kedua Sakti kalah dari pada kedua pemimpin NW. Tidak ada
pasangan Maik-Meres. Sakti yang dipredik- angin dan badai tiba-tiba kedua kubu me-
si memenangkan Pilkada menurut hasil sur- nyosialisasikan kesepakatan islah yang sa-
vey LSI mengalami kekalahan cukup besar rat dengan motivasi kepentingan politik di
dengan perolehan suara 40%, sedangkan la- samping kepentingan ummat. Ranah poli-
wan politiknya Maik-Meres 59,3%. tik diambil sebagai media untuk islah kare-
Kekalahan ini mencoreng reputasi dan na ranah-ranah yang lain tidak dapat dite-
legitimasi politik NW karena sebelumnya rima dan tidak marketable bagi kedua kubu.
tokoh NW dari kubu R1 berhasil memenang- Langkah islah dengan jalan politik meng-
kan dua jabatan penting yaitu gubernur NTB indikasikan kalau faktor kekuasaan sangat
dan Bupati Lombok Timur pada Pilkada dominan, di dalam konflik NW selain fak-
2008. Selain itu kekalahan ini juga berdam- tor ekonomi dan keluarga. Ketika faktor ke-
pak pada proses islah yang telah berlang- kuasaan atau politik yang dominan, maka
sung dan hubungan kedua keluarga Syaikh. jalan islah yang ditempuh harus melalui
Hingga sekarang islah dalam konteks orga- jalur politik atau sharing kekuasaan.
nisasi tidak terwujud, bahkan tidak ada upa- Apa yang dilakukan oleh elite-elite NW
ya pembicaraan kembali mengenai islah untuk merekonstruksi proses islah di jalur
oleh elite-elite NW. Kedua kubu masih ber- politik sudah tepat. Elite-elite NW tidak me-
jalan seperti sebelumnya mengelola orga- miliki banyak pilihan pendekatan untuk is-
nisasi masing-masing. lah. Saya berpendapat bahwa konflik NW
harus diselesaikan melalui jalur politik
SIMPULAN dan sharing kekuasaan karena dominasi fak-
Proses negosiasi islah NW mengalami tor itu terhadap konflik NW. Masyarakat
jalan buntu sejak pecahnya konflik dan ke- tidak terlalu peduli dengan strategi dan
kerasan antara kedua kubu 1998-2009. Se- pendekatan yang dilakukan untuk islah,
lama konflik pintu negosiasi islah sepertinya yang penting islah dapat dilaksanankan se-
sudah tertutup, kedua kubu berjalan dengan cara berkelanjutan. Pilihan transaksi politik
sendiri-sendiri dan tidak mau menerima sebagai jaminan islah NW bukan tanpa risi-
mediasi islah baik dari internal elite-elite NW ko, seandainya Sakti gagal kemungkinan
maupun eksternal pemerintah daerah. besar islah NW akan mengalami kegagalan.
12
Saipul Hamdi -- Politik Islah

kekuatiran banyak pihak atas langkah elite- salah satu kubu. Formasi kepengurusan
elite NW dengan menyandera islah dalan harus diisi dengan jumlah yang sama dari
transaksi politik memperlihatkan tanda-tan- kedua kubu. Dengan demikian tidak ada
da kebenaran. Hingga sekarang belum ada kubu yang dominan terhadap kubu yang
lagi upaya islah NW secara organisasi pas- lain.
ca kakalah Sakti pada putaran kedua Pilka- Ketiga, melakukan modernisasi NW di
da Lombok Tengah. Padahal elit-elit NW semua bidang termasuk sistem kepengu-
dari kedua kubu telah berkomitmen untuk rusan, rekruktmen dan adminsitrasi orga-
menyatukan kepengurusan NW dalam satu nisasi. Dengan modernisasi organisasi ini di-
komando. harapkan dapat meminimalisasi potensi kon-
Sebagian elit-elit yang tidak setuju de- flik di kalangan elite-elite NW akibat pe-
ngan islah NW membuat dalih, jika islah NW nyimpangan aturan organisasi.
sekarang ini hanya pada tataran keluarga,
bukan pada tataran organisasi. Sementara DAFTAR PUSTAKA
organisasi NW tidak bisa dipisahkan den- Anwar, D.F., Bouvier, Helen, Smith, Glenn
gan keluarga Syaikh. Ketika kedua putri dan Tol, Roben (eds.), 2005, Konflik
Syaikh (Rauhun dan Raihanun) sudah islah, Kekerasan Internal: Tinjauan Sejarah,
maka semua lapisan di bawahnya harus ikut Ekonomi, Politik dan Kebijakan di Asia
islah. Namun fakta di lapangan sangat ber- Pasifik, Jakarta: Kerjasama Yasasan
beda karena elite-elite di bawahnya menilai Obor Indonesia, LIPI, Lasema-CNRS,
apa yang mereka lakukan adalah bagian dari KITLV.
islah NW dalam konteks keluarga bukan or-
Avonius, Leena, 2004, Reforming Wetu Telu:
ganisasi. Dengan demikian islah NW belum
Islam, Adat and the Promises of
tuntas dan konflik NW akan menjadi bom
Re-gionalism in Post-New Order Lom-
waktu yang akan siap meledak setiap saat.
bok, Yliopistopaino: Helsinki.
Momentum-momentum politik akan meng-
uji kembali apakah NW akan islah secara Baharuddin, 2007, Nahdlatul Wathan &
organisasi atau sebaliknya tetap memperta- Per-ubahan Sosial, Yogyakarta: Genta
hankan konflik. Gesekan massa sangat Press.
dikuatirkan terjadi kembali seandainya is- Baharuddin dan Rasmianto, 2004, Maulana
lah secara organisasi tidak segera direalisasi- Lentera Kehidupan Umat, Malang:
kan. Mintra Insan Cendekia.
Ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh Bloomfield, David, Barnes, Teresa and
elite-elite NW dalam rangka melanjutkan Huyse, Luck, 2006, Reconciliation Af-
proses islah organisasi. Pertama, pemimpin ter Violent Conflict: A Handbook, Stock-
kedua kubu NW segera melakukan Mukta- holm: IDEA.
mar islah untuk memilih pemimpin NW
Bourdieu, Pierre, 1977, Outline of a Theory of
yang baru yang lebih legitimate dan bersih
Practice, Cambridge, UK: Cambridge
dari sejarah konflik. Muktamar islah ini
University Press.
penting dilakukan dalam rangka memutus
mata rantai konflik dan pro-kontra terhadap BPS Lombok Timur, 2006, Lombok Timur
kepengurusan NW sebelumnya. Seperti dalam Angka, Lombok Timur: BPS.
yang dijelaskan di atas bahwa kepengurus- Bromley, D.G., dan Melton, J.G. (Eds.), 2002,
an NW di kedua kubu sekarang ini adalah Cults, Religion and Violence, Cam-
produk konflik. bridge, UK: Cambridge University
Kedua, calon pemimpin NW yang baru Press.
harus mampu mengakomodasi kepentingan Colombijn, Freek, 2001, “What is so Indo-
kedua kubu NW secara berimbang dan adil nesian about Violence”, Dalam Wes-
sehingga tidak memunculkan resistensi dari sel, Ingrid and Georgia, Wimhofer,

13
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

Violence in Indonesia, Hamburg: Hem. hammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-


Abera Press. 1997, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu
Foucault, Michel, 1972, The Archeology of bekerjasama dengan Pondok Pesan-
Knowledge, New York: Pantheon tren Nahdlatul Wathan Jakarta.
Books. Nugroho, Fera, Dirdjosanjoto, Pradjarto,
Giddens, Anthony, I989, Sociology, Oxford: Kana, Nico L., 2004, Konflik dan Ke-
Polity Press. kerasan Pada Aras Lokal, Yogyakarta:
Pustaka Percik & Pustaka Pelajar.
Hadi, Abdul, 2010, Charismatic Leadership
and Traditional Islam in Lombok: His- Nu’man, Hayyi, 1999, Maulana Syaikh
tory and Conflict in Nahdlatul TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Wathan, Thesis: MA Program of the Madjid: Riwayat Hidup dan Perjuangan-
School of Culture, History and La- nya, Mataram: Pengurus Besar Nah-
nguages, The Australian National Uni- dlatul Wathan.
versity. Saprudin, 2005, Konflik Kekuasaan di Tu-
Hamdi, Saipul, 2011, Reproduksi Konflik buh Organisasi Nahdlatul Wathan
dan Kekuasaan dalam Organisasi Antara Kubu Hajjah Siti Rauhun de-
Nahdlatul Wathan (NW) di Lombok ngan Kubu Hajjah Siti Raihanun, Be-
Timur Nusa Tenggara Barat, Belum lum diterbitkan, Tesis: Program Mas-
Diterbitkan, Disertasi: Program Studi ter Jurusan Sosiologi, Universitas Ga-
Agama dan Lintas Budaya, Pascasar- djah Mada.
jana Universitas Gadjah Mada. Smith, Bianca J. dan Hamdi, Saipul, 2009,
Horowitz, D.L., 1985, Ethnicity Group in Con- “The Politics of Female Leadership in
flict, Los Angles: University of Berke- Nahdlatul Wathan Pesantren, Lom-
ley Press. bok, Eastern Indonesia” dalam Inter-
national Journal of Pesantren Studies,
Kristiansen, Stein, 2003, “Violent Youth
Vo-l.3, No. 1, pp 1-25.
Groups in Indonesia: The Cases of
Yogyakarta and Nusa Tenggara Ba- Tambiah, Stanley J., 1996, Leveling Crods:
rat,” Sojourn, vol. 18, pp.110-138. Ethnonationalist Conflict and Collective
Violence in Sout Asia, Berkeley, London
Macdougall, 2007, “Criminality and the Po-
dan Los Angles: University of Califor-
litical Economy of Security in Lom-
nia Press.
bok” dalam Renegotiating Boundaries:
Local Politics in Post-Suharto Indonesia, Tomagola, Tamrin Amal, 2006, Republik Kap-
Leiden: KITLV Press. ling, Yogyakarta: Resist Book.
Mills, Sara, 1997, Discourse, London and Van Klinken, G., 2005, “Pelaku Baru, Iden-
New York: Routledge. titas Baru: Kekerasan antar Suku
pada Masa Pasca Suharto”, dalam
Mugni, 2005, Nahdlatul Wathan Pasca Mau-
Anwar et al., (ed), Konflik Kekerasan
lana Syaikh, Draf buku yang belum
Internal: Tinjauan Sejarah, Ekonomi,
diterbitkan.
Politik dan Kebijakan di Asia Pasifik,
Nazri, 2001, Membedah Konflik Rauhun-Rae- Jakarta: Kerjasama Yasasan Obor In-
hanun, Pancor: Penerbit Kita. donesia, LIPI, Lasema-CNRS, KITLV.
Noor, Mohammad et al., 2004, Visi Kebang- Wilson, Chris, 2008, Ethno-Religious Violence
saan Religius: Refleksi Pemikiran dan in Indonesia: From Soil to God, USA and
Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Mu- Canada: Routledge.

14
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

MANIFESTASI IDENTITAS ISLAM SUKU BAJO


DALAM NASKAH LONTARAK ASSALENNA BAJO
Benny Baskara
Inter Religius Studies (IRS) Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta
Email: benbasku@gmail.com dan bensk@yahoo.co.uk

ABSTRACT
The Bajo people are known as the sea wanderers because they always wander the sea. However,
beside their unique characteristic as the sea people, the Bajo are also known as Muslims. Therefore, Islam
becomes the important element in their identity either reflected in their daily life or already written in the
Lontarak Assalenna Bajo manuscript as the form of self-narration of their life history. Islam was accepted
through negotiation and development process with their identity construction. The Bajo people were not
Muslim by their origin before they became the sea wanderer people. They received the influence of Islam
from the land people surrounding them as a result of their contact with the land people.
Keywords: Bajo, Islam, identity

ABSTRAK
Suku Bajo dikenal sebagai suku pengembara laut karena kebiasaan hidupnya yang mengembara di
lautan lepas. Namun demikian, di samping karakteristiknya yang unik sebagai pengembara laut terse-
but, suku Bajo ternyata beragama Islam. Dengan demikian, Islam telah menjadi bagian dari identitas
orang Bajo, yang tercermin dari kehidupan mereka sehari-hari maupun tercantum dalam naskah “Lon-
tarak Assalenna Bajo”sebagai catatan tentang kehidupan masyarakat Bajo yang ditulis oleh mereka sendi-
ri. Islam diterima oleh orang Bajo tidak secara serta merta, namun melalui proses negosiasi dan
perkembangan terus-menerus. Orang Bajo bukanlah orang Islam dari awal sebelum mereka menjadi
pengembara laut, namun mereka menerima pengaruh Islam dari orang-orang darat di sekitarnya sebagai
akibat dari hubungan mereka dengan orang-orang darat.
Kata kunci: Bajo, Islam, identitas

15
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 15-27

PENGANTAR namun dari sisi kebudayaan mereka memi-


Suku Bajo dikenal sebagai suku pengem- liki kesamaan yang bisa menjadi suatu ciri
bara laut karena kebiasaan hidupnya mere- khas. Karakteristik yang paling mencolok
ka yang selalu mengembara mengarungi adalah pola pemukiman yang umumnya
lautan. Beberapa penelitian yang telah di- didirikan di atas air di pesisir pantai atau di
lakukan tentang suku Bajo antara lain gugusan-gugusan karang, dan mata penca-
menyebut mereka sebagai “Suku Pengem- harian utama sebagai nelayan tradisional.
bara Laut” (Zacot, 2008), (Sopher, 1965; Selain itu, mereka juga menggunakan ba-
Chou, 2003), atau “Sea People” (Nimmo, hasa yang sama, adat-istiadat, kepercayaan,
1972, 2001; Sather, 1997). Sebagai suku dan pola perilaku yang cenderung sama,
pengembara laut, suku Bajo tidak hanya di- yang menunjukkan suatu kesamaan bu-
jumpai di wilayah perairan Indonesia saja, daya. Berdasarkan kesamaan budaya ini,
tetapi juga hampir di seluruh wilayah per- maka bisa dikatakan bahwa mereka adalah
airan Asia Tenggara, dan mungkin juga di termasuk dalam satu rumpun atau berasal
wilayah-wilayah perairan lainnya. Suku dari satu rumpun yang sama (Anwar, 2006;
Bajo pada zaman dahulu memang mengem- Liliweri, 2002).
bara di lautan lepas dengan perahu-perahu Dalam makalah ini, istilah yang di-
tradisional mereka yang disebut leppa. Na- gunakan untuk menyebut suku laut ini ada-
mun saat ini, mereka telah banyak bermukim lah “Bajo” karena mengacu pada naskah
di tepi-tepi pantai maupun gugusan-gugus- Lontarak Assalenna Bajo sebagai naskah yang
an karang. Pemukiman tersebut tetap didi- ditulis oleh orang Bajo sendiri tentang se-
rikan di atas air yang menunjukkan bahwa jarah kehidupan mereka. Naskah tersebut
kehidupan mereka memang tidak bisa dile- disebut oleh Anwar (2006) sebagai suatu
paskan dari laut. bentuk keluhuran dan ketinggian budaya
Sebutan “Bajo”, “Suku Bajo”, atau suku Bajo karena mereka mampu menuang-
“Orang Bajo”, umumnya digunakan oleh kan idenya dalam bahasa tulisan, bila
penduduk di wilayah Indonesia Timur un- dibandingkan dengan beberapa suku lain-
tuk menyebut suku pengembara laut ini, nya di Nusantara yang masih mengandal-
yang tersebar di berbagai wilayah (Anwar, kan budaya tutur dan tradisi lisan dalam
2006). Sementara itu, di wilayah Indonesia menceritakan sejarah kehidupannya.
Barat, kelompok masyarakat ini disebut Dengan karakteristiknya yang unik se-
“Orang Laut”, “Suku Laut”, atau “Rakyat bagai suku pengembara laut, yang tentunya
Laut”, sebutan yang biasa digunakan oleh lebih banyak menghabiskan kehidupannya
Orang Melayu di Riau dan penduduk Pu- dengan mengembara di lautan, ternyata
lau Sumatera pada umumnya, juga di Ke- orang Bajo juga penganut Islam. Dengan
pulauan Natuna, Malaysia Barat, serta Jo- demikian, bisa dikatakan bahwa Islam te-
hor Selatan. Namun di Johor Utara, mereka lah menjadi bagian penting dalam identitas
disebut “Orang Kuala”, sedangkan di Sabah orang Bajo. Hal ini dibuktikan antara lain
dan Tawau di Malaysia Timur, juga di Bru- dengan pengamatan Thomas Forrest (1779,
nei Darussalam dan Filipina, mereka dise- dikutip dari McAllister, 1996) sebagai ber-
but “Orang Bajau”, “Suku Asli”, “Sama ikut:
Bajau”, “Sama Dilaut”, “Bajau Laut”, “The Badjoo people, called Orang Badjoo, are a
“Orang Samal”, atau “Samal Bajau Laut” kind of itinerent fishermen ... They lived chiefly in
(Anwar, 2006; Chou, 2003). Di wilayah small covered boats on the coasts of Borneo and
Myanmar dan Thailand mereka disebut se- Celebes and adjacent islands. Others dwell close to
bagai orang “Mawken” atau “Chao Nam” the sea on these islands, their houses being raised
(Hope, 2001; Ahimsa-Putra, 2006). on poles, a little distance into the sea ... They are
Meskipun kelompok masyarakat ini Mahometans.”
mempunyai sebutan yang berbeda-beda Dalam penelitian La Marihi (2007) dikutip

16
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

hasil sensus penduduk tahun 2000 di desa dan struktur sosial. Makna identitas budaya
Bajo Mantigola, Kepulauan Wakatobi, adalah karakteristik suatu kebudayaan yang
menyebutkan bahwa di desa tersebut selu- kita ketahui batas-batasnya, dibandingkan
ruhnya adalah orang Bajo dan semuanya dengan kebudayaan-kebudayaan lainnya.
(100%) beragama Islam. Demikian pula dari Identitas budaya tidak hanya bermakna ka-
beberapa penelitian etnografis sebelumnya rakter fisik semata, namun lebih bermakna
(Sopher, 1965; Nimmo, 1972, 2001; Sather, sebagai suatu sistem dan menunjukkan
1997; Chou, 2003) bahwa ajaran-ajaran Is- suatu tata cara, motivasi, dan orientasi ber-
lam itu tampak dalam kehidupan sehari-hari pikir, merasa, dan bertindak (Liliweri, 2002:
orang Bajo. Dari bukti-bukti tersebut, Islam 72).
memang telah menjadi bagian penting Dari kerangka pemikiran Liliweri (2002)
dalam identitas orang Bajo, yang juga ter- di atas, hal yang ingin ditegaskan di sini
cermin dalam kehidupan mereka sehari-hari adalah bahwa naskah tersebut merupakan
dan tertuang dalam tulisan tentang sejarah cerminan dari identitas budaya masyarakat
kehidupan mereka. Oleh karena itu, maka- Bajo secara umum. Dalam hal ini, naskah
lah ini bertujuan untuk mengungkap iden- Lontarak Assalena Bajo adalah naskah yang
titas keislaman orang Bajo yang tertulis ditulis oleh orang Bajo sendiri mengenai ke-
dalam naskah Lontarak Assalenna Bajo. hidupan mereka, yang merupakan artiku-
Dalam pandangan Liliweri (2002), ben- lasi dari persepsi, gagasan, dan pemikiran
tuk identitas ada tiga macam, yaitu identi- orang Bajo. Lebih jauh, naskah Lontarak As-
tas pribadi, identitas sosial, dan identitas salena Bajo juga merupakan rujukan untuk
budaya. Identitas pribadi adalah identitas tata cara, motivasi, serta orientasi berpikir,
berdasarkan keunikan karakteristik pribadi merasa, dan bertindak orang-orang Bajo,
yang berbeda dengan orang lain, seperti yang membimbing perilaku orang Bajo
bakat, kemampuan, dan pilihan pribadi. dalam menjalani kehidupan sebagai suatu
Identitas budaya adalah karakteristik yang masyarakat.
muncul karena seseorang itu merupakan Stuart Hall (1996) menyatakan bahwa
anggota sebuah suku bangsa atau kelompok konsep tentang identitas tidak bisa dilepas-
budaya tertentu. Identitas budaya meliputi kan dari konsep tentang diri dan identifika-
proses pembelajaran dan penerimaan ter- si. Identifikasi merupakan proses artikulasi
hadap tradisi, ciri-ciri bawaan, bahasa, aga- dan pengakuan diri dalam hubungannya
ma, dan turunan dari kebudayaan tertentu. dengan faktor-faktor yang berpengaruh di
Identitas sosial terbentuk karena seseorang sekitarnya. Dengan demikian, identifikasi
menjadi anggota suatu kelompok atau ko- selalu berada dalam proses pembentukan.
munitas tertentu dalam kebudayaan, antara Dalam hubungannya dengan sejarah, iden-
lain kelompok-kelompok sosial yang ber- titas merupakan subjek konstruksi historis
dasarkan gender, usia, kelas sosial, profesi, dan selalu berada dalam proses perubahan
agama, dan lokasi tertentu (Liliweri, 2002: dan transformasi. Identitas selalu dibangun
96-97). dalam perkembangan historis dan praktik-
Identitas budaya terbentuk di dalam praktik dalam masyarakat dan kebudayaan.
struktur kebudayaan dan peran-peran Identitas dibangun dalam diskursus dihasil-
dalam struktur tersebut, yang meliputi pola- kan dalam rentang historis dan institusional
pola persepsi, pemikiran, dan perasaan. tertentu dalam bentuk-bentuk diskursus
Pola-pola kebudayaan mempengaruhi iden- yang spesifik.
titas seseorang, terutama dalam membentuk Di sini, konsep identitas bukanlah kon-
identitas dari gagasan-gagasan dan pemi- sep esensialis, melainkan strategis dan posi-
kiran-pemikiran tertentu, yang pada giliran- sional. Artinya, konsep identitas bukanlah
nya akan membimbing perilaku seseorang. sesuatu yang stabil dalam diri manusia, se-
Hal yang penting di sini adalah identitas itu suatu yang permanen dari awal sampai
selalu terbentuk dalam struktur kebudayaan akhir tanpa perubahan. Identitas bukanlah
17
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 15-27

sesuatu yang utuh, selalu terbagi-bagi dan makhluk hidup dengan situasi sosio-historis-
terpilah-pilah. Identitas dibangun melalui nya. Dialektika ini berlangsung secara ber-
diskursus, praktik, dan posisi yang berbeda- ganda: ke luar adalah dialektika antara in-
beda menjadi subjek historisasi radikal dan dividu dengan lingkungan sosialnya, dan ke
selalu berada dalam proses perubahan dan dalam adalah dialektika antara kebutuhan
transformasi. Rasa memiliki (sense of belong- biologis individu dengan identitasnya yang
ing), yang dengannya identitas dibangun, terbangun secara sosial (Berger dan Luck-
terletak di dalam representasi simbolik dan mann, 1966: 180).
imajiner, dan oleh karenanya bisa dikatakan Lebih lanjut, Amartya Sen (2006) juga
berada dalam ranah fantasi atau imajiner menegaskan bahwa identitas selalu bergan-
(Hall, 1996: 4). Berdasarkan proses ini, bisa tung kepada konteks sosial atau lingkungan
dikatakan juga bahwa identitas itu selalu sosial. Manusia tergabung ke dalam kelom-
berada dalam proses negosiasi. pok yang berbeda-beda, melalui kelahiran,
Melalui kerangka teori dari Hall (1996) pergaulan, dan persekutuan. Dengan ke-
ini akan dilihat bagaimana orang Bajo anggotaan ini, setiap identitas kelompok
mengkonstruksi dan menegosiasikan iden- akan memberikan rasa keterikatan atau lo-
titasnya, terutama berkaitan dengan Islam yalitas, yang biasa disebut dengan “rasa me-
sebagai identitas religiusnya. Sebagai suku miliki” (sense of belonging). Latar belakang
pengembara laut, suku Bajo telah mempu- sosial seseorang juga selalu berbasis pada
nyai kepercayaan tradisional (indigenous be- komunitas atau kebudayaan tertentu, yang
lief) mereka sendiri, yaitu suatu kepercayaan menentukan proses pemikirannya dalam
terhadap penguasa lautan, yang mereka se- membuat pilihan. Pengaruh yang menentu-
but sebagai Mbo Ma Dilao. Proses peneri- kan dalam komunitas atau kebudayaan ini
maan nilai-nilai Islam oleh orang Bajo tentu berupa bentuk-bentuk pengetahuan lokal,
tidak terjadi dengan serta-merta, namun norma, persepsi, dan nilai yang berlaku da-
melalui proses negosiasi, terutama dinego- lam komunitas atau kebudayaan tertentu
siasikan dengan kepercayaan tradisional (Sen, 2006: 34-35).
mereka kepada penguasa lautan atau Mbo Dari kedua teori yang telah dipaparkan
Ma Dilao. Proses negosiasi inilah yang akan di atas, yaitu dari Berger dan Luckmann
dilihat melalui teori negosiasi identitas Hall (1966) dan Amartya Sen (2006), akan dili-
(1996) tersebut. hat bagaimana identitas Islam orang Bajo
Identitas seseorang selalu dibentuk da- dibentuk dalam hubungannya dengan
lam masyarakat, demikian pendapat Berger lingkungan sosial mereka, baik dinamika
dan Luckmann (1966). Mereka mengatakan kehidupan sosial mereka sebagai orang laut
bahwa “identitas adalah unsur kunci reali- maupun dalam hubungan mereka dengan
tas subjektif dan berada dalam hubungan orang darat. Dalam hal ini, bisa dikatakan
dialektis dengan masyarakat. Identitas bahwa Islam merupakan agama dan keper-
dibentuk oleh proses sosial; identitas diben- cayaan orang darat yang kemudian diteri-
tuk, diubah, dan disesuaikan oleh hubung- ma oleh orang Bajo sebagai keyakinannya.
an-hubungan sosial.” (Berger dan Luck- Oleh karena itu, perlu dilihat sejarah dan
mann, 1966: 173). Proses sosial sendiri diten- dinamika hubungan antara orang Bajo de-
tukan oleh struktur sosial; dengan demikian, ngan orang darat, sehingga proses peneri-
pembentukan, perubahan, dan penyesuaian maan Islam sebagai pengaruh dari daratan
identitas bergantung kepada struktur sosial. oleh orang Bajo bisa diketahui.
Identitas seseorang juga ditentukan oleh Di antara para ahli lainnya, Hans Mol
kondisi biologisnya sebagai makhluk hidup. (1986) mampu memberikan gambaran yang
Hubungan antara manusia dan lingkung- paling jelas tentang hubungan antara iden-
annya adalah suatu bentuk hubungan yang titas dan agama. Hans Mol (1986: 66-70)
khas, yaitu sebagai bentuk dialektika yang mengemukakan empat kategori peranan
terus-menerus antara manusia sebagai agama dalam masyarakat, yang pada gi-
18
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

lirannya juga menentukan dalam pemben- khususnya Islam, dalam konstruksi identi-
tukan identitas. Pertama, agama berperan tas orang Bajo. Peran tersebut adalah bagai-
dalam dramatisasi dialektika hal-hal yang mana Islam menjadi petunjuk bagi kehidup-
mendasar dalam masyarakat. Hal tersebut an sehari-hari mereka, bagaimana Islam
lazim diketahui sebagai mitos dalam bentuk menjadi “langit suci” yang mampu mem-
keyakinan primitif dan kebijaksanaan mo- bentuk komitmen dan kebersamaan dalam
ral, teologi dalam agama-agama dunia, dan kehidupan orang Bajo. Akhirnya, bagaima-
ideologi dalam bentuk sekuler. Mitos, teolo- na secara umum Islam menjadi sebuah
gi, dan ideologi menyediakan suatu “petun- “sakralisasi identitas” orang Bajo. Semua
juk” bagi individu dan masyarakat untuk kerangka teori inilah yang akan digunakan
kehidupan yang lebih baik. untuk meninjau naskah Lontarak Assalenna
Kedua, agama membuat suatu keteratur- Bajo.
an transendental dalam masyarakat. Se-
makin kompleks sebuah masyarakat, diper- PEMBAHASAN
lukan suatu “langit suci” (sacred canopy) Naskah Lontarak Assalenna Bajo
yang lebih luas untuk menjamin keter- Naskah Lontarak Assalenna Bajo secara
aturannya. Fungsi ini berkaitan dengan harfiah berarti “Lontarak tentang asal-usul
menjamin keadilan, keutuhan, dan kelang- suku Bajo”. Naskah ini ditemukan di masya-
sungan identitas sosial. rakat Bajo di Kecamatan Lasolo, Kabupa-
Ketiga, agama bisa mengembangkan ke- ten Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara,
terikatan emosional atau komitmen dalam dan salinannya telah disimpan di Museum
masyarakat. Komitmen seringkali berkaitan Negeri Sulawesi Tenggara di Kendari. Nas-
erat dengan agama, yang akan membawa kah aslinya sendiri ternyata telah lapuk di-
kepada satu kepentingan dan kehendak ber- makan usia. Naskah ini ditulis di atas kertas
sama, seperti yang dilakukan oleh sebuah dengan huruf Lontarak dan Arab, dalam ba-
suku bangsa untuk meningkatkan solidari- hasa Bugis-Makassar dan Arab, berbentuk
tas internal. prosa (Anwar, 2000). Nama “lontarak”
Keempat, agama, terutama dalam ben- sendiri adalah nama aksara atau huruf yang
tuk ritual, bisa menegakkan kebersamaan digunakan dalam naskah-naskah kuno ber-
dalam masyarakat. Ritual bisa memberikan bahasa Bugis-Makassar, yang kemudian
rasa memiliki dan identitas bagi manusia umumnya juga dijadikan sebagai nama
(Mol, 1986: 70). depan sebuah naskah. Naskah Lontarak As-
Berdasarkan empat kategori tersebut, salenna Bajo yang ditelaah dalam makalah
Hans Mol mendefinisikan agama sebagai ini adalah naskah yang telah diterjemahkan
“sakralisasi identitas”. Keyakinan, loyalitas, dan dialihaksarakan oleh Anwar (2000) ke
dan komitmen memperkuat ikatan emo- dalam Bahasa Indonesia dengan huruf La-
sional dari berbagai unsur dalam organisasi tin.
sosial, sehingga setiap unsur ini akan se- Adapun metode yang digunakan adalah
makin kohesif. Di tingkat fungsional, me- metode analisis-deskriptif- interpretatif. Nas-
kanisme sakralisasi memiliki andil dalam kah Lontarak Assalenna Bajo ditelaah dan di-
konsolidasi setiap unsur dalam organisasi so- analisis untuk mengetahui bagian-bagian
sial. Agama dapat menjembatani kesenjang- atau ayat-ayat yang mengandung nilai-nilai
an dan mampu memadukan unsur-unsur keislaman atau bernuansa ajaran Islam.
dalam masyarakat. Mekanisme sakralisasi Bagian-bagian atau ayat-ayat tersebut kemu-
meliputi mitos, ritual, komitmen, dan tran- dian dideskripsikan, diuraikan, dan diberi-
sendentalisasi akan menjamin berjalannya kan penjelasan-penjelasan seputar konteks
fungsi dan kelangsungan hidup masyarakat ayat-ayat atau bagian-bagian tersebut. Se-
(Mol, 1986: 70-71). lanjutnya, dilakukan interpretasi atau penaf-
Melalui kerangka pemikiran Hans Mol siran dari bagian-bagian atau ayat-ayat
ini, akan dilihat bagaimana peran agama, tersebut dengan kerangka teori-teori tentang
19
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 15-27

identitas, untuk menjelaskan bahwa Islam “Iyyana mula-mula ri paturung ri linoE, maddep-
telah menjadi bagian yang penting dalam paE, ri lapatella, nakonna riapanritannaE ri ware,
identitas masyarakat Bajo. nainappa ri paturung ri tanaE…”
Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai
Nilai-nilai Islam yang termuat dalam berikut:
Naskah Lontarak Assalenna Bajo “Dialah yang pertama diturunkan di dunia
Manifestasi keyakinan Islam masyara- yang berkembang biak, karena kemuliaannya
kat Bajo yang tertuang dalam naskah Lon- ditempatkan di atas, kemudian diturunkan di
tarak Assalenna Bajo dimulai dari ayat yang bumi…”
pertama, yaitu pengakuan dan pujian ke- Dari ketiga ayat yang dikutip di atas,
pada Allah, Tuhan Yang Maha Tinggi dan jelaslah bahwa orang Bajo mengakui bah-
Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. wa mereka adalah orang Islam, yang berar-
Bunyi ayat pertama tersebut sebagai berikut: ti bahwa Islam menjadi bagian yang pen-
“Naiyya sininna pappujie, koi ri puwang Allahu ting dalam identitas mereka. Namun demi-
Taalaa, engrengngE ri suroona Muhammad Sal- kian, tidak dapat diketahui dengan pasti ka-
lallahu Alaihi Wasallama.” pan Islam pertama kali masuk dan dianut
Terjemahan dari ayat tersebut (Anwar, oleh orang Bajo. Dalam naskah Lontarak
2000) adalah: Assalenna Bajo sendiri tidak disebutkan ka-
“Segala puji bagi Allah Yang Maha Tinggi dan pan orang Bajo pertama kali memeluk Islam.
Rasul-Nya Muhammad Sallallahu Alaihi Walaupun demikian, kita bisa melihat pada
Wasallam”. konteks naskah tersebut, sehingga ke-
Ayat pertama sebagai pembuka naskah mungkinan orang Bajo memeluk Islam kare-
tersebut mencerminkan suatu ikrar keiman- na pengaruh dari kerajaan-kerajaan di
an kepada Tuhan Allah dan Rasul-Nya sekitarnya.
Muhammad, yang mencerminkan ucapan Konteks naskah Lontarak Assalenna Bajo
dua kalimat syahadat sebagai tanda keislam- sendiri ditulis sekitar abad ke-16 hingga ke-
an seseorang yang paling mendasar, sekali- 17 di wilayah BajoE, perkampungan masya-
gus merupakan Rukun Islam yang pertama. rakat Bajo di teluk Bone, yang dahulu meru-
Ayat kedua menyatakan bahwa orang- pakan wilayah kerajaan Bone. Oleh karena
orang Bajo itu adalah keturunan Nabi Adam itu, kemungkinan masyarakat Bajo meme-
dan Siti Hawa, yaitu manusia yang perta- luk Islam karena pengaruh dari kerajaan
ma menurut ajaran Islam dan sebagai nenek Bone. Dalam naskah “Lontarak Assalenna
moyang seluruh manusia yang ada di muka Bajo” ayat 249 disebutkan:
bumi ini. Ayat kedua berbunyi sebagai ber- … salama naengkangngE tturung pole ri Mekka ri
ikut: ammulangenna asengngE Syaehe Al-Hajji
“… Naiyya ri munrinna adaE. IyyanaE, poada- Yusupu, iyyana ammulangenna mappaselleng,
adangngi, sure’ lontaraE ri onro marippeE, ri pasellengngi to Bone nadipoanreguru tooni Petta
asengngE mula tau. Neneeta Adang nennia neneeta MatinroE ri Rompegading, iyya toona ripatettong
Hawa iyyanatu riasengngi Opu Sengngeng mallai Kali ri Bone nariasenna Mupeti Yusupu.
bine.” Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai
Terjemahan ayat tersebut (Anwar, 2000) berikut:
sebagai berikut: “… selamat kedatangan dari Mekah pada saat
“Inilah yang membahas, surat lontarak dalam pertama kalinya seorang yang bernama Syeh
keadaan ringkas, mengenai asal-usul manu- Haji Yusuf, dialah yang pertama kali menye-
sia pertama. Nenek kita Adam dan Hawa, barkan Islam, mengislamkan Bone dan men-
yang disebut penghuni pertama bumi suami jadi guru Petta MatinroE ri Rompegading, dia
istri”. pula diangkat menjadi Kadhi di Bone dan
diberi gelar Mufti Yusuf.”
Kemudian dilanjutkan dengan ayat ketiga
sebagai berikut:

20
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

Setelah kita mengetahui bahwa yang me- paiE napada dee manenni sikuwaero, nariesseriat-
nyebarkan Islam pertama kali di kerajaan toni paimeng ade abbiasangenna BajoE ri kam-
Bone adalah Syeh Haji Yusuf, keterangan pong kasiwingngE ri Petta MatinroE ri Rompe-
selanjutnya yang tercantum dalam ayat 250 gading, narape’si riatettongenna paimeng TanaE
ri BajoE.”
sebagai berikut:
Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai
Riwetu mappasellenna ri Bone, nauttama selleng
berikut:
Karaeng 1016 Hujerana Nabitta SAW, nauttama
selleng to SoppengngE 1018 Hujerana Nabitta “Mereka berlayar menuju ke Bone, sampailah
SAW, nauttama selleng to WajoE 1019 Hujerana mereka di tempat semula, datang pula Lolo
Nabitta SAW, nauttama selleng to Bone 1020 dan Ponggawa Bajo di sebelah timur Cellu,
Hujerana Nabitta SAW … mereka bermukim membangun rumah,
Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai berkembanglah agama, datanglah tuan-tuan
orang Arab menyebarkan tarekat (Islam), ra-
berikut:
mailah jamaah shalat, dihilangkanlah Bissu-
“Pada saat mengislamkan Bone, setelah ma- Bissu (dukun tradisional) dan persembahan,
suknya Islam Raja Gowa tahun 1016 Hijriah serta minuman arak, dan hilanglah yang
(Nabi SAW), masuknya Islam orang Soppeng demikian itu, dan dikembangkan pula adat
tahun 1018 Hijriah, masuknya Islam orang tradisi orang Bajo di kampung yang diberi-
Wajo tahun 1019 Hijriah, masuknya Islam kan oleh Petta MatinroE ri Rompegading,
orang Bone tahun 1020 Hijriah …” maka bangkitlah kembali eksistensi negeri
Dari ayat di atas, diketahui bahwa Islam BajoE."
masuk ke kerajaan Bone adalah yang ter- Dari ayat di atas, tampak bahwa sete-
akhir (tahun 1020 H), setelah Islam lebih lah Islam disebarkan oleh ulama-ulama dari
dahulu masuk ke kerajaan-kerajaan seki- Arab, tradisi-tradisi yang bertentangan de-
tarnya, yaitu Gowa tahun 1016 H, Soppeng ngan ajaran Islam dilarang. Namun demi-
1018 H, dan Wajo 1019 H antara 1595 M kian, adat tradisi yang lain juga dikembang-
sampai 1600 M pada penghujung abad ke- kan dan didukung oleh Raja Bone, Petta
16 dan memasuki abad ke-17. Dari keterang- MatinroE ri Rompegading, sehingga kehi-
an tersebut, bisa diduga bahwa Islam ma- dupan masyarakat Bajo lebih berkembang.
suk ke suku Bajo pada periode-periode ini, Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ajar-
karena interaksi mereka dengan orang- an Islam bisa masuk dan berpadu dengan
orang darat. Khusus untuk masyarakat Bajo tradisi orang Bajo, dan bentuk perpaduan
di BajoE, bisa diduga Islam masuk pada se- tersebut turut disebarluaskan melalui ke-
kitar abad ke-17, karena pengaruh dari ke- kuasaan oleh Raja Bone, Petta MatinroE ri
rajaan Bone. Rompegading, kepada seluruh rakyatnya,
Proses penyebaran Islam di kalangan termasuk orang-orang Bajo.
masyarakat Bajo juga tidak ditulis secara Perpaduan antara ajaran Islam dengan
terperinci dalam Lontarak Assalenna Bajo. nilai-nilai tradisional masyarakat Bajo telah
Hanya disebutkan bahwa ulama-ulama dari terjalin erat dan dilaksanakan dalam ke-
tanah Arab datang menyebarkan Islam, dan hidupan sehari-hari orang Bajo sebagai nor-
setelah Islam menyebar, minuman keras, ma-norma dan tata aturan hidup yang
sesajian, dan dukun tradisional dilarang. Hal harus dipatuhi. Di samping memuat sejarah
tersebut disebutkan dalam ayat 228 sebagai kehidupan, tata kekuasaan dan sosial ke-
berikut: masyarakatan, naskah Lontarak Assalenna
“Napada sempe’na lao muttama ri Bone, napada Bajo juga memuat aturan-aturan hukum
tanraapiina ri pada onro-onronna, naengka toona yang berlaku di masyarakat Bajo. Di antara
LoloE sibawa Ponggawa Bajo alauuna Cellu, na- aturan-aturan tersebut, yang menunjukkan
pada marape’na pada mabbola, namajere’na aga- pengaruh ajaran Islam yang cukup kuat
maE napada engkana tuwan-tuwan Ara’E map- adalah aturan-aturan tentang tata cara
pattareka, namajere’na berejama’E, naripeddenni perkawinan. Salah satu dari beberapa ayat
bissu-bissuE nennia massoro-soroE, nennia tua

21
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 15-27

yang menyebutkan tentang aturan-aturan ses negosiasi dan perkembangan terus-me-


dalam perkawinan adalah ayat 428 yang nerus, dalam rangka proses pembentukan
tertulis sebagai berikut: dan pembangunan identitas mereka. Proses
Sibuangessi gau, ripassalenna gau abbainengngE negosiasi ini yang terpenting adalah proses
ri sesena sompaE komui riabbatireng ammanareng- negosiasi antara penerimaan nilai-nilai Islam
ngE pada rialena ripatuttungi poasengngE som- dengan kepercayaan tradisional (indigenous
pa, iyyagi na 88 (aruwa polona aruwa) iyyagi na belief) mereka sebagai suku laut, dan proses
77 (pituppulo pitu) iyyagi na 66 (enneppulona interaksi dengan masyarakat di luar mere-
enneng) iyyagi na 44 (patappulo eppaa) iyyagi na ka, yaitu dengan orang-orang darat. Oleh
22 (duwappulo duwa) iyyagi na 11 (seppulo sed-
karena itu, perlu dilihat konteks sejarah ke-
di). Nako sompa 88 (aruwa polona aruwa), AdeE
hidupan orang Bajo, termasuk tentang asal-
makeppunna 8 (aruwa) rellana, nako sompa 44
(patappulo eppaa), AdeE makeppunna 4 (eppaa) usul, untuk mengetahui proses pemben-
rellana, nako sompa 22 (duwappulo duwa), AdeE tukan identitasnya.
makeppunna 2 (duwa) rellana …. Dalam beberapa penelitian tentang
Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai masyarakat Bajo, ditemukan bahwa dalam
berikut: legenda dan cerita rakyat Bajo, orang Bajo
“Suatu perbuatan tentang perkawinan seki- mengaku bahwa nenek moyang mereka ber-
tar mahar yang tergantung pada strata ketu- asal dari Johor di Semenanjung Malaya
runan yang diikuti dengan mahar, apakah 88, (McAllister, 1996; Hope, 2001; Anwar, 2007;
atau 77, atau 66, atau 44, atau 22, atau 11. Jika Zacot, 2008; Lapian, 2009). Dalam legenda
mahar 88 adat memperoleh bagian 8 real, jika tersebut dikisahkan bahwa pada zaman
mahar 44 adat memperoleh 4 real, jika mahar dahulu putri raja Malaka hilang dan tengge-
22 adat memperoleh 2 real ...” lam di laut ketika sedang berlayar. Raja
Dari ayat tersebut bisa diketahui bahwa Malaka memerintahkan para prajurit untuk
dalam perkawinan pihak laki-laki harus mencari putrinya yang hilang itu, dan
membayar mahar atau maskawin kepada melarang mereka kembali jika tidak mene-
pihak perempuan, seperti yang diwajibkan mukannya. Para prajurit sudah mencari ke
oleh ajaran Islam. Besarnya nilai mahar ter- berbagai penjuru namun tidak menemukan
gantung dari status sosial pihak laki-laki, putri Sang Raja, dan memutuskan tidak
yang menunjukkan kemampuan untuk kembali ke kerajaan karena takut terhadap
membayarnya. Jumlah mahar adalah keli- hukuman dari raja. Mereka memilih me-
patan sebelas (88, 77, 66, 44, 22), dan adat ngembara di lautan lepas, dan mereka inilah
memperoleh sekitar sepuluh persen dari jum- yang menjadi cikal-bakal suku Bajo (Anwar,
lah mahar tersebut. Nilai mahar dihitung 2007).
dengan standar mata uang real, yaitu mata Dugaan yang lebih dekat secara historis
uang Arab, yang menunjukkan adanya pe- adalah ketika Malaka ditaklukkan oleh Por-
ngaruh budaya Arab. tugis pada awal abad ke-16, beberapa pra-
jurit kerajaan Malaka menolak untuk me-
Islam sebagai Identitas Suku Bajo nyerah kepada Portugis dan memilih untuk
Islam telah menjadi bagian penting mengembara di lautan lepas. Inilah asal-usul
dalam identitas budaya orang Bajo, yang persebaran orang laut atau orang Bajo ke
terbukti dari ayat-ayat dalam naskah Lon- berbagai wilayah perairan Nusantara dan
tarak Assalenna Bajo yang diwarnai oleh nilai- sekitarnya (Anwar, 2007). Namun demikian,
nilai ajaran Islam sebagai buah pikiran Lapian (2009: 106) mempunyai pendapat
orang Bajo dalam melukiskan kehidupan lain. Menurutnya, penyebaran orang laut
mereka. Meskipun Islam telah diterima oleh atau orang Bajo yang umumnya mengarah
masyarakat Bajo sebagai identitas, namun ke timur perairan Nusantara bukan karena
penerimaan ajaran Islam tersebut tentu tidak penaklukan Portugis, namun karena konflik
terjadi dengan sendirinya. Penerimaan Is- internal kerajaan Malaka sendiri. Para pra-
lam oleh masyarakat Bajo tentu melalui pro- jurit yang tidak ingin terlibat dan memi-
22
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

hak siapa pun dalam konflik politik memi- kung, yaitu bahwa orang-orang Bajo di per-
lih untuk mengembara di lautan, terutama airan Bone dan Teluk Tomini lebih ber-
menuju ke arah Timur. orientasi ke kerajaan Bone. Dalam naskah
Berdasarkan dugaan bahwa orang Bajo Lontarak Assalenna Bajo sendiri disebutkan
berasal dari Malaka atau Johor di Semenan- bahwa orang-orang Bajo berasal dari daerah
jung Malaya, maka implikasinya adalah Ussu di Luwu, Sulawesi Selatan. Pada suatu
mereka sudah lebih dulu menganut Islam ketika, sebuah pohon besar yang disebut
sebelum menjadi suku pengembara laut, Walenreng ditebang sehingga mengakibat-
mengingat Malaka adalah sebuah kerajaan kan banjir besar yang membuat para pen-
Islam atau kesultanan. Dengan demikian, duduknya mengungsi, termasuk orang-
mereka membawa serta identitas keislaman- orang Bajo yang dipimpin oleh Ipapu
nya ke mana pun mereka mengembara, hanyut ke laut dan akhirnya terdampar di
hingga akhirnya bermukim di tepi-tepi pan- kerajaan Gowa. Kutipan peristiwa tersebut
tai atau gugusan karang di berbagai wilayah termuat dalam ayat 8 dan 9 sebagai berikut:
perairan. Namun demikian, salah satu catat- 8. “… Ipapu ritubbangngi WalenrengngE
an Lapian (2009: 109) menyebutkan bahwa nalempe…”
orang-orang laut ini telah menyebar ke arah 9. “Nasiappimalirenna ri lauu…”
Timur dari Johor ke wilayah kepulauan Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai
Sulu, Filipina, sebelum Islam masuk ke wi- berikut:
layah tersebut, sehingga orang-orang laut ini 8. “…Ipapu menyatakan bahwa pohon
memeluk Islam karena pengaruh dari orang- Walenreng telah ditebang dan terjadi ban-
orang Sulu. jir…”
Dugaan bahwa nenek moyang orang 9. “Banyak yang hanyut ke laut…”
Bajo berasal dari Semenanjung Malaya Namun demikian, istilah walenreng sendiri
dibantah oleh Horst (Hope, 2001), ia me- bisa diartikan sebagai runtuhnya sebuah
nyatakan bahwa orang Bajo mengaku nenek kerajaan, yang dalam proses keruntuhannya
moyangnya berasal dari Johor karena mere- itu terjadi pertumpahan darah yang mem-
ka mengalami tekanan dari kesultanan di buat banyak penduduk mengungsi (Anwar,
sekitarnya. Ia memberi contoh seperti orang 2006: 1). Karena peristiwa tersebut, orang
Bajo di Sulu yang mendapat tekanan dari Bajo mengungsi ke kerajaan Gowa, bahkan
kesultanan Tausug, sehingga mereka meru- salah seorang putri bangsawan Bajo diperis-
jukkan nenek moyangnya kepada kesultan- tri oleh Raja Gowa. Ketika kerajaan Gowa
an yang lebih tua dan lebih kuat, yaitu ke- ditaklukkan oleh kerajaan Bone, orang Bajo
sultanan Johor. Selanjutnya, Horst merujuk memilih untuk tunduk kepada Raja Bone.
pada penelitian Pallesen (1985) yang menye- Oleh Raja Bone, mereka diberi tempat di
butkan bahwa berasal dari rumpun ba- pesisir Timur kerajaan Bone, yang diberi
hasanya, yaitu bahasa proto-Sama, orang- nama BajoE (Anwar, 2006: 2). Kemungkinan
orang Bajo ini berasal dari Filipina. Mereka orang laut ini disebut orang “Bajo” karena
menyebar ke Selatan ke wilayah perairan Su- berasal dari nama tempat “BajoE” yang
lawesi dari Filipina. Karena dugaan nenek diberikan oleh Raja Bone tersebut.
moyang orang Bajo berasal dari Semenan- Apabila ditelusuri lebih jauh, ternyata
jung Malaya dibantah, maka dugaan bah- kisah tentang tumbangnya pohon besar dan
wa orang-orang Bajo telah memeluk Islam terjadinya banjir besar yang menjadi asal-
sebelum mereka menjadi pengembara laut usul orang Bajo ini dekat dengan kisah Sa-
juga terbantahkan. Dengan demikian, orang- werigading yang berasal dari masyarakat
orang Bajo ini memeluk Islam karena pe- Bugis (Hope, 2001). Lebih jauh, kisah ten-
ngaruh dari kesultanan atau orang-orang tang asal-usul sebuah suku atau kelompok
darat di sekitarnya. etnis yang berasal dari sebuah banjir besar
Di sisi lain, Lapian (2009: 111) juga juga ditemukan di beberapa kelompok etnis
mengemukakan pendapat yang mendu- di Asia Tenggara (Nghiem, 1993). Oleh ka-
23
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 15-27

rena itu, secara tidak langsung, orang-orang “Berkata Lolo (pemimpin Bajo) kepada anak
Bajo ingin memosisikan identitas diri mere- cucunya yang banyak, maka mereka masing-
ka sejajar dengan orang-orang darat di se- masing memberi satu kapal, setelah cukup
kitarnya dengan mengonstruksikan bahwa sepikul dibawalah Lolo naik ke Bone di ha-
dapan Baginda (Raja), demikianlah asal-usul
asal-usul identitas mereka itu satu rumpun
persembahannya…”
dengan orang Bugis (kisah Walenreng dan
Sawerigading), orang Melayu (asal-usul dari Dengan lemahnya posisi tawar orang
Semenanjung Malaya), dan orang Islam Bajo di hadapan orang darat, maka keadaan
pada umumnya (sebagai anak-cucu Adam). tersebut memaksa mereka untuk menerima
Itulah mengapa McAllister (1996) mengata- berbagai pengaruh dari darat. Penyerahan
kan bahwa sesungguhnya asal-usul orang kasiwiang atau persembahan kepada Raja
Bajo ini tetaplah sebagai sebuah spekulasi. Bone menunjukkan adanya kepatuhan orang
Walaupun orang Bajo mengidentifikasi Bajo terhadap aturan-aturan yang ditetap-
diri sebagai orang laut, namun kehidupan kan oleh kerajaan di sekitarnya. Apabila
mereka tidak bisa dipisahkan sama sekali kerajaan di sekitarnya tersebut adalah se-
dari daratan. Orang Bajo tetap membutuh- buah kesultanan yang menetapkan nilai-
kan bahan makanan pokok, seperti beras, nilai ajaran Islam dalam aturan-aturannya,
sagu, atau umbi-umbian, air tawar, dan maka aturan-aturan itu juga harus dipatuhi
kayu bakar, yang hanya bisa diperoleh dari oleh orang-orang Bajo. Dari sinilah kemung-
daratan. Sementara itu, orang darat tetap kinan besar orang-orang Bajo mendapatkan
bisa hidup tanpa mengandalkan hasil-hasil pengaruh ajaran Islam ke dalam kehidup-
laut yang menjadi hasil utama dan mata annya.
pencaharian orang Bajo. Dengan keadaan Sebelum mendapatkan pengaruh ajaran
seperti ini, maka posisi tawar orang Bajo Islam, masyarakat Bajo telah mempunyai
menjadi lebih lemah dibandingkan dengan keyakinan tradisional mereka sendiri (indi-
orang darat, karena bagaimana pun juga genous belief), yang ajaran-ajarannya ter-
ketergantungan mereka kepada daratan le- tuang dalam adat, tradisi, dan ritual-ritual
bih tinggi dibandingkan orang darat yang tradisional mereka. Bentuk keyakinan tra-
tidak terlalu bergantung kepada lautan disional masyarakat Bajo ini antara lain
(Ahimsa-Putra, 2006: 214). adanya keyakinan spiritual terhadap pe-
Lemahnya posisi tawar orang Bajo bila nguasa laut yang diistilahkan sebagai Mbo
dibandingkan dengan orang darat ini an- Ma Dilao. Sebelum pergi melaut, masyarakat
tara lain dilukiskan oleh McAllister (1996) Bajo umumnya membaca mantra-mantra
bahwa orang-orang Bajo cenderung me- tertentu untuk memohon keselamatan dan
minta perlindungan kepada kesultanan di hasil laut yang banyak kepada Mbo Ma Di-
sekitar tempat mereka bermukim dari se- lao. Selain itu, masyarakat Bajo juga melaku-
rangan bajak laut. Dalam naskah Lontarak kan ritual dan membaca mantra-mantra
Assalenna Bajo sendiri disebutkan bahwa untuk memohon kesembuhan kepada Mbo
orang Bajo harus memberikan kasiwiang atau Ma Dilao ketika ada anggota masyarakat
persembahan kepada Raja Bone sebanyak yang sakit, dan juga untuk memohon per-
satu pikul atau satu perahu penuh. Me- lindungan dan kesejahteraan.
ngenai kasiwiang tersebut disebutkan dalam Setelah mendapatkan pengaruh dari
ayat 349 sebagai berikut: ajaran Islam, masyarakat Bajo kemudian
“Nakkeda Ilolo ri ana-eppona maegaE napada menegosiasikan dan memadukannya de-
mabberena tassikappala’na, gennei sipikulu ngan keyakinan tradisional mereka, sehing-
napaenre’ni Ilolo ri Bone tanraapii ri Puwanna, ga bentuk-bentuk ritual dan mantra-man-
makkoniro rimula-appongenna ri kasiwiang tra tersebut menjadi wujud perpaduan an-
sisengngE…” tara nilai-nilai ajaran Islam dengan keya-
Terjemahannya (Anwar, 2000) sebagai ber- kinan tradisional mereka. Oleh karena itu-
ikut: lah sebenarnya keberagamaan orang Bajo ini
24
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

merupakan suatu bentuk sinkretisme antara Berger dan Luckmann (1966), yaitu diten-
keyakinan tradisional mereka dengan ajar- tukan oleh hubungan mereka dengan orang
an-ajaran Islam (Stacey, 2007). Contohnya darat. Identitas keislaman orang Bajo juga
adalah salah satu bentuk mantra memohon selalu mengalami proses negosiasi (Hall,
keselamatan yang diucapkan menjelang 1996) atau dialektika (Berger dan Luckmann,
pergi melaut sebagai berikut (dikutip dari 1966), yaitu ke dalam berdialektika dengan
Uniawati, 2006): keyakinan tradisional masyarakat Bajo, dan
Bismillahirrahmanirrahim ke luar berdialektika dalam hubungan de-
Opapu oh Mbo Ma Dilao ngan orang-orang darat.
Ombotumbira Dalam kerangka teori Hans Mol (1986),
Daha aku Islam merupakan bentuk sakralisasi identi-
Sasapata madilao tas masyarakat Bajo, yang menjamin ikatan
(Bismillahirrahmanirrahim sosial di dalam masyarakat Bajo maupun
Oh Tuhan, Oh Mbo Ma Dilao hubungannya dengan orang-orang darat.
dan wakilnya Bentuk sakralisasi identitas tersebut antara
jangan saya ditegur lain: Pertama, Islam menyediakan nilai-nilai
dan jangan saya diganggu di laut)
yang bisa menjadi petunjuk hidup bagi
Sebagaimana tersebut dalam mantra di masyarakat Bajo; Kedua, Islam menjadi
atas, ucapan “Bismillahirrahmanirrahim” ber- dasar bagi aturan-aturan yang berlaku di
padu dengan permohonan kepada Mbo Ma dalam masyarakat Bajo, di antaranya ada-
Dilao, yang menunjukkan adanya sinkretis- lah aturan tentang perkawinan; ketiga, Is-
me antara keyakinan tradisional masyarakat lam mampu mengembangkan keterikatan
Bajo dengan ajaran Islam. emosional, komitmen, dan kebersamaan di
Demikianlah, bentuk sinkretisme antara dalam masyarakat Bajo maupun dalam
keyakinan tradisional dan ajaran Islam terse- hubungannya dengan orang darat sebagai
but menunjukkan adanya suatu proses nego- sesama Muslim; Keempat bentuk sakralisasi
siasi serta penerimaan atas ajaran-ajaran identitas tersebut telah tertuang dalam nas-
Islam dalam konstruksi identitas masyarakat kah Lontarak Assalenna Bajo sebagai catatan
suku Bajo, dalam hubungannya dengan dan ungkapan masyarakat Bajo tentang ke-
lingkungan hidupnya sebagai orang laut, hidupan mereka sendiri.
dan juga dalam hubungannya dengan
lingkungan sosialnya, khususnya ketika SIMPULAN
mereka berhubungan dengan orang-orang Islam telah menjadi bagian penting
darat. dalam identitas budaya suku Bajo, baik ter-
Dari gambaran tersebut, tampak peran cermin dalam kehidupan mereka sehari-hari
Islam sebagai identitas orang Bajo yang stra- maupun yang tercantum dalam naskah Lon-
tegis dan posisional seperti pendapat Hall tarak Assalenna Bajo sebagai bentuk kearifan
(1996). Islam merupakan salah satu strategi budaya Bajo yang berisi catatan tentang ke-
orang Bajo dalam mempertahankan hidup- hidupan masyarakat Bajo yang ditulis oleh
nya, yaitu dengan mengadopsi nilai-nilai mereka sendiri. Ikrar keyakinan pada Tuhan
Islam yang berasal dari darat ketika mereka Allah dan Nabi Muhammad serta peng-
harus berhubungan dengan orang darat. akuan Adam dan Hawa sebagai nenek mo-
Secara posisional, orang Bajo tampil memo- yang mereka dalam naskah tersebut menun-
sisikan diri sebagai orang Islam ketika ber- jukkan keimanan orang Bajo terhadap ajar-
hubungan dengan orang darat, sehingga an Islam. Lebih jauh, nilai-nilai ajaran Islam
mereka lebih mudah diterima. Di sinilah tam- juga telah menjadi dasar bagi aturan-atur-
pak jelas bahwa konstruksi identitas masya- an yang berlaku dalam masyarakat Bajo,
rakat Bajo juga ditentukan oleh lingkungan salah satunya adalah mengenai aturan ten-
sosialnya, seperti pendapat Sen (2006) serta tang perkawinan.

25
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 15-27

Walaupun Islam telah diterima oleh Liliweri, A., 2002, Makna Budaya dalam Ko-
masyarakat Bajo, proses penerimaan terse- munikasi Antarbudaya, Yogyakarta:
but tidak terjadi begitu saja, namun melalui LKIS.
proses negosiasi dan perkembangan terus-
Marihi, L., 2007, Kepemimpinan Kepala Ma-
menerus. Orang Bajo memang bukan orang
drasah Tsanawiyah Mantigola dalam
Islam dari awal sebelum mereka menjadi
Membina Hubungan Sekolah Dengan
pengembara laut, namun mereka menerima
Masyarakat Bajo, M.A. Tesis (tidak ter-
pengaruh Islam dari orang-orang darat di
bit), Kendari: Universitas Haluoleo.
sekitarnya, sebagai akibat hubungan antara
orang Bajo dengan orang darat. Dalam kon- McAllister, K.E., 1996, Ethnic Identity and
teks naskah Lontarak Assalenna Bajo, yang Changing Relations of Dependency
ditulis oleh orang Bajo di BajoE yang ber- Among the Bajo Fishers of Central Su-
ada di perairan teluk Bone, masyarakat Bajo lawesi, Disertasi (tidak terbit), Halifax,
menerima pengaruh Islam dari hubungan- Nova Scotia: Dalhousie University.
nya dengan orang-orang dari kerajaan Bone. Mol, H., 1986, “Religion and Identity: A Dialec-
tic Interpretation of Religious Pheno-
DAFTAR PUSTAKA mena”, dalam Hayes, V.C. (ed.), Iden-
Ahimsa-Putra, H.S., 2006, Strukturalisme tity Issues and World Religions, Bedford
Levi-Strauss, Yogyakarta: Kepel Press. Park, Australia: Australian Asso-
ciation for the Study of Religion.
Anonim, Lontarak Assalena Bajo, terjemahan
Anwar, 2000, Jakarta: Program Peng- Nghiem, D.V., 1993. “The Flood Myth and
galakan Kajian Sumber-sumber Ter- the Origin of Ethnic Groups in South-
tulis Nusantara, Ditjen Dikti Depdik- east Asia”, Journal of American Folklore,
nas. Vol. 106, No. 421: 304-337.
Anwar, 2007, Etnik Bajo: Bermula dari Praju- Nimmo, H.A., 1972, The Sea People of Sulu: a
rit Kerajaan, Melayu Online: www. Study of Social Change in the Philippines,
melayuonline.com San Fransisco, USA: Chandler Pub-
lishing Company.
Anwar, 2006, Kajian Pendidikan dan Kebu-
dayaan Bajo, Tinjauan Historis dan Kon- Nimmo, H.A., 2001, Magosaha: an Ethnolo-
temporer, makalah Seminar Peru- gy of the Tawi-tawi Sama Dilaut, Ma-
musan Naskah Sejarah (tidak terbit), nila, the Philippines: Atteneo de Ma-
Kendari: Universitas Haluoleo. nila University Press.
Berger, P. dan Luckmann, T., 1966, The So- Pallesen, A.K., 1985, Culture Contact and La-
cial Construction of Reality, New York: nguage Convergence, Manila, the Phi-
Anchor Book. lippines: Linguistic Society of the Phi-
lippines.
Chou, C., 2003, Indonesian Sea Nomads, Lon-
don: IIAS-RoutledgeCurzon. Sather, C., 1997, The Bajau Laut: Adaptation,
History, and Fate in a Maritime Fishing
Hall, S., 1996, “Who Needs Identity?”, dalam
Society of South-Eastern Sabah, Kuala
Hall, S. dan du Gay, P. (eds), Ques-
Lumpur, Malaysia: Oxford Universi-
tions of Cultural Identity, London: Sage
ty Press,
Publications.
Sen, A., 2006, Identity and Violence, London:
Hope, S., 2001, Outcasts of the Islands, Lon-
Penguin Books.
don: HarperCollins Publishers.
Sopher, D.E., 1965, The Sea Nomads: a Study
Lapian, A.B., 2009, Orang Laut, Bajak Laut,
Based on the Literature of the Maritime
Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawe-
Boat People of South East Asia, Si-
si Abad XX, Jakarta: Komunitas Bam-
ngapore: National Museum of Si-
bu.
ngapore.

26
Benny Baskara -- Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo

Uniawati, 2006, Fungsi Mantra Melaut pada Zacot, F.R., 2008, Orang Bajo, Suku Pengem-
Masyarakat Suku Bajo di Sulawesi Teng- bara Laut, terj. Fida Muljono dan Ida
gara, Kendari: Kantor Bahasa Provin- Budi Pranoto, Jakarta: Gramedia-
si Sulawesi Tenggara,. EFEO-FJP.

27
KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

BIOFILIA DAN NEKROFILIA:


ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL
LA BÊTE HUMAINE KARYA EMILE ZOLA

Ali Shahab
Jurusan Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Email: alishahab2008@yahoo.com

ABSTRACT

Based on the analysis of genetic structuralism suggested by Lucien Goldmann, showed that Emile
Zola as an adherent of naturalism, through the mediation of his work La Bête Humaine, has managed to
bring a distinctive world view. In his career as an author who engage fully in social and political life of his
time, Zola has been firmly demonstrated a world view that is different with the rulers at that time. His
involvement in the political field, as well as to the weak, and become victims of an unjust system of
capitalism, and his commitment to the truth which he believed, had produced changes in the field of
social and political. This is evident with the recognition of social rights of workers in those days, and the
release of Alfred Dreyfus from prison. Yet all that must be redeemed by his life. Zola died of assassinated
by political opponents.
Keywords: La bête humaine, world vision, Emile Zola.

ABSTRAK

Berdasarkan analisis strukturalisme genetik yang disarankan oleh Lucien Goldmann, menunjuk-
kan bahwa Emile Zola merupakan penganut naturalisme, melalui perantaraan karyanya La Bête Hu-
maine, telah berhasil mengemukakan sebuah pandangan dunia yang khas. Dalam karirnya sebagai
seorang penulis yang terlibat penuh dalam kehidupan sosial dan politik pada masanya, Zola telah
dengan tegas menunjukkan pandangan dunia yang berbeda dengan penguasa pada waktu itu. Keterli-
batannya dalam bidang politik, serta berpihak kepada yang lemah, dan menjadi korban dari suatu sistem
kapitalisme yang tidak adil, serta komitmennya kepada kebenaran yang dia percaya, telah menghasilkan
perubahan di bidang sosial dan politik. Hal ini terbukti dengan pengakuan hak-hak sosial pekerja dan
pelepasan Alfred Dreyfus dari penjara. Namun semua itu harus ia tebus dengan nyawanya. Zola meninggal
karena dibunuh oleh lawan-lawan politiknya.

Kata kunci: La bête humaine, pandangan dunia, Emile Zola.

28
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

PENGANTAR muara pada kenyataan bahwa struktur


Karya monumental Emile Zola, Les alam dalam karya sejalan dengan struktur
Rougon Macquart, merupakan kumpulan mental kelompok sosial tertentu atau memi-
puluhan novel yang mengambarkan ber- liki hubungan yang dapat dipahami dengan-
bagai karakteristik manusia yang hidup nya (Goldmann, 1964: 226). Dengan pemi-
pada zamannya. Les Rougon Macquart me- lihan metode penelitian yang tepat, dimak-
munculkan tokoh-tokoh luar biasa dari kelas sudkan agar kerja penelitian dapat berlang-
dan lingkungan sosial yang beragam. Bukan sung secara objektif, dan terhindarnya un-
sekedar mengandalkan imajinasi, Zola bah- sur prasangka (Chamamah, 2011: 64).
kan melakukan penelitian sosiologis secara Metode yang dipergunakan dalam pene-
serius untuk karyanya ini sekaligus mem- litian ini adalah metode struktural, data-
praktikkan metode ilmiah yang biasa dilaku- data yang berhubungan dengan permasa-
kan oleh penganut aliran naturalis. Dia per- lahan penelitian diambil dari unsur-unsur
caya bahwa psikologi adalah subordinasi novel. Pertama, data dikumpulkan dari iden-
dari fisiologi. Artinya, situasi fisiklah yang tifikasi tiap-tiap tokoh yang dipaparkan.
mempengaruhi kepribadian manusia, bukan Kedua, data-data yang diperoleh akan di-
sebaliknya. Zola menyatakan bahwa tokoh- analisis secara kualitatif agar mampu men-
tokoh dalam novelnya bukanlah jiwa-jiwa jawab tujuan penelitian ini, yakni meng-
murni (sebuah pandangan yang bersifat ungkap pengaruh sosial terhadap proses
abstrak mengenai manusia), yang merupa- alienasi yang dialami oleh kelompok-kelom-
kan pemikiran mainstream abad XIX, (Lagard pok masyarakat tertentu.
et Michard, 1969: 482). Salah satu novel dari Dengan novelnya La Bête Humaine, Zola
kumpulan Les Rougon Macquart adalah La bermaksud pula mengritik situasi ilmu
Bête Humaine (Manusia Binatang) yang men- pengetahuan pada zamannya yang menem-
ceritakan sekelompok pekerja kereta api patkan manusia sebagai subjek fisiologis.
(chemin de fer). Sepintas mereka tampak nor- Pandangan yang menyatakan bahwa jiwa
mal, tetapi sesungguhnya mengidap kelain- dapat berfungsi dengan sendirinya tanpa
an jiwa yang diwarisi secara turun-temu- pengaruh apa pun, menurut Zola adalah
run dari satu generasi ke generasi lainnya. sebuah pandangan yang keliru. (Lagard &
Kehidupan mereka didominasi oleh nafsu- Michard, 1969: 483). Baginya, manusia yang
nafsu instingtif kebinatangan (bestial); di- terdiri dari organ-organ tubuh tidak seke-
kendalikan oleh hasrat libidinal dan ke- dar entitas biologis. Manusia merupakan
inginan untuk membunuh. makhluk dimanis yang bergulat dalam ling-
Penelitian ini bermaksud mengungkap kungan sosial, sehingga setiap saat ia meng-
latar belakang kemunculan manusia-manu- alami berbagai sensasi yang mempengaruhi
sia aneh dalam La Bête Humaine, adakah ko- dan menggerakkan jiwanya. Gerakan-ge-
relasi tokoh novel tersebut dengan proses rakan jiwa tersebut dipengaruhi oleh peng-
industrialisasi yang sedang terjadi di Pran- lihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
cis saat itu, dan pandangan dunia seperti ataupun rabaan. Berangkat dari pandangan
apa yang hendak disampaikan oleh Zola tersebut, penulis memilih pendekaan so-
melalui karyanya tersebut? Untuk men- siologi sastra sebagai pisau analisis untuk
jawab tiga pertanyaan ini, penulis menilai penelitian ini.
pendekatan strukturakisme genetik adalah
pilihan yang tepat. Pendekatan sosiologi sas- Vision du Monde dan Pendekatan
tra tidak saja mendeskripsikan karakter Biofilia dan Nekrofilia
manusia, tetapi juga menelisik interaksi dan Salah satu teori sosiologi sastra yang
proses sosial antara pengarang sebagai populer di kalangan akademisi adalah teori
representasi kelas sosial tertentu dengan yang dikemukan oleh Lucien Goldmann.
situasi zamannya (zeitgeizt). Demikian pula Dalam karyanya yang berjudul Pour Une
bahwa sifat kolektif dari kreasi sastra, ber- Sociologie du Roman (1964), dan Le Dieu Caché

29
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

(1959), Goldmann memuji Marx karena teori segala sesuatu yang bagi orang normal ber-
yang dikemukakannya dianggap lebih me- sifat mengerikan. Tokoh historis yang me-
material dibandingkan dengan teori-teori miliki kecenderungan nekrofilik semacam ini
yang dikemukakan oleh ahli-ahli lain. Na- antara lain Adolf Hitler, Eichmann, dan Sta-
mun, dikarenakan karya sastra merupakan lin. Erich Fromm menganggap bahwa necro-
gagasan-gagasan yang bersifat imajiner, filia merupakan gejala patologis yang bersi-
maka menurut Goldmann diperlukan me- fat menular melalui jalinan antar-manusia
diasi, antara lain pandangan dunia (vision dalam struktur sosialnya. Dalam jaringan
du monde). Vision du monde adalah aspirasi sosial, necrofilia mampu berkembang secara
dan gagasan pengarang yang termuat dalam cepat. Kehidupan yang dibirokratisasikan
sebuah karya, yang juga merupakan repre- dengan corak industrial dan peradaban
sentasi kelas sosial (Goldmann 1964:34-52). masal merupakan lahan yang sempurna
Kedua buku karya Goldmann tersebut, bagi berkembang-biaknya necrofilia. Dalam
di samping memuat tinjauan teoretis, juga dunia industrial, hubungan antar-manusia
dilengkapi dengan contoh-contoh bahasan. berubah menjadi hubungan antara benda-
Dalam buku Pour Une Socilogi du Roman benda dan kehilangan makna kemanusiaan-
(1964), Goldmann menggunakan novel-no- nya. Oleh karena itu, tidak jarang manusia
vel karya André Malraux sebagai contoh- bahkan menjadi lebih akrab dengan mesin-
contoh bahasan. Sementara buku Le Dieu mesin (Fromm 1964: 4-5).
Caché (1959) menggunakan drama-drama Pandangan Fromm di atas sebenarnya
karya Racine. Dengan contoh-contoh ba- merevisi pandangan gurunya, Sigmund
hasan tersebut diharapkan akan memban- Freud yang berkesimpulan bahwa necrofilia
tu penerapan teori-teori yang dipergunakan bersifat given. Freud (1856-1939) menyebut-
dalam penelitian karya sastra. kan adanya dua jenis dorongan yang dimi-
Selain Goldman, penulis menilai pan- liki oleh manusia. Yang pertama adalah eros,
dangan Erich Fromm tentang analisis ka- yaitu dorongan untuk hidup. Yang kedua
rakter individual layak untuk dicermati. disebut thanatos, yaitu dorongan untuk mati.
Erich Fromm (1900-1990) menyebutkan dua Freud beranggapan bahwa dorongan untuk
macam posisi manusia dalam menyikapi ke- hidup dan dorongan untuk mati sebagai se-
hidupan. Pertama adalah biofilia, yang ber- suatu yang bersifat terberi (given) begitu saja
arti mencintai kehidupan. Sikap ini meru- secara biologis dan bersifat konstan. Pan-
pakan orientasi normal yang dimiliki oleh dangan Freud semacam ini merupakan
orang-orang yang waras. Biofilia tidak diben- salah satu ciri pandangan terhadap manu-
tuk oleh sifat tunggal, tetapi merepresenta- sia yang bersifat positivistik sebagaimana
sikan orientasi total, sebuah keseluruhan pandangan yang banyak dianut oleh para
cara berada manusia. Biofilia dimanifestasi- pengarang Prancis abad XIX, menurut
kan oleh proses-proses kebertubuhan sese- mereka, watak dasar manusia pada dasar-
orang, baik dalam emosi, pikiran maupun nya ditentukan oleh faktor-faktor keturunan
gerak-geriknya dalam kehidupan sosial. dan faktor lingkungan.
Pendekatan biofilia terhadap kehidupan lebih
bersifat fungsional daripada mekanis. Kedua PEMBAHASAN
adalah necrofilia, yang berarti mencintai ke- Zola, dikenal sebagai seorang tokoh na-
matian. Manusia jenis ini dalam kehidupan turalis yang bercirikan epikal. Dalam Les
sehari-hari seakan-akan tampak normal. Rogons Macquart, ia menampilkan tokoh-
Mereka bersikap ramah, bicaranya mudah tokoh yang mempunyai karakter-karakter
memancing keakraban, dan bersahabat, khas. Di samping menampilkan individu-
tetapi sesungguhnya sangat mencintai ke- individu yang mempunyai perwatakan yang
matian. Ia sangat terpesona terhadap ke- menonjol dan berkarakter kuat, Zola juga
matian, jenazah, kerusakan, kekotoran, dan mempertontonkan kerumunan-kerumunan

30
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

manusia yang selalu berada dalam keadaan surtout du réglage parfait des tiroirs; de même que,
bergerak sesuai dengan latar sosial. Gerom- si elle vaporisait beaucoup avec peu de combustible,
bolan manusia dalam jumlah besar yang on mettait cela sur le compte de la qualité du cuivre
bergerak dengan berbagai bentuk tubuh dan des tubes et de la disposition heureuse de la
chaudière. Mais lui savait qu’il y avait autre chose,
pakaian yang beraneka ragam, memberikan
car d’autres machines, identiquement construites,
kesan kolosal, dan epikal. monte avec le même soin, ne montrait aucune de ses
Novel La Bête Humaine, yang dibahas qualités. Il y avait l’âme, le mystère de la fabrication,
dalam tulisan ini, menggunakan dunia per- ce quelque chose que le hasard du martelage ajoute
keretaapian sebagai latar cerita. Dengan au métal, que le tour de main de l’ouvrier monteur
kereta api, manusia-manusia dari berbagai donne aux pièces: la personnalité de la machine, la
jenis ras dan pekerjaan masing-masing, se- vie…, qu’elle avait l’exemple des belles femmes, le
lalu tampak bergerak dan berpindah dari besoin d’être graissée trop souvent. (Zola, 1977:
satu tempat ke tempat lain. Manusia-manu- 196).
sia yang selalu tampak sibuk tersebut keli- Benar, ia mencintai mesin tersebut. Sejak em-
hatan asing antara satu sama lain. Demikian pat tahun ia mengemudikan mesin itu. Telah
pula dengan suasana di stasiun-stasiun, tem- beberapa kali ia berganti lokomotif. Ia menya-
dari benar, bahwa masing-masing mempu-
pat kereta api berhenti untuk menurunkan
nyai karakternya sendiri-sendiri. Semua itu
dan menaikkan penumpang. Suasana latar
tidak banyak berarti kalau dibandingkan de-
tersebut menghadirkan kesan dinamis. ngan wanita, ya seperti tulang dan daging saja.
Tidak ada yang istimewa. Kalau ia menyukai
Karakter Manusia Biofilia, Nekrofilia, yang itu (la Lison), karena ia memang mem-
dan Keterasingan punyai karakter seperti seorang wanita yang
Tokoh utama La Bête Humaine adalah pemberani. Ia lembut lagi penurut. Mudah
Jacques Lantier, seorang pemuda berumur dijalankan. Gerakannya teratur dan lancar.
26 tahun yang bertubuh tinggi dan berpe- Tenaganya bagus. Semua itu, orang bilang
rawakan tegap. Ia hidup membujang dan karena memang setelan roda-rodanya bagus,
komponen-komponen mesinnya dibuat dari
bekerja sebagai masinis kereta api jurusan
bahan-bahan yang bagus pula. Juga kalau
Paris-Le Havre. Le Havre merupakan sebuah
yang penguapannya bagus, hanya dengan
kota pelabuhan perdagangan yang ramai, menggunakan bahan bakar yang hemat, orang
berjarak kurang lebih tiga jam perjalanan beranggapan bahwa semua itu karena kuali-
dengan kereta api atau berjarak ± 180 km tas tembaga yang dipergunakan untuk mem-
dari kota Paris. Jacques sangat mencintai buat tabung-tabungnya, dan juga karena po-
pekerjaannya. Ia bekerja dengan disiplin, sisi memasang tungku pemanas yang tepat.
tepat waktu, dan telaten merawat lokomo- Akan tetapi dia (Jacquess Lantier), dia tahu.
tif yang dikemudikannya, hingga terjadi Ada sesuatu yang lain. Karena, mesin-mesin
hubungan personal antara Jacques dengan yang lain, yang dibuat dengan cara yang
sama, dan dirakit dengan kehati-hatian yang
lokomotif tersebut:
sama, tidak mempunyai kualitas yang sama.
Et c’était vraie, il l’aimait d’amour, sa machine, Ada jiwa, ada suatu misteri dalam pembuat-
depuis quatre ans qu’il la conduisait. Il en avait annya. Ada suatu faktor kebetulan yang ter-
mené d’autres, des dociles et des rétives, des campur dalam proses penempaan bahan-ba-
courageuses et des fainéants; il n’ignorait point hannya, ada sesuatu yang menjiwai gerak
que chacune avait son caractère, que beaucoup ne tangan buruh yang merakit bagian-bagian
valaient pas grand chose, comme on dit des femmes mesin; yaitu kepribadian mesin itu, sebuah
de chair et d’os; de sorte que, ‘il aimait celle-là, roh...... Memang, kadang ia terlalu banyak
c’était en vérité qu’elle avait des qualités rares de membutuhkan pelumas. Ah, wajar katanya.
brave femme. Elle était douce, obéissante, facile au Seperti perempuan cantik pada umumnya. Ia
démarrage, d’une marche régulière et continue, juga butuh sering-sering dilumasi.
grâce a sa bonne vaporisation. On prétendait bien Jacques sangat mencintai lokomotif
que, si elle démarrait avec tant d’aisance, cela
tersebut. Ia memberikan sebuah nama pada
provenait de l’excellent bandage des roués et
mesin yang dicintainya itu dengan nama

31
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

seorang perempuan, yaitu La Lison. Ia mera- doute, qui faisait chaque semaine le voyage de Paris,
sa bahwa hubungan dengan La Lison telah celui d’une petite dame brune, passant
telah lebih dari segalanya. Oleh karena itu, régulièrement le mercredi et le samedi. Mais l’éclair
ia seolah tidak membutuhkan kehadiran les emportait, elle n’était pas bien sur de les avoir
vus, toute les faces se noyaient, se confondaient,
sosok spesial yang lain. Jacques adalah tipe
comme semblables, disparaissant les unes dans les
pemuda pendiam. Apabila tidak bekerja, autres. Le torrent coulait, en ne laissant rien de lui.
seringkali ia menyendiri dan menghabiskan Et ce qui la rendait triste, c’était sur ce roulement
waktu dengan berjalan menyusuri rel kere- continu, sous tant de bien-être et tant d’argent
ta api. Ia jarang sekali bersosialisasi dengan promenait, de sentir que cette foule toujours si
teman sejawat di tempat ia bekerja. Jacques haletante ignorait qu’elle fut la, en danger de mort,
menderita penyakit kelainan jiwa. Perilaku- a ce point que, si son home l’achevait un soir, les
nya mudah berubah-ubah secara tiba-tiba. trains continueraient a se croiser près e son cadavre,
Penyakit jiwa yang dideritanya merupakan sans se douter seulement du crime, au fond de la
semacam penyakit turun-temurun. maison solitaire. (Ah! C’est une belle invention. Il
n’y a pas ê dire. On va vite, on est plus savant…
Diceritakan suatu ketika, di waktu li-
Mais les bêtes sauvages restent des bêtes sauvages,
buran, Jacques berjalan-jalan di sekitar daerah et on aura beau inventer des mécaniques meilleurs
perdesaan. Sewaktu melewati rumah tan- encore, il y aura quand même des bêtes sauvages
tenya, yaitu tante Phasie, ia mampir ke ru- dessous) (Zola, 1977: 71-72).
mah tersebut untuk menengok tantenya Itulah kemajuan. Semua bersaudara. Semua
yang sedang sakit. Tante Phasie adalah adik menggelinding bersama menuju Negara yang
ayah Jacques Lantier. Sewaktu Jacques berbeda-beda. Ia mencoba mengenali wajah-
masih kecil, ayahnya meninggal, dan ia di- wajah yang dilihatnya. Tetapi wajah-wajah
asuh oleh tantenya tersebut. Tante Phasie, itu tampak sama. Wajah-wajah itu menghi-
juga menderita semacam penyakit jiwa. Ia lang begitu saja. Dan yang membuatnya mera-
selalu merasa curiga dengan orang-orang di sa sedih, adalah merasakan, bahwa dari be-
sekelilingnya. Ia menuduh suaminya ber- gitu banyaknya manusia, begitu banyaknya
uang yang beredar di antara mereka, mereka
usaha membunuh dengan meracuninya le-
tidak mempedulikan dirinya ada di sana, ter-
wat makanan.
ancam kematian. Apabila suatu malam
Selain menderita penyakit jiwa secara suaminya menghabisinya, kereta api akan
turun-temurun, para tokoh La Bête Humaine tetap saja lewat di samping mayatnya yang
pada umumnya merupakan manusia- tergeletak di rumahnya yang sepi ...... Ah, me-
manusia yang terasing dari lingkungannya. mang benar. Sebuah penemuan yang bagus.
Mereka terasing karena merasa tidak terli- Tidak bisa disangkal. Kita menjadi semakin
bat dengan kehidupan yang semakin maju. cepat. Orang menjadi semakin pintar. Tetapi
Kehadiran mesin-mesin (seperti lokomotif bagaimanapun, binatang buas tetap binatang
yang dapat begerak cepat) dan kemajuan buas. Meskipun akan ditemukan lagi mesin-
mesin yang lain yang lebih bagus lagi, tetap
industri telah membuat manusia-manusia La
saja akan ada binatang-binatang buas di situ
Bête Humaine semakin terpinggirkan. Mere-
( Zola, 1977: 72-75).
ka menjadi manusia-manusia yang ter-
alienasi dari dunianya sendiri. Suasana me- Dalam perjalanan pulang dari rumah
ngenai keterasingan manusia tersebut, ter- tantenya, Jacques kembali berjalan menelu-
cermin dari ungkapan Tante Phasie sebagai suri jalan kereta api di tengah remang-re-
berikut: mang malam. Ia berjumpa dengan seorang
Ca c’était les progrès, tous frères, roulant tous gadis bernama Flore, anak tante Phasie atau
ensemble, là bas, vers un pays de cocagne. Elle sepupunya sendiri. Flore sudah lama tertarik
essayait de les compter, en moyenne, à tant par kepada Jacques. Pada saat itu Flore sedang
wagon: il y en avait trop, elle n’y parvenait pas. memotong-motong tali dengan sebuah gun-
Souvent, elle croyait reconnaitre des visages, celui ting besar untuk dicuri dan dibawanya pu-
d’un monsieur a barbe blonde, un Anglais sans lang. Setelah mengobrol beberapa saat,

32
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

Jacques merasakan ada gairah seksual yang Jaques kemudian berlari pergi mening-
muncul pada dirinya. Keduanya saling ber- galkan Flore yang tergolek setengah telan-
sentuhan dan berciuman. Jacques dan Flore jang. Ia kemudian terisak menangis menye-
hampir saja bercinta. Pada saat gairah sali perbuatannya. Bertanya dalam hati,
Jacques memuncak, dan Flore terbaring de- kenapa penyakit (hasrat untuk membunuh)
ngan tubuh setengah telanjang, Jacques me- yang dikiranya telah sembuh itu muncul
lihat sebuah gunting besar di dekat tubuh kembali. Penyakit itu telah diidapnya sejak
Flore. Tiba-tiba saja secara mendadak, kecil. Ada sesuatu dalam dirinya yang sela-
gairah seksualnya berubah menjadi hasrat lu mengganggu. Telah lama ia memperta-
membunuh. Jacques meraih gunting besar nyakan, mengapa perasaan ingin mem-
tersebut dan bermaksud menancapkannya pada bunuh tersebut muncul kembali? (Zola,
leher Flore: 1977: 84):
Le corsage fut arraché, les deux seins jaillirent, durs Alors, Jacques, les jambes brisées, tomba au bord de
et gonflés de la bataille, d’une blancheur de lait, la ligne, et éclata en sanglots convulsifs, vautre sur
dans l’ombre Claire. Et elle s’abattit sur le dos, elle le ventre, la face enfoncée dans l’herbe. Mon Dieu!
se donnait, vaincue. Alors, lui, haletant, s’arrêta, Il était donc revenu, ce mal abominable dont il se
la regarda, au lieu de la posséder. Une fureur croyait guéri? Voila qu’il avait voulu la tuer, cette
semblait le prendre, une férocité qui le faisait fille! Tuer une femme, tuer une femme! Cela sonnait
chercher des yeux, autour de lui, une arme, une à ses oreilles, du fond de sa jeunesse, avec la fièvre
pierre, quelque chose enfin pour la tuer. Ses regards grandissante, affolante du désir. Comme les autres
rencontrèrent les ciseaux, luisant parmi les bouts sous l’éveil de la puberté, rêvent d’en posséder une,
de corde; Et il les ramassa d’un bond, et ils les lui s’était enrage a l’idée d’en tuer une. Car il ne
auraient enfoncés dans cette gorge nue, entre les pouvait se mentir, il avait bien pris les ciseaux
deux seins blancs, aux fleurs roses. Mais un grand pour les lui planter dans la chair, des qu’il avait
froid le dégrisait, et il les rejeta, il s’enfuit, éperdu vue, cette chair, cette gorge, chaude et blanche. Et
(Zola, 1977: 83). ce n’était point parce qu’elle résistait, non! C’était
Behanya tercerabut, kedua buah dadanya pour le plaisir, parce qu’il en avait une envie, une
menyembul, keras, dan melembung karena envie telle, que s’il n’était pas cramponne aux
bergumul, seputih susu, dalam bayangan te- herbes, il serait retourne la bas, en galopant, pour
rang. Ia tergeletak pada punggungnya, menye- l’égorger. Elle, mon Dieu! Cette Flore qu’il avait
rah pasrah. Kemudian ia, sambil terengah- vue grandir, cette enfant sauvage dont il venait de
engah, berhenti, memandanginya. Kemarah- sentir aime si profondément! Ses doits tordus
an menguasai dirinya. Matanya nanar, men- entrèrent dans la terre, ses sanglots lui déchirèrent
cari sesuatu untuk digunakannya sebagai sen- la gorge, dans un râle d’effroyable désespoir. (Zola,
jata, sebuah batu, atau apa saja untuk mem- 1977: 84-85).
bunuhnya. Pandangannya menangkap se- Maka, Jacques, dengan kaki lemas, terjatuh di
buah gunting mengkilat di antara tumpukan sisi rel kereta api. Ia menangis tersedu-sedu.
tali; dan ia merengutnya. Ia bermaksud me- Wajahnya tertelungkup di atas rumput. ‘Tu-
nancapkannya pada leher yang telanjang itu, hanku, penyakit itu datang lagi. Penyakit yang
di antara dua buah dadanya yang putih, de- ia kira telah hilang? Hampir saja ia mem-
ngan bunga-bunga mawar merah. Tetapi, tiba- bunuh gadis itu! Membunuh seorang perem-
tiba rasa dingin menggigil yang merasukinya, puan, seorang perempuan!’ Kalimat-kalimat
membuatnya tersadar, ia lemparkan gunting itu telah lama berdengung di telinganya. Se-
itu dan berlari bagai orang kerasukan (Zola, jak masa remajanya, pada saat remaja yang
1977: 82-83). lain ingin memiliki seorang gadis untuk di-
Menarik untuk dicermati bagaimana Zola jadikan kekasihnya, tetapi ia justru terobsesi
membuat narasi dalam novelnya. Segala se- untuk membunuhnya. Ia tak bisa berbohong,
suatunya dideskripsikan secara detail dan ia telah meraih gunting itu untuk menancap-
apa adanya. Inilah salah satu ciri gaya alir- kannya pada tubuhnya. Begitu ia melihat da-
gingnya, lehernya yang hangat dan putih. Bu-
an realisme yang banyak dianut oleh
kan, bukan karena ia telah menolaknya. Akan
pengarang Prancis abad XIX. tetapi, semata-mata hanya untuk kesenangan.

33
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

Ia begitu ingin menggorok batang lehernya. mengkonsumsi alkohol secara berlebihan


Dia, oh Tuhan. Flore yang ia kenal sejak kecil. tersebut telah membuatnya dan keluarganya
Anak yang tumbuh liar itu, yang sangat ia menjadi semacam serigala-serigala buas pe-
sukai. Jari-jari tangannya terasa kaku. Meng- mangsa wanita, yang juga membuatnya
hujam ke dalam tanah. Tangisnya yang me-
hidup terasing dalam hutan kebuasan:
ledak, dirasakan menyayat tenggorokannya,
dalam keputusasaan yang mengerikan Lui, certain heures, la sentait bien, cette fêlure
Jacques sangat menyesali perbuatannya héréditaire; non pas qu’il fut d’une santé mauvaise,
terhadap Flore, yang tak lain adalah sepu- car appréhension et la honte de ses crises l’avaient
punya sendiri. Ia teringat akan ibunya, Ger- seules maigri autrefois; mais c’était dans son être,
vaise, yang melahirkannya pada usia lima de subites pertes d’équilibre, comme des cassures,
des trous auxquels son moi lui échappait, au milieu
belas tahun. Ayahnya, Lantier, adalah tokoh
d’une sorte de grande fumé qui déformait tout. Il
utama dalam novel Zola yang lain, ne s’appartenait plus, il obéissait a ses muscles, a
L’Assommoir, seorang pecandu berat alkohol la bête enragée (Zola, 1977: 85).
dan pemabuk. Ia menderita penyakit jan- Dia, pada saat-saat tertentu, sangat merasa-
tung akibat terlalu banyak meneguk mi- kan, penyakit bawaan tersebut (la félure hérédi-
numan keras. Kebiasaan buruk tersebut taire). Bukan karena kesehatannya buruk.
membuat ibu Jacques sangat menderita dan Sebab, dulu rasa malunya karena mengetahui
sering menangis. keadaannya tersebut, pernah membuat
Jacques mempunyai dua orang adik badannya agak mengurus. Tetapi ada sesuatu
laki-laki. Salah satunya adalah Etienne, yang yang terjadi dalam jiwanya. Kehilangan kese-
sejak kecil bercita-cita menjadi pelukis. Bakat imbangan yang mendadak, semacam retakan,
tersebut sering membuatnya bersikap aneh, atau lobang, yang karenanya dirinya seperti
terlepas di tengah-tengah semacam asap yang
sehingga dianggap setengah gila. Jacques
mengacaukan segalanya. Ia tak dapat lagi
menyadari bahwa dirinya mewarisi sebuah menguasai dirinya. Ia tunduk pada otot-otot
penyakit bawaan turun-temurun. Ia pun tubuhnya, seperti binatang terserang rabies
tahu bahwa kedua saudaranya sebenarnya (Zola, 1977: 85).
mewarisi penyakit yang sama, yang disebut
sebagai La Félure Héréditaire (sebuah retakan Di tengah kesadaran mengenai penya-
yang berada dalam otak manusia. Akibat kit bawaan yang diidapnya itu, Jacques juga
retakan tersebut membuat penderitanya berusaha menyelesaikan pendidikannya di
memiliki kelainan jiwa, yaitu keinginan un- sekolah Politeknik (Art et Métiers). Setelah
tuk membunuh). Sifat inilah yang disebut menempuh pendidikan selama empat
oleh Erich Fromm sebagai nekrofilia, yaitu tahun, ia lulus dari sekolah tersebut dan ke-
kondisi kejiwaan yang seakan-akan normal, mudian bekerja sebagai seorang masinis
tetapi memiliki naluri untuk membunuh, kereta api. Dengan ketekunan dan kedi-
terpesona dengan kematian, jenazah, keko- siplinannya, ia digaji sebesar 4000 francs, se-
toran serta kebengisan. buah angka yang cukup untuk hidup layak.
Jacques mecoba menganalisis apa pe- Akan tetapi Jacques memilih menyewa se-
nyebabnya. Ia bertanya, apakah mungkin buah kamar kecil, menyendiri, dan menjauhi
hal tersebut disebabkan oleh pengaruh alko- pergaulan. Ia mencurahkan seluruh waktu-
hol? Mungkinkah alkohol telah secara turun- nya untuk bekerja dan merawat La Lison,
temurun meracuni keluarganya? Ia tahu lokomotif kesayangannya. Ia memutuskan
bahwa kebiasaan minum alkohol juga untuk terus menggelinding dan menggelin-
merupakan kebiasaan turun-temurun yang ding di atas rel kereta api bersama La Lison,
juga diwarisi dari kakek-kakeknya. Oleh yang dianggapnya sebagai kekasih. Hanya
karena itu, ia menolak untuk minum alko- La Lison sajalah yang mampu menenangkan
hol. Ia percaya bahwa alkohol akan mem- dan meredam gairah-gairah aneh yang se-
perburuk kondisi kejiwaannya. Kebiasaan lalu merasuki dirinya.
turun-temurun generasi pemabuk dalam

34
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

Jacques Lantier, yang digambarkan se- jutkan hubungan asmaranya dengan


bagai seorang pemuda yang berperawakan Grandmorin. Semacam hubungan incest an-
tegap, berwajah tampan, meskipun meng- tara ayah angkat dan anaknya. Pada mu-
idap penyakit kejiwaan, sebenarnya meru- lanya Roubaud tidak mencurigai hubungan
pakan seorang yang cerdas. Ia selalu ber- tersebut.
usaha berpikir secara logis dan mencari Suatu hari, Roubaud mengajak Séverine
jawaban atas peristiwa-peristiwa yang di- bercinta, namun Séverine menolak, dengan
alaminya. Akan tetapi di sisi lain, ia juga alasan tidak nyaman bercinta di siang hari.
tidak bisa keluar dari pengaruh naluri-naluri Roubaud yang berkarakter sebagai seorang
aneh yang bersarang dalam dirinya. Ke- lelaki yang temperamental, kemudian men-
mampuannya untuk berpikir, selalu dikalah- curigai dan memukuli Séverine. Séverine
kan oleh hasrat-hasrat alamiah yang seolah- kemudian mengakui hubungannya dengan
olah telah menyatu dengan jiwanya, yaitu Grandmorin. Séverine menceritakan semua
hasrat seksual sebagai karakter biofilia dan cerita kehidupannya dengan Grandmorin
dorongan-dorongan untuk membunuh se- kepada Roubaud, termasuk bahwa ia per-
bagai karakter nekrofilia. nah diperkosa oleh Grandmorin pada saat
Tokoh utama lain dalam La Bête Humaine ia berumur lima belas tahun. Roubaud men-
adalah Séverine, yang digambarkan sebagai jadi sangat marah dan hampir saja mem-
seorang perempuan muda yang berpera- bunuh Séverine dengan sebuah pisau yang
wakan sensual. Rambutnya terurai lebat. dihadiahkan Séverine kepadanya. Niat
Wajahnya tidak begitu cantik, namun pan- membunuh Séverine ia urungkan. Sebalik-
dangan matanya tajam, terkesan seperti se- nya, ia berencana ingin membunuh Grand-
orang wanita pemangsa. Diceritakan se- morin. Pada akhirnya keduanya bersama-
waktu kanak-kanak, karena keluarganya sama merencanakan dan membunuh
miskin, ia bersama seorang adiknya terpak- Grandmorin, dan melemparkan mayatnya
sa menumpang hidup bersama keluarga bor- dari kereta api yang sedang berjalan cepat.
juis di desanya, Le Croix–de-Maufras. Ke- Dikarenakan tidak terdapat bukti-bukti
duanya tinggal dan diasuh oleh keluarga yang cukup, Roubaud dan Séverine terbe-
Grandmorin. Monsieur Grandmorin, selain bas dari hukuman bahkan ternyata Grand-
berstatus sebagai ayah angkat Séverine, ia morin meninggalkan wasiat bahwa ia me-
juga menjabat sebagai kepala stasiun. Suatu wariskan seluruh hartanya kepada Séverine
ketika Louissete, adik Séverine, ditemukan sebagai anak angkatnya. Akan tetapi sete-
meninggal dunia tanpa sebab yang jelas. lah membunuh Grandmorin, Roubaud men-
Menurut gosip yang beredar di desa, ke- jadi setengah gila. Ia lebih banyak meng-
mungkinan Louissette dibunuh oleh Grand- habiskan waktu minum alkohol dan berju-
morin. Séverine tinggal serumah dengan di. Séverine yang sering ditinggalkan sendi-
Grandmorin dan kedua anak perempuan- rian oleh Roubaud, kemudian berselingkuh
nya yang lain. Pada saat Séverine berusia dengan Jacques Lantier. Séverine, dengan
lima belas tahun, ia pernah diperkosa oleh alasan untuk berobat, seminggu sekali pergi
ayah angkatnya tersebut. Seiring perjalan- ke Paris dengan menumpang kereta api
an waktu, hubungan Severine dengan yang dijalankan oleh Jacques. Suatu ketika,
Grandmorin, selain sebagai hubungan ayah setelah selesai bercinta, Séverine mencerita-
dan anak angkat, berkembang menjadi kan kepada Jacques seluruh cerita tentang
hubungan kekasih tidak resmi. Setelah de- pembunuhan Grandmorin yang dilakukan-
wasa, Séverine oleh Grandmorin, dinikah- nya bersama Roubaud secara sangat detail
kan dengan Roubaud, seorang pemuda yang (Zola, 1977: 298-300).
bekerja sebagai wakil kepala stasiun, ba- Pembunuhan yang dilakukan oleh
wahan Grandmorin. Meskipun telah meni- Roubaud dan Séverine, sebenarnya dilan-
kah dengan Roubaud, Séverine tetap melan- dasi oleh suatu alasan lain. Roubaud yang

35
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

merasa cemburu terhadap perlakuan Grand- berada dalam satu kereta. Flore, dengan se-
morin terhadap Séverine, juga merasa takut ngaja menarik sebuah kereta kuda yang ber-
terhadap Grandmorin yang tidak lain ada- muatan penuh batubara untuk persediaan
lah atasannya. Ketakutan Roubaud akan bahan bakar kereta api ke tengah rel. Kere-
kehilangan Séverine, dan juga rasa takutnya ta api yang dikemudikan Jacques terguling,
kepada Grandmorin sebagai atasannya lokomotif kesayangan Jacques, La Lison, han-
inilah yang memicu hasratnya untuk mem- cur. Banyak korban tewas, namun Jacques
bunuh Grandmorin. Grandmorin sebagai dan Severine selamat. Flore, mengetahui
seorang pimpinan perusahaan kereta api orang-orang yang hendak dicelakainya se-
tempat Roubaud bekerja, menurut Roubaud lamat. Justru banyak penumpang yang men-
bisa saja memecatnya, atau melakukan tin- jadi korban atas dendam kesumatnya itu.
dakan lainnya yang lebih kejam. Menarik Akhirnya, ia bunuh diri dengan menabrak-
untuk disitir di sini pendapat yang dike- kan diri pada kereta api yang sedang mela-
mukakan oleh Todorof dalam bukunya The ju kencang.
fear of Barbarians, bahwa ketakutan kita ter- Jacques merasakan kesedihan men-
hadap tindakan-tindakan kejam (barbarian) dalam karena La Lison hancur berantakan.
yang akan menimpa kita, justru akan men- Penyakit kejiwaannya timbul kembali dan
dorong kita untuk berbuat lebih kejam (The keinginan membunuh kambuh lagi. Selama
fear of barbarians is what risks making us bar- sakit akibat kecelakaan, Jacques dirawat
barian) (Todorov, 2010: 6). oleh Severine di rumah peninggalan Grand-
Cerita Séverine tentang pembunuhan morin. Luka-luka di tubuhnya berhasil di-
tersebut tidak disangka-sangka merangsang sembuhkan, namun penyakit jiwanya men-
kembali keinginan Jacques untuk mem- jadi semakin parah. Jacques kemudian mem-
bunuh. Hampir saja Séverine dibunuh oleh bunuh Severine, dengan menggunakan pi-
Jacques, namun niat tersebut urung karena sau yang diberikan Severine kepadanya un-
Séverine terjaga dari tidurnya. Mereka ber- tuk membunuh Roubaud. Pisau yang sama
dua kemudian berencana membunuh yang dipergunakan oleh Roubaud untuk
Roubaud yang dianggap menghalangi membunuh Grandmorin, yang merupakan
hubungan mereka. Setelah membunuh hadiah yang diberikan oleh Severine kepa-
Roubaud, Jacques dan Séverine berencana da suaminya, Roubaud. Secara semiotis, pi-
menjual rumah yang diwariskan oleh sau yang dipergunakan untuk membunuh
Grandmorin, kemudian pindah ke Amerika tersebut, bisa dimaknai sebagai lambang
untuk memulai hidup baru dan membuka mengenai warisan turun-temurun la felure
usaha pabrik kancing di sana. Jacques sudah heriditaire yang merasuki seluruh tokoh-
lama bercita-cita membuka usaha sendiri. Ia tokoh novel La Bête Humaine. Pisau dan la
tertarik dengan cerita dari beberapa teman- felure, keduanya membunuh. La felure meru-
nya mengenai wirausaha dan kemajuan di pakan energi yang mendorong terjadinya
bidang perekonomian, yang baginya men- pembunuhan. Sedangkan pisau merupakan
janjikan perubahan hidup. Ia ingin keluar alat yang dipergunakan untuk membunuh.
dari jeratan rutinitas kehidupan yang dira- Keduanya seolah saling melengkapi. De-
sa menjenuhkan. mikianlah tragedi kebiofiliaan dan kenekro-
Flore, tokoh lain, yang juga merupakan filian terjadi secara beruntun dalam peno-
saudara sepupu Jacques, seperti yang telah kohan yang diperankan para tokoh novel La
sekilas dibicarakan sebelumnya, telah lama Bête Humaine.
tertarik kepada Jacques. Ia mengetahui bah-
wa Jacques berselingkuh dengan Severine. Interpretasi terhadap La fêlure Hérédi-
Flore merasa sangat cemburu, dan bermak- taire
sud membunuh keduanya. Suatu hari, ia Dalam pembicaraan di atas, beberapa
mengetahui bahwa Jacques dan Severine kali disinggung istilah la fêlure. Apa sebenar-

36
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

nya yang dimaksud dengan la fêlure? Secara Segala sesuatu yang dilakukan oleh para
leksikal, la fêlure berarti retakan atau lobang. tokoh dalam novel Zola, hanyalah peng-
Akan tetapi sehubungan dengan roman La alihan dari hasrat lain yang lebih besar (la
Bête Humaine, la fêlure mempunyai makna grande fêlure), yaitu hasrat terhadap kema-
khusus, yaitu dalam hubungannya dengan tian. Sebagai contoh, Jacques Lantier, tokoh
penyakit bawaan. La fêlure dimaksud adalah utama La Bête Humaine, begitu mencintai
la fêlure cerebral. Istilah tersebut digunakan lokomotifnya, La Lison. Ia merasa mempu-
dalam bidang psychophysiology, yaitu nyai hubungan batin dengan mesin tersebut.
semacam retakan atau lobang dalam jiwa Sebaliknya terhadap Severine, ia tidak me-
penderitanya, yang menimbulkan kelainan rasakan cinta. Hubungan dengan Severine,
jiwa dan cenderung mencintai kematian, tidak lain merupakan hubungan instingtif
atau selalu terobsesi untuk melakukan pem- ketubuhan saja. Ia tertarik kepada Severine,
bunuhan. Penyakit tersebut bersifat menu- bukan karena perempuan tersebut cantik
run dari satu generasi ke generasi berikut- melainkan ia melihat hasrat kematian yang
nya. sangat kuat pada diri Severine. Jacques sem-
Gilles Deleuze, dalam kata pengantar- pat melihat sewaktu Severine dan suaminya
nya yang dimuat pada bagian awal novel Roubaud membunuh Grandmorin di atas
La Bête Humaine, memberikan ulasan me- kereta api. Oleh karena itu, perempuan terse-
narik mengenai permasalahan la fêlure heri- but telah membunuh, dengan berhubungan
ditaire tersebut. Baginya, la fêlure heriditaire dengannya, Jacques merasa hasratnya un-
merupakan tema utama dalam novel-novel tuk membunuh telah tersalurkan melalui
Zola. Dalam seri novel Les Rougon Macquart, Severine. Demikian pula dengan Roubaud,
tema tersebut bahkan merupakan benang suami Severine. Setelah membunuh Grand-
merah yang menghubungkan satu novel morin, Roubaud membiarkan Severine ber-
dengan novel yang lain dalam seri Les hubungan dengan Jacques. Sementara ia
Rougon Macquart. Menurut Deleuze, la fêlure sendiri, karena hasrat besarnya telah ter-
muncul pada tokoh-tokoh novel Zola dalam penuhi, yaitu hasrat untuk membunuh, ia
dua bentuk berbeda, yaitu yang disebut re- kembali pada hasrat kecil (petit instinc), yaitu
takan kecil (la petite fêlure) dan retakan be- minum alkohol dan berjudi.
sar (la grande fêlure). Retakan kecil bersifat Keinginan Jacques untuk memenuhi
nyata. Artinya, kecenderungan tersebut da- hasrat besarnya, muncul kembali karena La
pat dilihat karena termanifestasikan beru- Lison yang dicintainya hancur karena
pa hasrat-hasrat yang dapat diindera seperti kecelakaan. Séverine yang menceritakan se-
kecenderungan pada uang, alkohol, perem- cara detail sensasi yang dialaminya sewak-
puan, dan ambisi-ambisi dalam kehidupan tu membunuh Grandmorin, membuat has-
sosial. Gilles Deleuze menyebutnya sebagai rat besar Jacques muncul kembali ke permu-
les instincs atau les petits instincs. kaan. Hal tersebut kemudian dilampiaskan-
Novel-novel Zola dihidupi dengan ge- nya dengan membunuh Severine. Hasrat-
muruh kehidupan tokoh-tokoh dalam me- hasrat kecil seperti keinginan pergi ke Ame-
menuhi kebutuhan hidup mereka terhadap rika untuk membuka sebuah usaha kancing
insting-insting tadi atau mungkin lebih te- di sana, terkalahkan oleh hasrat besarnya
pat disebut sebagai hasrat-hasrat kehidupan. untuk membunuh. Di mata Jacques, Séve-
Jika novel-novel lain cenderung menggam- rine bukan perempuan biasa. Baginya Séve-
barkan hubungan laki-laki dan perempuan rine adalah perempuan yang dipenuhi oleh
sebagai hubungan percintaan, maka dalam hasrat besar (grand insticnt atau grand apetit)
novel Zola, hubungan tersebut hanyalah hasrat kematian. Dalam bercinta pun Seve-
hubungan “ketubuhan” yang tidak dilandasi rine menunjukkan kecenderungan tersebut.
oleh perasaan. Sebagaimana contoh pada kutipan berikut.

37
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

Embrasse-moi, oh! Si fort, si fort! Embrasse-moi épousait Séverine qu’il adorait, il ne se cachait plus,
comme si tu me mangeais, pour qu’il ne reste plus la possédait a jamais, tout entière. Puis, il y avait
rien de moi en dehors de toi” (Zola, 1977: 416) l’argent, une fortune. Il quittait son dur métier,
“Ciumlah aku, kekasihku, ciumlah aku kuat- devenait patron a son tour, dans cette Amérique…
kuat! Cium aku, seolah kau memakanku, agar (Zola, ibid: 336).
tak tersisa lagi diriku di luar dirimu” (Zola, “Pulang ke tempat tinggalnya di jalan Fran-
1977: 416). cois-Mezeline, tidur di samping Pecqueux
Kalimat-kalimat di atas diucapkan yang tidur mendengkur, Jacques tidak bisa ti-
Séverine pada saat ia dan Jacques menung- dur. Di luar keinginannya, otaknya terus be-
gu kedatangan Roubaud (untuk membu- kerja mengenai rencana pembunuhan itu. Ia
nuhnya) di kamar. Kalimat-kalimat yang di- memperhitungkan dengan cermat konsekuen-
si-konsekuensi yang harus dihadapinya. Ia
ucapkan Séverine tersebut, secara instingtif
meneliti, mendiskusikannya: alasan-alasan
dipahami oleh Jacques sebagai sebuah ke- yang menyetujui (les raisons pour), dan alasan-
inginan agar Jacques memenuhi keinginan- alasan yang menolak (les raisons contre). Secara
nya terhadap grand instintct (insting besar keseluruhan, setelah dipikirkan, secara di-
atau gairah untuk mati). Keinginan untuk ngin, tanpa perasaan sama sekali. Semuanya
lenyap dan menyatu dengan Jacques dan setuju (pour). Bukankah Roubaud merupakan
instingnya. Apa yang disampaikan Séverine satu-satunya penghalang bagi kebahagiaan-
kepada Jacques pada gilirannya telah mem- nya? Roubaud mati, ia menikahi Severine, tan-
bangkitkan insting Jacques untuk mem- pa perlu sembunyi-sembunyi untuk memi-
bunuh. Secara naluriah tangan Jacques lang- likinya secara penuh. Kemudian juga ada
uang, kekayaan. Ia akan meninggalkan peker-
sung meraih pisau yang hendak digunakan
jaannya yang berat, dan menjadi pengusaha
untuk membunuh Roubaud, dan menancap- di Amerika....” (Zola,1977:336)
kannya ke leher Séverine. Dengan mem-
bunuh Séverine, Jacques merasa bahwa ke- Tampak jelas bahwa Jaques sebenarnya
inginannya untuk membunuh yang telah secara intelektual dapat berpikir sebagai-
menggerogoti jiwanya selama bertahun- mana orang normal. Akan tetapi dalam men-
tahun terpuaskan. Setelah melakukan pem- jalani kehidupan, ia tidak mampu melepas-
bunuhan, Jacques merasa menjadi manusia kan diri dari jeratan penyakitnya. Ia tetap
normal lagi. Ia kembali bekerja sebagaima- saja dikuasai oleh insting kebinatangan, se-
na semula, seolah-olah tidak penah terjadi buah penyakit yang diidap secara turun-te-
apa-apa. Bahkan secara fisik, ia tampak le- murun.
bih sehat dari sebelumnya. Demikianlah karakter-karakter manusia
Hal lain yang menarik dari novel La Bête yang ditampilkan oleh Zola dalam novelnya
Humaine, adalah pengambarkan tokoh- yang berjudul La Bête Humaine. Manusia-
tokoh yang berpikir dengan sangat logis, manusia yang terpinggirkan dan terasing,
khususnya Jacques Lantier. Contoh kutipan serta tercerabut dari lingkungan sosial dan
berikut menunjukkan bagaimana Jacques pada akhirnya tercerabut pula dari harkat
berpikir dengan model Cartésian, yang pada kemanusiaan. Dengan karya tersebut, Zola
masanya menjadi model cara berpikir dan bermaksud menyampaikan sebuah pan-
ukuran intelektualitas: dangan dunia, bahwa sesungguhnya revo-
Rentré rue François-Mazeline, couché près de lusi industri yang terjadi di Prancis, yang se-
Pecqueux, qui renflait Jacques ne put dormir. mula diharapkan akan memberikan kemak-
Malgré lui son cerveau travaillait sur cette idée de muran dan kesejahteraan bagi seluruh
meurtre, ce canevas d’un drame qu’il arrangeait, masyarakat, ternyata telah gagal. Hal terse-
dont il calculait les plus lointaines conséquences. Il but disebabkan oleh sistem politik dan ta-
cherchait, il discutait les raisons pour, les raisons tanan sosial yang tidak memenuhi rasa
contre. En somme, à la réflexion, froidement, sans
keadilan bagi masyarakat pada waktu itu,
fièvre aucune, toutes étaient pour. Roubaud n’était
sehingga tercerabutlah kaum lemah dari
I pas l’unique obstacle à son Bonheur? Lui mort, il
akar sosial dan lingkungannya.

38
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Emile Zola sebagai seorang penganut Escarpit, Robert, 1978, Sociologie de la Lit-
naturalisme, melalui novelnya La Bête Hu- terapture, Paris: Press Universitaires
maine, menunjukkan bahwa manusia se- De France.
sungguhnya tidak lain adalah binatang yang
Fromm, Eric, 1964, Creators and destroyers,
berpikir. Pemunculan tokoh-tokoh aneh
Tuebingen: Rainer Func, Usrainer
oleh Zola dalam novelnya, bukanlah sebuah
Ring.
kebetulan belaka. Akan tetapi dengan gaya
tersebut, Zola ingin menunjukkan dan me- Goldmann, Lucien, 1959, Le Dieu Caché,
nyadarkan pembacanya bahwa selogis Pa-ris: Gallimard.
apapun manusia berpikir, tetap saja ia tidak __________, 1964, Pour Une Socilogie du Roman,
mampu melepaskan kodratnya sebagai Paris: Gallimard.
makhluk yang setengah binatang (La Bête Lacan, Jacques, 1997, Diskursus dan
Humaine). Makhluk yang tetap saja terseret Per-ubahan Sosial: Pengantar Kritik Bu-
pada hasrat-hasrat alamiahnya sebagai daya Psikoanalisis, Yogyakarta: Jala-
makhluk biologis semata. Zola dalam no- sutra.
velnya La Bête Humaine, menarik sebuah ke-
Michard, Laurent, 1969, XIX Siècle, Les
simpulan, mengapa manusia mempunyai
Grands Auteurs Francais du Programme,
watak seperti binatang dan cenderung un-
Paris: Bordas.
tuk saling membunuh satu sama lain. Kita
membunuh bukan karena otak memerintah- Shahab, Ali, 2008, ”Manusia Binatang
kan untuk membunuh, tetapi dorongan Karya Emile Zola: Gambaran tentang
darah dan saraf-saraf dalam tubuh, warisan Alienasi Manusia pada Era Indus-
sifat primitif, kebutuhan untuk bertahan trialisasi II di Prancis: sebuah Analisis
hidup, dan kesenangan karena merasa diri Sosiologi Sastra”, Laporan Penelitian.
lebih kuat dari orang lain. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sifat manusia seperti yang digambarkan Gadjah Mada.
oleh Erich Fromm, biofilia dan necrofilia, bisa Soeratno, Siti Chamamah, 2011, Sastra:Teori
saja ada dan tidak ada dalam satu tubuh. dan Metode, Yogyakarta: Elmatera.
Novel “La Bête Humaine” benar-benar mam- Swingwood, Alan, 1972, The Sociology of
pu mempertontonkan proses sosialisasi dan Li-terature, London: Granada Pub-
interaksi manusia dengan watak mencintai lishing Limited.
kehidupan dan merindukan pembunuhan.
Todorov, Tzvetan, 2010, The Fear of Barba-
Hal itu merupakan salah satu efek yang di-
rians, Chicago: The University of Chi-
akibatkan oleh Era industrialisasi yang carut-
cago Press.
marut yang terjadi pada abad XIX di Pran-
cis. Yang mengakibatkan manusia menjadi Zola, Emile, 1977, La Bête Humaine, Paris:
terasing dari kemanusiaannya sendiri. De- Editions Gallimard.
ngan karyanya ini pula, Zola tampaknya te- __________ , 1992, Germinal, Canada: Nou-
lah berhasil menyampaikan sebuah pan- veaux Classiques Larousse.
dangan dunia yang berbeda, bahkan berten-
tangan dengan sistem politik dan hukum
yang dijalankan oleh penguasa pada masa-
nya. Sebuah sistem pemerintahan yang
ditampilkan lebih berpihak pada kelas so-
sial tertentu, daripada pada rakyat jelata.

39
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

KONSEP DIRI REMAJA DALAM FILM INDONESIA:


ANALISIS WACANA ATAS FILM REMAJA INDONESIA
TAHUN 1970-2000-AN
Ratna Noviani
Staf Pengajar Program Studi Komunikasi Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: ratna_noviani@yahoo.com

ABSTRACT

Film is a system of representation, which provides information of social dynamics during the period,
when the film is produced and distributed. This study is aimed to identify and reveal how teenage self-
concept is discursively constructed through film imagery and narrative in the context of Indonesian
society. This study focuses particularly on the physical and psychological teenage self-concept. Corpus of
analysis are eight teenage films which were produced in the period of 1970s to the 2000s. By applying
Norman Fairclough’s critical discourse analysis, the close examination of the teenage films reveals that
there are similarities, modification and differences in the way in which teenage self-concept has been
constructed from decade to decade. This study also identifies that teenage self-concept has been con-
structed through various discourses, among other things, through discourse of good vs bad teenager, of
role model seeking and of teenage lifestyle.
Keyword: Film, teenager, self-concept, discourse

ABSTRAK

Film merupakan sistem representasi yang bisa menjadi jendela untuk melihat dinamika kehidupan
masyarakat pada kurun waktu ketika film dibuat. Kajian dalam tulisan ini merupakan kajian tentang
teks film yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan bagaimana konsep diri
remaja dalam konteks masyarakat Indonesia dikonstruksi dan diwacanakan melalui citra dan narasi
film. Korpus kajian adalah delapan film remaja yang diproduksi dalam kurun waktu empat dekade yaitu
dari tahun 1970-an hingga 2000-an. Konsep diri remaja yang dianalisis dalam kajian ini meliputi konsep
diri fisik dan konsep diri psikologis. Dengan menggunakan model analisis wacana kritis dari Norman
Fairclough, kajian mendalam terhadap kedelapan film tersebut menunjukkan adanya persamaan modi-
fikasi dan juga perbedaan konstruksi konsep diri remaja dari dekade ke dekade khususnya melalui
wacana remaja baik-baik versus remaja nakal, pencarian role model serta wacana tentang gaya hidup
remaja.
Kata Kunci: Film, remaja, konsep diri, diskursus

40
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

PENGANTAR yang notabene adalah pemain film baru


Film adalah salah satu media hiburan menjadi menjadi idola baru anak muda
yang semakin populer dan diminati oleh pada waktu itu. Memasuki pertengahan
khalayak umum. Lebih dari itu, film meru- tahun 1990-an, film Indonesia mengalami
pakan sebuah teks sosial yang merekam dan mati suri, yang ditandai dengan menurun-
sekaligus berbicara tentang dinamika ke- nya jumlah produksi. Akibatnya, film remaja
hidupan masyarakat pada saat film terse- pada masa itu juga tak banyak lagi diproduk-
but diproduksi. Bisa dikatakan bahwa citra si. Setelah mengalami kelesuan produksi,
dan naratif dari sebuah film adalah jendela seiring dengan krisis yang melanda dunia
yang cukup signifikan untuk melihat dan perfilman Indonesia pada dekade 1990-an,
memahami realitas sosial yang terjadi pada film bertema remaja kembali menjadi ujung
ruang dan kurun waktu tertentu. Film ber- tombak di awal dekade 2000-an.
tema remaja misalnya, merupakan entry Pasar remaja sebetulnya adalah pasar
point yang penting untuk menyimak liku-liku yang terus dibidik oleh para pembuat film
kehidupan para remaja. Berkaitan dengan di Indonesia. Film-film remaja tersebut tidak
hal ini, Ashadi Siregar (2008) menegaskan hanya menyajikan hiburan dan gambaran
bahwa setiap media massa yang secara spe- tentang dunia remaja di Indonesia, tetapi
sifik ditujukan pada khalayak remaja pada sebagai film yang secara spesifik bicara ten-
dasarnya adalah indikator dari pemikiran, tang remaja, mereka memuat asumsi-asumsi
nilai dan juga cara pandang para remaja ideologis tertentu terkait dengan realitas re-
dalam masyarakat di mana media tersebut maja. Film remaja yang bercerita tentang
diproduksi dan didistribusikan. remaja dan dinamikanya telah mampu
Di dalam dunia perfilman Indonesia, memberikan warna bagi dunia perfilman
film dengan genre remaja menjadi populer dan juga bagi kehidupan remaja di setiap
dan mulai ikut memainkan peran yang kru- dekade dalam sejarah perfilman di Indone-
sial sejak pertengahan 1970-an (Sen & Hill, sia. Namun demikian, perlu dicatat pula
2000: 153). Pada saat itu, remaja menjadi bahwa meskipun industri perfilman Indo-
pasar yang sangat menjanjikan seiring de- nesia cukup produktif menghasilkan film
ngan meningkatnya kesejahteraan kelas bertema remaja sejak dekade 1970-an, na-
atas dan kelas menengah Indonesia. Sejak mun kajian komprehensif yang secara spe-
pertengahan tahun 1970-an mulai banyak sifik berbicara tentang film remaja Indone-
diproduksi film remaja yang diadopsi dari sia masih sangat minim jumlahnya. Oleh
novel-novel remaja yang sukses. Film-film karena itu, kajian di dalam tulisan ini di-
remaja, seperti ‘Ali Topan Anak Jalanan’, fokuskan pada bagaimana film remaja di
atau ‘Gita Cinta dari SMA’ cukup fenome- Indonesia membuat wacana tentang reali-
nal dan menjadi legenda. Bintang-bintang tas dunia remaja.
perempuan baru mulai muncul dengan me- Secara khusus, kajian ini membahas ten-
mainkan peran protagonis sebagai anak tang konsep diri remaja yang dikonstruksi
SMA perkotaan, sebut saja Yessy Gusman melalui bahasa verbal maupun visual yang
atau Yati Octavia. Tren film remaja ini di- digunakan oleh film-film remaja dari dekade
ikuti oleh produksi film remaja di tahun 1970-an hingga 2000-an. Dari analisis ter-
1980-an yang ditandai dengan suksesnya hadap film-film remaja tersebut diharapkan
film ‘Lupus’,yang merupakan adopsi dari tidak hanya wacana tentang konsep diri re-
novel laris dan ‘Catatan Si Boy’, yang juga maja saja yang akan teridentifikasi tetapi
adopsi dari serial sandiwara radio yang suk- juga pergeseran wacana tentang realitas re-
ses besar hingga dibuat sekuel-sekuelnya dan maja dari dekade ke dekade. Dari pengala-
mampu bertahan hingga awal era 1990-an man dan pengetahuan penulis, hingga saat
dan berhasil mengangkat pemain utamanya, ini belum ada kajian akademik yang secara
yaitu Ryan Hidayat dan Onky Alexander komprehensif menganalisis realitas rema-

41
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

ja yang direpresentasikan di dalam film In- Kajian akademik tentang film Indone-
donesia dan pergeseran atau perubahannya sia sebetulnya semakin berkembang seiring
dalam rentang waktu empat dekade yaitu dengan produktivitas film Indonesia yang
dari 1970-an hingga 2000-an. Bagaimana juga semakin meningkat. Namun demikian,
cara film Indonesia menggambarkan dan kajian tentang film-film Indonesia yang meng-
mendefinisikan realitas dalam kurun wak- usung tema remaja, sampai saat ini masih
tu tersebut belum pernah diungkap dan di- sangat sedikit jumlahnya. Salah satu dari
analisis secara mendalam. Padahal peneli- sedikit kajian akademik tentang film remaja
tian-penelitian paling aktual tentang hubung- Indonesia adalah studi yang dilakukan oleh
an remaja dan media menunjukkan bahwa David Hanan (2008) dari Australia dengan
film adalah media paling populer dan dim- judul Changing Social Formations in Indone-
inati oleh kaum remaja di samping televisi sian and Thai Teen Movies. Dalam kajiannya,
(Roberts dalam Kirsh, 2006: 77). Hanan menganalisis film Catatan Si Boy
Media massa, termasuk film, telah meng- yang diproduksi pada tahun 1991 dan film
gantikan peran orang tua sebagai sumber Ada Apa Dengan Cinta? yang diproduksi
informasi tentang berbagai hal. Apalagi se- pada tahun 2001. Kedua film tersebut mere-
bagai tahap kehidupan di mana individu presentasikan dua era politik yang berbeda
sedang mencari identitas diri, masa remaja di Indonesia yaitu era Orde Baru dan Pasca
sering dianggap sebagai masa yang rawan, Orde Baru.
penuh gejolak dan problematika. Pada masa Dalam kajiannya, Hanan menemukan
ini, individu sangat membutuhkan apa yang bahwa kedua film remaja tersebut banyak
disebut sebagai role model dalam rangka mewacanakan tentang pelestarian tradisi
pembentukan identitas diri. Dalam hal ini, budaya meskipun remaja-remaja itu juga
media massa sering diposisikan sebagai sum- mengikuti arus budaya global. Selain itu,
ber informasi akan gaya hidup, cara bergaul, persoalan kelas dan perilaku seksual juga
gaya bicara, dan berpenampilan (Widyas- menjadi bagian penting dari analisis Hanan.
tuti, 2006). Tak heran jika media yang dikhu- Kedua tema ini dikaitkan dengan persoalan
suskan untuk pasar remaja cenderung laris konsumerisme yang berkembang dalam
manis dan mampu menarik perhatian para masyarakat Indonesia dan juga dikaitkan
remaja. Selain itu, media massa juga cen- dengan konteks politik dari dua rezim poli-
derung menjadi rujukan bagi anak-anak tik yang berbeda di Indonesia. Kajian ini
dan remaja untuk memperoleh informasi mempertegas asumsi bahwa teks film selalu
tentang posisi-posisi sosial (Hurlock, 1999: memiliki inter-relasi dengan konteks sosial
45). dalam periode waktu di mana film tersebut
Sementara, seperti telah disebutkan di diproduksi. Sayangnya, Hanan kurang mem-
atas, media massa yang diperuntukkan bagi bahas pergeseran konstruksi identitas diri
kaum remaja cenderung mengartikulasikan remaja dan konflik-konflik yang dialami re-
cara pandang dominan tentang kehidupan maja dari era Orde Baru ke Pasca Orde Baru.
remaja di dalam masyarakat dan budaya di Marshall Clark (2004) dalam karyanya Men,
mana media tersebut diproduksi dan didis- Masculinities and Symbolic Violence in Recent
tribusikan. Dengan kata lain, teks media ter- Indonesian Cinema juga menganalisis teks film
masuk teks film tentang dunia remaja me- remaja Indonesia, yaitu film Kuldesak. Na-
miliki interrelasi dengan konteks sosial di mun, dalam kajiannya Clark tidak memberi-
mana film itu diproduksi. Melacak wacana kan perhatian pada fenomena dunia rema-
tentang dunia remaja yang ditampilkan oleh ja di Indonesia, tetapi melihat pada bagai-
film Indonesia dalam kurun empat dekade mana definisi laki-laki Indonesia kontempo-
menjadi sangat penting mengingat dunia rer secara umum ditampilkan dalam film
remaja selalu mengalami perubahan seiring tersebut. Clark juga mengkaitkan isu ten-
dengan perkembangan zaman. tang maskulinitas dengan seksualitas, di

42
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

mana ia menyimpulkan bahwa film Indo- tas itu dan bagaimana ia bekerja. Film, oleh
nesia cenderung menyajikan maskulinitas karenanya, bisa berfungsi sebagai entry point
heteroseksual sebagai citra laki-laki dominan yang penting untuk melihat dan memahami
di Indonesia. Dari beberapa kajian akade- isu-isu atau perubahan-perubahan sosial
mis tentang film remaja Indonesia, terlihat yang terjadi di dalam masyarakat.
bahwa kajian tentang konstruksi diskursif Film remaja adalah sebuah genre atau
konsep diri remaja dan pergeserannya da- kategori dalam film yang menunjukkan bah-
lam film Indonesia belum banyak ditemu- wa film tersebut diformat secara spesifik dan
kan. ditujukan pada remaja. Icon Group (2008)
mendefinisikan film remaja sebagai, “A film
Film sebagai Sistem Representasi genre in which the plot is based upon interests
dan Konsep Diri Remaja targeted of teenagers” (sebuah genre film di
Kajian film yang berkembang sejak mana plotnya mengacu pada kepentingan-
tahun 1970-an memberikan tekanan pada kepentingan dari khalayak targetnya yaitu
bagaimana film memproduksi makna-mak- remaja). Sementara itu, Krishna Sen & David
na melalui citra dan naratifnya. Selain itu, T. Hill berpendapat bahwa film remaja
kajian film juga mencoba memposisikan film umumnya tergantung pada konstruksi re-
sebagai sebuah teks yang sarat dengan ope- maja secara visual, sosial maupun linguistik
rasi ideologi (Grant, 2003: xvii). Dalam hal (2000, 153). Dengan kata lain, film remaja
ini, teks film memuat kode-kode diskursif ter- mencoba berbicara tentang remaja dengan
tentu yang berfungsi untuk membangun bahasa remaja kepada para remaja.
makna-makna. Film, mengacu pada Stuart Remaja sendiri sering didefinisikan se-
Hall (1997: 28), adalah sebuah sistem repre- bagai masa transisi antara masa kanak-
sentasi di mana praktik-praktik pemaknaan kanak dan masa dewasa (Brown et al., 2000:
dilakukan. Makna-makna diproduksi mela- 2). Dari sisi usia, para psikolog perkem-
lui bahasa dengan menggunakan kode-kode bangan menetapkan remaja sebagai indi-
atau tanda-tanda yang mensimbolisasi atau vidu yang berumur antara 8-17 tahun. Pada
merujuk pada objek, orang, peristiwa atau tahap ini, individu mengalami perubahan-
hal-hal yang dianggap sebagai “the real perubahan mulai dari fisik, kognitif, per-
world”. Film dalam konteks ini bekerja se- kembangan sosial, maupun psikologis. Masa
perti bahasa yang memuat kode-kode atau remaja juga dikenal sebagai masa di mana
tanda-tanda yang berfungsi untuk mem- para remaja sedang berusaha mencari iden-
produksi makna-makna. Sebagai sebuah titasnya (Widyastuti 2006). Upaya ini sering-
sistem representasi, film adalah entitas yang kali melibatkan penggunaan media massa,
tidak diproduksi dalam keadaan vakum. Se- termasuk film. Penelitian menunjukkan, bah-
baliknya, film adalah sebuah teks sosial yang wa dalam sehari remaja menggunakan se-
selalu memiliki interrelasi dengan konteks pertiga waktunya untuk mengkonsumsi me-
sosial budaya di mana teks tersebut dipro- dia. Penelitian yang dilakukan Roberts et al.
duksi, didistribusikan, dan dikonsumsi (Kell- (2005) yang dikutip oleh Kirsh (2006: 77)
ner, 1995: 102). menunjukkan bahwa para remaja meng-
Berkaitan dengan praktik atau operasi habiskan waktu hampir sembilan jam un-
ideologis di dalam teks media, termasuk film, tuk mengkonsumsi media.
Stuart Hall (1995: 19) mengemukakan bah- Dalam hal ini, film merupakan salah
wa media [film] adalah situs yang cukup sig- satu media yang populer dan paling dimi-
nifikan untuk produksi, reproduksi maupun nati di kalangan remaja. Tidak mengheran-
transformasi ideologi. Apa yang diproduksi kan jika berkembangnya genre film remaja
oleh media (film) dalam hal ini merupakan cenderung berkaitan dengan persoalan pa-
representasi realitas sosial yang merupakan sar. Secara umum, menurut Shary (2005: 1)
jendela untuk memahami seperti apa reali- film remaja telah menjadi media hiburan

43
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

yang paling berpengaruh di dunia karena Berkaitan dengan wacana identitas,


ia berperan besar dalam proses pemben- film-film remaja juga cenderung memotret
tukan gagasan-gagasan budaya yang ber- proses konstruksi konsep diri atau pencari-
kaitan dengan sejarah, perilaku maupun an identitas diri oleh para remaja. Dalam hal
nilai-nilai yang berkaitan dengan dunia re- ini, teks film bisa menjadi indikator untuk
maja. Mengacu pada apa yang sudah di- melihat proses-proses tersebut (Shary, 2005).
ungkapkan sebelumnya, film remaja bisa Konsep diri sering didefinisikan sebagai “the
menjadi jendela untuk melihat bagaimana image we hold of ourselves” (Hoge & Renzul-
realitas remaja dan pandangan serta sikap ly dalam Gross, Rinn & Jamieson (2007: 242).
masyarakat terhadap kaum remaja. Sementara, Corey & Peterson (2003) men-
Dalam konteks dunia perfilman Indone- definisikan konsep diri secara lebih luas yaitu
sia, Krishna Sen & David T. Hill (2000: 153) sebagai konsep yang dimiliki setiap individu
juga menegaskan bahwa popularitas film tentang dirinya sendiri dan citra diri indi-
remaja di Indonesia sangat erat kaitannya vidu di mata orang lain. Konsep diri atau
dengan munculnya pasar remaja yang identitas diri, dalam hal ini, berhubungan
merupakan akibat dari meningkatnya kese- dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
jahteraan kelas menengah dan kelas atas “siapa saya” dan bagaimana orang lain
Indonesia. Fenomena ini terutama bisa dite- melihat “saya”.
mui pada dekade 1980-an, di mana produksi Menurut Elizabeth Hurlock (1979) kon-
film remaja menunjukkan peningkatan yang sep diri memiliki dua komponen utama yaitu
cukup pesat. Pasar film remaja juga meng- physical self concept yang berkaitan dengan
alami peningkatan lagi sejak awal 2000-an citra seseorang mengenai penampilan fisik-
setelah berakhirnya krisis moneter yang me- nya dan pentingnya penampilan fisik itu un-
landa Indonesia dan khususnya dunia per- tuk perilaku dan harga diri individu dan
filman pada pertengahan 1990-an. Mulai psychological self concept yang berkaitan de-
awal 2000-an, semakin banyak film berte- ngan pikiran, perasaan atau emosi. Konsep
ma remaja yang diproduksi dan diputar di diri psikologis ini terdiri dari kualitas dan
Indonesia (Kompas, 2006). Dari segi isi ce- kemampuan yang dimiliki individu seperti
rita, film-film remaja Indonesia cenderung kemandirian, kepercayaan diri, pendirian
mendefinisikan masa remaja sebagai sebuah yang teguh atau kebalikan dari sifat-sifat itu
fase kehidupan yang sarat dengan perilaku (Retnaningsih 1996, 35).
menyimpang dan konflik-konflik (Sen & Hill Seperti telah dikemukakan sebelumnya,
2000: 153). bahwa konsep diri atau identitas diri ini se-
Problematika remaja seperti ini secara lalu mengalami perubahan dan bersifat di-
naratif dipecahkan ketika individu mulai namis. Identitas diri tidak pernah final teta-
beranjak dewasa. Dalam hal ini, individu pi selau berada dalam proses. Berkaitan de-
dianggap sudah mulai melakukan peneri- ngan hal ini, Michel Foucault, pemikir dari
maan terhadap nilai-nilai sosial yang ber- Perancis menyebutkan bahwa identitas itu
laku dalam masyarakat. Konflik-konflik tidak pernah stabil dan statis, karena iden-
antar-generasi umumnya tidak mendapat- titas dibentuk atau diproduksi di dalam
kan tempat dalam teks-teks film tersebut. wacana. Wacana dalam bahasa Foucault
Memasuki tahun 2000-an, tema cerita dari adalah “a group of statements which provide a
film remaja mulai mengalami perubahan, language for talking about, a way of representing
meskipun persoalan seputar percintaan, knowledge about, a particular topic at a praticular
komunikasi antar-teman dan relasi dengan historical moment” (Hall, 1997: 44). Wacana,
orang tua masih cukup mendominasi. Na- menurut Foucault, adalah produk dari
mun, setting film remaja pada periode ini kuasa atau power. Ia bekerja membentuk
tidak lagi melulu seputar anak sekolah dan dan mendefinisikan subjek maupun penge-
gambaran remaja pun sudah jauh lebih luas tahuan. Wacana juga sering dipahami se-
dan kompleks. bagai sebuah rezim kuasa/pengetahuan

44
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

(power/knowledge) yang merumuskan topik- peristiwa dan berfungsi mengkomunikasi-


topik yang dianggap penting, tidak penting, kan fakta tertentu. Dimensi yang kedua ada-
krusial, dan sebagainya. Foucault juga me- lah praktik diskursif, yang berkaitan dengan
negaskan bahwa wacana itu tidak pernah proses-proses sosial yang terlibat dalam pro-
stabil dan statis, tetapi selalu berubah setiap ses produksi maupun interpretasi teks. Da-
saat dan oleh karenanya memiliki konteks lam pengertian ini proses produksi dan in-
sosial dan historis yang spesifik. terpretasi teks turut dipengaruhi oleh nor-
Korpus kajian adalah teks film Indone- ma-norma, aturan, perilaku atau kesepakat-
sia bertema remaja yang diproduksi dan di- an-kesepakatan tertentu dalam masyarakat.
distribusikan pada tahun 1970-an hingga Proses-proses tersebut terekam dan termuat
2000-an. Ada delapan film bertema remaja di dalam proses penggunaan bahasa. Di-
yang diteliti sebagai representasi dari ma- mensi yang ketiga adalah praktik sosial bu-
sing-masing dekade, mulai dari 1970-an daya, di mana teks dilihat sebagai bagian dari
hingga 2000-an. Film remaja yang dipilih praktik sosial dan budaya tertentu. Inter-
untuk kajian ini adalah film dengan tema relasi antara teks dengan aspek-aspek sosial
remaja yang khususnya berbicara tentang budaya yang lebih luas akan diamati dan
remaja berusia sekolah yaitu tingkat SMA. dikaji pada tahap ini.
Setiap dekade dipilih dua film dengan alas-
an bahwa produksi film bertema remaja PEMBAHASAN
tidaklah banyak untuk tiap dekade, apalagi Hal-hal yang berkaitan dengan cara in-
remaja tingkat SMA. Oleh karena itu, penu- dividu melihat dirinya sendiri dan menun-
lis hanya memilih dua film saja untuk se- jukkan siapa dirinya kepada orang lain
tiap dekadenya. Pemilihan film untuk ma- merupakan sesuatu yang dipelajari dan di-
sing-masing dekade berdasarkan pada ke- hasilkan dari pengalaman. Artinya, konsep
tersediaan dokumentasi film serta populari- diri individu tidak melekat atau inheren
tas film pada saat diluncurkan. Hal ini mi- pada individu sejak lahir. Konsep diri pada
salnya berdasarkan pada data jumlah pe- dasarnya merupakan refleksi dinamis dari
nonton dan/atau penghargaan perfilman dunia sosial di mana seorang individu hi-
yang diterima oleh film-film tersebut. dup. Analisis tentang konsep diri remaja
Kedelapan film tersebut adalah Ali To- yang diwacanakan dalam delapan film re-
pan Anak Jalanan (1977), Gita Cinta dari maja Indonesia dari dekade 1970-an hing-
SMA (1979), Merpati Tak Pernah Ingkar Jan- ga dekade 2000-an meliputi konsep diri fisik
ji (1986), Lupus I: Kejarlah Daku Kau Kuji- yaitu citra yang dimiliki dan ditampilkan
tak (1987), Ricky Nakalnya Anak Muda individu tentang fisiknya serta kesan yang
(1990), Olga dan Sepatu Roda (1992), Ada ditampilkannya pada orang lain dan kon-
Apa Dengan Cinta? (2001) dan Ekskul sep diri psikologis yaitu sifat-sifat dan ka-
(2007). Kedelapan film tersebut dianalisis rakteristik psikologis yang dimiliki dan di-
menggunakan metode analisis wacana kri- tampilkan individu pada orang lain. Kajian
tis dari Norman Fairclough, untuk mem- mendalam terhadap kedelapan film tersebut
bongkar dan mengkaji bagaimana konsep menunjukkan adanya persamaan, modifika-
diri remaja dikonstruksi secara diskursif di si dan juga perbedaan konsep diri remaja
dalam teks film. Wacana dalam pandangan dari dekade ke dekade.
Fairclough (2000: 309) meliputi penggunaan
bahasa baik dalam bentuk tulisan maupun Remaja Baik vs Remaja Nakal
verbal, serta citra visual dan juga bentuk- Wacana tentang remaja ideal atau re-
bentuk komunikasi non-verbal. maja yang dianggap baik di dalam film re-
Ada tiga dimensi analisis yang dike- maja dari dekade ke dekade tidak menun-
mukakan oleh Fairclough yaitu, analisis teks, jukkan adanya perubahan yang berarti. Bah-
di mana teks diasumsikan sebagai rekaman kan bisa dikatakan bahwa film remaja In-

45
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

donesia memiliki konstruksi yang cenderung keterampilan lain yang positif seperti jago
sama tentang sosok remaja yang dianggap main basket dan terampil berkesenian, se-
baik maupun remaja yang dianggap nakal. perti bermain gitar, menciptakan lagu, dan
Sosok tentang remaja ideal dimunculkan le- membuat puisi. Secara fisik, Galih juga
wat film-film remaja itu melalui wacana ten- ditampilkan sebagai sosok yang cakep atau
tang tubuh baik tubuh luar (baca: penam- ganteng. Hanya saja, wacana tentang pe-
pilan) dan tubuh dalam (baca: kepribadian nampilan fisik Galih yang ganteng dan me-
dan kualitas psikologis). Sosok remaja yang narik, tidak diekspresikan secara verbal,
baik adalah remaja yang cantik atau gan- khususnya oleh teman-teman perempuan-
teng secara fisik, pandai, berprestasi, dan nya. Akan tetapi kekaguman akan sosok
tidak suka bikin ulah atau masalah. Galih sebagai remaja yang baik, lebih banyak
Dalam film tahun 1970-an, Gita Cinta diarahkan pada citra diri psikologisnya se-
dari SMA (GCdS), kategori remaja yang di- bagai individu yang cerdas dan memiliki
anggap baik ditampilkan lewat sosok Galih kemampuan lebih dibanding teman-teman-
dan Ratna. Keduanya digambarkan sebagai nya dalam hal olah raga maupun seni.
remaja yang sederhana, cenderung pen- Sementara itu, wacana tentang penam-
diam, tidak suka berkonflik, pandai, rajin pilan fisik perempuan secara eksplisit terlon-
beribadah, dan patuh pada orang tua. Rat- tar misalnya ketika teman-teman sekelas
na, terutama, ditampilkan sebagai individu Ratna mengomentari penampilan fisik Rat-
yang sederhana, rendah hati, tidak som- na sebagai murid yang baru pindah ke SMA
bong, dan tidak materialistis, meskipun ia itu. Perbincangan tentang penampilan fisik
sendiri berasal dari keluarga yang cukup Ratna yang dianggap “cantik” diwacana-
berada karena jabatan ayahnya sebagai ke- kan secara verbal di antara murid-murid
pala dinas pertanian di Indramayu. laki-laki. Hal itu bisa dilihat misalnya dari
Pada zaman Orde Baru, orang yang potongan dialog di bawah ini:
menjadi pejabat pemerintah, apalagi men- Galih : Siapa (sambil berbisik)
jadi kepala dinas, adalah orang yang posi- Teman sebangku : Murid baru. Cantik ya.
sinya dianggap cukup penting. Tidak hanya Galih : Ehmm....
tinggi secara ekonomi, tetapi secara sosial Teman Basket : Eh, Nana (nama panggilan
pun posisi pejabat pemerintah selalu diang- Ratna) itu cantik ya
gap tinggi dan terhormat. Hal ini memang Galih : Naksir?
berkaitan dengan posisi pegawai negeri si- Dari dialog-dialog yang digunakan dalam
pil di zaman Orde Baru yang merupakan sa- film GCdS terlihat bahwa tubuh luar atau
lah satu pilar utama pendukung Golkar, penampilan juga menjadi salah satu cara
partai politik pendukung Soeharto (Tanjung, untuk mendefinisikan remaja yang diang-
2007: 153). Pada masa Orde Baru, PNS me- gap baik dan ideal.
mang terkenal tidak netral karena PNS Di tahun 1980-an, konstruksi tentang
terikat kebijakan monoloyalitas dengan remaja ideal masih cenderung sama. Seper-
mengarahkan suara mereka hanya pada ti tokoh Lupus misalnya, ia digambarkan
partai Golkar. Akibatnya PNS pun kemudi- sebagai remaja yang cerdas dan berprestasi
an identik dengan suara pemerintah, hal ini meskipun dari sisi penampilan ia dianggap
menyebabkan posisi PNS sendiri di kalang- melanggar aturan sekolah. Secara umum,
an masyarakat dianggap sebagai posisi yang Lupus ditampilkan sebagai remaja SMA
kuat, mapan, dan harus dihormati. yang jahil dan tidak takut melakukan se-
Sifat-sifat positif Ratna ini sangat diton- suatu yang dianggap melanggar aturan.
jolkan di dalam film GCdS untuk menggaris- Salah satu contohnya adalah rambutnya
bawahi sosoknya sebagai remaja baik-baik. yang dibiarkan gondrong. Rambut gondrong
Bersama Galih, Ratna sama-sama ditampil- dianggap jelek dan tidak diijinkan oleh pi-
kan sebagai murid teladan. Selain cerdas hak sekolah. Namun, rambut gondrong itu
otaknya, Galih juga digambarkan memiliki menjadi “termaafkan” ketika pihak sekolah

46
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

mengetahui aktivitas positif dan prestasi Dialog di atas terjadi ketika Mami menemu-
yang ditunjukkan oleh Lupus, seperti keti- kan hasil ujian Fisika Olga yang ternyata
ka ia berhadapan dengan Kepala Sekolah tidak bagus. Dengan kata “dulu”, Mami
(KepSek): membandingkan prestasi Olga sebelumnya
KepSek: Hmmm, yak Lupus, ahhh … Kamu yang dianggap “lumayan” dengan hasil
yang sering menulis laporan ilmu ujian Fisika tersebut. Hal ini menunjukkan
pengetahuan dari sekolah-sekolah bahwa Olga bukan sosok remaja yang bo-
yang lain kan. doh sebetulnya, meskipun juga tidak terlalu
Lupus : Iya Pak. cemerlang. Namun, film ini ingin menonjol-
… kan prestasi Olga yang lain di luar dunia
KepSek: Rambutmu gondrong, tapi ini me- sekolah, yaitu prestasi yang berkaitan dengan
langgar peraturan. Apa kau tadi
hobinya, yaitu bermain sepatu roda. Film ini
tidak kena pemeriksaan?
Lupus : Itulah, Pak. Kalau rambut saya dipo-
menggambarkan bahwa sebagai remaja
tong seperti anak-anak lain, yahh, yang baik, Olga mampu menyeimbangkan
Bapak sulit mengenali saya. …… Gi- antara kegiatan belajar di sekolah dan hobi.
mana Pak, saya bisa keluar? Saya Ini ditegaskan oleh komentar Papinya keti-
akan selalu mengangkat sekolah ini. ka berdebat dengan Mami tentang hobi Olga.
KepSek: Iya, selamat untuk Anda. Selamat “Mam, hobinya kan nggak jelek. Nggak gang-
berkarya. Mumpung masih muda. gu sekolah. Apalagi raportnya bagus”. Ra-
Ingat, rambut tidak ada dispensasi. port yang bagus di sekolah itu diimbangi
Berdasarkan dialog itu, penampilan rambut pula oleh Olga lewat prestasinya dalam hal
gondrong Lupus dan teman-temannya di- hobi. Di kamarnya misalnya terlihat deret-
anggap tidak baik oleh pihak sekolah. Un- an tropi, piagam penghargaan, dan medali
tuk itu, rambut mereka harus dipaksa un- yang diperoleh Olga dari beberapa kompetisi
tuk dipotong di sekolah. Namun, karena sepatu roda yang telah diikutinya seperti
Lupus memiliki prestasi sebagai wartawan terlihat pada ilustrasi Gambar 1.
yang mampu mengangkat nama sekolah ia
akhirnya dibiarkan memelihara rambut gon-
drongnya itu. Ia melawan pendapat pihak
sekolah tentang citra rambut gondrong
melalui prestasinya sebagai wartawan.
Konstruksi yang sama terlihat juga da-
lam film remaja tahun 1990-an misalnya
dalam film Olga dan Sepatu Roda. Olga se-
Gambar 1.
bagai representasi dari remaja yang baik juga
Olga dan trofi-trofi yang diraihnya
digambarkan sebagai remaja yang mampu
menjaga keseimbangan antara belajar dan Di antara teman-teman bermainnya, prestasi
hobi. Ia memang tidak digambarkan sebagai Olga yang sering menang dalam kompetisi
sosok yang sangat pintar dan menonjol ke- sepatu roda memang sudah sangat terkenal.
cerdasaannya di sekolah, tetapi ia juga bu- Prestasi itu pula yang membuat teman-te-
kan anak yang prestasinya jelek di sekolah. man Olga menaruh respek padanya. Sosok
Seperti terlihat dalam dialog berikut ini: remaja seperti ini juga direpresentasikan oleh
sosok Cinta dalam film Ada Apa Dengan
Olga : Ada apa Mam?
Mami : What’s wrong with you? Nilai kamu Cinta pada dekade 2000-an. Cinta digam-
dulu lumayan dibanding papi kamu barkan sebagai siswi SMA yang cantik, pin-
Olga : Belum mujur kali Mam tar, aktif, dan sangat populer di sekolahnya.
Mami : Nonsense! Ia terkenal jago bikin puisi dan langganan
juara lomba puisi tahunan yang diselengga-
rakan di sekolah. Ia juga suka menyanyi dan

47
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

main gitar. Di sekolah, bersama keempat dilanda gerakan perlawanan budaya anak-
temannya ia aktif dalam kegiatan majalah anak muda dalam bentuk hippies dan men-
dinding. jadi gerakan counter culture. Kehidupan hip-
Mirip dengan gambaran remaja pada pies ditandai dengan trend fashion yang ek-
dekade 1990-an, remaja-remaja pada era sentrik, antara lain rambut gondrong.
2000-an juga digambarkan sebagai remaja Gerakan itu kemudian menyebar sam-
yang tidak melulu berurusan dengan seko- pai ke Indonesia melalui media massa. Anak-
lah. Mereka digambarkan sebagai remaja anak muda mulai berpakaian longgar, me-
yang pandai dan berprestasi di sekolah teta- manjangkan rambut, melakukan seks bebas,
pi tidak kehilangan waktu untuk santai dan dan menggunakan narkotika. Mereka tum-
bersenang-senang. Cinta dan teman-teman- buh menjadi generasi yang apolitis dan si-
nya misalnya digambarkan sebagai remaja buk mencari identitas diri. Sementara itu di
yang kompak, yang tidak saja aktif dalam Indonesia, mahasiswa justru menjadi kelom-
kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler di seko- pok anak muda yang kritis terhadap peme-
lah, tetapi mereka juga suka nongkrong atau rintah. Hal tersebut ternyata meresahkan
nonton konser bersama. pemerintah Orde Baru. Pemerintah meng-
Meskipun wacana tentang remaja ideal khawatirkan radikalisme mahasiswa yang
dan dianggap baik di film-film remaja itu menentang kebijakan pemerintah dan juga
cenderung sama dari dekade ke dekade, pengaruh gaya hidup hippies di kalangan
tetapi terlihat ada sedikit pergeseran teruta- anak-anak muda Indonesia. Untuk itulah
ma sejak dekade 1980-an. Berbeda dengan kebijakan anti-rambut gondrong dikeluar-
dekade sebelumnya, remaja pada film rema- kan. Kebijakan yang menjadi upaya melin-
ja sejak dekade 1980-an ditampilkan lebih dungi anak-anak muda Indonesia sekaligus
aktif, enerjik, dan berani berdebat serta ber- melakukan kontrol terhadap anak-anak mu-
negosiasi termasuk dengan orang tua. Da- da lain yang kritis.
lam film remaja produksi tahun 1980-an Pelarangan rambut gondrong dilakukan
yaitu Lupus dan Merpati Tak Pernah Ingkar melalui dua hal, pertama, melalui kuasa
Janji, sosok remaja yang baik mulai digam- wacana. Rambut gondrong dicitrakan nega-
barkan sebagai sosok yang berani mem- tif dalam berita yang muncul di media mas-
berontak dan menolak hal-hal yang diang- sa. Misalnya saja dalam judul-judul berita
gap tidak sesuai dengan pandangan hidup- seperti “7 Pemuda Gondrong Merampok
nya. Di film Lupus misalnya ditandai de- Bus Kota”, “6 Pemuda Gondrong Perkosa 2
ngan kegigihan Lupus untuk menolak me- Wanita”, dan “Disambar si Gondrong” men-
motong rambut gondrongnya, meskipun jadi sesuatu yang biasa (Yudhistira, 2010:
rambut gondrong dianggap negatif. 104). Kedua, pemerintah melakukan serang-
Citra bahwa rambut gondrong itu nega- kaian tindakan fisik secara sistematis lewat
tif sebetulnya berkaitan dengan agenda re- peraturan yang ditindaklanjuti oleh institu-
zim Orde Baru yang menganggap rambut si-institusi negara di daerah. Misalnya, ang-
gondrong adalah musuh. Pemerintah Orde gota ABRI dan karyawan sipil yang bekerja
Baru sejak tahun 1970-an, pernah menge- di lingkungan militer beserta keluarganya
luarkan peraturan anti-rambut gondrong. dilarang berambut gondrong. Razia dan pe-
Kebijakan tersebut yang dibarengi dengan larangan rambut gondrong kemudian di-
hukum potong rambut di tempat bagi siapa lakukan di jalan-jalan. Salah satu implemen-
pun yang melanggarnya. Di awal rezim tasi dari kebijakan itu adalah kepala sekolah
Orde Baru, menjadi awal bagi negara un- SMP dan SMA melakukan lokakarya dan
tuk mempersiapkan kebijakan ekonomi de- menghasilkan keputusan untuk melarang
ngan membuka investasi modal asing. Ko- siswa SMP dan SMA berambut gondrong.
munisme dihapuskan dengan menjaga sta- Hal inilah yang dilawan oleh Lupus dengan
bilitas ekonomi. Di saat yang sama, dunia berani dan percaya diri. Ia tidak takut ber-

48
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

hadapan dengan guru-guru untuk menolak film ini tidak dianggap sebagai hal yang tabu
memotong rambutnya. dan bukan faktor yang membuat para re-
Dalam dimensi yang berbeda, Guntur maja itu menjadi remaja yang dianggap
dalam film ‘Merpati Tak Pernah Ingkar Jan- tidak baik. Konstruksi seperti ini terus terli-
ji’ juga digambarkan jahil seperti Lupus dan hat pada film-film remaja hingga dekade
berani melawan sesuatu yang dianggapnya 2000-an.
tidak benar. Guntur berani mendekati Ma- Kedelapan film yang dianalisis dalam
ria dan berusaha membebaskan Maria dari penelitian ini juga menunjukkan kecen-
kekangan ayahnya. Lupus dan Guntur sa- derungan yang sama ketika berbicara ten-
ma-sama melakukan perlawanan namun tang sosok remaja yang dianggap nakal.
tidak dengan cara yang anarkis dan fron- Kedelapan film tersebut menggambarkan
tal. Remaja aktif dan percaya diri seperti remaja nakal sebagai remaja yang suka me-
Lupus dan Guntur adalah sosok remaja yang rokok, suka berkelahi, dan suka nongkrong
dianggap lazim pada dekade 1980-an. Se- bersama teman-temannya. Hal itu terlihat
mentara, remaja yang pendiam dan tidak misalnya pada Gambar 2.
percaya diri dianggap sebagai sosok remaja
yang sudah ketinggalan jaman, seperti so-
sok Maria di dalam film Merpati Tak Per-
nah Ingkar Janji. Label “antik”, “kuper”,
“norak” dan “udik” juga dilekatkan pada
Maria karena sifatnya yang pendiam, pe-
malu, rendah diri, pasrah, dan sangat patuh
pada ayahnya yang kolot.
Sedangkan remaja yang dianggap ideal
di dalam film ini adalah remaja dengan si-
fat yang merupakan kebalikan dari sifat
Maria. Teman-teman sekolah Maria digam-
barkan sebagai gadis-gadis yang ceria, eks-
presif, dan memiliki kebebasan untuk me-
nentukan pilihannya sendiri. Film ini me- Gambar 2.
nampilkan upaya negosiasi dan perlawan- Searah jarum jam, sosok Ali Topan, Guntur,
an yang dilakukan oleh kaum remaja dalam Ricky, dan Jerry adalah representasi remaja
menentukan identitas dirinya. Remaja yang nakal. Merokok adalah salah satu aktivitas
pendiam, pemalu, dan terlalu menuruti ke- yang menunjukkan ‘kenakalan” mereka
inginan orang tua justru dianggap sebagai
sosok remaja yang aneh, dan kurang per-
gaulan sehingga dianggap tidak “normal”. Remaja yang suka merokok seperti ter-
Ini agak berbeda dengan konsep diri re- lihat pada Gambar 2 dianggap sebagai re-
maja pada film tahun 1970-an, di mana so- maja yang nakal. Meskipun remaja-remaja
sok remaja yang baik justru direpresentasi- tersebut punya prestasi, namun karena ke-
kan melalui sosok yang pendiam, pemalu, biasaannya merokok, suka berkelahi dan
dan patuh sekali pada orang tua seperti dire- nongkrong membuat prestasi itu menjadi
presentasikan oleh tokoh Ratna dalam film seolah-olah hilang karena tertutup oleh hal
‘Gita Cinta’ dan Anna Karenina dalam film yang dianggap nakal tadi. Dalam film ‘Ali
‘Ali Topan’. Di dalam film ‘Merpati Tak Per- Topan Anak Jalanan’ misalnya, Topan se-
nah Ingkar Janji’, remaja seperti itu justru betulnya adalah murid yang cerdas, jago
menjadi bahan olok-olokan dan objek lelu- matematika, dan pintar main basket. Pada
con bagi teman-teman sebayanya. Berse- saat ujian, ia selalu bisa menyelesaikan soal
berangan pendapat dengan orang tua oleh dengan benar dan paling cepat di antara

49
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

teman-temannya. Topan juga seorang rema- mengacu pada perilaku Ricky yang suka
ja yang setia kawan dan suka menolong te- berkelahi. Istilah berandalan mengacu pada
mannya. Akan tetapi sisi baik dari Topan seseorang yang memiliki perilaku menyim-
tersebut menjadi tenggelam dengan perilaku pang dalam masyarakat, sedangkan jagoan
bandelnya seperti yang tampak pada ko- sendiri berarti adalah orang yang suka ber-
mentar gurunya pada dialog berikut ini, ke- kelahi. Lita bahkan mengajukan kemam-
tika Topan dipanggil menghadap direktur puan Ricky bermain softball sebagai salah
sekolah karena merokok di kantin: satu kriteria laki-laki yang bisa dibanggakan
Maya : Kenapa si Topan, Bob? ketika sedang berdebat dengan ayahnya.
Bobby : Tahu, tuh
Ayah : Jadi kamu lebih suka sama cowok
Maya : Oya, kenalkan Bob (sambil menun-
gondrong yang sok seniman itu ya?
juk Anna di sampingnya)
Anak pengusaha yang brengsek itu?
Bobby : Bobby
Iya?
Anna : Anna
Lita : Dia baik, Pa.
Guru : Kawanmu itu (Topan) memang is-
Ayah : Lita, papa tau siapa ayahnya. Dan tau
timewa, pintar tapi bandel (sambil
dari Bani siapa Ricky itu. Berandal
geleng-geleng kepala)
pasar, tukang bikin onar, pemabuk,
Dari dialog di atas terlihat bahwa Guru pun tukang ngebut. Apa yang kamu ha-
melihat kualitas positif dari Topan yaitu pin- rapkan dari makhluk seperti itu? Ha?
tar menjadi tereduksi atau bahkan bisa jadi Apa?
hilang maknanya karena kualitas negatifnya Lita : Dia pemain softball terbaik, Pa.
Ayah : Sofball, sofball .. apa kamu bisa ma-
sebagai remaja bandel. Hal yang sama juga
kan dengan itu?
terlihat pada sosok Ricky dalam film ‘Ricky
Nakalnya Anak Muda’. Prestasi Ricky dalam Ayah Lita menilai Ricky sebagai sosok yang
bidang softball pun juga membuat teman-te- negatif. Hal itu ditunjukkan lewat serang-
mannya menaruh respek padanya, mes- kaian sebutan yang berkonotasi negatif. Mi-
kipun citra Ricky sebagai anak nakal masih salnya rambut gondrong. Rambut gondrong
tetap menonjol di dalam film itu. Ricky dike- memiliki konotasi negatif sebagai sosok pem-
nal sebagai pemain softball yang hebat. Ia berontak, yang anti tehadap kemapanan.
menjadi andalan teman-teman satu klub Rambut gondrong identik dengan beran-
softball-nya. Beberapa dialog dari teman-te- dalan dan penjahat. Selain itu, ayah Lita
man Ricky menggambarkan kekaguman me- juga menyebut Ricky dengan istilah "makh-
reka atas kemampuan Ricky dalam bermain luk". Makhluk adalah sebutan bagi semua
Softball. ciptaan Tuhan, misalnya makhluk hidup,
Lita : Wik, Ricky itu siapa sih? makhluk sosial, makhluk beragama dan se-
Wiwik : Nanti Lu juga bisa tau sendiri siapa bagainya. Namun, makhluk yang dimaksud
dia. ayah Lita di sini dapat dimaknai sebagai
Lita : Lumayan juga. sosok di luar manusia. Kata makhluk yang
Teman : Iya Lit, dia andalan di klub kita. Se- diucapkan secara emosional, apalagi de-
tiap pertandingan, kalo ada dia pas- ngan beberapa istilah negatif sebelum kata
ti menang melulu. tersebut diucapkan (berandal pasar, tukang
Wiwik : Cuma, dia berandal. Sok jagoan bikin onar, pemabuk, tukang ngebut) me-
Lita : Tapi, kelihatannya orangnya baik, nunjukkan bahwa makhluk yang dimaksud
yah? adalah bukan manusia atau manusia de-
Dari percakapan tersebut, teman-teman ngan perilaku menyimpang.
Ricky melihat dia sebagai sosok yang ber-
prestasi bagi teman-teman seklubnya dan hal Role Model dan Gaya Hidup
tersebut menjadi sisi positif seorang Ricky. Masa remaja adalah masa ketika seorang
Sementara di sisi lain, Wiwik menyebut individu sedang berusaha menemukan jati
Ricky seorang berandalan yang sok jagoan, dirinya. Aktualisasi diri remaja dilakukan

50
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

dalam rangka menegaskan jati diri tadi di dy sebagai artis asing telah menjadi seorang
mana dalam hal keluarga dan lingkungan, role model bagi remaja di Indonesia, khusus-
memegang peran yang sangat penting. nya remaja pria seperti Antok. Biasanya,
Tidak jarang remaja berusaha mencari dan remaja tersebut akan melakukan peniruan
melakukan identifikasi dengan sosok-sosok atau imitasi, baik imitasi dari sisi fisiknya
di luar dirinya dan menjadikannya sebagai seperti mengikuti gaya rambutnya, cara ber-
role model. Pencarian role model ini menjadi pakaian, gaya bicaranya maupun dari sisi
salah satu hal yang diwacanakan dalam film non-fisik seperti sikap dan gaya hidupnya.
remaja yang menjadi korpus analisis. Ada Mengenai bagaimana remaja Indonesia
kesamaan tentang role model yang menjadi mengenal sosok David Cassidy tentu tidak
rujukan para remaja dalam mencari jati di- bisa dilepaskan dari peran media, khusus-
rinya. Dari dekade ke dekade terlihat bah- nya media radio, di mana lagu-lagu David
wa idola dari negara Barat menjadi sosok Cassidy banyak diperdengarkan pada pub-
yang disukai dan dianggap penting oleh re- lik Indonesia. Identifikasi terhadap sosok
maja dan menjadi acuannya untuk melaku- dari Barat juga turut mempengaruhi selera
kan identifikasi diri. Salah satu dialog dalam berpakaian dari kaum remaja pada dekade
film GCdS menunjukkan hal itu: 1970-an. Pada film ‘Ali Topan’ misalnya,
Topan dan teman-temannya digambarkan
Antok : Erlin
Erlin : Ada apa?
mengenakan jaket yang ditempeli dengan
Antok : Bilang sama Nana, ada salam dari beberapa badge. Model jaket seperti ini ter-
David Cassidy nyata terinspirasi gaya berbusana anak-anak
Erlin : David Cassidy??..ha..ha..ha.. muda di Amerika pada tahun 1970-an khu-
Antok : Ssstt....jangan keras-keras ngomong- susnya ketika gerakan anti perang Vietnam
nya, ahh digaungkan pada tahun 1972 (Herald, 2007:
Erlin : David Cassidy lagi nahan batuk? 9). Model jaket seperti itu terinspirasi oleh
Boleh jadi.... (pergi sambil tertawa seragam militer dari tentara Amerika yang
geli) pada saat itu banyak dikirim ke Vietnam.
Antok : Huuhh (kesal)
Selain itu, model celana jeans bell-bottoms
Pada dialog di atas, terlihat bagaimana An- seperti yang dikenakan oleh Topan dan te-
tok mencoba mengidentifikasikan dirinya man-teman juga merupakan trend fashion
dengan figur David Cassidy, yaitu seorang yang sangat populer di Barat pada era 1960-
aktor dan penyanyi asal Amerika. David an dan 1970-an (Pendergast & Pandergast.
Cassidy pada awal tahun 1970-an memang 2004: 902) sama halnya dengan sepatu kulit
merupakan sosok artis terkenal terutama bersol tebal seperti yang dikenakan oleh To-
karena perannya dalam sebuah komedi si- pan dan teman-temannya. Syal yang dililitkan
tuasi musikal berjudul The Patridge Family di leher Topan juga merupakan trend fashion
(www.davidcassidy.com). Meskipun demi- yang terinspirasi dari gaya penampilan pe-
kian, popularitas David Cassidy di Indone- nyanyi atau grup band rock terkenal pada
sia lebih karena sosoknya sebagai musisi era tersebut. Herald misalnya melihat bah-
dengan lagu-lagunya. wa penyanyi Rod Stewart atau David Bowie
Pada era tersebut, David Cassidy men- sering mengenakan syal semacam itu ketika
jadi teen idol atau idola kawula muda yang bernyanyi di panggung (2007: 41).
sangat dipuja dan memiliki karier sukses di Sementara dalam film Lupus, John Taylor,
panggung hiburan. Antok mencoba men- basis kelompok musik Duran-duran menja-
definisikan dirinya sebagai sosok yang mi- di sosok ideal yang diidentifikasi oleh rema-
rip dengan David Cassidy. Upaya ini dia ja-remaja seusia Lupus. Pada era 1980-an
lakukan sebagai salah satu cara untuk men- itu, John Taylor banyak disukai oleh remaja
dekati Ratna. Meskipun upaya Antok ini di seluruh dunia, termasuk Indonesia ter-
mendapat cemoohan dari Erlin, tetapi film utama perempuan karena wajahnya yang
ini telah menunjukkan bahwa David Cassi- tampan. Penampilan Lupus, juga teman-te-

51
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

mannya identik dengan gaya dan penam- Pada film GCdS khususnya, remaja yang
pilan Taylor dengan rambut gondrong ber- baik didefinisikan sebagai remaja yang tidak
jambul yang ditata klimis dengan meng- hanyut dengan pengaruh budaya asing.
gunakan styling foam, dan t-shirt di bagian Menyatunya berbagai kesenian tradisional
dalam plus kemeja yang terbuka di bagian dalam satu panggung pentas seni dalam film
luarnya yang dipadu dengan celana jeans. tersebut merupakan metafora negara Indo-
Begitu pula dengan penampilan remaja pe- nesia, yang terdiri dari banyak etnis dan
rempuan yang kerap menggunakan blus budaya, tetapi menjadi satu kesatuan, Bhin-
atau t-shirt dengan rok mini atau celana neka Tunggal Ika. Hal ini dipertegas misal-
panjang yang berbahan jeans. Gaya berpa- nya melalui bahasa visual panggung. Para
kaian mereka adalah gaya berpakaian yang penari dan penyanyi dengan berbagai kos-
diadopsi dari fashion yang berkembang di tum tadi, tampil dengan sangat kompak di
Barat. Kedekatan anak muda secara kultural atas panggung dengan latar belakang ben-
dengan para selebritis asing tersebut menja- dera merah putih.
di simbol gaya hidup anak muda yang mo- Wacana film ini tampaknya berkaitan
dern. dengan manuver pemerintahan Orde Baru
Seperti telah dijelaskan di atas, anak pada era 1970-an untuk membangun Taman
muda adalah usia dinamis di mana mereka Mini Indonesia Indah. Proyek Taman Mini
akan mudah terpengaruh gaya hidup asing. ini sebetulnya diprakarsai oleh Ibu Tien Soe-
Dalam hal berpakaian, remaja menjadi agent harto, yaitu berupa miniatur pulau-pulau di
of mode. Dalam hal ini, remaja yang modern Indonesia yang disatukan dalam satu
adalah remaja dengan penampilan ala Ba- taman. Meskipun memunculkan kontrover-
rat. Oleh karena itu, mereka cenderung si seperti isu korupsi dalam proyek ini, na-
menghindari pergaulan atau menjadi bagi- mun pembangunan Taman Mini terus ber-
an dari sesuatu yang dianggapnya tidak lanjut sebagai upaya pemerintah Orde Baru
modern atau kuno dan ketinggalan zaman. untuk mempromosikan semboyan Bhinne-
Anak-anak muda menjadi tidak nyaman ka Tunggal Ika (Vickers 2005, 165). Tidak
bergaul dengan mereka yang dianggap heran jika film Ali Topan yang juga dipro-
kuno. Trend fashion seperti itu bertahan sam- duksi tahun 1970-an mewacanakan Topan
pai pada awal 1990-an, seperti yang terli- dan teman-temannya sebagai sosok remaja
hat dalam film Olga maupun Ricky. Pada yang negatif karena ditampilkan sangat
film Ekskul, sosok yang menjadi idola rema- mengikuti gaya hidup Barat baik dari fashion
ja Joshua adalah Kurt Cobain. Pemujaan maupun selera lagu.
terhadap sosok Kurt Cobain di dalam film Namun, mulai tahun 1980-an film-film
tersebut pada akhirnya membawa Joshua remaja justru semakin akrab dan terbiasa
mengakhiri hidupnya dengan cara yang dengan simbol-simbol yang menandai pe-
sama dengan yang dilakukan oleh Kurt Co- ngaruh asing di Indonesia. Pada film tahun
bain yaitu menembak kepalanya sendiri de- 1980-an, tidak hanya selera fashion yang
ngan pistol. meniru penyanyi dari Amerika, tetapi pesta
Dari kedelapan film tersebut terlihat dansa dan shopping mall sudah digambar-
bahwa meniru gaya hidup yang berasal dari kan sebagai bagian dari gaya hidup remaja
budaya asing dari dekade ke dekade diang- pada saat itu. Maraknya gaya hidup yang
gap sebagai sebuah keharusan jika remaja- dipengaruhi oleh budaya asing di dalam film
remaja itu tidak ingin disebut sebagai rema- remaja tahun 1980-an tampaknya berkaitan
ja kuno. Pada film ‘GCdS dan Ali Topan’, dengan konteks sosial di Indonesia pada
gaya hidup ala Barat ini memang diwacana- dekade tersebut.
kan sebagai sesuatu yang cenderung nega- Pada pertengahan 1980-an, Indonesia
tif dan dianggap bisa merusak rasa cinta mengalami booming ekonomi seiring dengan
pada budaya dan kesenian anak bangsa. kebijakan liberalisasi ekonomi dan keterbu-

52
Ratna Noviani -- Konsep Diri Remaja dalam Film Indonesia

kaan yang dicanangkan oleh pemerintah teknologi. Joshua misalnya, digambarkan


Orde Baru (Vickers, 2005: 198). Akibatnya belajar tentang seluk-beluk pistol dan cara
Indonesia membuka pintu investasi untuk merakitnya dari internet. Handphone pun
investor asing dan arus kapital pun berge- digambarkan sebagai alat komunikasi yang
rak dengan lebih bebas. Pada pertengahan sudah biasa dan tidak bisa dilepaskan dari
1980-an pertumbuhan ekonomi pun me- kehidupan sehari-hari kaum remaja. Akibat
ningkat lebih dari 7 %, bisnis pun jadi booming dari perkembangan teknologi dan konsum-
di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari menja- si teknologi yang dilakukan oleh remaja,
murnya tanda-tanda budaya konsumen se- berbagai hal yang datang dari Barat pun
perti shopping mall, café-café, dan restoran seolah tidak terfilter lagi. Artinya, remaja
waralaba dari Barat seperti McDonald. bisa dengan bebas mengaksesnya dan di-
Anak-anak muda di Indonesia pun mulai gambarkan mengikutinya. Seperti penyan-
sangat akrab dengan budaya-budaya po- deraan yang dilakukan oleh Joshua, oleh film
puler dari Barat dan mulai aktif berpartisi- Ekskul perilaku itu dianggap seperti kisah
pasi dalam gaya hidup konsumtif. Gaya di dalam film-film Barat Hollywood. Joshua
hidup seperti ini makin terlihat jelas pada sendiri dengan teknologi internet dan me-
film remaja dekade 1990-an. Dalam film Olga dia mempelajari drama penyanderaan dan
dan Ricky, negara Barat yang mengacu pada juga cara menggunakan senjata. Cara meng-
Amerika dan Eropa terasa makin kental ter- akhiri hidupnya pun, juga mencontoh cara
utama terlihat dari dialog-dialognya yang Kurt Cobain yang notabene adalah penyanyi
banyak menggunakan sisipan-sisipan ba- dari Barat. Berbagai hal yang berbau Barat
hasa Inggris. Bahkan untuk bersekolah pun, menjadi sesuatu yang sudah akrab menjadi
‘luar negeri’, terutama Barat dianggap se- bagian dari gaya hidup remaja dan tidak
bagai tempat bersekolah yang ideal. diwacanakan sebagai sesuatu yang negatif.
Kiblat ke Barat sebagai barometer kema-
juan dan modernitas juga terkait dengan SIMPULAN
konteks sosial budaya di Indonesia pada Analisis terhadap delapan film remaja
tahun 1990-an. Seperti yang dikemukakan yang diproduksi dari tahun 1970-an hingga
oleh Vickers (2005: 199) sejak dimulainya era 1980-an menunjukkan adanya pergeseran
keterbukaan pada pertengahan 1980-an, wacana tentang dinamika dunia remaja
arus kapital dan budaya dari Barat seakan yang semakin kompleks dari dekade ke de-
tidak terbendung lagi masuk ke Indonesia. kade. Wacana tentang remaja yang diang-
Pada tahun 1990-an muncul istilah baru gap baik dan remaja yang dianggap nakal
yang digaungkan oleh media yang menun- cenderung tidak berubah dari dekade ke
jukkan keterlibatan Indonesia yang semakin dekade. Remaja yang baik selalu diwacana-
intens dalam komunikasi dan interaksi glo- kan lewat figur remaja yang pandai, aktif,
bal, yaitu globalisasi. Di era globalisasi ini, dan berprestasi. Sedangkan remaja yang
berbagai sekat yang membatasi hubungan nakal adalah remaja yang suka membuat
antar bangsa pun menjadi semakin hilang masalah baik di rumah maupun di sekolah,
berkat perkembangan media dan teknologi merokok, mabuk, dan suka berkelahi. Dalam
komunikasi. Tidak heran jika apapun gaya proses pembentukan identitas dirinya, rema-
yang sedang trend di Barat dengan cepat ja juga digambarkan membutuhkan role
diadopsi dan bisa ditemukan serta dikon- model yang dari dekade ke dekade selalu
sumsi oleh masyarakat Indonesia. mengacu pada figur yang berasal dari Ba-
Gaya hidup global yang difasilitasi oleh rat, khususnya dari Amerika dan Eropa.
teknologi komunikasi yang makin canggih Gaya hidup yang dipengaruhi oleh budaya
juga diwacanakan oleh film remaja pada asing semakin dianggap sebagai sesuatu
dekade 2000-an. Remaja di dalam film ini, yang ideal, dianggap lebih baik, ditiru, dan
digambarkan sebagai remaja yang melek menjadi indikator perkembangan zaman.

53
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 40-54

Remaja yang tidak mengikutinya cenderung Herald, Jacqueline, 2007, Fashions of a De-
dianggap sebagai kuno dan ketinggalan za- cade The 1970s, New York: Chelsea
man. House.
Hurlock, Elizabeth, 1999, Psikologi Perkem-
DAFTAR PUSTAKA bangan, Jakarta: Erlangga.
Brown, Jane Delano, Jeanne R. Steele Icon Group International, 2008, Teenagers:
and Kim Walsh, 2002, Sexual Webster’s Quotations, Facts and Phra-
Teens, Sexual Media, Lawrence Er- ses.
lbaum Associates. Kellner, Douglas, 1995, Media Culture: Cul-
Clark, Marshall, 2004, Men, Masculinities tural Studies, Identity and Politics
and Symbolic Violence in Indonesian bet-ween the Modern and the Postmo-
Cinema dalam Journal of Southeast dern, London & New York: Routledge.
Asian Studies Vol. 35 (1), hlm. 113-131. Kirsh, Steven J, 2006, Children, Adoloscents
Corey, Anton and Valerie V. Peterson, 2003, and Media Violence, London: Sage.
“Who Said What: Subject Positions, Pandergast, Sara, Tom Pandergast, 2004,
Rhetorical Strategies and Good Faith.” Fashion, Costume and Culture: Clothing,
In Communication Studies Journal, Win- Headwear, Body Decorations, and
ter. Diunduh dari http://findarticles. Foot-wear through Ages, vol, Modern
com/p/articles/mi_qa3669/ World Part II: 1946 to 2003. New
is_200301/ ai_n9235810 [Diakses York: Thomas & Gale.
pada 05 July 2007]. Retnaningish, Ritandiyono, 1996, Aktualisa-
Fairclough, Norman, 2000, Critical Analy- si Diri, Jakarta: Gunadarma.
sis of Media Discourse”, dalam Paul Shary, Timothy, 2005, Teen Movies: Ameri-
Marris & Sue Thornham (eds.), Media can Youth on Screen, New York: Wall-
Studies: A Reader, 2nd ed. Washing- flower Press.
ton Square, New York: New York
University Press. Siregar, Ashadi, 2008, Manfaat Media untuk
Menunjang Perkembangan Remaja. Di-
Grant, Barry Keith, 2003, Film Genre Reader unduh dari http://ashadisiregar.files.
III, Texas: University of Texas Press. wordpress.com/2008/08/manfaat-
Gross, Candace M., Anne N. Rinn & Kelly media-massa-perkembangan-remaja.
M. Jamieson, 2007, Gifted Adoles- pdf (Diakses pada 10 Maret 2009).
cents’ Over-excitabilities and Self-Con- Sen, Krishna & David T. Hill, 2000, Media,
cept dalam Roeper Review Vol 29 No. Culture and Politics in Indonesia, New
4, hlm. 240-248. York: Oxford University Press.
Hall, Stuart, 1995, “The White of Their Eyes: Tanjung, Akbar, 2007, The Golkar Way: Sur-
Racist Ideologies and the Media”, vival Partai Golkar di Tengah Turbulen-
dalam Dines, Gail and Jean M. Humez si Politik Era Transisi, Jakarta: Grame-
(eds.), Gender, Race and Class in Me- dia Pustaka Utama.
dia: A Text Reader, London: Thousand
Oaks & New Delhi: Sage Publications. Vickers, Adrian, 2005, A History of Modern
Indonesia, Cambridge: Cambridge
——
——
————— , 1997, Representation: Cultural Repre- University Press.
sentations and Signifying Practices, Lon-
don, Thousand Oaks, New Delhi: Widyastuti, Rini, 2006, Remaja dan Media,
Sage. Kompas, 10 Februari 2006.
Hanan, David, 2008, “Changing Social For- Yudhistira, Aria Wiratama, 2010, Dilarang
mations in Indonesian and Thai Teen Gondrong: Praktik Kekuasaan Orde
Movies”, dalam Ariel Heryanto (ed.), Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970-
Popular Culture in Indonesia: Fluid Iden- an, Jakarta: http://www. davidcassi-
tities in Post-Authoritarian Politics. Lon- dy. com. (Diakses tanggal 23 Agustus
don: Routledge, hlm. 54-69. 2009).

54
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

DISKURSUS “ILLEGITIMATE SEXUAL ACTIVITY”


ANAK BANGSA DALAM PERSPEKTIF
TABLOID INDONESIA
Nisa Kurnia I
Staf Pengajar Universitas Airlangga Surabaya
Email: looneymochi@gmail.com

ABSTRACT
In Indonesia, sexual activity that has not been legitimized by the state is one of the realities that are
constructed by the language of “masculine-heterosexual”, as an absolute discourse defines in the hands
of the state. This paper is about to dismantle about usage of “masculine-heterosexual” language by the
Indonesian mass media discourse in defining and putting illegitimate sexual activity in the landscape of
the nation’s sexuality discourse in Indonesia. Using critical multiculturalism framework, identity theory
and constructivist paradigm, this paper will explore discourse articulated by mass media in the articles
that explain those matters. Using discourse analysis as the method, there’s four tabloids as research
subject, Tabloid Nova No. 1165/XXIII 21-27 Juni 2010, Tabloid Bintang Edisi 997 Tahun XX Minggu
Ketiga Juni 2010, Tabloid Wanita Indonesia No. 1069 21-27 Juni 2010, and Tabloid Genie Edisi 50 Tahun
VI, 21-27 Juni 2010.
Keywords: nation identity, illegitimate sexual activity, media studies, discourse analysis, Indonesian’s tabloid.

ABSTRAK
Di Indonesia, aktivitas seksual yang belum dilegitimasi oleh negara merupakan salah satu realitas
yang dikonstruksi oleh bahasa “maskulin-heteroseksual” yang dalam konteks tersebut merupakan dis-
kursus yang pendefinisiannya mutlak di tangan negara. Tulisan ini hendak membongkar lebih lanjut
mengenai penggunaan bahasa “maskulin-heteroseksual” oleh media massa Indonesia dalam mendefi-
nisikan serta meletakkan diskursus illegitimate sexual activity anak bangsa dalam lanskap diskursus
seksualitas Indonesia. Menggunakan kerangka pikir critical multiculturalism, teori identitas serta para-
digma konstruktivis yang berargumen bahwa media massa merupakan agen konstruksi realitas, tulisan
ini hendak mengeksplorasi diskursus yang berusaha diartikulasikan media dalam artikel-artikel yang
membahas mengenai hal tersebut. Untuk memetakan diskursus tersebut digunakan metode analisis
wacana. Empat tabloid yang digunakan sebagai subjek penelitian, yaitu Tabloid Nova No. 1165/XXIII
21-27 Juni 2010, Tabloid Bintang Edisi 997 Tahun XX Minggu Ketiga Juni 2010, Tabloid Wanita Indone-
sia No. 1069 21-27 Juni 2010, dan Tabloid Genie Edisi 50 Tahun ke VI, 21-27 Juni 2010.
Kata kunci: illegitimate sexual activity, identitas bangsa, media studies, analisis wacana, tabloid Indonesia.

55
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 55-67

PENGANTAR activity di Indonesia yang dilakukan oleh para


Di Indonesia, sebuah aktivitas seksual remaja semakin meningkat tiap tahunnya,
yang belum dilegitimasi oleh negara meru- ditambah lagi dengan semakin canggihnya
pakan salah satu realitas yang dikonstruksi teknologi komunikasi yang digunakan un-
oleh bahasa “maskulin-heteroseksual” (Ali- tuk mendokumentasikan sekaligus menye-
mi, 2004: 64). Pengkonstruksian tersebut barluaskan aktivitas tersebut. Fenomena ini
juga berlaku dalam pendefinisian realitas seolah-olah memecahkan puncak gunung es
video mirip Ariel-Luna Maya-Cut Tari, yang kasus illegitimate sexual activity yang banyak
utamanya dilakukan oleh media massa. Tu- mencuat pada kondisi realitas Indonesia.
lisan ini hendak membongkar lebih lanjut Urgensi untuk “meluruskan” diskursus ille-
mengenai penggunaan bahasa “maskulin- gitimate sexual activity mulai muncul mana-
heteroseksual” oleh medua massa Indone- kala seksualitas sebagai salah satu bagian
sua dalam mendefinisikan serta meletakkan dari identitas nasional bangsa mulai diper-
diskursus illegitimate sexual activity anak tanyakan.
bangsa dalam lanskap diskursus seksualitas Identitas nasional sendiri merupakan
Indonesia. Untuk memetakan diskursus itu, salah satu konsep yang problematis di In-
saya menggunakan beberapa tabloid yang donesia. Anggapan bahwa identitas nasional
membingkai kasus celebrity porn video yang merupakan sesuatu yang given dan karena-
sanggup menyaingi gempita World Cup nya mutlak dilekatkan pada tiap individu,
2010, di Indonesia (Tabloid Bintang, Edisi sehingga mengarahkan segala tingkah laku
997, 2010: 3). mengikuti standar nilai “nasional” tersebut,
Kasus illegitimate sexual activity yang menyebabkan berbagai problem yang para-
melibatkan selebriti ini sebenarnya bukan doksal. Sesuai dengan pemikiran Anderson
yang pertama di Indonesia. Namun, yang (1983: 5-6) yang mendefinisikan bangsa se-
menyebabkannya mencuat di puncak dis- bagai “imagined political community and ima-
kursus adalah para pelakunya yang tengah gined as inherently limited and soveirgn” se-
berada pada puncak popularitas (Tabloid hingga konstruk sebuah kondisi kebangsaan
Nova, No.1165, 2010: 3). Seperti yang di- pada dasarnya merupakan diskursus ideolo-
ungkapkan oleh O’Guinn (2003 dalam Ibra- gi yang dibayangkan. Menjadi menarik ma-
him, 2007: 133): “Masyarakat abad ke-21 nakala bangsa yang pada dasarnya diben-
segalanya adalah mengenai selebriti”. Apa- tuk dari beragam latar belakang sosial bu-
lagi masyarakat Indonesia yang dicekoki daya ditransformasikan menjadi suatu kon-
tayangan berbumbu selebritas tiap hari de- sep “nasional” yang memiliki nilai seragam.
ngan intensitas yang tidak bisa dikategorisasi- Inilah yang menyebabkan bangsa men-
kan sebagai sedikit, hingga menganggap jadi sebuah fenomena modern, sejarah dan
kehidupan selebritas menjadi makanan kebersamaan yang dibentuk dan dibayang-
pokok yang tidak mungkin dilewatkan kan, dengan cepat dan secara terus-me-
(Haryanto, 2006: 5). Selain acara infotainment nerus, oleh banyak orang. Bangsa kemudian
di televisi, salah satu media massa garda menjadi ada melalui sebuah system of sig-
depan yang menjadikan selebritas sebagai nification (Ibid, 40). Karenanya, kebangsaan
bahan dasarnya adalah tabloid. merupakan sebuah bayangan yang diba-
Menjadi semakin problematis manaka- ngun dan direproduksi terus-menerus mela-
la pasangan selebritis yang tengah disorot lui sistem pemaknaan serta bahasa yang di-
tersebut menjadi salah satu pasangan “pa- gunakan oleh individu dalam kehidupan
nutan” bagi para remaja Indonesia (http:/ kesehariannya di dalam masyarakat. Menu-
/www.facebook.com/74677948965/). Se- rut Hall, nilai-nilai dasar kebangsaan terse-
lain status sebagai selebritis, kedua individu but dibentuk dari the narrative of nation (Hall,
tersebut memiliki status lain sebagai bagian 1992: 293).
dari bangsa Indonesia, saya menggunakan A set of stories, image, landscapes, scenarios, his-
istilah anak bangsa. Kasus illegitimate sexual torical events, national symbols and rituals which
56
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

stand for or represent the shared experience which ideolog yang menggabungkan laki-laki dan
give meaning to the nation. perempuan dalam suatu konteks yang in-
Reproduksi nilai-nilai kebangsaan melalui tegral (rumah tangga) sebagai landasan
sistem penandaan tersebut turut mengkons- struktur pelapisan sosial di Indonesia, de-
truksi sebuah konsep seksualitas yang diang- ngan Presiden sebagai Bapak Utama. Ter-
gap “pantas” oleh negara untuk dilekatkan dapat ciri hubungan kawula-gusti yang kuat
pada tiap warganya. dalam budaya politik Jawa, yang ditandai
Akibat dari reproduksi konsep kebang- oleh hormat pada kekuasaan dan otoritas,
saan melalui sistem penandaan tersebut, yang sejalan dengan hirarkhi. “Kawula” di-
konstruksi mengenai identitas individu yang gunakan sebagai kata ganti orang dengan
menjadi anggota suatu bangsa pada dasar- kedudukan yang lebih rendah, sementara
nya akan selalu berubah bergantung pada “Gusti” digunakan untuk penguasa atau
penguasa sistem penandaan tersebut. Seperti yang lebih tinggi. Salah satu slogan yang
yang diungkapkan oleh Foucoult (1968: diusung Orde Baru adalah proyek “Pemba-
127): ngunan Nasional” yang membutuhkan pe-
But we know very well that, in its distribution, in
merintah yang kuat, stabil dan berwibawa,
what it permits and what it prevents, it follows the yang didukung oleh aparat negara yang
lines laid down by social differences, conflicts and “sempurna”, salah satunya adalah keluar-
struggles. Every educational system is a political ga sebagai bagian integralistik dari negara.
means of maintaining or modifying the appro- Rumah tangga adalah merupakan unit
priation of discourses, with the knowledge and masyarakat yang terkecil dari sebuah negara
power they bring with them. … Negara hanya akan kuat apabila terhim-
sehingga diskursus ke”bangsaan” menjadi pun dari rumah tangga-rumah tangga yang
terartikulasikan dalam penggunaan bahasa kuat. Negara yang adil hanya akan terwujud
sehari-hari dalam membingkai sebuah reali- dari susunan rumah tangga yang adil.
ta. Realita yang bersinggungan langsung (Rekso Soedirjo, 1990:17; Hadiz, 2004:360)
dengan lokus identitas, seperti etnisitas, aga- Oleh karena itu, menegakkan sebuah rumah
ma, kelas, wilayah serta gender dan sek- tangga berarti ikut berpartisipasi menegak-
sualitas menjadi bergantung pada peng- kan suatu Dasar Negara.
gunaan bahasa tersebut untuk mendefinisi- Pandangan konstruksi identitas nasional
kannya. Termasuk dalam kasus video “mi- bangsa yang didengungkan pada masa Orde
rip” artis tersebut. Seperti yang disampai- Baru ternyata masih direproduksi pada
kan oleh Foucault, heteroseksualitas bukan masa reformasi. Sesuai dengan pandangan
hanya didirikan di atas naturalisasi dan pe- heteronormativitas yang lebih memihak
lipatgandaan tingkah laku seksual yang pada politik maskulin, negara sebagai ma-
prokreatif, melainkan juga pada patologisa- nifestasi puncak dari konsep “keluarga”
si, abnormalisasi setiap bentuk praktik sek- tersebut memiliki kewajiban untuk “menja-
sual yang nonprokreatif. Sehingga bagi se- ga” anak-anak bangsa mereka menggu-
tiap aktivitas seksual yang dinilai non- nakan ideological state apparatus yang salah
prokreatif, yang dalam konteks paper ini satunya diartikulasikan oleh media massa.
adalah illegitimate sexual activity didefinisi- Untuk mempertahankan diskursus kebang-
kan sebagai sesuatu yang patologis. saan yang sesuai dengan identitas nasional
Pemerintah Indonesia, khusunya pada maka seluruh proses yang menggunakan
masa Orde Baru yang mengusung konsep sistem penandaan dikonstruk sedemikan
negara integralistik (Suryakusuma, 1991 rupa sehingga berjalan sejalan dengan the
dalam Hadiz, 2004: 355) menganalogikan narrative of nation.
Negara dengan konsep azas kekeluargaan. Saya menggunakan empat tabloid un-
Dengan kata lain, negara sebagai keluarga tuk membongkar konstelasi diskursus illegi-
yang memiliki dasaran UUD 1945 sehingga timate sexual activity di Indonesia yang di-
menggunakan Patrimonialisme (suatu representasikan oleh kasus celebrity porn vi-
57
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 55-67

deo tersebut. Pemilihan tabloid sebagai ob- turalism dalam artikel-artikel yang ditampil-
jek pengamatan bukannya tanpa implikasi, kan oleh tabloid-tabloid tersebut. Dengan
mengingat tabloid merupakan suatu media pendekatan ini diharapkan hasil analisis
yang pada dasarnya memiliki segmentasi yang lebih komprehensif. Pertanyaan uta-
kelas bawah, salah satu indikatornya adalah ma yang akan dijawab melalui tulisan ini
harganya yang berada pada kisaran 6000- adalah bagaimanakah artikel-artikel dalam
7000 rupiah serta bahan dasarnya yang dari tabloid Indonesia mengartikulasikan diskur-
kertas koran, bukan glossy (McLaughlin, sus seksualitas anak bangsa, utamanya ille-
2000: 5). Penggunaan kata glossy adalah gitimate sexual activity, melalui sistem pe-
salah satu indikator dari media massa yang nandaan, menggunakan perspektif multikul-
ditujukan untuk kelas menengah. Sehingga, turalisme kritis.
asumsi dasar yang digunakan bahwa menu-
rut kelas tersebut, isu illegitimate sexual ac- Identitas dan Tabloid sebagai Agen
tivity masih menjadi diskursus seksualitas Konstruksi Realitas
yang memiliki tingkat urgensi cukup tinggi Pendefinisian mengenai gender dan sek-
mengingat peletakannya sebagai isu utama sualitas sebagai salah satu lokus identitas
di semua tabloid yang tengah beredar pada individu sendiri selalu mengalami perdebat-
masa ini. an. Menurut Judith Butler (1999: 25), gen-
Menggunakan pendekatan ‘critical mul- der itu bersifat performatif, hal ini menya-
ticulturalism’, penulis hendak membedah takan secara tidak langsung bahwa identi-
konstelasi wacana multikulturalisme dan tas gender seseorang dihasilkan melalui pe-
seksualitas yang berusaha diartikulasikan nampilan (performance) dan permainan pe-
melalui artikel-artikel dalam keempat tabloid ran (role-playing). Pengulangan memainkan
yang digunakan sebagai sampel. Untuk peran penting dalam proses ini, karena de-
memaparkan realitas seksualitas dan multi- ngan menampilkan tindakan-tindakan ter-
kulturalisme tersebut, penulis akan memper- tentu secara berulang individu memperoleh
hatikan beberapa elemen. Karena sebuah sebuah identitas koheren yang nyata. Selan-
pendekatan critical multiculturalism memiliki jutnya pengulangan didikte oleh se-
perspektif yang cukup luas, sehingga pe- perangkat tata nilai yang berupa ekspektasi
nilaian mengenai realitas multikultur harus oleh budaya tertentu terhadap anggotanya,
disarikan dari berbagai elemen pembentuk oleh ideologi dominan dan cara-cara meng-
diskursus. Seperti yang diungkapkan oleh atur perilaku seksual.
Kellner (Ibid): ‘Performa gender’, menurut Butler, ber-
A critical multicultural perspective takes serious- gantung pada praktik-praktik pengulangan
ly the conjunction of class, race, ethnicity, gender, rezim-rezim seksual yang bersifat mengen-
sexual preference, and other determinants of iden- dalikan. Sebuah peran gender, oleh karena-
tity as important constituents of culture which nya, tidak bersifat alami maupun opsional.
should be carefully scrutinized and analyzed in Pada kenyataannya peran gender terkons-
order to detect sexism, racism, classism, homopho- truksi oleh pelbagai wacana kultural, dan
bia, and other tendencies that promote domination khususnya oleh bahasa. Melalui kegiatan
and oppression. mendisiplinkan tubuh dan menyesuaikan-
Untuk itu, saya akan memaparkan pemosi- nya dengan performa gender yang dituntut
sian pelaku dan korban, serta peran serta oleh lingkungan sosiokultural akan me-
saksi ahli yang memiliki legitimasi penge- mungkinkan terjadinya, apa yang disebut
tahuan untuk menjustifikasi kebenaran vi- Foucault sebagai “ledakan diskursus sek-
deo tersebut, dan yang terakhir posisi nega- sualitas”. Menurut Foucault (1988 dalam Ali-
ra sebagai puncak legitimasi seksualitas, un- mi, 2004: 76), seksualitas merupakan ruang
tuk menganalisis bagaimana diskursus sek- yang paling dalam tempat terkuburnya ke-
sualitas dalam perspektif critical multicul- benaran tentang diri, sebagai inti esensial

58
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

yang mendasari kesadaran rasional yang konstruksi ulang realita melalui bahasa yang
mungkin muncul dan membentuk identitas. memiliki pemaknaan konsensual.
Sebagai respons atas pemikiran tersebut, Bentuk representasi realitas ideal ini
Yuval Davis (1977 dalam Alimi, 2004: 76) pada akhirnya menjadi suatu praktik diskur-
mengungkapkan bahwa seksualitas memain- sif yang dijalankan oleh sistem masyarakat
kan peranan penting dalam reproduksi untuk melanggengkan status quo mereka.
bangsa secara sosial (the social production of Dapat dikatakan bahwa melalui tabloid, ins-
nation) atau disebut juga dengan kulturna- titusi yang memroduksinya juga melaku-
tion dan reproduksi bangsa secara biologis kan penetrasi ideologi terhadap para pem-
(the biological production of nation) atau dise- bacanya dalam bentuk representasi realitas
but juga sebagai volknation. Melalui kultur- tersebut. Sehingga sedikit banyak dapat dika-
nation, relasi gender dan seksual digunakan takan bahwa praktik diskursif yang berlang-
sebagai pusat pembentukan identitas na- sung dalam sebuah tabloid, sebenarnya juga
sional. Sementara volknation, digunakan tengah berlangsung dalam realitas sosial
untuk mengamankan integritas bangsa, ba- masyarakat itu sendiri. Praktik-praktik dis-
tas dan fungsi tubuh diatur ketat. Batas-ba- kursif tersebut pada akhirnya memproduk-
tas ditentukan, dijaga, dan para penyimpang si, mereproduksi, atau bahkan melanggeng-
seksualnya diidentifikasi melalui teknik- kan wacana yang mendukung suatu ke-
teknik baru pengetahuan, dan dieksklusi kuasaan dominan yang menghasilkan “com-
melalui teknik “kuasa” sehingga bangsa mon sense” atau “taken for granted” bagi pub-
dapat mengonsolidasikan pemahaman ko- lik yang mengonsumsinya.
munitas yang lebih kuat. Sejalan dengan Dapat dikatakan bahwa tabloid me-
pemikiran tersebut, proses pendefinisian se- nampilkan suatu realitas simbolis yang meru-
buah praktik seksual menjadikan “the nar- pakan representasi dari realitas faktual yang
rative of nation” sebagai acuan utama. terjadi di lingkungan sosial. Realitas simbolis
Tabloid merupakan sebuah produk bu- ini diproduksi melalui interaksi simbolis
daya yang dibuat oleh suatu institusi media yang dibentuk oleh bahasa dan konvensi
massa yang notabene merupakan bagian atau pemaknaan bersama (Fiske, 1996: 53-
dari masyarakat sosial itu sendiri. Menurut 56). hingga penggunaan bahasa yang di-
McQuail (2000: 61) tabloid (media massa), gunakan untuk merepresentasikan realitas
budaya (culture), dan masyarakat (society) tersebut menjadi bias dan tidak bebas nilai.
adalah tiga hal yang tidak dapat dipisah- Oleh karena itu, dalam setiap pemilihan
kan. Tabloid merupakan suatu produk bu- bahasa yang hendak digunakan selalu ada
daya yang memanifestasikan gagasan- nilai-nilai yang melekat dalam penggunaan
gagasan suatu masyarakat mengenai suatu bahasa tersebut. Penggunaan bahasa di sini
realita (objek). Objek tersebut tidak serta- tidak hanya terbatas pada kata-kata, melain-
merta ditampilkan sebagaimana adanya, kan juga pada atribut, gestur, serta bahasa-
melainkan mengalami sebuah presentasi bahasa tabloid seperti angle, plot, ataupun
ulang yang merupakan hasil konstruksi pi- layout (McLaughlin (2000: 8). Jadi, pada
hak yang memroduksi teks tersebut. dasarnya realitas simbolis yang ada pada
Bahasa populer untuk realitas kedua ini tabloid memberikan penawaran nilai-nilai
adalah representasi. Menurut Stuart Hall tertentu kepada pembacanya mengenai kon-
(2002: 15) yang dimaksud dengan represen- disi masyarakat yang ideal.
tasi adalah suatu aktivitas komunikasi yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
menggunakan bahasa yang memiliki mak- kualitatif berbasis paradigma kritis, meng-
na tertentu yang didefinisikan secara sosio- gunakan metode Discourse Analysis. Pende-
kultural untuk menggambarkan, mewakil- katan kualitatif artinya penelitian ini adalah
kan, atau mempresentasikan ulang suatu sebuah Grounded Research yang berangkat
objek (atau realita). Sehingga proses repre- dari fenomena sosial yaitu konstruksi sosial
sentasi pada dasarnya adalah proses meng- mengenai konsep “illegitimate sexual activi-
59
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 55-67

ty” yang direpresentasikan dalam tabloid In- Luna sebagai objek pasif dari pelaku Ariel
donesia. Fenomena ini dianalisis menggu- sebagai subjek aktif. Posisi ini ditentukan
nakan paradigma kritis yang dasar filosofi- oleh penggunaan kata “memanfaatkan”.
nya adalah realitas sosial yang ada sekarang Bahasa maskulin ini juga melegitimasi bah-
ini adalah sebuah realita yang timpang wa perbuatan mereka tidak prokreatif kare-
dikarenakan adanya dominasi dari kelom- na menimbulkan kerugian bagi pihak lain,
pok tertentu yang melanggengkan ke- yang dalam hal ini adalah Luna. Sementara
kuasaannya melalui wacana dalam kehi- Tabloid Bintang yang menggunakan judul
dupan sehari-hari (everydaylife discourse). utama “Imej dan Karier Berantakan, Ariel-
Sehingga Discourse Analysis dalam kon- Luna Tetap Tak terpisahkan”, menawarkan
teks penelitian ini digunakan sebagai instru- sudut pandang lain bahwa illegitimate
men dalam upaya peneliti untuk memahami, sexual activity akan memberikan konsekuensi
mengungkap, membongkar, dan akhirnya buruk bagi kehidupan individu yang mela-
melawan struktur kekuasaan yang terben- kukannya. Walaupun tabloid ini tidak
tuk dari wacana-wacana yang dilanggeng- menawarkan posisi pelaku atau korban,
kan oleh kultur mengenai diskursus “illegi- namun secara gambling tabloid ini meng-
timate sexual activity” anak bangsa dalam tab- usung diskursus dominan bahwa illegitimate
loid Indonesia. Keempat tabloid yang saya sexual activity adalah kesalahan yang harus
gunakan adalah, Tabloid Nova No. 1165/ mendapat hukuman.
XXIII 21-27 Juni 2010, Tabloid Bintang Edisi Tabloid Bintang merupakan salah satu
997 Tahun XX Minggu Ketiga Juni 2010, tabloid yang memaparkan perdebatan po-
Tabloid Wanita Indonesia No. 1069 21-27 sisi pelaku-korban dari berbagai perspektif.
Juni 2010, dan yang terakhir adalah Tabloid Tidak hanya menghakimi anak bangsa pe-
Genie Edisi 50 Tahun ke VI, 21-27 Juni 2010. laku illegitimate sexual activity secara sepihak,
Bintang mencoba untuk memberikan
PEMBAHASAN wadah bagi para “pelaku” adegan-adegan
Siapa Pelaku, Siapa Korban? tersebut untuk membeberkan perasaan
Salah satu perdebatan yang timbul dari mereka.
munculnya kasus ini adalah mengenai po- Dalam sesi wawancara itu, berkali-kali Luna-
sisi pelaku dan korban. Dari judul yang ter- Ariel menekankan mereka korban dari orang-
pampang di sampul depan tabloid-tabloid orang yang ingin melihat karier mereka han-
tersebut sudah tampak penggunaan sistem cur (Tabloid Bintang, Edisi 997, 2010: 3).
penandaan yang mengartikulasikan pan- Pada dasarnya, para partisipan illegitimate
dangan mereka mengenai posisi korban dan sexual activity merasa menjadi korban de-
pelaku. Judul yang diusung oleh Tabloid ngan beredarnya video tersebut, dan mere-
Nova yaitu “Main Api Terbakar Sendiri” ka menempatkan para pengganda video
jelas memosisikan para anak bangsa yang tersebut sebagai pelaku. Senada dengan bin-
terlibat sebagai pemain video tersebut sebagai tang, Tabloid Genie juga menyuarakan hal
pelaku yang sudah selayaknya mendapat serupa, bahwa tidak ada ruginya meminta
hukuman. Penggunaan metafora main api pihak yang bersangkutan secara langsung
terbakar sendiri, memiliki makna denotatif dalam memberikan pandangan mereka ter-
bahwa para pemeran dalam video tersebut hadap masalah tersebut. Walaupun sebagai
telah melewati batas-batas norma kesusilaan implikasi logis dari beredarnya dokumenta-
di Indonesia sehingga mereka “wajar” mem- si tersebut menimbulkan efek domino bagi
peroleh akibatnya. korban-korban lainnya.
Sudut pandang lain ditampilkan oleh Menggunakan angle yang berbeda, Bin-
Tabloid Genie yang memilih judul utama tang juga memaparkan pendapat individu-
“Video itu Asli; Ariel hanya Memanfaatkan individu seperti Ade Armando dan Tifatul
Luna”. Posisi korban disandangkan pada Sembiring yang dianggap memiliki legitimasi

60
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

akan kebenaran mengenai siapa yang men- Mereka ini kan, sengaja merekam aktivitas
jadi pelaku dan siapa yang menjadi korban. seksual mereka. Video itu tidak akan pernah
ada jika mereka tidak merekamnya. Bagaima-
Masalah utamanya, penyebaran video porno
na mungkin mereka hanya sebagai korban?
yang tidak terbendung dengan cara yang ja-
(Tabloid Nova, No.1165, 2010: 8).
hat, secara sengaja, dan sistematis. Jadi kalau
ada yang menyebut Luna dan Ariel korban,
Bagi Tabloid Nova, Ariel, Luna dan Cut Tari
harusnya kita melihat lebih luas lagi. Korban
sebenarnya masyarakat luas. Bukan mereka” tidak mungkin diposisikan sebagai korban
(Ibid, 2). mengingat merekalah yang memroduksi
Masalah video itu cukup menguras perhatian dokumentasi illegitimate sexual activity terse-
publik. Kalau itu benar mereka, bukan saya but. Namun yang menjadi polemik, dari ke
saja yang kecewa. Mereka ini idola puluhan semua taboid tersebut tidak ada yang me-
juta jiwa anak muda Indonesia…Menurut nyuarakan secara gamblang siapa yang bisa
saya, korban sebenarnya anak-anak. Mereka divonis menjadi pelaku. Meskipun hingga
bisa saja meniru (Ibid, 4). artikel tersebut dipublikasikan Ariel sudah
Tabloid Bintang mengutip pernyataan Ade ditetapkan menjadi tersangka dan menjadi
Armando, seorang pengamat media yang tahanan tetap, media massa juga belum
telah dikenal luas oleh masyarakat Indone- merujuk pada pelaku utama yang patut di-
sia. Ade Armando yang dianggap memiliki hukum.
kredibilitas untuk menanggapi kasus ini Menurut saya, setidaknya para tabloid
menyatakan bahwa korban yang lebih luas itu masih mengusung asas praduga tak ber-
adalah masyarakat Indonesia, dan para pe- salah. Walaupun di setiap artikel memiliki
laku video tidak sepantasnya memosisikan nada-nada yang memihak, namun belum
diri mereka sebagai korban. Pernyataan ini ada yang mengutuk atau menjustifikasi
ditekankan kembali oleh tabloid Bintang salah satu individu yang ditetapkan sebagai
menggunakan pernyataan Tifatul Sembi- pelaku sebelum hukum menyatakan demi-
ring, Menkominfo Kabinet Indonesia Ber- kian. Sehingga, dari perdebatan ini bisa di-
satu II. Korban sebenarnya adalah anak- simpulkan jika media massa berada pada
anak, yang ditekankan oleh Tifatul sebagai posisi mediator dalam kasus ini, mereka
penggemar Ariel dan Luna, yang bias saja menyiarkan, menambahi sedikit bumbu agar
meniru perbuatan mereka. sedap, namun tidak langsung menjustifika-
Seperti yang telah dipaparkan sebelum- si.
nya, kondisi sebuah negara yang sistemik Namun, media massa tidak sepenuhnya
pada akhirnya menempatkan sebuah diskur- lepas tangan dalam mendengungkan pem-
sus seksualitas pada jalinan diskursus iden- beritaan tersebut sehingga menjadi penting
titas nasional pada sebuah masyarakat. Se- bagi publik yang mengonsumsinya. Tabloid
hingga, tidak heran jika bagi media massa, Bintang menyadari benar kalau diri mereka
selalu ada berbagai macam versi yang meru- turut andil dalam kasus ini, sebagai “pelaku”
juk pada pelaku maupun korban dari kasus penyebaran: Kasus ini jelas tidak bisa dise-
tersebut. Namun, dengan melihat paparan pelekan. Apalagi media memberitakan de-
dari tabloid Bintang, bisa dilihat kecende- ngan gencar. Masyarakat disuguhi gambar,
rungan angle yang lebih memihak pada dis- tontonan yang mendorong rasa ingin tahu”.
kursus identitas nasional yang menempat- Ketiga tabloid lain, juga merasa bahwa pem-
kan anak bangsa yang berpartisipasi dalam beritaan yang dilakukan oleh media massa
video sebagai pelaku dan masyarakat luas semakin mendorong rasa ingin tahu masya-
sebagai korban. rakat, utamanya anak-anak penggemar ke-
Jika Bintang berusaha menampilkan tiga selebritas tersebut, sehingga memosisi-
dari berbagai perspektif, lain halnya dengan kan media massa sebagai salah satu pelaku
Nova yang cenderung mengambil posisi penyebaran video tersebut. Hal ini juga di-
ofensif dalam kasus ini. afirmasi oleh Tifatul Sembiring yang mera-

61
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 55-67

sa media massa terlalu sering menampilkan terkait dengan dimensi ruang dan waktu di
peristiwa tersebut. mana wacana tersebut disampaikan. Yang
Di sisi lain, dalam memosisikan pelaku kedua dengan membatasi kelompok terten-
dan korban dalam ulasan rubriknya, para tu yang dapat diakui sebagai subjek, serta
tabloid ini memiliki kecenderungan yang yang terakhir adalah legitimasi secara for-
seragam. Pertama, mereka sepakat meletak- mal terhadap subjek yang berbicara, dan le-
kan masyarakat, utamanya anak-anak, se- gitimiasi tersebut hanya bisa didapatkan
bagai korban dari peristiwa ini. Kedua, se- dengan satu cara, pendidikan formal.
mua sepakat bahwa para pelaku illegitimate Individu yang memiliki legitimasi se-
sexual activity memiliki andil dalam peristi- bagai subjek yang berbicara pada akhirnya
wa tersebut, walaupun posisinya tidak da- memiliki akses terhadap peredaran wacana.
pat dikatakan sebagai pelaku atau korban. Seperti yang diungkapkan oleh Foucault
Yang terakhir, seluruh tabloid menyepakati (1968: 127) berikut ini:
bahwa illegitimate sexual activity adalah per- But we know very well that, in its distribution, in
buatan yang salah. Jika melakukannya maka what it permits and what it prevents, it follows the
akan menerima konsekuensi negatif baik itu lines laid down by social differences, conflicts and
formal (dituntut secara hukum) maupun struggles. Every educational system is a political
informal (dikucilkan, disalahkan dan dicela means of maintaining or modifying the appro-
oleh publik) karena menyalahi norma ke- priation of discourses, with the knowledge and
susilaan yang dikonstruk oleh identitas na- power they bring with them.
sional sebagai anak bangsa. Dapat diambil kesimpulan bahwa penge-
tahuan (knowledge) adalah gerbang untuk
Posisi “Saksi Ahli” meraih kekuasaan (power) dalam merumus-
Di sini, istilah saksi penulis gunakan un- kan dan melanggengkan ideologi dominan
tuk merujuk pada individidu yang dianggap bagi suatu tatanan masyarakat melalui pro-
tabloid memiliki kredibilitas untuk mem- ses komunikasi yang memroduksi wacana.
bahas peristiwa ini dari sudut pandang kom- Itulah yang tergambar jelas dalam pen-
petensi masing-masing. Menurut Stephen definisian kebenaran dalam kasus illegitimate
Littlejohn (2000: 237-238), Foucault menya- sexual activity yang divideokan tersebut. Para
takan bahwa setiap periode peradaban ma- ahli telematika seperti Roy Suryo dan Abi-
nusia memiliki perbedaan sudut pandang manyu dijadikan garda depan dalam pem-
dalam melihat dunia, yang ia sebut sebagai buktikan kebenaran sekaligus menjustifika-
struktur konseptual (conceptual structure), si secara moral para pelaku dan aktivitas
yang menentukan pendefinisian kebenaran yang mereka lakukan. Para psikolog berlom-
melalui pengetahuan yang dianggap sudah ba-lomba membuat pernyataan yang me-
seharusnya (the nature of knowledge) pada legitimasi kebenaran versi mereka mengenai
masa itu. Sehingga, setiap pengetahuan pasti realita illegitimate sexual activity yang dilaku-
memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan kan oleh selebriti. Para pengacara, juga de-
periode peradaban di mana ia digunakan. ngan standar kebenarannya secara judicial,
Foucault menyebutnya sebagai epistemé atau turut memosisikan illegitimate sexual activity
formasi diskursif (discursive formation). dalam diskursus seksualitas nasional.
Maka dari itu, untuk melanggengkan Setelah lihat video tersebut dari bukti yang
kekuasan melalui formasi wacana yang ber- dipegang polisi, saat itu pula saya merasa
edar, maka harus ada kontrol terhadap Luna berbohong menyatakan video itu reka-
wacana itu sendiri. Foucault menyebutnya yasa. Tadinya saya kira Luna jujur kesaya,
sebagai ‘rarefaction of the speaking subjects’ menyatakan video itu rekayasa. Setelah meli-
dengan tiga cara utama, yaitu memberikan hat video itu, saya nyatakan, video itu asli
100%. Tidak mungkin rekayasa (Tablodi
suatu kualifikasi tertentu agar individu da-
Nova, No.1165, 2010: 4).
pat diakui sebagai subjek yang berbicara,

62
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

Menjadi problematis, manakala saksi ahli tidak mengaku, orang bisa kesal (Tabloid
yang dijadikan pelegitimasi kebenaran da- Nova, No.1165, 2010: 7).
lam kasus tersebut tidak hanya sekedar mem- Mengacu pada kasus video porno yang pe-
berikan pendapat objektif mengenai asli lakunya mirip Ariel dan Luna, Psikiater Da-
tidaknya video yang beredar. Namun mere- dang Hawari menduga si pelaku pria men-
ka turut menjustifikasi moralitas para peser- derita 3 penyimpangan seks sekaligus, narsis-
me, ekshibisionist dan satirisme … “Sekarang
tanya serta memberikan alternatif hukuman
begini, pasangan suami istri melakukan sek-
bagi mereka. Seperti yang dilakukan oleh
sual memang hal yang sah di agama. Masalah-
Roy Suryo, yang merasa kuatir jika per- nya timbul karena dilakukan bukan dengan
edaran video ini bisa merusak moral bang- pasangan. Lalu semakin menjadi masalah
sa. lagi, ketika video tersebut bocor ke publik”
Selain melihat dari sudut pandang mo- (Tabloid Wanita Indonesia, No.1069, 2010:
ralitas, berbagai saksi ahli dihadirkan untuk 31).
mengulas peristiwa ini dari berbagai sudut
pandang. Seperti yang dilakukan oleh tab- Narasumber yang dipilih oleh Tabloid Nova,
loid Bintang yang menggunakan Effendi Prasantyo, mewakili sudut pandang psiko-
Ghazali, seorang pengamat media, sebagai logi populer menyatakan bahwa apa yang
narasumber utamanya. dilakukan oleh Ariel bukanlah hal yang pa-
Yang bisa menjerat Ariel dan Luna adalah tologis di dalam lingkungan sosial. Yang
kenyataan lain bahwa mereka melakukan menjadikan seorang Ariel menjadi bergan-
hubungan seks sebelum menikah. Mereka bisa ta-ganti pasangan dalam melakukan illegi-
terjerat undang-undang perzinahan (Tabloid timate sexual activity adalah kepribadiannya
Bintang, Edisi 997, 2010: 2). yang sulit ditolak oleh para selebriti perem-
Ghazali memberikan pernyataan bahwa, il- puan Indonesia.
legitimate sexual activity yang didokumenta- Berbeda lagi sudut pandang yang di-
si dan disebarluaskan pada dasarnya bukan gunakan oleh Dadang Hawari. Menurut
faktor terpenting. Yang lebih penting adalah Dadang, apa yang dilakukan oleh para pe-
aktivitas seksual di luar konsep pernikahan main video tersebut, utamanya adalah pe-
yang dilegitimasi oleh Negara. Pelanggaran, meran pria, merupakan suatu hal yang pa-
pada dasarnya dilakukan oleh para anak tologis. Dadang bahkan menjustifikasi pe-
bangsa ini karena aktivitas seksual diatur main pria dalam video tersebut sebagai in-
sepenuhnya oleh negara. Sebagai pengamat dividu yang menderita penyimpangan sek-
media Ghazali mengambil posisi komenta- sual. Dadang bahkan tidak ragu untuk me-
tor yang menyatakan bahwa hukum berpi- nyebut Ariel sebagai “penderita” penyim-
hak pada individu yang mematuhi hukum pangan seksual dan menyampaikan bahwa
Negara dalam melakukan aktivitas seksual. pokok permasalahan dari peristiwa itu ada-
Para tabloid ini juga menyoroti perilaku lah terjadinya illegitimate sexual activity.
para pemain video ini dari sudut pandang Masalah tersebut menjadi makin besar
psikologis. Sudut pandang psikologis yang manakala publik telah mencium permasa-
digunakan pun diambil dari dua sisi. Sisi lahan tersebut.
pertama adalah psikologi popular dan sisi Sementara itu, tabloid Genie mengam-
kedua adalah sudut pandang psikologi aga- bil angle berbeda dengan membahas masalah
ma. ini dari sudut pandang agama. Menggu-
Ariel itu superstar, naughty boy. Di dalam du- nakan Ketua MUI, Amidhan, sebagai nara-
nia pergaulan, naughty boy hard to resist. Saya sumber utama.
enggak akan bilang dia psycho … Wahai Ariel,
Dari sisi agama sudah jelas itu perbuatan di-
Luna, Cut Tari, bangsa Indonesia itu bangsa
larang. Dosa besar. Tidak bisa ditolerir. Tapi
yang permisif dan pardonis, mudah memaaf-
kalau agama kan hukumannya di akhirat,
kan serta nrima. Kalau Anda berulang-ulang

63
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 55-67

ya… Karena ini kejahatan sosial yang sangat masi, baik itu cetak maupun elektronik,
merusak masyarakat. Video itu kan bisa diak- mulai dari Presiden hingga Ketua RT mera-
ses jutaan orang dan akan merusak moral sa perlu untuk berkomentar dan melurus-
jutaan orang (Tabloid Genie, Edisi 50, 2010: kan pemikiran bangsa dalam memandang
5).
dan mencerna kasus ini. Atau dengan kata
Setiap ahli dari masing-masing bidang yang lain untuk memberikan arahan bagi “anak-
dianggap memiliki legitimasi untuk menjus- anaknya”.
tifikasi kasus tersebut turut memberikan Ketua MUI yang berbicara dari sudut
perspektifnya mengenai kebenaran dalam pandang agama bahkan menyatakan per-
konteks diskursus illegitimate sexual activity lunya para anak bangsa yang menjadi pe-
yang didokumentasikan tersebut. Apakah laku untuk segera “diamankan” karena me-
mengategorisasikan mereka sebagai pembo- reka akan menimbulkan dampak negatif
hong, pezinah atau bahkan memiliki kelain- bagi masyarakat. “Pengamanan” itu juga
an seksual. bukan bentuk pengamanan sembarangan,
Para tabloid Indonesia mengambil angle- Ketua MUI mendesak kepolisian sebagai
nya masing-masing dalam mendefinisikan Repressive State Apparatus untuk bertindak
para pemain dari dokumentasi seksual terse- cepat dalam memberikan hukuman bagi
but. Kesepakatan yang tibul dari pembe- para pemain video tersebut.
ritaan tersebut adalah para pemain diang-
Pernyataan dia (Ariel, red) yang menyatakan
gap melanggar prinsip good sex heteronor-
korban berarti ia mengakui itu (video) ada.
mativitas dari perspektif manapun. Mulai Mengakui itu benar. Dan para ahli menyata-
dari perspektif agama, sosial hingga psiko- kan video ini bukan rekayasa. Menurut saya,
logikal. Atau dengan kata lain, tabloid masih polisi jangan lamban seperti sekarang … Bagi
mengikuti narasi besar heteronormatif yang kita, polisi seharusnya melihat dampak yang
meletakkan illegitimate sexual activity yang besar di masyarakat. Polisi harus lebih tegas
didokumentasikan sebagai diskursus sek- dan tidak hanya mengatakan mereka sebagai
sualitas yang menyimpang dan harus korban (Ibid, 5).
dibenahi. Hal ini senada dengan konstruksi Kepolisian sebagai perpanjangan tangan
identitas nasional bangsa yang diartikulasi- dari pemerintah dianggap sebagai pihak
kan menggunakan bahasa maskulin-he- yang paling memiliki legitimasi untuk meng-
teroseksual yang meletakkan para anak konstruksi pandangan masyarakat me-
bangsa sebagai pihak yang melakukan peng- ngenai kasus ini yang bisa dikategorikan se-
rusakan identitas bangsa. bagai “kejahatan”. Para pelaku juga tidak
memiliki hak untuk mendeklarasikan diri
Negara sebagai Puncak Legitimasi mereka sebagai korban mengingat dampak
Seksualitas yang terlalu besar yang mereka timbulkan
Diskursus negara integralistik yang di- pada masyarakat.
usung oleh Orde Baru untuk mengonstruk- Tidak hanya Ketua MUI yang mengang-
si identitas nasional ternyata masih dire- gap polisi sebagai legitimasi puncak dalam
produksi serta dijadikan kerangka pikir uta- menindak para pelaku video tersebut, Ke-
ma negara dalam mengonstruksi kehidupan tua RT di kediaman Luna Maya juga mera-
masyarakat Indonesia, sehingga pihak-pi- sa perlu untuk berlaku sebagai pihak ber-
hak yang memiliki hubungan langsung de- wenang dan menertibkan perilaku mereka.
ngan pemerintah, yang menjadi “bapak” Ruswandhi juga sempat “menertibkan” Luna
negara, merasa memiliki urgensi untuk tu- dan Ariel. Mereka, katanya, “ditangkap” ko-
rut campur mengonstruksi pemikiran pub- mandan regu keamanan kompleks. “Ia per-
lik mengenai kasus ini. Tidak hanya Men- nah datang bersama Ariel dini hari. Saya pu-
teri Komunikasi dan Informatika yang me- nya danru yang seorang tentara pernah mena-
miliki keterkaitan dengan peredaran infor- han KTP Ariel sama Luna Maya..Ariel sering
menginap di sini,” ungkapnya (Ibid, 4).

64
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

Tindakan Ariel dan Luna yang tidur di ba- daknya mengaku dan memohon maaf ke-
wah satu atap, yang walaupun dilakukan pada Bangsa Indonesia. Utamanya kepada
tepat di atas properti pribadi, namun masih adik-adik mereka yang menjadikan para
dalam teritori kekuasaan rumah “Bapak” selebritis ini sebagai “role model”. Preseden
yang oleh negara diwakilkan pada Ketua yang disampaikan oleh Tifatul bisa jadi
RT, dianggap menyalahi identitas bangsa mengarah pada perusakan identitas nasional
yang menempatkan hal tersebut sebagai yang sudah dikonstruk bertahun-tahun
melanggar norma moral. Sehingga Pak RT mengenai illegitimate sexual activity.
merasa perlu memanggil komandan regu Untuk itulah, militer, yang dalam hal ini
keamanan, yang seorang tentara, untuk diwakili oleh pihak kepolisian menjadi alat
“menangkap” keduanya dan kemudian negara dalam menegakkan moral bangsa.
menahan KTP Ariel. Dengan kata lain, illegitimate sexual activity,
Menkominfo, sebagai perwakilan dari menurut “Bapak” adalah tindakan peru-
Presiden, yang diserahi tanggung jawab sakan moral bangsa, sehingga untuk meng-
pada peredaran informasi di rumah “ke- gesernya ke tepi diskursus seksualitas diper-
luarga besar Indonesia” pun merasa perlu lukan repressive state apparatus, yang dalam
memberikan pengarahan kepada para pe- hal ini adalah polisi.
laku, penonton sekaligus pengedar informasi Dari semua artikel yang dimuat oleh
ini. tabloid-tabloid tersebut, negara diposisikan
Padahal, tekanan dari berbagai kalangan agar sebagai institusi puncak yang memiliki legiti-
masalah ini segera dituntaskan semakin kuat masi dalam mendefinisikan posisi tiap pe-
saja. Bahkan Presiden SBY pun akhirnya ikut main dalam kerangka narasi ini. Nagara
bersuara mengenai kasus ini. Intinya, SBY pula yang dianggap sebagai sutradara yang
mendukung pemeriksaan hingga tuntas, an- harus bertanggungjawab atas “kenakalan”
tara lain demi menjaga moral bangsa ini (Tab- para pemainnya untuk kemudian ditindak
loid Nova, No.1165, 2010: 3).
sesuai dengan diskursus seksualitas yang
Kalau bisa ada lembaga yang memberikan telah direproduksinya terus-menerus. Hal ini
award untuk Ariel sebagai orang yang berha- memperkuat diskursus heteronormativitas
sil merusak generasi bangsa sepanjang sejarah
yang dianut oleh Indonesia. Seperti yang di-
Masalah video itu cukup menguras perhatian sampaikan oleh Rubin (1984: 14).
publik. Kalau itu benar mereka, bukan saya
saja yang kecewa. Mereka ini idola puluhan …Sexuality that is “good”, “normal” and “natu-
juta jiwa anak muda Indonesia. Dan ini bisa ral” should ideally be heterosexual, marital mo-
menjadi preseden buruk (Tabloid Bintang, nogamous, reproductive and non-commercial. It
Edisi 997, 2010:4). should be coupled, relational, within the same ge-
neration and occur at home. It should not involve
Menkominfo Tifatul Sembiring meminta Ariel, pornography, fetish objects, sex toys of any short,
Luna Maya, dan Cut Tari membantu kepoli- or roles other than male and female. Any sex that
sian dengan mengaku terus terang, “Saya validates this rules is “bad, “abnormal”, or “un-
imbau supaya mereka bersikap gentle. Video- natural”. Bad sex may be homosexual unmarried,
nya ada dan tersebar luas, tapi tidak ada yang promiscuous, non-procreative, or commercial. It
mengaku bertanggung jawab” (Tabloid Genie, may be masturbatory or take place at orgies, may
Edisi 50, 2010: 5). be causal, may cross generational lines, and may
take in “public”, or at least in the bushes or the
Imbauan” diberikan oleh menkominfo se- baths. It may involve the use of pornography, fe-
bagai perwakilan dari “Bapak Negara” ke- tish objects or unusual roles.
pada para anak bangsa yang melakukan il- Maka setiap aktivitas seksual yang berada
legitimate sexual activity untuk mempertang- di luar ranah good sexuality harus “dilurus-
gungjawabkan perbuatannya. Bentuk tang- kan” oleh institusi puncak yang memiliki
gung jawab macam apa yang dituntut tidak legitimasi dalam menata diskursus seksuali-
dijelaskan secara eksplisit, namun “Bapak” tas, yang dalam konteks heteronormativitas
Menteri menghimbau mereka untuk seti- adalah maskulin. Dengan kata lain, jika di-

65
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 55-67

tarik lebih jauh lagi dalam tataran Indone- donesia mulai berani menampilkan suara-
sia, simbol maskulinitas dalam asas keke- suara marginal yang dalam hal ini diwakili
luargaan bangsa terletak pada Presiden dan oleh para pemeran video tersebut. Sangat
aparaturnya sebagai “Bapak” bangsa yang disayangkan, ketika masyarakat sebagai pi-
memiliki legitimasi pendefinisian seksualitas hak yang bersinggungan langsung dengan
yang “patut”, menggunakan kerangka na- dampak yang ditimbulkan dari peristiwa
sional maskulin, bukannya multikultural. tersebut tidak mendapatkan tempat untuk
berbicara. Yang terakhir, menurut saya pem-
beritaan dari para tabloid tersebut menjadi
SIMPULAN berlebihan mengingat pengulangan dan
Berdasarkan pembahasan tersebut, saya peletakkannya sebagai isu utama, karena hal
dapat mengambil kesimpulan bahwa diskur- ini berimplikasi pada konstruksi isu yang di-
sus illegitimate sexual activity yang didoku- anggap penting bagi publik, sehingga
mentasikan, masih menjadi realitas yang masyarakat melupakan isu-isu lainnya.
secara kultural bisa diperdebatkan bagi tab-
loid Indonesia. Melihat dari perspektif mul-
DAFTAR PUSTAKA
tikulturalisme kritis, tabloid Indonesia masih
berada pada posisi hegemoni ideologi do- Alimi, Moh Yasir, 2004, Dekonstruksi Sek-
minan negara yang menganut heteronorma- sualitas Poskolonial: Dari Wacana Bang-
tivitas. Pendefinisian fenomena tersebut di- sa Hingga Wacana Agama, Jogjakarta:
ambil dari sudut pandang negara yang me- LKiS.
letakkan diskursus seksualitas di peripheri Anderson, Benedict, 1983, Imagined Commu-
wacana kebangsaan, sehingga illegitimate nities: Reflection on the Origin and
sexual activity yang didokumentasikan terse- Spread of Nationalism, London: Verso.
but dijadikan indikator moralitas bangsa Butler, Judith, 1999, “Gender Trouble”
sekaligus, sebuah aib yang harus direpresi da-lam Feminism and The Subversion of
secara hukum publik karena mengakibatkan Identity, London: Routledge.
“kerusakan” moral bangsa.
Fiske, John, 1996, “Communication,
Terkait dengan konstruksi identitas na-
Meaning and Sign” dalam Introduction
sional yang direproduksi terus-menerus
to Communication Studies, London:
melalui wacana kebangsaan menggunakan
Routledge.
sistem penandaan, media massa sebagai
agen dari sistem penandaan negara men- Foucault, Michel, 1968, “Discourse, Power
jalinkan diskursus seksualitas tanpa legiti- and Knowledge”, dalam The Will to
masi tersebut sebagai pelanggaran yang Truth, New York: Tavistock Publica-
sudah selayaknya diberikan hukuman. Me- tion.
dia massa sebagai ideological state apparatus Hall, Stuart, 2002, “The Work of Represen-
memainkan perannya dalam mengkonstruk- tation” dalam Stuart Hall (ed.), Re-
si pandangan publik mengenai peristiwa presentation; Cultural Representations
tersebut sejalan dengan wacana kebangsaan. and Signifying Practices, London: Sage
Para narasumber yang digunakan oleh tab- Publication.
loid untuk mengulas permasalahan ini juga Ibrahim, Idi Subandy, 2007, Budaya Populer
didasarkan pada legitimasi negara melalui sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape
kredibilitas narasumber tersebut. dan Mediascape di Indonesia Kontempo-
Setiap tabloid yang membahas kasus rer, Bandung: Jalasutra.
tersebut, belum mampu memperluas pan-
Kellner, Douglas, 1995, Media Culture, New
dangan mereka di luar diskursus tersebut
York: Routledge.
sehingga pemberitaan yang dipublikasikan
cenderung seragam. Namun, tidak bisa dika- Littlejohn, Stephen W, 2000, “Critical
takan mutlak demikian, karena tabloid In- Theories” dalam Theories of Human

66
Nisa Kurnia -- Diskursus "Illegitimate Sexual Activity" Anak Bangsa
dalam Perspektif Tabloid Indonesia

Communication. London: Wasdworth Suryakusuma, Julia I, 1991, “Seksualitas


Publishing. dalam Pengaturan Negara” dalam
_______________ , 2000, Theories of Human Communi- Liza Hadiz (ed.), Perempuan dalam
cation, London: Wasdworth Pub- Wacana Politik Orde Baru: Pilihan Ar-
lishing. tikel Prisma, Jakarta: LP3S.
McLaughlin, Linda, 2000, The Language of Tabloid Bintang Edisi 997 Tahun XX, Ming-
Magazines, New York: Routledge. gu Kedua Juni 2010.
McQuail, Dennis, 2000, “Theory of Media Tabloid Genie Edisi 50 Tahun VI, 21-27 Juni
and Theory of Society” dalam Mass 2010.
Communication Theories, London: Sage Tabloid Nova No. 1165/XXIII 21-27 Juni
Publication. 2010.
Rubin, Gayle, 1984, “ Thinking Sex: Notes for Tabloid Wanita Indonesia No. 1069 21-27
a Radical Theory of the Politics of Juni 2010
Sexuality”. Boston and London: Rout-
ledge.
Rubin, Gayle, 1984, Thinking Sex: Notes for a
Radical Theory of the Politics of
Sexuali-ty, Boston and London: Rout-
ledge.

67
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 68-78

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SOSIAL KEARIFAN


LOKAL BUDIDAYA UBI JALAR DI KALANGAN
SUKU ARFAK KABUPATEN MANOKWARI
Amestina Matualage
Universitas Negeri Papua, Manokwari
Email: ames_n@yahoo.com

ABSTRACT
The aimed of this research are to find a man/woman, who made a figure by sweet potato Arfak
farmers in social learning about indigenous knowledge on sweet potato cultivation, understand the
process of social learning about indigenous knowledge on sweet potato cultivation, analyzed the effec-
tiveness of social learning about indigenous knowledge on sweet potato cultivation and analyzed factors
that affect to effectiveness of social learning about indigenous knowledge on sweet potato cultivation.
Method of this research is descriptive analyze with 120 sweet potato farmers samples were randomly
obtained from 2 district and 4 villages at Manokwari regency. This study resulted that parent is the only
one figure in social learning process about indigenous knowledge on sweet potato cultivation. The
effectiveness rate on Arfak tribe farmer is high and it’s affected by age and self efficacy. The effect of self
efficacy on social learning effectiveness is reinforced by social support provided by parents.
Keyword: effectiveness, social learning, indigenous knowledge, sweet potato cultivation, Arfak tribe.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tokoh yang dijadikan figur oleh petani ubi jalar Suku
Arfak, termasuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan di dalam proses pembelajaran so-
sial kearifan lokal pada budidaya ubi jalar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskrip-
tif analisis, menggunakan responden sebanyak 120 petani ubi jalar Suku Arfak yang diperoleh secara
acak sederhana dari 2 kecamatan dan 4 desa di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini menghasilkan satu
tokoh, yaitu orangtua sebagai figur dalam proses pembelajaran sosial kearifan lokal budidaya ubi jalar.
Tingkat keefektifan yang dicapai oleh petani Suku Arfak tergolong tinggi dipengaruhi oleh faktor umur
dan efikasi diri. Pengaruh efikasi diri terhadap keefektifan pembelajaran sosial kearifan lokal budidaya
ubi jalar ini diperkuat dengan adanya dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua.
Kata kunci: Keefektifan, pembelajaran sosial, kearifan lokal, budidaya ubi jalar, suku Arfak.

68
Amestina Mutualage -- Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Buididaya Ubi
Jalar di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari

PENGANTAR Untuk mengatasi hal tersebut, ada ba-


Ubi jalar telah lama dikenal oleh masya- nyak hal yang dapat dilakukan, antara lain
rakat Papua sebagai bahan pangan pokok dengan mengintroduksi teknologi budidaya
penghasil karbohidrat. Menurut hasil pene- ubi jalar yang dapat meningkatkan produksi.
litian Sawor dkk. (1993) dalam Matanubun Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
dkk. (1995) ubi jalar yang diusahakan se- petani Suku Arfak masih menggunakan
cara subsisten oleh petani di Irian Jaya kearifan lokal dalam mengusahakan ubi
(sekarang Papua dan Papua Barat) dengan jalar.Agar mengintroduksi teknologi baru,
menggunakan kearifan lokal merupakan seorang agen pembangunan perlu menge-
upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari- tahui proses transfer pengetahuan yang efek-
hari. Apabila hasil panen ubi jalar me- tif di antara petani. Apabila seorang agen
ningkat, maka sebagian dapat pula dijual. pembangunan memahami proses transfer
Hasil penelitian Widyastuti (1994) me- pengetahuan yang telah ada di tengah
nunjukkan bahwa terdapat upaya transfer masyarakat, maka ia dapat menggunakan
kearifan lokal budidaya ubi jalar oleh pe- proses tersebut untuk mendifusikan inovasi
tani melalui pengamatan terhadap model/ (teknologi).
figur tertentu, yaitu dengan menirukan pe- Untuk dapat memahami proses trans-
rilaku model/figur tersebut. Proses transfer fer pengetahuan khususnya mengenai ke-
pengetahuan ini menurut Bandura (1977) arifan lokal budidaya ubi jalar di kalangan
disebut sebagai proses pembelajaran sosial. petani Suku Arfak, perlu dilakukan peneli-
Proses ini tidak dilakukan dalam waktu tian mengenai proses pembelajaran sosial
singkat, tetapi berlangsung sepanjang ke- yang meliputi siapa tokoh yang diposisikan
hidupan seseorang, yaitu melewati tahapan oleh petani sebagai figur untuk ditiru pe-
perhatian (atensi), penyimpanan dalam rilakunya dan juga bagaimana keefektifan
ingatan (retensi), dan peniruan (reproduksi proses transfer pengetahuan ini serta faktor-
motorik). Jika seseorang mendapat penguat- faktor apa yang mempengaruhi tingkat ke-
an dari dalam dirinya dan lingkungannya, efektifan tersebut.
maka ia akan termotivasi untuk tetap
melakukannya. Kearifan Lokal dan Sosialisasinya
Manokwari dipilih sebagai daerah pene- Ocholla (2007) dan Akullo (2007) me-
litian karena kabupaten di Provinsi Papua nyatakan bahwa Indigenous Knowledge/IK
Barat ini merupakan daerah paling banyak adalah seperangkat pengetahuan dan tek-
menghasilkan ubi jalar (Anon, 2009a), se- nologi yang tersimpan dalam memori dan
dangkan Suku Arfak merupakan penduduk dilakukan dalam kehidupan masyarakat
asli Kabupaten Manokwari yang menjadi- kemudian dikembangkan oleh penduduk
kan ubi jalar sebagai makanan pokok di asli dalam kondisi tertentu. Kearifan lokal
samping beras. Pembudidayaan ubi jalar di budidaya ubi jalar di kalangan Suku Arfak
Kabupaten Manokwari belum memperlihat- meliputi beberapa tahapan. Pertama, pemi-
kan hasil yang maksimal. Menurut Data lihan lahan. Pemilihan lahan didasarkan
Statistik Indonesia (Anonim, 2009b), pro- pada warna tanah dan jenis tanah. Tanah
duksi ubi jalar dari kabupaten ini (9,91 ton/ yang berwarna hitam atau merah dan ber-
ha) lebih rendah dibanding produksi ubi kerikil merupakan tanah yang cocok untuk
jalar di Provinsi Papua (10,07 ton/ha) dan budidaya ubi jalar.
Nasional (10,78 ton/ha). Rendahnya pro- Kedua, Pembersihan lahan. Kegiatan ini
duktivitas ubi jalar di Kabupaten Manokwari dikenal dengan istilah babat (Bahasa Sougb:
merupakan ancaman bagi ketersediaan pa- Mahanlo). Tujuan dari tahapan ini adalah
ngan di kabupaten ini, mengingat ubi jalar membersihkan semak-semak dan rumput-
merupakan bahan pangan pokok masya- rumput yang tumbuh di kebun tersebut.
rakat lokal.

69
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 68-78

Ketiga, penebangan pohon besar dan ditanam di kebun sebelumnya habis di-
pembakaran. Kegiatan ini dalam bahasa se- panen, petani tetap memiliki kebun ubi jalar
tempat disebut mahiro. Penebangan dilaku- yang sudah siap panen sehingga mereka
kan oleh satu atau dua orang laki-laki sela- tidak akan kehabisan bahan pangan.
ma kurang lebih satu bulan. Setelah dahan Hasil penelitian tentang proses sosialisasi
pohon yang telah ditebang mengering ke- pengetahuan kearifan lokal budidaya ubi
mudian dilakukan pembakaran. jalar di daerah Lembah Baliem yang dilaku-
Keempat, penyimpanan bahan tanam. kan oleh Widyastuti (1994) menunjukkan
Penyimpanan ini dilakukan selama tiga sam- bahwa pembelajaran sosial dimulai ketika
pai lima hari untuk mempercepat proses seorang anak bermain, dengan cara teman
tumbuhnya ubi jalar. sepermainan mensosialisasikan budidaya
Kelima, penanaman. Sebelum pucuk ubi ubi jalar, dimulai dengan pengenalan kulti-
jalar ditanam, ada dua hal yang perlu diper- var ubi jalar yang biasanya digunakan un-
hatikan, yaitu jenis kayu yang digunakan tuk bahan pangan manusia dan untuk ter-
sebagai tugal dan cara tanam. Jenis kayu nak (babi). Sosialisasi dilanjutkan ketika
yang digunakan sebagai tugal adalah jenis anak tersebut membantu ibunya menyiap-
kayu yang berasal dari pohon yang meng- kan makanan bagi anggota keluarga di ru-
hasilkan buah. mah, ibu mulai memperkenalkan jenis ubi
Keenam, pemanenan. Ada dua kegiatan jalar yang cocok untuk anak-anak, orang de-
penting dalam pemanenan ubi jalar dengan wasa hingga ternak. Sosialisasi mengenai
menggunakan kearifan lokal, yaitu (1) me- cara melakukan budidaya dilakukan ketika
nentukan waktu panen dan cara melaku- seorang anak mengikuti orangtuanya ke
kan pemanenan. Petani Suku Arfak menen- kebun. Di kebun, orang tua khususnya ibu
tukan waktu panen dengan cara menghi- memperkenalkan cara membuka lahan,
tung umur tanaman. Tanaman yang bisa membuat bedeng hingga menanam, serta
dipanen adalah tanaman yang berumur 3 memelihara dan memanen ubi jalar.
atau 4 bulan; (2) melihat keadaan tanah. Di lembah Baliem, proses sosialisasi ini
Umumnya tanah yang menjadi indikator didominasi oleh kaum ibu. Ibu bertanggung
tanaman ubi jalar siap panen adalah tanah jawab mengelola kebun, sedangkan ayah
yang kelihatan menggunung dan tidak keras bertugas melindungi keluarga dari bahaya.
(gembur). Bagi petani Suku Arfak, cara Di kalangan anggota masyarakat yang
melakukan pemanenan adalah memanen usianya lebih tua, ibu-ibu yang tidak lagi
secara bertahap. Petani tidak memanen se- menghabiskan waktu bermain bersama te-
luruh ubi jalar sekaligus karena ubi jalar man, proses pembelajaran sosial dilakukan
yang sudah di panen tidak bisa disimpan sesama ibu-ibu. Di lembah Baliem Kabupat-
dalam waktu lama tanpa di olah. Sementa- en Wamena, jumlah istri menunjukkan sta-
ra pengetahuan petani Suku Arfak pengo- tus sosial, sehingga laki-laki yang status so-
lahan ubi jalar agar dapat tahan dalam wak- sialnya tinggi biasanya mempunyai istri leb-
tu yang lama sangat terbatas. Oleh karena ih dari satu. Pola-pola seperti ini merupa-
itu, petani membiarkannya di kebun dan kan kebiasaan yang terbentuk secara alami-
akan dipanen jika persediaan di rumah te- ah oleh masyarakat, artinya tidak ada re-
lah habis. Biasanya ubi jalar yang dibiarkan kayasa dalam melakukan pembelajaran
di kebun akan terus berproduksi selama tersebut.
kurang lebih tiga sampai empat bulan dan
produktivitasnya akan semakin menurun. PEMBELAJARAN SOSIAL
Ketujuh, waktu pembukaan kebun baru. Keafektifan Pembelajaran Sosial
Petani Suku Arfak harus membuka kebun Konsep pembelajaran sosial yang dike-
baru ketika ubi jalar di mulai panen. Hal ini mukakan oleh Bandura (1977) adalah suatu
dimaksudkan supaya ketika ubi jalar yang metode pembelajaran melalui pengamatan

70
Amestina Mutualage -- Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Buididaya Ubi
Jalar di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari

terhadap tokoh yang dijadikan sebagai mo- sosial dapat berlangsung secara efektif apa-
del. Pembelajaran dapat terjadi secara tidak bila pengamat telah mencapai tahapan ke-
disengaja melalui pengamatan yang dilaku- seluruhan tahapan dengan baik (efektif).
kan oleh seseorang terhadap seorang tokoh.
Keberadaan tokoh menjadi pusat perhatian Peran Tokoh dalam Pembelajaran
pengamat. Oleh karena itu, karakteristik Sosial
tokoh menjadi salah satu faktor penentu Ditinjau dari formalitasnya, tokoh
keberhasilan belajar sosial. masyarakat yang biasanya dijadikan tokoh
Terdapat empat tahapan menuju per- oleh masyarakat Suku Arfak adalah tokoh
ubahan perilaku akibat proses peniruan di- formal dan informal. Tokoh formal adalah
gambarkan sebagai berikut: Pertama atensi, aparat pemerintah (desa, kecamatan, kabu-
yaitu proses ini sangat penting dalam paten dan provinsi), guru, peneliti, aktivis
pembelajaran karena tingkah laku yang LSM, dan usahawan, sedang yang terma-
baru tidak akan diperoleh tanpa adanya suk tokoh informal adalah tokoh agama dan
perhatian dari pembelajar; Kedua retensi, tokoh adat. Bagi masyarakat Suku Arfak,
yaitu proses menyimpan informasi. Proses tidak semua tokoh masyarakat yang disebut-
ini merupakan mental yang melibatkan ba- kan sebelumnya mempunyai pengaruh bagi
nyak komponen dalam diri manusia, mulai mereka. Tokoh yang disegani dan dihormati
dari menerima informasi yang akan diingat masyarakat Suku Arfak adalah aparat pe-
melalui panca indera, kemudian disimpan merintah, tokoh adat, dan tokoh agama
dalam otak yang melibatkan kerja otak (Sumule, 1994: 46).
dalam mengolah dan menyimpan informa- Tokoh-tokoh ini mempunyai pengaruh
si, serta memanggil atau memunculkan dalam proses pembelajaran sosial di ka-
kembali informasi yang telah disimpan; Ke- langan Suku Arfak, di samping orang tua
tiga reproduksi motorik, yaitu proses meni- sebagai agen sosialisasi primer dalam ke-
ru apa yang telah diamati dan diingat; Ke- luarga. Pertama, aparat pemerintah. Aparat
empat motivasi, yaitu dorongan untuk tetap pemerintah yang biasanya berhubungan
melakukan apa yang telah ditiru. langsung dengan masyarakat Suku Arfak di
Menurut Anon (2010a), efektif berarti desa adalah aparat desa dan guru. Mereka
ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efek- disegani dan dihormati oleh masyarakat
nya, dapat membuahkan hasil, mulai ber- karena mempunyai kekuasaan di bidang pe-
laku (tentang undang-undang dan peratur- merintahan (aparat desa) dan juga karena
an), sedangkan keefektifan adalah keberha- mempunyai pengetahuan yang lebih diban-
silan dalam usaha dan tindakan. Keefektifan ding masyarakat umumnya (guru). Tokoh-
pembelajaran sosial merupakan keberha- tokoh ini biasanya ditaati oleh masyarakat
silan yang dicapai setelah melakukan pro- sehingga mereka digunakan oleh pemerin-
ses pembelajaran sosial atau keberhasilan tah sebagai agen pembaharu di desa.
seseorang untuk meniru perilaku figur yang Kedua, tokoh adat. Masyarakat adat
dijadikan sebagai model dalam pembela- Arfak secara struktural dipimpin oleh se-
jaran sosial. orang kepala suku dibantu oleh pembantu-
Jika dikaitkan dengan budidaya ubi jalar pembantunya. Tokoh-tokoh ini disegani dan
dengan menggunakan kearifan lokal, maka dihormati oleh masyarakat Suku Arfak se-
keefektifan pembelajaran sosial budidaya ubi bagai pemimpin mereka, sehingga apa pun
jalar dengan menggunakan kearifan lokal yang diputuskan oleh tokoh-tokoh ini akan
adalah keberhasilan petani meniru cara-cara ditaati oleh anggota masyarakatnya.
budidaya ubi jalar dengan menggunakan Ketiga, tokoh agama. Tokoh agama di
kearifan lokal yang dilakukan oleh figur. kalangan masyarakat Suku Arfak adalah
Berdasarkan teori Bandura yang telah dike- mereka yang berprofesi sebagai pemuka aga-
mukakan sebelumnya, proses pembelajaran ma, seperti Gembala (istilah bagi seorang

71
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 68-78

pendeta) dan Guru Jemaat (seseorang yang tu tidak dapat dipuaskan, seseorang akan
berpendidikan guru agama). Tokoh agama kembali ke tingkat yang lain.
ini mulai berperan sebagai tokoh yang di- Bandura (1977) mendefinisikan efikasi
jadikan model bagi masyarakat Suku Arfak diri sebagai pertimbangan subjektif individu
setelah peristiwa masuknya Injil di Tanah terhadap kemampuannya untuk menyusun
Papua dengan ditandai datangnya misiona- tindakan yang dibutuhkan untuk menyele-
ris dari Jerman ke Pulau Mansinam di Ma- saikan tugas-tugas khusus yang dihadapi.
nokwari. Efikasi diri tidak berkaitan langsung dengan
Keempat, orangtua. Di kalangan masya- kecakapan yang dimiliki individu, melainkan
rakat Arfak, seorang anak laki-laki dalam pada penilaian diri tentang apa yang dapat
keluarga tinggal bersama kedua orangtua- dilakukan tanpa terkait dengan kecakapan
nya hingga ia menikah, sedangkan anak pe- yang dimiliki. Menurut Bandura, perbedaan
rempuan akan meninggalkan orangtuanya efikasi diri pada setiap individu terletak pada
setelah menikah. Ketika anak-anak tinggal tiga komponen, yaitu magnitude, strength, dan
serumah dengan orangtuanya, maka proses generality. Magnitude (tingkat kesulitan tugas),
sosialisasi primer berlangsung antara orang yaitu masalah yang berkaitan dengan dera-
tua dan juga keluarga luas yang tinggal ber- jat kesulitan tugas individu. Strength (kekuat-
sama-sama. Dalam proses ini, seorang anak an keyakinan), yaitu berkaitan dengan
diperkenalkan dengan dunia barunya, mi- kekuatan pada keyakinan individu atas ke-
salnya cara makan, cara berpakaian, cara mampuannya. Generality (generalitas), yaitu
berbicara hingga cara tidur. hal yang berkaitan cakupan luas bidang ting-
Menurut Uno (2006), motivasi diartikan kah laku sehingga individu merasa yakin ter-
sebagai dorongan dasar yang menggerak- hadap kemampuannya.
kan seseorang untuk bertingkah laku. Do- Farmer and Farmer (1996: 433) dalam
rongan ini berada pada diri seseorang yang Pavri Shireen and Lisa Monda-Amaya
menggerakkannya melakukan sesuatu yang (2001: 391-392): social suport as “processes
sesuai dengan dengan dorongan dalam di- of social exchange that contribute to the deve-
rinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang lopment of individuals’ behavioral patterns, so-
yang didasarkan atas motivasi tertentu me- cial cognition, and values.” Definisi ini me-
ngandung tema sesuai dengan motivasi yang nekankan pentingnya dukungan sosial
mendasarinya. yang diterima oleh individu dalam mem-
Bertolak dari Teori Maslow ini, Clyton bentuk nilai dan sistem keyakinan, dan
Alderfer mengemukakan teori motivasi ERG. proses berpikir. Dengan proposisi ini, indi-
Akronim “ERG” dalam teori Alderfer meru- vidu yang melihat diri mereka kurang
pakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah mendapat dukungan mungkin mengalami
yaitu: E=Existence (kebutuhan akan eksisten- kesulitan dalam mengembangkan perilaku
si), yaitu semua kebutuhan yang berkaitan sosial dan sesuai dengan konsepsi efikasi
dengan dengan keberadaan manusia yang sosial mereka.
dipertahankan dan berhubungan dengan Penelitian ini dilakukan dengan metode
kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada deskriptif analitis sebagai metode dasar. Sub-
hirarki Maslow, R = Relatedness (kebutuhan jek penelitian adalah petani ubi jalar yang
untuk berhubungan dengan pihak lain, dan berjumlah sekitar 120 orang yang berasal
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan), dari enam desa di dua kecamatan yang di-
yaitu kebutuhan dengan perkembangan pilih dengan metode simple random sampling.
potensi perorangan dengan kebutuhan Metode analisis yang digunakan untuk me-
penghargaan dan aktualisasi diri yang dike- nemukan tokoh yang dijadikan figur dalam
mukakan oleh Maslow. Menurut teori ini, pembelajaran sosial kearifan lokal budidaya
semua kebutuhan timbul pada waktu yang ubi jalar adalah metode perbandingan ber-
sama. Kalau satu tingkat kebutuhan terten- pasangan (paired comparison method),

72
Amestina Mutualage -- Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Buididaya Ubi
Jalar di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari

sedangkan untuk menganalisis keefektifan Sehingga menghasilkan persamaan re-


pembelajaran sosial kearifan lokal budi daya gresi sebagai berikut :
ubi jalar digunakan statistik deskriptif. Un-
tuk mengetahui faktor-faktor yang mempe- y = 174,0568 – 0,398X1 + 0,428X4 + ε
ngaruhi keefektifan pembelajaran sosial di-
gunakan regresi linear berganda sedangkan Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan
regresi moderasi digunakan untuk meng- bahwa umur dan efikasi diri baik secara si-
analisis ada tidaknya interaksi di antara va- multan maupun parsial berpengaruh signifi-
riabel independen. kan terhadap keefektifan pembelajaran so-
sial kearifan lokal budidaya ubi jalar.
PEMBAHASAN Untuk menganalisis apakah ada pe-
Hasil uji perbandingan berpasangan ngaruh interaksi antara efikasi diri dan
menunjukkan bahwa hanya ada satu tokoh dukungan sosial dalam mempengaruhi
yang dijadikan figur oleh petani Suku Arfak keefektifan pembelajaran sosial budidaya ubi
dalam melakukan budidaya ubi jalar, yaitu jalar di kalangan Suku Arfak, digunakan
orangtua yang ditunjukkan pada Tabel 1. analisis regresi moderasi (Moderating Regres-
Analisis regresi berganda dengan me- sion Analysis). Hasil uji regresi moderasi pada
tode stepwise menunjukkan bahwa variabel tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh posi-
independen berpengaruh terhadap keefek- tif dari efikasi diri terhadap keefektifan pem-
tifan pembelajaran sosial kearifan lokal bu- belajaran sosial kearifan lokal budidaya ubi
didaya ubi jalar di kalangan Suku Arfak, jalar diperkuat oleh adanya dukungan so-
yaitu umur dan efikasi diri (Tabel 2). sial yang diberikan oleh figur (orang tua).
Secara detail, Tabel 3 menunjukkan bah-
Tabel 1.
wa: (1) model 1: secara simultan efikasi diri
Hasil uji perbandingan berpasangan
dan dukungan sosial secara simultan mem-
tentang tokoh yang paling banyak dijadi-
pengaruhi keefektifan pembelajaran sosial
kan figur dalam pembelajaran sosial
(p<0,05, Fhit (11,176)<Ftab (3,07); (2) mo-
kearifan lokal budidaya ubi jalar
del 2: secara simultan efikasi diri, dukungan
sosial, dan interaksi antara efikasi diri dan
dukungan sosial berpengaruh signifikan ter-
hadap keefektifan pembelajaran sosial ke-
arifan lokal budidaya ubi jalar (p < 0,05, Fhit
(11,96) > Ftab (2,68); (3) secara parsial, in-
Sumber: Analisis data primer, 2010
teraksi antara efikasi diri dan dukungan so-
sial berpengaruh terhadap keefektifan pem-
Hasil uji regresi linear berganda adalah
belajaran sosial kearifan lokal budidaya ubi
sebagai berikut:
jalar (p < 0,05).
Tabel 2. Berdasarkan tabel 3 dapat disusun per-
Hasil uji regresi linear berganda samaan regresi moderasi sebagai berikut:
y = 219,530+0,570X 4+0,59X5+0,05X4X 5 + ε
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
satu-satunya figur yang digunakan sebagai
model dalam pembelajaran sosial adalah
orang tua. Orang tua, yaitu bapak maupun
ibu bagi masyarakat Suku Arfak adalah
“guru” karena melalui orang tua, anak-anak
diajarkan mengenai cara bercocok tanam,
Sumber: Analisis data primer, 2010 berburu, membangun rumah, hingga
bagaimana menjalani hidup. Hal ini sejalan
73
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 68-78

dengan Sopari (2010) bahwa salah satu kepada anak-anaknya. Ibu sebagai orang
fungsi keluarga adalah pendidikan dan yang bertanggung jawab terhadap keterse-
melalui keluarga (orang tua). Pengajaran diaan makanan bagi anggota keluarga ber-
dari orang tua ini dilakukan sambil bekerja, peran untuk memilih jenis tanaman apa
misalnya pengajaran tentang bercocok ta- yang akan ditanam, menanam tanaman di
nam dilakukan sambil bekerja di kebun. lahan, memelihara hingga memanennya.
Orang tua (bapak) menebang pohon bersa- Bapak sebagai orang yang bertanggung
ma dengan anak laki-lakinya sambil mem- jawab terhadap keselamatan dan keaman-
beritahu cara menebang yang benar supaya an anggota keluarga, bertanggung jawab
tidak mencelakai penebang dan orang yang melakukan pembukaan lahan, khususnya
ada di sekitar. penebangan pohon ketika ibu akan mena-
Begitu juga dengan cara menanam, ibu nam ubi jalar di lahan yang baru. Pembu-
berjalan di depan sambil memegang tugal kaan lahan ini dilakukan oleh kaum pria
diikuti oleh anaknya sambil memegang bi- (bapak) karena memerlukan banyak tenaga
bit ubi jalar disertai pengarahan dari orang untuk menebang pohon-pohon besar. Selain
tua bagaimana cara menanam yang benar itu, penebangan harus dilakukan dengan
supaya dapat menghasilkan ubi jalar yang hati-hati karena bisa mencelakai orang lain
banyak dan baik. Pengajaran tentang bagai- dan diri sendiri.
mana menjalani hidup biasanya dilakukan Berdasarkan fenomena-fenomena ini,
di rumah, ketika seisi rumah makan pagi orang tua di kalangan masyarakat Suku
bersama, orang tua memberikan pengajaran- Arfak merupakan potensi yang dapat di-
pengajaran seperti mengapa harus bekerja gunakan sebagai agent of change dari prog-
dan untuk apa kita bekerja. Keadaan ini ram-program pembangunan. Tingkat keper-
menggambarkan bahwa dalam kehidupan cayaan yang tinggi dari petani terhadap
keluarga petani Suku Arfak, peran keluar- orang tuanya dapat dimanfaatkan oleh
ga sebagai tempat pendidikan dan sosialisa- penyuluh untuk menjadikan orang tua se-
si masih berlangsung dengan baik. bagai agent of change dalam usaha mengin-
Peran ibu berbeda dibandingkan de- troduksi inovasi dalam bidang pertanian.
ngan bapak dalam keluarga Suku Arfak, ini Meskipun demikian, teknologi yang akan
terlihat dari pembelajaran yang diberikan diintroduksi harus disesuaikan dengan

Tabel 3.
Hasil uji regresi moderasi

Sumber : Analisis data primer, 2010

74
Amestina Mutualage -- Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Buididaya Ubi
Jalar di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari

kearifan lokal yang ada sehingga keuntung- pengajaran tentang bagaimana menjalani
an dari penggunaan kearifan lokal dapat di- hidup. Pengajaran tentang bagaimana se-
maksimalkan. harusnya menjalani kehidupan dilakukan
Keefektifan pembelajaran sosial kearifan berulang kali, sedangkan pengajaran ten-
lokal budidaya ubi jalar di kalangan Suku tang cara bercocok tanam dilakukan ha-
Arfak tergolong tinggi (efektif). Hal ini nya sekali dan selanjutnya anak-anak me-
menunjukkan bahwa sosialisasi kearifan lihat dan meniru apa yang dilakukan oleh
lokal budidaya ubi jalar di kalangan petani orang tuanya. Walaupun demikian, dalam
Suku Arfak dilakukan melalui proses pem- berinteraksi sehari-hari, seorang anak dapat
belajaran sosial. Keadaan ini mengindikasi- bertanya kepada orang tuanya jika ada hal-
kan bahwa metode penyuluhan yang di- hal yang masih belum dipahami tentang
gunakan untuk mengkomunikasikan prog- cara-cara bercocok tanam. Menurut Suryan-
ram pembangunan kepada petani Suku to (2008), lingkungan keluarga merupakan
Arfak sebaiknya menggunakan metode suatu tempat bagi anak bila berinteraksi so-
pembelajaran sosial. Petani Suku Arfak sial dengan orangtua yang paling lama. In-
mempunyai kebiasaan belajar sendiri dan teraksi yang intensif ini membuat seorang
bukan melalui ceramah-ceramah seperti anak dapat melakukan pembelajaran sosial
petani dari suku lain. Kebiasaan belajar dengan efektif. Oleh karena itu, pembela-
sendiri dengan mengamati, mengingat, dan jaran sosial yang menggunakan orang tua
mencoba ini terbukti efektif dalam budidaya sebagai figur dapat dilakukan secara efek-
ubi jalar karena dengan mengamati apa tif.
yang dilakukan orang tuanya sambil men- Metode pembelajaran sosial kearifan
dengar penjelasan yang diberikan dengan lokal budidaya ubi jalar yang digunakan oleh
penuh kasih sayang dan dengan bahasa orang tua sebagai figur adalah metode learn-
yang dipahami anaknya, petani mempunyai ing by doing, artinya bahwa anak-anak mu-
keyakinan yang kuat akan kemampuannya lai belajar cara budidaya ubi jalar dengan
dalam membudidayakan ubi jalar dengan menggunakan kearifan lokal ketika mereka
menggunakan kearifan lokal, sehingga ia membantu orang tuanya bekerja di kebun.
termotivasi untuk tetap melakukan seperti Biasanya, orang tua menyuruh anaknya
apa yang orang tuanya ajarkan. memperhatikan apa yang mereka lakukan
Implikasi dari penggunaan metode ini kemudian memberi kesempatan anaknya
dalam kegiatan penyuluhan adalah perlu- menirukan apa yang telah dilihat sebelum-
nya penyiapan orang tua (perubahan peri- nya. Jika ada kesalahan, orang tuanya mem-
laku) sebagai model bagi anak-anaknya. Se- perbaiki saat itu juga sehingga anaknya
telah perilaku orang tua diubah, diharap- mengetahui kesalahan, dan bagaimana
kan anak-anaknya dapat melakukan pem- memperbaiki kesalahannya.
belajaran sosial melalui pengamatan ter- Kesuksesan penggunaan metode learn-
hadap orang tuanya sehingga pada giliran- ing by doing ini berkaitan dengan apa yang
nya perilaku anaknya akan berubah. Proses Rogers sebut sebagai homophily, yaitu
ini bisa berlangsung dengan baik jika penyu- keadaan di saat komunikan dan komunika-
luh memahami fungsi keluarga dan bagai- tor mempunyai kesamaan seperti atribut
mana peran orang tua dalam melakukan so- seperti status sosial, berasal dari sistem yang
sialisasi di dalam keluarganya, sehingga sama, dan banyak kesamaan lainnya (Ro-
orang tua dapat diarahkan untuk menun- ger, 1983: 18-19). Semakin sama atribut yang
jukkan perilaku baru tersebut kepada anak- dimiliki oleh model dan petani. Semakin efek-
anaknya. tif komunikasi yang terjadi di antara mere-
Metode dan waktu pengajaran tentang ka, semakin efektif pembelajaran sosial yang
cara bercocok tanam ubi jalar dengan meng- terjadi.
gunakan kearifan lokal berbeda dengan

75
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 68-78

Tahapan pembelajaran sosial yang di- Tingkat keefektifan pembelajaran sosial


lalui oleh petani meliputi atensi, retensi, re- kearifan lokal budidaya ubi jalar di kalang-
produksi motorik, dan motivasi. Hasil ana- an petani Suku Arfak tergolong tinggi (efek-
lisis data menunjukkan bahwa petani Suku tif). Tingkat keefektifan pembelajaran sosial
Arfak mencapai tingkat tinggi pada setiap yang tinggi yang dicapai oleh petani Suku
tahapan tersebut, yang berarti bahwa un- Arfak merupakan hasil dari tingginya per-
tuk mencapai hasil pembelajaran sosial yang hatian yang diberikan terhadap perilaku fi-
efektif, petani perlu memberikan perhatian gur, tingginya tingkat retensi petani ter-
yang tinggi terhadap perilaku figur, kemu- hadap apa yang telah diamati, tingginya
dian menyimpan dalam memorinya sehing- frekuensi mereproduksi apa yang telah
ga ia mampu mereproduksi perilaku yang diamati dan terentensi di dalam pikirannya
telah diamati tersebut dengan baik dan pada serta sesuainya hasil dari perilaku yang
akhirnya ia termotivasi untuk tetap melaku- diamati dengan kebutuhan petani
kan apa yang telah ia reproduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Keadaan tersebut mengindikasikan bah- keefektifan pembelajaran sosial kearifan
wa dalam proses pembelajaran sosial, pen- lokal budidaya ubi jalar adalah umur dan
ting sekali memperhatikan memiliki daya efikasi diri. Umur berpengaruh negatif ter-
tarik terhadap perilaku yang akan diin- hadap keefektifan pembelajaran sosial ke-
troduksi dan kesesuaiannya inovasi dengan arifan lokal budidaya ubi jalar, sebaliknya
kebutuhan petani. Jika perilaku yang akan efikasi diri berpengaruh positif terhadap
diintroduksi daya tarik yang kuat, maka keefektifan pembelajaran sosial budidaya ubi
petani akan lebih mudah mengingatnya dan jalar. Pengaruh efikasi diri terhadap keefek-
mereproduksi perilakunya tersebut. Jika pe- tifan pembelajaran sosial kearifan lokal budi
rilaku yang telah direproduksi tersebut di- daya ubi jalar diperkuat dengan adanya
anggap mampu memenuhi kebutuhannya, dukungan sosial yang diberikan oleh orang
maka ia akan terus berperilaku seperti yang tua (figur). Pendidikan dan kosmopolitan
diinginkan. tidak berpengaruh terhadap keefektifan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ke- pembelajaran sosial kearifan lokal budidaya
efektifan pembelajaran sosial kearifan lokal ubi jalar.
budidaya ubi jalar adalah umur efikasi diri Dalam melakukan kegiatan penyuluhan
dan dukungan sosial. Sementara tingkat bagi petani Suku Arfak, orang tua dapat
keyakinan diri akan kemampuan melakukan dijadikan sebagai agent of change, sehingga
budidaya ubi jalar dengan menggunakan orang tua perlu diubah perilakunya terlebih
kearifan lokal masih kurang. Jika hal ini te- dahulu. Dengan demikian melalui proses
rus berlanjut, petani Suku Arfak akan sulit pembelajaran sosial yang berlangsung se-
melakukan tugas-tugasnya. cara alami dan anak-anaknya akan meniru
perilaku orang tuanya tersebut. Pendidikan
SIMPULAN petani Suku Arfak perlu diperbaiki sehing-
Tokoh yang dijadikan figur dalam pem- ga dengan pembenahan tingkat pendidikan,
belajaran sosial kearifan lokal budidaya ubi sehingga petani mempunyai kesempatan
jalar di kalangan petani Suku Arfak adalah mendapatkan informasi melalui bahan ce-
orang tua. Proses pembelajaran sosial ke- takan. Program siaran radio perlu disesuai-
arifan lokal budidaya ubi jalar meliputi wak- kan dengan kebutuhan petani di daerah
tu pembelajaran, yaitu setiap kali anak di- pedesaan, sehingga petani tertarik untuk
ajak orang tuanya ke kebun, sedangkan mendengar radio. Dengan demikian, radio
metode pengajaran yang digunakan oleh dapat menjalankan fungsinya sebagai me-
orang tua (figur) adalah metode learning by dia komunikasi pembangunan.
doing dan sumber insiatif untuk melakukan Kehadiran penyuluh di daerah ini masih
pembelajaran sosial berasal dari orang tua sangat diperlukan khususnya yang bisa

76
Amestina Mutualage -- Keefektifan Pembelajaran Sosial Kearifan Lokal Buididaya Ubi
Jalar di Kalangan Suku Arfak Kabupaten Manokwari

memahami karakteristik masyarakat Suku Sweet Potato farming System in Irian


Arfak sehingga ia mampu menyesuaikan Jaya. Kota: Penerbit
diri dengan kondisi masyarakat. Untuk bisa Ocholla, Denis, 2007, “Marginalized Know-
memahami dan menyesuaikan diri dengan ledge: An Agenda for Indigenous
kondisi masyarakat Suku Arfak, penyuluh Knowledge Development and Inte-
perlu dibekali dengan pengetahuan tentang gration with Other Forms of Know-
budaya masyarakat setempat. Selain itu, ledge,” International Review of Informa-
pengetahuan tentang sosiologi keluarga juga tion Ethics, Vol. 7, No. 9, pp. 1-10.
dipandang perlu untuk dipahami sehingga
Pavri Shireen and Lisa Monda-Amaya,
penyuluh mampu memaksimalkan potensi
2001, “Social Support in Inclusive
yang ada dalam keluarga untuk mendukung
Schools: Student and Teacher Perspec-
pelaksanaan tugasnya.
tives,” The Council for Exceptional Chil-
dren, Vol. 67, No. 3, pp. 391-411.
DAFTAR PUSTAKA
<http://www2.sbac.edu/~werned/
Akullo, Diana, 2007, “Indigenous Know- DATA/RESEARCH/journals/
ledge in Agriculture: A case study of Excep%20Children/social%20
the challenges in sharing knowledge support%20in%20inclusion.pdf.>>
of past generations in a globalized Diakses pada tanggal 13 Februari
context in Uganda.” Paper of World 2010.
Library and Information Congress:
Roger Everret M., 1983, Diffusion of Innova-
73rd Ifla General Conference And
tion. London: Collier Macmillan Pub-
Council 19-23 August 2007, Durban,
lishers.
South Africa. <<Http://www.ifla.
org/iv/ifla73/index.htm.>> Diakses Sopari, Agus Ridwan, 2010, Fungsi Keluar-
pada tanggal 21 Oktober 2009. ga dalam Tanggung Jawab Pendi-
dikan. Buletin Ekselenizer, edisi 18
Anon, 2009a, “Manokwari dalam Angka.”
April 2010. <<http://ekselenizer.
<< h t t p : / / w w w . m a n o k w a r i k a b .
com/2010/04/fungsi-keluarga-pada-
go.id>> Diakses pada tanggal 5 juni
tanggung-jawab-pendidikan/.>>. Di-
2010.
akses tanggal 5 Oktober 2010.
Anon, 2009b, Badan Pusat Statistik Repub-
Sumule, Agus Irianto, 1994, “The Techno-
lik Indonesia (Statistics Indonesia of
logy Adoption Behaviour of the Indi-
The Republic Indonesia) http://
genous People of Irian Jaya: A Case
www.bps.go.id/tnmnpgn.
Study of the Arfak Tribals. Disserta-
php?eng=0. Diakses pada tanggal 22
tion.” Queensland: University of
November 2009.
Queensland.
Anon, 2010a, Kamus Besar Bahasa Indone-
Uno, Hamzah B., 2008, Teori Motivasi dan
sia Offline. http://pusatbahasa.
Pengukurannya: Analisis di Bidang Pen-
kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.
didikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Diakses pada tanggal 5 Oktober,
2010. Widyastuti, Caecilia Afra, 1994, “Peranan
Wanita Suku Dani dalam Memper-
Bandura. A., 1977, Social Learning Theory.
tahankan Kelangsungan Ubi jalar se-
New Jersey: Prentice Hall. Engelwood
bagai Makanan Pokok di Kabupaten
Cliffs.
Irian Jaya.” Edisi Khusus Balittan Ma-
Matanubun, Hubertus, Agus Sumule dan lang, No. 3, hal. 353-360.
Achmad Rochani, 1995, Some Aspect
of the Indigenous Knowledge of Selected

77
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

PERTUMBUHAN MEGAURBAN KEDUNGSEPUR


Saratri Wilonoyudho
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Email: saratri@yahoo.com.

ABSTRACT

Over the last 20 years many urban areas have experienced dramatic growth, as a result of rapid
population growth and as the world‘s economy has been transformed by a combination of rapid techno-
logical and political change. In the cases of Kedungsepur, there is much more than a doubling. The inner
zones are where the action is migrant come there from both the core and elsewhere in the country. Net
migration in many cases contributes as much as two thirds of the population growth in these zones,
whereas in the city cores, net migration contributes little to growth. A comprehensive model suggest that
urbanization in Kedungsepur is influenced by structural and social demographic factors. So, the balance
between managing urban discharges to environment and enhancing environmental resource capacity is
the key determinant of the sustainability.
Keywords: economic growth, population growth, urbanization, megaurban.

ABSTRAK

Lebih dari 20 tahun banyak kawasan urban yang mengalami pertumbuhan dramatis sebagai hasil
dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan transformasi ekonomi dunia akibat kombinasi dari
perubahan teknologi dan politik. Dalam kasus di Kedungsepur, kawasan dalam didatangi para migran
yang datang dari kawasan inti maupun dari pelosok negeri. Migrasi netto dalam banyak kasus memberi
kontribusi bagi pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut, sedangkan di kawasan inti migrasi netto
kecil kontribusinya. Model yang komprehensif disarankan karena pertumbuhan megaurban Kedung-
sepur dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi yang bersifat struktural dan sosial. Oleh karena itu,
keseimbangan antara pelaksanaan manajemen lingkungan perkotaan dengan peningkatan kapasitas
sumberdaya lingkungan merupakan kunci utama bagi keberlanjutan di kawasan ini.
Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, megaurban.

78
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

PENGANTAR tersebut tidak terjadi di kota-kota besar (me-


Tulisan ini dilatarbelakangi oleh feno- gacity) sebagaimana selama ini diperkirakan
mena pesatnya pertumbuhan megaurban di orang, namun justru tumbuh di kota-kota
kawasan ASEAN yang mengalami pertum- kecil dan menengah (dengan penduduk ku-
buhan penduduk perkotaan yang luar biasa rang dari 500.000 jiwa) yang terdapat di
cepatnya dalam enam dekade terakhir ini. negara-negara berkembang (Bremner, 2005).
Pertumbuhan dan dinamika penduduk se- Hanya yang menjadi masalah, pertumbuhan
perti ini terkait dengan pesatnya pertum- penduduk di perkotaan tersebut tidak diba-
buhan ekonomi di kawasan tersebut, yang rengi dengan peningkatan pelayanan, se-
cenderung membentuk sebuah formasi yang hingga di masa mendatang pertumbuhan
berbentuk “Extended Metropolitan Region” kota-kota membutuhkan perencanaan yang
(EMR) yang dicirikan oleh pertumbuhan di lebih baik, terutama dalam mengantisipasi
kota-kota inti yang meluber ke kawasan peri- kedatangan kaum migran yang banyak men-
peri di sekitarnya (Firman, 2003, McGee, diami kampung-kampung kumuh dan liar.
1971 dan 1991). Dalam sebuah studinya, Hal lain yang menarik adalah temuan
Firman (2003) juga menemukan bahwa dari Brown (2002) yang mengkaji pertum-
kabupaten-kabupaten yang memiliki basis buhan ekonomi Hongaria pasca-peralihan
industri, mengalami pertumbuhan pen- dari sistem sosialisme ke kapitalisme. Sistem
duduk urban yang lebih cepat. Pertum- kapitalisme ternyata menghasilkan ketidak-
buhan ini dapat dilihat kabupaten-kabupa- adilan. Ini terbukti oleh adanya pergerakan
ten yang terletak di pantai Utara Jawa yang penduduk dari perdesaan yang jauh dari
membentang dari Jakarta hingga Semarang kota. Dinamika penduduk yang terjadi di
melalui Cirebon. daerah perdesaan ini menunjukkan adanya
Studi tentang formasi EMR dan hubung- ketidakadilan dalam pembangunan eko-
an desa-kota di Jawa juga dilakukan oleh nomi. Daerah perdesaan pada tahun 1990-
Jones (2001), dan McGee (1971 dan 1991). an menjadi tujuan para pendatang dari
Globalisasi perdagangan, produksi, dan golongan ekonomi marginal, serta mencip-
keuangan memunculkan banyak megaurban takan sebuah stratifikasi sosial antara desa-
di Asia Pasifik (Douglass, 1995 dan 2000). kota. Dengan kata lain, dekonsentrasi pen-
Hal yang sama juga ditemukan di banyak duduk di Hongaria boleh jadi bukan mencer-
negara di Asia lainnya seperti Taiwan (Liu minkan perpindahan yang positif untuk
and Tsai,1991), China (Yixing,1991) dan, mendapatkan kesempatan yang lebih baik
Japan (Ginsburg, 1990 dan Latz, 1991). De- ke depan, serta bukan seperti yang terjadi
ngan kata lain, fenomena EMR merupakan di kebanyakan negara-negara Barat sebagai
bagian dari urbanisasi di Asia (Lin, 1994). “counter-urbanization”, namun lebih sebagai
Fenomena megaurban di Indonesia yang hasil tekanan ekonomi yang memaksa pen-
mencolok adalah pertumbuhan kawasan Ja- duduk untuk pindah karena mereka tidak
bodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, memiliki pilihan hidup yang lain.
Bekasi), Gerbangkertasusila (Gresik, Bang- Dari latar belakang masalah tersebut
kalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, La- tampak bahwa munculnya istilah Kedung-
mongan), dan Kedungsepur (Kendal, Demak, sepur mengindikasikan bahwa Semarang
Semarang, Purwodadi). dan daerah di belakangnya seperti Kendal,
Pada sisi lain, temuan dari United Na- Demak, Ungaran, Purwodadi, Kudus, dan
tions juga mengatakan bahwa penduduk sebagainya bagaikan sebuah “region based
dunia yang tinggal di perkotaan akan tum- urbanization”. Daerah di belakangnya terse-
buh dari 3 miliar jiwa pada tahun 2003 men- but setidaknya menjadi satu sistem pertum-
jadi sekitar 4,9 miliar jiwa pada tahun 2030, buhan regional, yang saling terkait satu de-
atau dari 48% dari penduduk dunia menja- ngan yang lainnya. Ini artinya, setiap per-
di 60%. Yang menarik bahwa pertumbuhan ubahan yang terjadi di Semarang juga akan

79
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

berpengaruh terhadap daerah belakangnya, lebih menonjol dibandingkan “rural area”.


dan sebaliknya. Dari titik pemahaman inilah Menurut Cohen (2006) hal ini disebabkan
artikel ini akan mempelajari pertumbuhan melambatnya pertumbuhan penduduk yang
dan urbanisasi di daerah di belakang kota ada di daerah “rural”. Diperkirakan dua
Semarang, sehingga muncul pertanyaan tahun ke depan pertumbuhan penduduk
penelitian: 1) Bagaimanakah proses perkem- perdesaan akan menurun dari 3,3 miliar
bangan urbanisasi sehingga terjadi gejala jiwa (2003) menjadi 3,2 miliar jiwa (2030).
megaurban di kawasan Kedungsepur?; dan Kalau pada tahun 1950-an ada sekitar 1,8
2) Faktor-faktor apa yang menjadi determi- milyar orang yang tinggal di perdesaan atau
nan pokok urbanisasi di Kedungsepur? rural area, namun pada tahun 2000 jumlah
Secara umum, tujuan penelitian ini ada- itu menjadi 3,2 miliar jiwa. Pada sisi lain,
lah untuk mempelajari, menganalisis, dan dalam 30 tahun jumlah penduduk kota ber-
menjelaskan proses terjadinya urbanisasi di tambah 2 miliar jiwa.
Kedungsepur. Dari hasil analisis diharapkan Menurut John Friedmann (dalam La-
dapat diperoleh kejelasan hubungan antara quian, 2008), tipe-tipe urban fields akan me-
urbanisasi dengan faktor-faktor sosial, eko- lebar ke luar dari batas administratif pusat
nomi, demografi, politik atau kebijakan pem- kota sejauh 100 kilometer, termasuk di
bangunan kota dan perubahan fisik ke- wilayah itu adalah bandara kota, lokasi in-
ruangan di Kedungsepur. Dari titik inilah dustri baru, pusat rekreasi, sumber air dan
diharapkan dapat diperoleh kejelasan, ter- saluran pembuangan, pertanian, dan se-
utama terkait dengan rekonseptualisasi ur- bagainya. Dalam istilah McGee fenomena
banisasi berlebih yang “khas” dan “konteks- kewilayahan seperti itu disebut “desa kota”,
tual” Indonesia khususnya di Kedungsepur. karena ada percampuran antara karakter
Harapan lebih jauh, hasilnya dapat mem- kota dan karakter perdesaan yang unik.
perkaya teori-teori tentang urbanisasi serta Industrialisasi di negara-negara ber-
dapat digunakan sebagai landasan untuk kembang yang berdampak terhadap di-
pengambilan keputusan dalam perencanaan namika penduduk, merupakan buah dari
dan pembangunan kota yang berkelanjutan. penetrasi kapitalisme dunia, yang sering di-
sebut globalisasi ekonomi. Menurut Tyner
Megaurban dan Pertumbuhan Kota (2002), wilayah Asia adalah wilayah yang
Kedungsepur sebagai “Extended Metro- paling dramatis terkena pengaruh globalisasi
politan Region”, akan menjadi salah satu ekonomi. Perubahan struktur sosial ekonomi
fenomena kota yang memiliki pertumbuhan merupakan harga wajar yang harus diba-
penduduk yang luar biasa cepatnya. Menu- yar oleh pengaruh seperti ini, seperti per-
rut berbagai hasil studi, antara tahun 2000- ubahan-perubahan pola investasi yang mu-
2030, jumlah penduduk dunia akan tumbuh lai meninggalkan daerah pusat kota untuk
1,8 % sampai 2 % setahun. Pada tahun 2030, dipindahkan ke kawasan pinggiran. Sebagai
diperkirakan 61 % orang akan hidup di kota. akibatnya, kawasan pinggiran di kota-kota
Pada awal abad XX hanya ada 16 kota di metropolitan berkembang sangat pesat, yang
dunia yang berpenduduk lebih dari satu juta memunculkan istilah peri-peri, interzone,
jiwa. Namun, sekarang ada sekitar 400 kota atau outer zone kawasan kota.
di dunia yang berpenduduk satu juta jiwa Globalisasi ekonomi menciptakan hu-
atau lebih. Dari jumlah itu, 70 % di antara- bungan kultural antara negara kapitalis inti
nya ada di negara-negara sedang berkem- dengan negara-negara “hinterland”-nya
bang (Cohen, 2006). Oleh karena itu, dapat (Light, 2001). Fenomena globalisasi ekonomi
dikatakan bahwa sejak tahun 2007 lalu, se- dunia memunculkan istilah “global city”.
jarah manusia dimulai dengan penduduk Kota-kota besar di dunia “dipersatukan”
lebih banyak tinggal di kota. Bahkan pada dalam globalisasi kapitalisme melalui inter-
tahun 2017 diperkirakan, “urban area” akan nasionalisasi produksi, jasa, dan kapital yang

80
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

dimotori oleh perusahaan transnasional. Penelitian ini berusaha untuk meng-


John Friedmann (dalam Melchert, 2005) ungkap makna dari suatu fenomena urba-
mengatakan ada hubungan antara pertum- nisasi dengan berbagai sebab dan akibatnya,
buhan ekonomi dunia dan pertumbuhan menggunakan sumber data berupa angka-
kota-kota terutama di negara-negara sedang angka, data atau informasi yang berkaitan
berkembang. Global ekonomi dikomando hasil survai BPS atau instansi terkait lain-
dan dikontrol dari pusat kapitalisme dunia nya. Dengan kata lain, penelitian ini lebih
(Saskia Sassen dalam Melchert, 2005). dekat ke arah penelitian kualitatif-kuantita-
Dalam bahasa kiasan dapat digambarkan, tif (Brannen,1997). Penelitian kualitatif me-
jika Tokyo, London, New York, dan Paris miliki karakter (1) bertujuan memperoleh
“bersin-bersin”, Jakarta dan kota-kota besar gambaran yang lebih mendalam; (2) bertu-
lainnya di Indonesia akan ikut terkena “flu”. juan untuk memahami makna dari suatu
Menurut Jones (2001), lebih dari separuh fenomena; (3) memandang fenomena secara
megaurban di dunia berada di kawasan utuh dan holistik; dan (4) desain penelitian
Asia. Dua megaurban Jakarta dan Manila bersifat emergensi, artinya terbuka untuk
berpenduduk hampir sama dengan seluruh disempurnakan (Nasution, 1988).
penduduk benua Australia Penelitian ini menggunakan pendekatan
Pertumbuhan kota-kota kecil yang me- kompleks wilayah. Unit wilayah di Kedung-
nyatu menjadi megaurban ini tampaknya sepur diidentifikasi perbedaan dan persa-
belum mampu diatasi permasalahannya maannya sesuai tujuan penelitian, atau
oleh pemerintah setempat. Menurut Laquian teknik diferensiasi areal melalui teknik kla-
(2008) masalah yang menonjol dalam me- sifikasi. Wilayah bukan tujuan akhir studi
manajemen kawasan megaurban adalah: ini (objective region) melainkan sebagai alat
Pertama, tidak terselesaikannya masalah- (subjective region) untuk mempelajari kelom-
masalah fisik seperti pembangunan jalan, pok gejala yang ada di wilayah tersebut.
saluran, perumahan, pembuangan sampah, Teknik pengumpulan data dilakukan
drainase, dan sebagainya; Kedua, sedikitnya dengan metode dokumentasi dan peng-
perencana dan perancang kota yang memi- amatan di lapangan. Variabel dari peneli-
liki visi komprehensif yang dapat memadu- tian ini, adalah variabel tergantung, yaitu
kan antara berbagai kepentingan sosial, urbanisasi dan variabel bebas, yaitu per-
ekonomi, lingkungan, untuk diformulasikan ubahan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
menjadi satu kesatuan dalam merancang dan dinamika perubahan lingkungan. Ber-
dan merencana kota; Ketiga, perencanaan bagai dokumen dan data dianalisis setelah
dan perancangan wilayah dan kota, dipe- dikaitkan dan digabungkan dengan data
ngaruhi oleh konsep yang masih mendiko- lain. Model analisis isi (content analysis mo-
tomikan antara daerah perdesaan dan del) digunakan untuk menganalisis substansi
perkotaan. Isu utama pembangunan perde- berbagai data dan dokumen. Berbagai data
saan adalah pembangunan pertanian yang dan analisis tersebut dipadukan dengan
modern, terbukanya akses jalan dan pasar model analisis interaktif (interactive analysis
untuk hasil-hasil pertanian, reformasi agra- model).
ria, produktivitas hasil pertanian, mekanisasi
pertanian, dan isu-isu kemiskinan lainnya; PEMBAHASAN
Keempat masih belum terkoordinasinya Dalam satu dasawarsa 1995-2005 Sema-
antar-hirarkhi dan tingkatan institusi dan rang dan beberapa daerah di belakangnya
pemerintahan dalam membangun kota dan (Kedungsepur: Kendal, Demak, Ungaran,
daerah, serta fragmentasi sektoral. Berbagai Semarang, dan Purwodadi) mengalami per-
peraturan perundangan dan produk peren- tumbuhan penduduk perkotaan yang luar
canaan tidak lintas sektoral dan lintas batas biasa cepatnya. Data pada Tabel 1 menun-
administratif. jukkan bahwa pertumbuhan penduduk

81
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

Tabel 1.
Pertumbuhan Penduduk Kota dan Desa Di Kedungsepur Tahun 1995-2005

Sumber: BPS Supas 1997-2007

perkotaan di Kendal dan Demak menunjuk- baik. Hal ini tampaknya sejalan dengan
kan angka yang paling besar di antara gagasan Rondinelli (1984) agar penyebaran
daerah belakang lainnya, yakni masing- pembangunan ke kota-kota yang lebih
masing 5,69 % dan 5,71 %. Pertumbuhan rendah hirarkinya perlu dilakukan dengan
penduduk perkotaan di dua kabupaten ini penanaman investasi agar terjadi peme-
dapat dipahami karena Kendal dan Demak rataan pembangunan. Dalam hal ini yang
merupakan rangkaian koridor yang nyaris dimaksud kota kecil bukan dalam arti jum-
menjadi satu dengan kota Semarang untuk lah penduduknya lebih sedikit, namun ber-
membentuk megaurban. Pertumbuhan dan dasarkan fungsi yang dimiliki.
dinamika penduduk seperti ini nampaknya Secara umum tidak ada ketimpangan
terkait dengan pesatnya pertumbuhan pembangunan antar-wilayah di Kedung-
ekonomi di kawasan tersebut. sepur, namun jika mencermati pertumbuh-
an penduduk kota Semarang (yang meru-
Ketimpangan Desa-Kota? pakan “pusat” dari Kedungsepur), tampak-
Yang menarik, meskipun Kedungsepur nya pernyataan tersebut harus ditafsirkan
tumbuh menjadi megaurban, namun tidak hati-hati. Bagaimanapun migrasi yang ma-
terjadi ketimpangan antar-wilayah. Pada suk ke kota Semarang diduga kuat akibat
Tabel 2 terlihat bahwa dari indikator ekono- sempitnya lapangan kerja di desa sehingga
mi maupun indikator sosial, tidak terjadi penduduk desa tetap tertarik bekerja di kota
ketimpangan yang cukup berarti antara besar seperti Semarang. Secara umum yang
kota Semarang dengan daerah di belakang- dicatat BPS kota Semarang (2008) adalah
nya. Salah satu kunci pengendalian utama bahwa selama kurun waktu tahun 2002 -
pertumbuhan megaurban adalah memberi 2006, penduduk yang datang di kota Sema-
perhatian terhadap kota kecil di sekitarnya. rang berturut-turut adalah 34.270 orang
Kecenderungan investasi besar yang memu- (tahun 2002), selanjutnya 37.063 orang
sat di kota besar mendorong terjadinya pe- (tahun 2003), 35.105 orang (tahun 2004),
ningkatan primasi dan ketimpangan wila- 30.910 orang (tahun 2005), dan 42.714
yah. Pertanyaannya apakah kota kecil di se- orang (tahun 2006). Sedangkan lima keca-
kitar kota Semarang seperti Kendal dan matan yang tergolong padat, juga kedatang-
Demak dirugikan atau tidak? Tabel 2 jawab- an penduduk yang cukup banyak tahun
annya cukup tegas yakni tidak terjadi pe- 2006. Lima kecamatan itu adalah Banyu-
musatan kemakmuran di kota Semarang. manik yang kedatangan 4.128 orang, Keca-
Diduga hal ini terjadi karena penyebaran matan Tembalang 4.136 orang, Kecamatan
investasi ke kota kecil di sekitarnya berjalan Pedurungan 6.209 orang, Kecamatan

82
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

Gambar 1.
Peta Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang, Purwodadi)

Tabel 2.
Indeks Pembangunan antar-Kabupaten di Daerah Kedungsepur Tahun 2008

Sumber : BPS, Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2009 (diolah)


Keterangan
Indeks Ekonomi :
A : Jumlah pendapatan per kapita
B : Pertumbuhan pendapatan per kapita
C : Tingkat partisipasi angkatan kerja
D : Persentase nilai tambah manufaktur terhadap total PDRB Kabupaten/kota
E : Persentase tenaga kerja manufaktur dibanding total tenaga kerja kabupaten
F : Persentase penduduk tinggal di kota
G : Panjang jalan per 10.000 km persegi
Indeks Sosial :
H : Indeks Pembangunan Manusia
I : Jumlah murid SD per 1000 murid
J : Persentase pekerja lulusan akademi/perguruan tinggi
K : Rasio guru SD/ 10.000 murid
L : Rasio dokter/ 10.000 penduduk
M : Rasio tempat tidur rumah sakit/ 10.000 penduduk

83
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

Semarang Barat 4.002 orang dan Kecamatan banyak menjelaskan tentang kemiskinan
Ngaliyan 4.059. Lima kecamatan tersebut dan peluang kerja di perdesaan.
berkembang pesat karena aktivitas baru ba- Internasionalisasi atau globalisasi kapi-
nyak dibangun seperti pembukaan kampus- tal dari negara-negara maju yang dipene-
kampus baru, pusat perbelanjaan, perumah- trasikan ke negara-negara berkembang, te-
an, kawasan wisata, industri, dan sebagai- lah banyak menimbulkan kesulitan bagi
nya. para wirausahawan lokal. Membanjirnya
Migrasi masuk dapat diduga dari masih produk-produk tekstil dari Cina maupun
adanya ketimpangan pembangunan antara terperangkapnya Indonesia dalam produk-
desa dan kota hingga terjadi fenomena “ur- si pangan, menunjukkan bahwa daya eks-
ban bias”. Dalam sejarah pembangunan di por negeri ini masih lemah. Mulai dari hilir
negeri ini, teori kutub pertumbuhan dijadi- sampai hulu, Indonesia masuk dalam pe-
kan paradigmanya. Dalam paradigma ini rangkap pangan (food trap) dari negara-
diasumsikan bahwa ada produk pertanian negara maju. Sebagai contoh, industri per-
yang dapat dipacu produktivitasnya sehing- benihan kita dikuasai perusahaan raksasa
ga akan mencapai tingkat tertinggi dalam trans-nasional (MNCs) seperti Syngenta,
produksi pangan, memperluas kesempatan Monsanto, Bayer Crop, dan sebagainya de-
kerja dan pendapatan pada sebagian besar ngan total nilai 40 miliar US dollar. Demiki-
masyarakat, terutama dalam level subsisten. an pula dalam industri pengolahan pangan,
Dari titik inilah diharapkan tumbuh usaha MNCs seperti Nestle, Kraft Food, Cargill dan
kecil menengah usaha farm, ada pergerakan Unilever juga menguasai pangsa pasar de-
modal, ada kredit, teknologi dengan riset. ngan nilai 490 miliar US dollar, bahkan di
Dengan mendorong kerangka institusional tingkat pengecer pangan, MNCs seperti Car-
di perdesaan, maka diharapkan dapat men- refour, Wal Mart, Tesco dan Metro Group juga
dorong pertumbuhan regional. menguasainya dengan total nilai sebesar
Dalam kenyataannya, strategi kutub 1.091 miliar US dollar (Jawapos,11/9/2008).
pertumbuhan ini tidak cocok di negara-ne- Akibatnya petani kita terus terpuruk, kare-
gara berkembang seperti Indonesia, karena na kedelai, gula, beras, bahkan garam pun
ada dualisme antara sektor pertanian dan harus diimpor.
industri, serta penetrasi kapitalisme global
sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya. Studi Kasus Petani di Kabupaten
Pada satu sisi sektor pertanian banyak meng- Kendal
alami hambatan karena lahan pertanian ter- Tentang nasib petani yang tidak meng-
utama di Jawa sangat sempit serta banyak untungkan di daerah hinterland kota Sema-
terjadi fragmentasi atau pewarisan. Pada sisi rang, yakni kabupaten Kendal, telah dilaku-
lain, sektor industri sangat padat modal dan kan sebuah penelitian kecil. Studi kasus ini
berorientasi pada substitusi impor. Kendali didukung oleh hasil penelitian di lapangan
teknologi dan pertumbuhan ekonomi prak- pada Bulan Juni 2010 yang dibantu oleh para
tis berada di negara-negara maju, dan In- peneliti dari Dewan Riset Daerah Jawa Te-
donesia hanya sebagai “tukang jahit”. Aki- ngah. Penelitian yang dilakukan di Kabu-
batnya hanya tenaga kerja terampil saja paten Kendal (daerah hinterland kota Sema-
yang dapat memasuki sektor industri. Ada- rang) dilaksanakan di empat kecamatan,
nya urban bias semacam ini mengakibatkan yakni Kecamatan Weleri, Kecamatan Ge-
tumbuhnya sektor informal karena luapan muh, Kecamatan Cepiring, dan Kecamatan
tenaga kerja dari sektor pertanian tidak ba- Rowosari. Jumlah responden yang diambil
nyak yang dapat ditampung di sektor indus- adalah 20 orang petani yang terdiri dari 10
tri. Teori-teori dari Boeke (1961) tentang orang pemilik, 6 orang petani penyewa, dan
dualisme sektor ekonomi maupun dari 4 orang petani penggarap. Kebanyakan pe-
Geertz (1963) tentang involusi pertanian milik menggunakan sawahnya untuk dua

84
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

kali masa tanam dan memberi waktu jeda rata-rata mengalami kesulitan dalam men-
untuk menyuburkan tanah kembali, sedang- dapatkan pupuk. Semua responden rata-
kan para penyewa dan penggarap memak- rata juga mengalami masalah terhadap har-
simalkan masa tanam sebanyak tiga kali ga pupuk dan kelangkaan pupuk.
dengan tujuan mengejar setoran terhadap Kesulitan ekonomi yang dialami para
pemilik sawah tanpa memberikan waktu petani ditunjukkan oleh rencana mereka jika
jeda untuk penyuburan tanah. subsidi pupuk diganti dengan uang. Ham-
Semua responden menanam padi da- pir seluruh responden setuju dengan ada-
lam waktu satu tahun. Sebagian besar un- nya subsidi langsung berupa uang tunai ke-
tuk masa tanam tiga kali mereka menanam pada petani, Lebih dari 50% responden akan
padi, jagung dan tembakau, sedangkan un- menggunakan subsidi tersebut tidak hanya
tuk masa tanam dua kali mereka hanya untuk pupuk. Bahkan ada responden yang
menanam padi atau padi dan tembakau. akan mengunakan subsidi tersebut untuk
Semua responden di Kendal semuanya keperluan sehari-hari. Hanya 32% respon-
menggunakan pupuk kimia dan tidak ada den yang akan menggunakan subsidi terse-
yang menggunakan pupuk kandang. Hal but untuk keperluan pupuk.
tersebut dikarenakan di wilayah tersebut
jarang terdapat pupuk kandang. Pembelian Penggunaan uang subsidi
pupuk di Kabupaten Kendal rata-rata dibe-
li dari toko atau agen yang menjual pupuk
di desa masing-masing, hal ini disebabkan
di wilayah responden keberadaan kelompok
tani belum efektif dan efisien.

Gambar 3.
Grafik Rencana para Petani Terkait
Pemberian Subsidi Pupuk Berujud Uang
Sumber: Wawancara di Lapangan (Juni 2010)

Urbanisasi sebagai Way of Life


Gambar 2.
Hasil penelitian lapangan tersebut ha-
Grafik Masalah dalam Memperoleh
nya sekadar menggambarkan betapa lemah-
Pupuk
nya kehidupan para petani, khususnya di
Sumber: Hasil Wawancara (Juni 2010) daerah pinggiran kota Semarang. Secara
nasional, semakin melemahnya sektor per-
Dari hasil wawancara diketahui bahwa tanian ditunjukkan oleh data BPS (2003),
kehidupan petani umumnya bertanah sem- yakni jumlah petani gurem meningkat 2,6
pit sehingga produktivitasnya rendah se- % per tahun. Yakni dari 10,8 juta petani pada
hingga sebagian dari mereka lebih memilih tahun 1993 menjadi 13,7 juta pada tahun
untuk hutang pupuk pada toko atau agen 2003. Petani gurem adalah petani berlahan
dan membayarnya hampir dua kali lipat sempit kurang dari 0,25 hektar. Jumlah la-
ketika sudah jatuh tempo hutang tersebut. han petani menurun dari 0,5 ha per petani
Fakta ini cukup memberi bukti betapa mar- pada tahun 1993 menjadi hanya 0,3 ha per
ginalnya kehidupan para petani berlahan petani pada tahun 2003. Petani pangan ha-
sempit. Para petani di Kabupaten Kendal nya mampu memenuhi 30 % dari kebutuhan

85
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

keluarganya jika lahan yang diolahnya ha- desa sehingga mereka lebih merasa cocok
nya satu hektar. Padahal, jumlah petani pa- kalau bekerja di “kantoran” atau setidaknya
ngan adalah 72 % dari total petani yang ada. yang tidak masuk ke “lumpur” sawah. Data
Menurut BPS (2008) kontribusi sektor BPS (2009) menunjukkan bahwa ada penu-
pertanian terhadap PDB fluktuatif, namun runan jumlah petani di Kabupaten Demak,
cenderung menurun. Angka sementara yakni dari 302.603 petani pada tahun 1998
pada semester satu tahun 2008 persentase menjadi 221.241 petani pada tahun 2008.
sektor pertanian berada pada kisaran ang- Kenyataan ini didukung oleh pernyataan
ka 14 persen yang berarti menurun dari ang- para petani di kota Semarang dan daerah
ka 15,46 persen pada tahun 2002. Namun belakangnya dalam Focus Group Discussion
kisah swasembada pangan itu kini juga te- (FGD) di Semarang pada Juli 2010 yang lalu.
lah berhenti karena menurut BPS (2008), Dari titik inilah pemerintah daerah di-
pada tahun 2007 Indonesia harus mengim- tuntut untuk merespon perubahan besar ini
por beras dari Vietnam dan Thailand, ma- dan berusaha bagaimana untuk meningkat-
sing-masing senilai 335,6 juta US dollar dan kan kesejahteraan masyarakat yang memi-
122,4 juta US dollar. Kalau dilihat besaran- liki inovasi untuk bekerja secara mandiri.
nya, maka pada tahun 2004 Indonesia Pada satu sisi memang satu hal yang meng-
mengimpor 250 ribu metrik ton, tahun 2005 gembirakan tumbuhnya jiwa kewirausa-
sebanyak 225 ribu metrik ton, tahun 2006 haan ini, namun di sisi lain, merosotnya daya
sebanyak 495 metrik ton dan melonjak tajam tarik sektor pertanian juga harus mendapat
menjadi 1.495 ribu metrik ton pada tahun perhatian serius. Idealnya industrialisasi
2007. atau pertumbuhan sektor jasa terkait erat
Kondisi pembangunan pertanian di dengan pertumbuhan dan peningkatan
tingkat nasional tersebut nampaknya juga produksi di sektor pertanian. Pemerintah
terjadi pula di daerah belakang kota Sema- daerah mesti mampu meyakinkan para pe-
rang. Hasil penelitian juga menunjukkan hal muda desa untuk menekuni sektor perta-
yang sangat menarik, yakni di semua kabu- nian, tentu saja dengan inovasi baru, agar
paten di daerah belakang kota Semarang, produk pertanian terkait erat dengan indus-
sektor pertanian tidak dapat diharapkan lagi trialisasi dan pertumbuhan sektor jasa. Pe-
menjadi penopang utama kehidupan di per- merintah daerah mesti aktif menunjukkan
desaan. Pernyataan ini didukung oleh fakta contoh inovasi pertanian terkait dengan
sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3 dan agrobisnis yang berorientasi ekspor, sehing-
tabel 4 bahwa proporsi pekerja bebas di sek- ga pekerjaan pertanian tidak diidentikkan
tor non-pertanian, justru lebih besar diban- dengan pekerjaan “kotor’ oleh para pemu-
dingkan dengan proporsi pekerja bebas di da yang berpendidikan.
sektor pertanian. Jika pekerja sendiri tanpa Menurunnya sektor pertanian di satu
bantuan orang lain dan pekerja dengan ban- sisi ternyata tidak diimbangi dengan produk-
tuan orang lain yang tidak dibayar disebut tivitas di sektor industri, namun justru yang
sebagai pekerja informal, maka tabel 3 dan banyak diciptakan adalah pusat pertumbuh-
tabel 4 juga menunjukkan pekerja sektor an baru yang berasal dari pemodal besar.
informal jumlahnya lebih banyak dibanding- Tumbuhnya industri perakitan di pinggiran
kan yang lainnya. kota dan tumbuh suburnya jaringan mini-
Fenomena tersebut makin meneguhkan market yang menggusur pasar-pasar tradi-
sinyalemen yang mengatakan bahwa anak sional menunjukkan adanya dominasi
muda dari desa saat ini makin enggan ekonomi global yang dikendalikan kapi-
melanjutkan pekerjaan orang tuanya se- talisme negara-negara maju. Globalisasi
bagai petani atau buruh tani. Fakta ini ekonomi ini akan mempengaruhi kebijakan
diduga kuat berkaitan dengan semakin makro-ekonomi yang mendorong ke arah
membaiknya tingkat pendidikan pemuda pertumbuhan ekonomi melalui industrialisa-

86
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

Tabel 3.
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Bekerja Seminggu yang Lalu di kota Semarang dan
Daerah Belakangnya Menurut Status Pekerjaan Utama di Kota Tahun 2006
Kota

Sumber: BPS Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah Tahun 2007

Tabel 4.
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Bekerja Seminggu yang Lalu di kota Semarang dan
Daerah Belakangnya Menurut Status Pekerjaan Utama di Desa Tahun 2006
Desa

Sumber: BPS Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah Tahun 2007


Keterangan :
1. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan Orang lain
2. Berusaha Sendiri Dibantu Buruh Tetap/Tidak Dibayar
3. Berusaha Sendiri Dibantu Buruh Tetap/ Dibayar
4. Buruh/Karyawan/Pegawai
5. Pekerja Bebas di Pertanian
6. Pekerja Bebas di Non-Pertanian
7. Pekerja Tidak Dibayar

si yang berorientasi ekspor. Dari titik inilah of life sebagaimana dipopulerkan oleh Wirth
pertumbuhan kota terus terjadi sehingga (1980). Interaksi sosial diantara para pen-
kota menjadi daya tarik bagi lokasi kegiatan datang dari desa di satu sisi dan interaksi
usaha karena adanya kepentingan ekonomi pendatang dengan penduduk asli kota pada
skala besar dan ekonomi aglomerasi yang sisi yang lain, telah menimbulkan bentuk
menghasilkan tingkat produktivitas dan kebudayaan yang unik. Ditambah “brain
efisiensi yang lebih tinggi. Proses indus- washing” kapitalisme lewat iklan di televisi
trialisasi ini akan terus mempengaruhi trans- dan gaya hidup lainnya, pertumbuhan
formasi struktur sosial. Para pekerja indus- megaurban tidak saja menarik diamati se-
tri dan tenaga profesional sebagai kelas baru, cara ekonomis, namun juga secara sosial.
dan para kaum migran dari desa yang tidak Istilah urbanism as a way of life tampaknya
memiliki keterampilan, terus tumbuh di kota- memperkaya pemahaman tentang perilaku
kota besar. Oleh karena itu, kaum migran mobilitas yang tidak hanya dipengaruhi oleh
pada umumnya berketerampilan rendah, faktor-faktor ekonomi belaka namun juga
maka mereka “terlempar” di sektor informal terkait interaksi sosial. Keberadaan se-
dan pekerjaan-pekerjaan yang tidak membu- seorang dalam lingkungan baru, misalnya
tuhkan keterampilan tinggi. penduduk desa yang bermigrasi ke kota,
Fakta ini cukup menarik terutama jika mengharuskan mereka melakukan penye-
dikaitkan dengan istilah urbanism as a way suaian baru, ada kebudayaan asal yang

87
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

harus dipertahankan dan ada sifat-sifat baru saan pun sudah terlibat konsumsi global le-
yang harus dibangun. Perubahan wilayah wat “brain washing” dari media massa ter-
tempat tinggal, latar belakang sosial, dan utama televisi, untuk memompakan ide-ide
latar belakang kebudayaan akan terus ber- tentang citra sebuah produk (brand image),
interaksi. nilai, gaya hidup, dan sebagainya, sebagai-
Proses reproduksi kebudayaan asal mana pernah disebut Georg Simmel sebagai
akan terus berjalan untuk pencarian iden- “the metropolis and mental life". Lewat ma-
titas, sementara kota akan memberikan pi- nipulasi citra inilah para pebisnis sangat
lihan yang boleh jadi akan menjauhkan tanggap untuk menciptakan peluang usa-
mereka dari ciri kebudayaan asal di perde- ha sehingga jaringan mini-market sudah
saan. Bagi mereka yang tidak siap, maka merambah di setiap jengkal lahan di ka-
akan terjadi kebingungan dalam pencari- wasan perdesaan dan kawasan pinggiran
an identitas karena kebudayaan kota yang kota yang mengubah wajahnya menjadi se-
plural dan terdiferensiasi. Apalagi, menu- buah “kota” lengkap dengan berbagai sara-
rut Gilbert dan Gugler (1996) bahwa ideolo- na dan prasarana pelayanan lainnya. De-
gi pembangunan kota merupakan perwu- ngan kata lain, urbanisasi yang terjadi bu-
judan konflik antar-kelas. Penentuan tata kan karena meningkatnya daya inovasi
ruang kota hanya dapat dipahami dari masyarakat namun karena meningkatnya
proses konflik dan beroperasinya sistem gaya konsumtivisme masyarakat (desa dan
kapitalisme ini. Wajar pula jika unjuk rasa, kawasan pinggiran), dan ini berarti proses
bentrokan antara satuan polisi pamong difusi budaya konsumtif terjadi dengan ce-
praja dengan para pedagang kaki lima, patnya.
maupun meningkatnya kejahatan di kota- Namun jika ditinjau dari fakta tentang
kota besar, dan sebagainya merupakan tumbuhnya pekerja bebas di sektor non-per-
wujud dari konflik ini. tanian, boleh jadi hal ini juga menunjukkan
adanya peningkatan usaha kewirausahaan.
SIMPULAN Hanya yang menjadi masalah sampai sebe-
Di Kedungsepur sektor industri menu- rapa jauh inovasi kewirausahaan ini mam-
run perannya, demikian pula sektor perta- pu menopang perekonomian rakyat dan
nian, dan sebaliknya sektor jasa dan usaha menyejahterakan mereka. Tumbuhnya ke-
mandiri yang semakin meningkat. Di wi- mandirian masyarakat mungkin juga se-
layah perdesaan di semua kabupaten di bagai respons atas tidak memadainya upah
daerah belakang kota Semarang, “urbanis- yang diterima jika mereka bekerja di sektor
me” diduga kuat telah tumbuh dengan baik industri. Kenyataan menunjukkan bahwa
karena didukung oleh membaiknya tingkat terjadinya pergeseran basis ekonomi perta-
pendidikan kaum muda di desa serta pe- nian ke non-pertanian dan belum mampu
ngaruh brain washing dari televisi, media memberikan kesejahteraan bagi tenaga ker-
massa, alat komunikasi HP, dan sebagainya. ja.
Di daerah perdesaan, proporsi pekerja Implikasi kebijakan yang diambil peme-
bebas di sektor pertanian malahan lebih rintah kota dan kabupaten di wilayah Ke-
rendah jika dibandingkan dengan proporsi dungsepur ini ialah, bagaimana menyikapi
pekerja bebas di sektor non-pertanian. Fak- suburnya penetrasi pemodal yang terus
ta ini menunjukkan adanya perubahan gaya mengembangkan usahanya sampai ke
hidup yang mendorong tumbuhnya urba- tingkat desa sebagaimana nampak dari ’ser-
nisasi, dan bukannya industrialisasi. Urba- buan’ dua jaringan mini-market besar yang
nisasi yang terjadi adalah karena ada pe- merupakan simbol kekuatan modal. Ke-
ningkatan konsumsi masyarakat terkait kuatan modal besar diduga banyak merugi-
“globalisasi” informasi. Di kawasan perde- kan masyarakat bawah. Berbagai ’pemba-

88
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

karan’ pasar-pasar tradisional menunjukkan Dualism in Theory and Policy, Amster-


hal tersebut, dan ini merupakan gejala awal dam, W Van Hoeve Publisher Ltd.,
untuk menggantikannya dengan ’pasar hlm. 165-193.
modern’. Fakta ini merupakan simbol geja- Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian
la urbanisasi yang berbasis pertumbuhan
Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
ekonomi besar. Selanjutnya secara gene-
Pustaka Pelajar.
ralisasi, penelitian ini juga menyarankan ke-
pada pemerintah daerah sebagai berikut: Bremner, Jason and Richard Bilsborrow,
Pertama, sudah saatnya kebijakan pem- 2005, “Population Dynamics and Mil-
bangunan pusat-pusat industri di kota-kota lennium Development Goal 7”, dalam
besar yang padat modal ditinjau kembali, Paper Prepared for PERN. University of
dan sebaliknya industri kecil dan menengah North Carolina at Chapil Hill. 5-16
yang berbasis pertanian, perlu dikembang- September.
kan agar para petani dan buruh tani lain- Brown, David L and Kai A. Schafft, 2002,
nya juga turut menikmati hasilnya. Fakta “Population Decentration in Hunga-
bahwa banyaknya unjuk rasa dan kerusak- ry During the Post-Socialist Transfor-
an lingkungan membuktikan bahwa kese- mation”, dalam Journal of Rural Stu-
jahteraan mereka tidak baik. dies. No.18, hlm. 233-244.
Kedua, kebijakan pengembangan usaha-
usaha mandiri atau kewirausahaan dan Cohen, Barney, 2006, “Urbanization in De-
koperasi perlu diprioritaskan. Usaha yang veloping Countries: Current Trends,
dapat dilakukan di antaranya, program- Future Projection, and Key Challenges
program pelatihan dan keterampilan mana- for Sustainability”, dalam http://
jemen, kredit murah tanpa agunan bagi www7.Nationalacademic.org/dbase.
wirausahawan yang dipandang mampu Cities Transformed World Technolo-
berkembang, perluasan informasi pasar per- gy In SociEty.Article.pdf.
dagangan, dan pelibatan wirausahawan Douglass, M, 1995, “Global Interdepen-
dan koperasi di pasar global dengan bantu- dence and Urbanization: Planning
an instansi/lembaga pemerintah dan Lem- for the Bangkok Megaurban Regions”
baga Swadaya Masyarakat lainnya. dalam McGee,T. G and I. M. Robin-
son (eds.), The Megaurban Regions of
DAFTAR PUSTAKA Southeast Asia, Vancouver, the Uni-
EBadan Pusat Statistik, 1997, Survai Antar versity of British Columbia Press,
Sensus Indonesia. hlm. 45-77.
__________________ , 2003, Statistik Indonesia. __________________ , 2000, “Megaurban Regions and
__________________ , 2007, Survai Antar Sensus Indone- World City Formation: Globalization,
sia. the Economic Crisis and Urban Poli-
__________________ , 2008, Survai Sosial Ekonomi. cy Issues in Pasific Asia”, dalam Ur-
ban Studies 37 (12), hlm. 15-36.
__________________ , 2009, Statistik Indonesia.
Firman, Tommy, 2003, “The Spatial Pattern
__________________ , 2009, Demak Dalam Angka.
of Population Growth in Java, Indo-
__________________ , 2007, Jawa Tengah Dalam Angka. nesia 1990-2000: Continuity and
__________________ , 2007, Keadaan Angkatan Kerja Jawa Change in Extended Metropolitan
Tengah. Region Formation”, dalam The Fifth
__________________ , 2009, Jawa Tengah Dalam Angka. IRSA International Conference. Ban-
dung 18-19 Juli.
Boeke, JH, 1961, “The Theory of Dualism”,
dalam Wertheim (eds.), The Concept of

89
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 78-91

Geertz, Clifford, 1963, Peddlers and Princes: Lin,G.C.S.1994. “Changing Theoritical


Social Change and Economic Moderniza- Pers-pective on Urbanization in Asian
tion in Two Indonesian Towns, Chica- Developing Countries”, dalam Third
go: The University Of Chicago Press. World Planning Review. 16, hlm. 1-23.
Gilbert, Alan and Josef Gugler, 1996, Liu,P.K.C and H.H. Tsai, 1991, “Urban
Urba-nisasi dan Kemiskinan di Dunia Growth and Employment in Taiwan”
Ketiga, Yogyakarta: PT Tiara Waca- dalam N. Ginsburg, B.Koppel and T.
na. G. McGee (eds.), The Extended Metro-
Ginsburg, N, 1990, The Urban Transition: polis: Settlement Transition in Asia. Ho-
Reflections on the American and Asian nolulu: The University of Hawaii
Experiences, Hongkong: The Chinese Press, hlm. 193-216.
University Press. McGee, Terry, 1971, The Urbanization Pro-
Jones,Gavin W, 2001, “Studying Extended cess in the Third World Exploration In
Metropilitan Regions in South-East Search of Theory, London: G. Bell and
Asia”, Paper Presented at the XXIV Son Ltd.
General Conference of the IUSSP. Sal- __________________ , 1991, “The Emergence of Desa Kota
vador Brazil 18-24 August, dalam Regions in Asia”, dalam N.Ginsburg,
http://www.iussp.org/Brazil 2001/ B. Koppel and TG McGee (Eds), The
s40/s42.02. Jones.pdf. Extended Metropolis: Settlement Tran-
Jawapos, edisi 11 September 2008. sition in Asia. Honolulu: University of
Hawaii Press.
Latz, G, 1991, “The Persistence of Agricul-
ture in Urban Japan: An Analysis of Melchert, Lucian, 2005, “The Age of Envi-
the Tokyo Metropolitan Area”, dalam ronmental Impasse? Globalization
N. Ginsburg, B. Koppel and T.G. Mc- and Environmental Transformation of
Gee (eds.). The Extended Metropolis: Metropolitan Cities”, dalam Develop-
Settlement Transition in Asia. Honolu- ment and Change. Vol. 36, No.5, hlm.
lu: The University of Hawaii Press, 803-824.
hlm. 137-156. Nasution, 1988, Metode Penelitian Naturalis-
Laquian, Aprodicio A, 2008, “The Planning tik Kualitatif, Bandung: Tarsito.
and Governance os Asia`s Mega-Ur- Rondinelli, 1984, “Small Towns in Deve-
ban Regions” Population Division loping Countries: Potential Centers
Department of Economic and Social of Growth, Transformation, and In-
Affairs United Nation Secretariat. tegration”, dalam HD. Kammeir and
New York 21-23 January. Diambil dari PJ Swan (eds.) Equity With Growth?
http://www.un.org/esa/popula- Planning Perspectives for Small Towns
tion/meetings/EGM poDist/p04 in Developing Countries. Bangkok:
Laquian.pdf. AIT.
Light, Ivan, 2001, “Globalization, Transna- Tyner, James A, 2002, “The Globalization
tionalism, and Trade”, dalam Asian of Transnational Labor Migration
and Pacific Migration Journal. Vol. 10, and the Filipino Family: a Narra-
No. 1, hlm. 53-79. tive”, da-lam Asian and Pacific Migra-
tion Journal. Vol. 11 No. 1, hlm. 95-
116.

90
Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

Wirth, Louis, 1980, “Urbanism as a Way of Yixing, Z, 1991, “The Metropolitan Inter-
Life”, Irwan Press and M. Estellie locking Region in China: A Prelimi-
Smith (ed.). Urban Place and Process, nary Hypothesis”, dalam N. Ginsburg,
New York: MacMillan Publishing co., B. Koppel and T.G. McGee (eds.), The
Inc, hlm. 30-48. Extended Metropolis: Settlement Tran-
sition in Asia. Honolulu: The Univer-
sity of Hawaii Press, hlm. 89-112.

91
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 92-98

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

RESENSI
CIVIC PLURALISM:
KEMBALINYA OTORITAS
KERAGAMAN SIPIL
Judul Buku : Pluralisme Kewargaan Arah Baru Politik Ke-
ragaman di Indonesia
Pengarang : Zainal Abidin Bagir, dkk.
Penerbit : Mizan – Program Studi Agama dan Lintas Bu-
daya (CRCS), Sekolah Pascasarjana, UGM
Tahun : 2011
Tebal Halaman : 200 halaman
Endy Saputro*)
Pluralisme merupakan strategi hidup societies.” Melalui pernyataan ini jelas, plu-
bersama setelah konflik di suatu masyarakat ralisme merupakan sebuah konsep melam-
terjadi. Sebagai sebuah strategi, menurut paui toleransi, yang mengeliminasi into-
Sartori (1997), pluralisme dikenal pertama leransi. Jika toleransi mengafirmasi adanya
kali sekitar abad ke-16 dan ke-17, setelah sebuah perbedaan (difference), maka plu-
perang berbasis agama usai di daratan Ero- ralisme mengkonfirmasi adanya keragaman
pa. Menarik di sini, bahwa konflik yang ter- (diversity).
jadi justru berkaitan dengan agama dan Pluralisme Eropa abad ke-16 dan ke-17
bukan sekadar perang politik/fisik semata. tersebut mengundang sebuah kritik, apakah
Pluralisme dengan demikian tidaklah mun- basis pluralisme pada waktu itu? Bagaima-
cul dari ruang agama an sich, yang di- na cara untuk “posit values”, padahal
kreasikan di dalam sebuah agama; meski- masyarakat memiliki nilai-nilai yang berbe-
pun, istilah ini lahir di dalam masyarakat da dan beragam? Mengandaikan sebuah
beragama yang intoleran. common ground adalah sesuatu yang niscaya,
Perlu ditekankan, masyarakat Eropa namun hal ini masih mengundang banyak
waktu itu menerapkan pluralisme sebagai pertanyaan, antara lain, bagaimana mere-
sebuah konsep baru kehidupan bersama. Ia ka menemukan sebuah common ground di
dibedakan dengan konsep sosial yang telah tengah keberagaman nilai-nilai? Kita sah
ada sebelumnya, yaitu toleransi. Perbedaan mengandaikan bahwa common ground ada
konsep keduanya terletak pada cara pan- berkait erat dengan hukum sosial masya-
dang atas nilai, sebagaimana tegas Sartori rakat pada waktu itu. Namun saya lebih
(1997), “Tolerance respects values, whereas plu- berasumsi, hal ini lebih berkait erat dengan
ralism posits values. For pluralism affirms the scarcity (kelangkaan).
belief that diversity and dissent are values that Turner dan Rojek (2001) memberikan
enrich individuals as well as their polities and ilustrasi apik, scarcity berlokasi di tengah dua

*) Staf Peneliti CRCS Sekolah Pascasarjana UGM

92
Resensi

kutub berseberangan, yaitu kekerasan dan miliki sebuah bahasa “nasional”. Mengapa
solidaritas. Apabila pemerolehan scarcity bukan nilai-nilai bersama atau norma-nor-
dilakukan melalui proses ketegangan, maka ma bersama yang dijadikan standar sebuah
akan menimbulkan konflik, dan selanjutnya nation? Paling tidak ada dua implikasi di sini.
perang terjadi untuk memeroleh scarcity Pertama, pluralisme, bagaimanapun, tetap
tersebut. Sebaliknya, apabila bisa dikompro- membutuhkan sebuah medium penghubung
mikan, pemerolehan scarcity tersebut justru antar-perbedaan, dan hal tersebut adalah
bisa membawa pada proses solidaritas. Di bahasa yang bisa dipahami oleh pemilik per-
sinilah pluralisme sebenarnya berkaitan erat bedaan tersebut, minimal agar komunikasi
dengan solidaritas dan bisa dikatakan bah- dalam dialog dapat berjalan lancar. Kedua,
wa solidaritas merupakan prasyarat plu- tidak menutup spekulasi bahwa nation ada-
ralisme. Scarcity juga menegaskan bahwa lah produk pluralisme itu sendiri; dialog atas
pluralisme pada abad ke-16 dan ke-17 me- perbedaan dapat melahirkan sebuah “wa-
nyaratkan kebutuhan bersama melalui kom- dah untuk bersatu”.
promi-kompromi bersama yang berujung Sebuah nation tentu mengandaikan se-
pada aturan-aturan sosial yang disepakati buah batas, baik batas budaya maupun ba-
bersama. Pertanyaannya kemudian, apakah tas teritori. Batas budaya mendenotasikan
agama tidak mampu menciptakan konsep sebuah prasyarat bahwa “kita adalah war-
pluralismenya sendiri? ga nation, apabila kita berbahasa sama”.
Pertimbangan penting dalam perta- Batas teritori mengkonotasikan suatu argu-
nyaan tersebut adalah agama memiliki dua men bahwa “kita adalah warga nation, apa-
sisi. Pada satu sisi, agama bisa dengan spon- bila kita berada di sini”. Dua batas inilah
tan menjadi sebuah faktor pendukung kon- yang kemudian merangsang kelahiran se-
flik, meskipun bukan sebagai sumber utama. buah embrio kewarganegaraan, dalam mak-
Sebaliknya, pada sisi lain, ia dapat berpe- na kewargaan-dalam-kota. Karena batas ini
ran sebagai sumber perdamaian. Jika pada pula, gelombang imigrasi mulai muncul,
ranah sosial, diprasyaratkan sebuah common dengan tujuan untuk mendapatkan dan sa-
ground, maka pluralisme dalam diskursus ling bertukar kebutuhan-kebutuhan yang
agama menyaratkan sebuah titik temu. masuk dalam scarcity.
Muncullah kemudian kredo-kredo, seperti Akibat imigrasi , muncul istilah kosmo-
“Satu Tuhan Banyak Jalan”, “Banyak Jalan politan. Kosmopolitan adalah sebuah sema-
Satu Tujuan, dan lain sebagainya yang ber- ngat hidup bersama di dalam dunia yang
kaitan erat dengan penegasan bahwa kare- telah dibatasi oleh teritori. Semangat ini
na kita menuju tujuan yang sama, mari kita mengimajinasikan sebuah keanggotaan
berlomba-lomba dalam kebaikan. Yang dite- global masyarakat dunia untuk saling berko-
kankan di sini adalah persamaan dalam munikasi dan saling bertukar kebutuhan
transendental, bukan dalam scarcity. Dalam hidup, serta bisa jadi perkawinan antarteri-
abad modern, kredo-kredo ini, dengan ke- tori. Menurut Bryan S. Turner (2002), kos-
khasan konsepnya masing-masing, dipe- mopolitan, meskipun ide ini terlalu abstrak,
lopori oleh Fritjof Schuon (2009), Syed namun tetap bisa diinterpretasikan sebagai
Hossein Nashr (dan William C. Chittick, sebuah cara untuk mewujudkan solidaritas
2009), John Hick (2005), dan Paul Knitter tanpa ruang yang menuju suatu ide tentang
(1995). kewarnegaraan dunia.
Memasuki abad ke-19, eksplorasi scarci-
Post-Nation dan Plural Society ty semakin meluas dan mengganas. Gairah
Memasuki abad ke-18, masyarakat Ero- kapitalisme merangsang beberapa nation
pa memasuki fase masyarakat baru. Mere- untuk melakukan ekspansi ke luar benua.
ka menyebutnya nation. Bagi Sartori (1997), Muncullah imperialisme untuk mengeruk
karakter utama nation terletak pada bahasa; sumberdaya-sumberdaya makanan lokal di
penduduk di sebuah nation seharusnya me- daerah-daerah jajahan. Eropa dan teruta-

93
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 92-98

ma Inggris dan Belanda menguasai daerah- dan keragaman. Satu common platform yang
daerah lumbung pangan di sebagian besar diajukan, baik oleh Orde Lama maupun
kawasan, yang kini, disebut Asia Tenggara. Orde Baru adalah kerukunan. Sangat di-
Di Indonesia sendiri, kolonisasi Belanda da- sayangkan, pada akhirnya, kerukunan ini
pat bertahan sampai 350 tahun lebih. berubah menjadi penyatuan keragaman.
Selain sumberdaya ekonomi, kurun Di awal era kemerdekaan, proses insti-
waktu tersebut cukup untuk mengkonstruk- tusionalisasi kerukunan bisa dipahami. Per-
si sistem sosial di daerah jajahan. Di Indo- tama, nation-state bernama Indonesia baru
nesia sendiri, strategi hidup bersama antar- saja merdeka, sehingga kerukunan merupa-
nation di Indonesia, oleh Belanda, disebut kan sebuah nation-building. Kedua, setelah
sebagai model plural society. Furnivall (1967), proklamasi didengungkan, gerakan-gerakan
mendefinisikan plural society sebagai masya- yang dianggap sebagai pemberontakan ja-
rakat yang “comprising two or more elements mak terjadi. Kerukunan didengungkan agar
or social orders which live side by side, yet with- rakyat ikut membantu, atau tidak ikut terli-
out mingling, in one political unit.” Masyarakat bat, dalam “pemberontakan” tersebut. Keti-
Indonesia dikonstruksikan sebagai sebuah ga, kerukunan juga merupakan sebuah
enclave society yang, meskipun hidup dalam ideologi karena pada masa awal Indonesia
kawasan yang sama, tetapi enggan berko- merdeka, negeri ini terjadi perang ideologi,
munikasi satu sama lain. Mereka seakan terutama dalam hal menentukan dasar nega-
hidup dalam batas sosialnya sendiri. ra: apakah Islam atau nasional. Di sini,
Bisakah ini disebut sebagai pluralisme? kerukunan merupakan sebuah overlapping
Ya, sebut saja model pluralisme yang dikons- consensus yang agak dipaksakan.
truksikan dalam definisi bahwa keragaman Di samping tiga faktor di atas, identitas
memang tetap ada namun tidak ada komu- politik bermain di balik politik identitas.
nikasi satu sama lain. Untuk model plu- Kerukunan juga bisa digunakan sebagai se-
ralisme seperti ini, Furnivall (1967) menegas- buah common ground untuk “menyatukan”
kan, ruang perjumpaan mereka berada di agama-agama yang ada. Apa pun agama
pasar, dan pada saat itulah komunikasi di- Anda yang penting bisa rukun. Namun,
laksanakan, meskipun hanya dalam hal sekali lagi, politik kerukunan ini juga mela-
jual-beli atau perdagangan dan tidak untuk hirkan sebuah kerukunan politik, dengan
urusan lain. Konstruksi pluralisme seperti cara menegarakan agama, artinya peme-
bertujuan meneguhkan sebuah rekognisi rintah menetapkan standar agama-agama
kolonial bahwa sebuah nation akan diakui resmi yang diakui oleh negara, dan sebagi-
ketika ia diakui oleh negara; terbukti peme- an besarnya, atau kalau tidak semuanya,
rintah Belanda membuat distingsi antara merupakan impor dari luar Indonesia.
penduduk Eropa, Timur Asing, dan Pribu- Bagaimana agama-agama impor terse-
mi. Sayangnya, ordonansi seperti itu, di- but bisa menjadi agama resmi di Indonesia?
adopsi mentah-mentah oleh pemerintah In- UU No. 1/PNPS/ 1965 adalah jawabnya.
donesia. UU ini memiliki narasi panjang pada pro-
ses kelahiran, pertumbuhan, dan reformu-
Nation-State dan Pluralisme Harmoni lasinya. Ada sebuah pertelingkahan agama
Salah satu pengaruh Belanda di Indo- dan politik dalam “pelembagaan” UU No.
nesia adalah pembentukan nation-state. Se- 1/PNPS/1965 ini karena kehadirannya
luruh nation dalam kekuasaan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari debat konsep an-
berusaha disatukan dalam sebuah nation- tara agama dan kepercayaan di satu sisi, dan
state bernama Indonesia. Kini, pola-pola plu- di sisi lain antara “penyehatan” dan “pe-
ral society berusaha diubah menjadi sema- nyesatan” dalam ranah politik.
ngat ideal nasionalisme. Persatuan dan ke- Bermula dari polarisasi nasionalis dan
satuan dikedepankan, daripada perbedaan Islam(is) ketika terjadi rapat BPUPKI men-

94
Resensi

diskusikan undang-undang Indonesia. Ke- juta anggota aliran kebatinan. Sedangkan


tika merdeka, polarisasi ini menjalar ke kongres III dilaksanakan 17-20 Juli, 1957.
ranah masyarakat. Secara sederhana, na- Kongres IV dilaksanakan pada 22-25 Juli
sionalis terdiri dari golongan muslim refor- 1960. Kongres V BKKI dilaksanakan di Po-
mis, non-muslim, dan bukan golongan ke- norogo, 28-29 Januari, 1961.
duanya. Sedangkan, muslim ortodoks Patut dicatat, mulai kongres III, BKKI
mencakup masyarakat Islam yang men- mendesak pemerintah untuk mengundang-
dukung ditegakkannya syariat Islam di In- undangkan aliran kebatinan menjadi salah
donesia. Polarisasi ini semakin tampak pada satu agama formal di Indonesia. Namun,
saat Pemilu 1955. pengawasan yang dilakukan oleh PAKEM
Berdasarkan catatan Ricklefs (2008), membuat aliran kebatinan di Indonesia
pada pemilihan umum 1955, Partai Nasional tidak bisa leluasa bergerak. Hal ini membuat
Indonesia (PNI) meraup 8.434.653 suara sebagian anggota BKKI ke luar dari keang-
sah, Masyumi 7.903.886 suara sah, NU gotaan. Pada April, 1961, BKKI berubah
6.955.141 suara sah, PKI 6.176.914 suara menjadi GMKI (Gabungan Musyawarah
sah, disusul PSII, Parkindo, Partai Katolik, Kebatinan Indonesia). Sebagaimana anali-
PSI, Murba, dan lain-lain. Perolehan suara sis Patty (1986), pada fase inilah orang-
sah tersebut menggambarkan polarisasi orang komunis mulai menyusup ke dalam
masyarakat Indonesia: Nasionalis, Islam, organisasi-organisasi aliran kebatinan.
Komunis dan non-Islam. Dari manakah Anti-klimaks aliran kebatinan terjadi
suara nasionalis? Menurut catatan Depar- saat dikeluarkannya PNPS No. 1/1965 pada
temen Agama, pada tahun 1952, sebagai- tanggal 27 Januari 1965. Sekali lagi, selain
mana analisis Patty (1986), aliran kebatinan konteks politik di atas, PAKEM dan lebih
di Jawa Barat berjumlah 52 dan menjadi 360 khusus Kejaksaan Agung sangat berpe-
aliran pada tahun 1953. Pada saat yang ngaruh terhadap kelahiran PNPS tersebut.
sama, muncul orang-orang yang mengaku Sebelum PNPS No. 1/1965 ini, sebenarnya
nabi, dan marak upacara perkawinan yang Pakem telah menjalankan fungsinya dengan
tidak mengikuti ritual resmi negara. Untuk baik dan menghasilkan beberapa pelarang-
meningkatkan fungsi pengawasan, menurut an. Baso (2005) dengan cermat memberikan
Baso (2005), pada tahun 1954 dibentuk pa- beberapa contoh. Misalnya, keputusan PM.
nitia pengawas aliran kepercayaan (Panitia Ir. Djuanda No. 122/PROMOSI/1959, 21
Interdep Pakem). Panitia ini terus mengalami Maret 1959, yang melarang Agama Eyang;
penyempurnaan pada tahun 1958, 1960, Keputusan Presiden Soekarno, No. 264 Ta-
1961, dan 1963. hun 1962, 15 Agustus 1962 yang melarang
Secara logis, aliran kebatinan tidak Liga Demokrasi, Rotary Club, Club Society
mungkin akan memilih partai yang berba- dan Loge Agung Indonesia; Kepres RI No.
sis agama, baik Islam, Kristen atau lainnya. 34 Tahun 1963, 3 April 1963, yang melarang
Kemungkinan paling besar, mereka akan Perhimpunan Theosofi seluruh cabang di
memilih partai berbasis nasionalis atau ko- Indonesia. Jika dicermati, pelarangan ini ti-
munis. Kenyataannya, aliran kebatinan jus- dak hanya aliran kebatinan yang dianggap
tru tetap bertahan dan bertambah, setelah menyimpang, namun organisasi-organisasi
diadakan pemilihan umum 1955. Beberapa yang kelihatannya jauh dari kebatinan.
bulan setelah pemilu 1955, tepatnya 19-20 Aliran kebatinan mulai disusupi pihak
Desember 1955, Badan Kongres Kebatinan komunis mulai tahun 1961. Tampaknya,
Indonesia (BKKI) dideklarasikan saat kong- infiltrasi ini cukup berhasil. Ketika peristi-
res I kebatinan digelar di Semarang. Kong- wa G/30 September 1965, Orde Baru tam-
res ini dihadiri 67 organisasi kebatinan. Se- pak khawatir apabila aliran kebatinan di-
tahun kemudian, kongres II diadakan di jadikan tempat bersembunyi para anggota
Solo, dihadiri 2000-an wakil dari sekitar 2 Partai Komunis Indonesia. Untuk mencegah

95
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 92-98

hal ini, Orde Baru menetapkan UU No. 1 dijadikan pembenaran untuk “menghakimi”
Tahun 1965 tersebut menjadi undang-un- penodaan/penyesatan bagi aliran-aliran
dang (Baso 2005). Tujuan utama pengun- yang dituduh sesat; meskipun sebenarnya
dangan ini tak lain adalah agar para peng- standar penodaan/penyesatan tersebut
hayat kebatinan masuk ke salah satu aga- sudah sangat hegemonik. Apakah kekuatan
ma resmi di Indonesia. pluralisme bisa kembali ke ranah sivik?
Pada tahun 1973, MPR menetapkan
perbedaan antara kepercayaan dan agama. Pluralisme dalam Kewargaan
Lima tahun setelah itu, MPR menetapkan Keruntuhan rezim Soeharto merupakan
bahwa aliran kepercayaan termasuk bu- bukti kembalinya kekuatan sipil. Kembali-
daya, bukan agama, dan berada di bawah nya kekuatan sipil ini semakin diperjelas
pengawasan Departemen Pendidikan dan dengan pelaksanaan desentralisasi di tingkat
Kebudayaan. Soeharto, tampaknya tidak daerah. Satu bukti mencolok adalah pelak-
menghendaki aliran kepercayaan dibubar- sanaan Pemilukada, yang meskipun di satu
kan seluruhnya karena membubarkan sisi merupakan hasil kongkrit demokratisa-
aliran kepercayaan sama saja membubar- si baru di Indonesia, namun di lain sisi juga
kan dunia spiritual Soeharto sendiri yang memberikan “biaya” yang tinggi dan tidak
nota bene kejawen. selalu berhasil. Bagi Gerry van Klinken dan
Pengawasan, pembinaan bahkan pem- Joshua Barker (2009), gejala ini menandas-
bubaran aliran-aliran yang didakwa sesat kan bahwa kekuasaan tidak lagi terpusat
terus terjadi selama pemerintahan Soehar- pada negara, tetapi juga daerah, atau bah-
to. Ketika pemerintahan Abdurrahman kan sipil. Mereka berdua merekomendasi-
Wahid (Gus Dur), pembubaran ini perlahan kan, analisis negara pada era Post-Soeharto
mulai berkurang. Bahkan, Gus Dur mulai seharusnya tidak lagi fokus pada institusi,
mengampanyekan adagium bahwa agama tetapi bagaimana kuasa-daerah dan otori-
bukan urusan negara. Melalui Keputusan tas-otoritas di luar negara beroperasi. Me-
Presiden No. 69 Tahun 2000, Gus Dur men- minjam Joel S. Migdal (2001), saat ini Indo-
cabut larangan Presiden No. 264 tahun 1962 nesia memasuki era “state in society”.
tentang organisasi Liga Demokrasi, Rotary Buku Pluralisme Kewargaan: Arah Baru
Club, Divine Life Society, Loge Agung In- Politik Keragaman di Indonesia bisa dikatakan
donesia, Moral Rearmament Movement, sebagai sebuah usaha untuk meretas nego-
Ancient Mystical Organization of Rosi Cru- siasi-negosiasi masyarakat terhadap negara.
cians, dan Organisasi Bahai. Buku ini tidak saja menawarkan konsep
Begitulah di era Orde Baru Indonesia, baru bagaimana menganalisis negosiasi
pluralisme bersinergi erat dengan kerukun- masyarakat terhadap negara, tetapi juga
an. Masyarakat dibiarkan majemuk dalam memberikan preseden beberapa ranah
agama namun tetap dalam koridor agama- masalah di mana otoritas masyarakat sebe-
agama yang diakui oleh negara. UU PNPS narnya berperan dalam mengolah dan me-
No. 1/1965 adalah simpul pengaman aga- ngelola keragaman, yaitu ranah perempuan,
ma-agama resmi tersebut agar tetap resmi kaum muda, agama, dan politik lokal. Ditu-
dengan jumlah dan kualitas seperti itu. Si- lis oleh para akademisi dan praktisi, semakin
lahkan berplural namun harus tetap mau membuat buku ini menemukan urgensinya,
dirukunkan. Di era Post-Suharto, para pe- bahwa buku ini bisa dipakai untuk diskusi
giat pluralisme melakukan judicial review atas dan debat akademis maupun titik pijak bagi
UU PNPS tersebut. Namun, Mahkamah panduan para pengambil kebijakan.
Konstitusi, setelah melalui diskusi dan per- Latar utama buku ini muncul adalah
sidangan yang panjang, akhirnya menolak adanya sebuah kegalauan atas beberapa
judicial review tersebut. Akibatnya, UU PNPS masalah yang terjadi di Indonesia Post-Soe-
tersebut masih berfungsi hingga kini, dan harto. Pertama, lahirnya otoritas-otoritas

96
Resensi

baru, khususnya dalam bidang agama, di lis buku ini. Akomodasi transformatif men-
ranah publik. Otoritas-otoritas baru ini se- coba menunaikan tiga prinsip utama plu-
benarnya tidak diminati oleh masyarakat, ralisme kewargaan. Pertama, pembedahan
namun kekuatannya justru mengalahkan dan pembagian masalah ke dalam detail
otoritas-otoritas yang berwenang. Beberapa masalah yang kelihatannya terpisah, na-
otoritas baru ini berasal dari ormas-ormas mun sebenarnya bersinergi satu sama lain.
Islam. Kedua, maraknya peraturan-per- Kedua, no monopoly rule, penyamarataan
aturan daerah berbasis syariat di beberapa kekuasaan, tidak ada satu pihak yang ber-
wilayah di Indonesia. Perda ini muncul se- pandangan paling berkuasa atas pihak yang
bagai dampak pergeseran otoritas kebijakan lain. Ketiga, tersedianya alternatif jalan ke-
publik dari pusat ke daerah. Kedua latar luar apabila solusi yang ditawarkan, khu-
utama itu menjadi masalah ketika bersiner- susnya dari pemerintah, justru tidak mem-
gi dengan dominasi mayoritas (Islam) yang berikan jawaban atas masalah yang diha-
bisa memunculkan politik identitas kelom- dapi (hlm. 81-82).
pok agama tertentu sampai menjurus ke tin- Salah satu penulis dalam buku ini mem-
dakan-tindakan konflik anarkis. berikan contoh penerapan tiga prinsip terse-
Apa itu civic pluralism ‘pluralisme ke- but dalam kasus agunah (hlm. 82), “Dalam
wargaan’? Daripada menjelaskan detail kasus agunah misalnya, jika mantan suami
definisi, lebih baik mengurai elemen-elemen tidak mau memberikan get (surat/ucapan
apa yang ada dalam konsep ini. Pertama, cerai secara formal agama Yahudi), semen-
politik rekognisi; pengakuan liyan sebagai tara istri ingin menikah kembali dalam tra-
seseorang/ kelompok yang setara. Peng- disi Yahudi, akomodasi transformatif mem-
akuan ini tidak sekadar penghargaan tetapi berikan jalan keluar dengan pilihan untuk
mampu secara bersama mendialogkan ber- keluar dari kelompok tersebut dalam kasus
bagai masalah yang terkait dengan urusan- ini dan meminta bantuan negara sebagai
urusan publik. Melalui politik rekognisi, ter- pemegang sebagian kuasa atas persoalan
utama, para pemegang kebijakan diharap- perkawinan ini.” Dari sini, jelas akomodasi
kan tidak mengambil kebijakan berdasarkan transformatif tidak memberikan solusi
kepentingan kelompok atau golongan akan radikal atas permasalahan yang ada, na-
tetapi keragaman dan kesetaraan atas liyan. mun lebih memberikan “jalan tengah”.
Kedua, politik representasi; partisipasi dan Penulis lain menawarkan sebuah cara
kompetisi secara adil dan setara oleh selu- alternatif kaum muda mengalami pluralisme.
ruh komponen warga negara atas segala Beberapa siswa salah satu SMU di Magelang,
kebijakan-kebijakan pada ranah publik. Dua Jawa Tengah, diberi forum dialog, tidak un-
aksi ini bisa berlangsung baik pada level akar tuk berdiskusi dan berdebat, namun mem-
rumput maupun politik-politik praktis. Ke- bahas pembuatan film etnografi. Mereka sa-
tiga, politik redistribusi, pemerataan secara ling berbagi ide dan menemukan sebuah ide
adil atas akses-akses ekonomi politik pada yang kurang popular, tentang waria. De-
seluruh warga. Negara dalam politik redis- ngan memegang handycam, para siswa terse-
tribusi berkewajiban secara bijaksana meng- but mengalami hal-hal asing dalam diri mere-
eliminasi korporasi-korporasi kelompok-ke- ka. Mereka menshoot gambar dan tanpa sa-
lompok pemegang kapital tertentu agar dar sebenarnya telah menghargai, mengakui,
tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan re- dan memahami bagaimana seorang waria
distribusi. hidup. Ketika film ini di-launching, apa yang
Apakah kesetaraan bisa terwujud tan- telah dilakukan oleh para siswa ini tidak ha-
pa adanya liberalisme? Sebuah tawaran nya mengubah pandangan siswa itu sendiri
perspektif dalam buku ini adalah akomoda- tentang waria, tetapi para para penonton
si transformatif, sebuah temuan Ayelet Scha- yang sempat menyaksikan film tersebut.
char yang direproduksi oleh seorang penu-

97
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 92-98

Cara alternatif tersebut ternyata lebih kan” suatu agama untuk mengatur urusan
ampuh dalam mengubah stereotype dan publik tentu akan mengundang masalah.
prasangka seseorang terhadap suatu subjek. Kemudian, apakah pluralisme kewar-
Hal ini berbeda dengan cara-cara yang gaan mengajak warga akar rumput untuk
ditempuh oleh para alumni pada SMU yang mengacuhkan negara? Di sinilah signifikansi
sama dalam melakukan indoktrinasi agama konsep ini tampak. Pluralisme kewargaan
kepada beberapa siswa di SMU tersebut. lebih tepat dikatakan sebagai sebuah agensi
Para alumni, melalui beberapa siswa, mela- politik keragaman atas dominasi kewar-
kukan islamisasi di sekolah tersebut, misal- ganegaraan negara atas aturan-aturan yang
nya melarang siswa perempuan untuk ber- selama ini mengatur keragaman, namun
nyanyi saat peringatan hari ulang tahun seringkali hanya tampil sebagai politik pen-
sekolah. Menjadi Islam taat bukan merupa- citraan pemerintah.
kan suatu masalah, akan tetapi “memaksa-

98
Indeks

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

INDEKS
KAWISTARA
Volume 1, No. 1, April 2011

A C

A way of life 88 Celebrity porn video 29


Agen pembangunan 69 Chao Nam 16
Agent of change 75 Common sense 32
Agent of mode 53 Conceptual structure 35
Aglomerasi 88 Counter culture 49
Alfred Dreyfus 56 Counter-urbanization 80
Alienasi 57 Critical multiculturalism 31
Aliran realisme 61
Alkohol 62 D
Amartya Sen 18
Analisis wacana 28 Daya inovasi 89
Angle 34 Demografi 79
Arab 19 Dendam 64
Asal-usul orang Bajo 23 Desa Bajo Mantigola 17
Atensi 71 Desakota 81
Difusi budaya 89
B Diperkosa 63
Discursive formation 35
Bahasa Bugis-Makassar 19 Diskursus seksualitas 31
Bahasa visual 53
Bajau Laut 16 E
Bajo 15, 16
BajoE 23 Efikasi diri 68
Barbarian 64 Ekonomi marginal 80
Bayer Crop 85 Emile Zola 56
Berger dan Luckmann 18, 25 Eros 58
Berselingkuh 64
Bestial 57 F
BIOFILIA 56
Brain washing 88 Filipina 23
Budaya global 43 Fisiologis 57
Budidaya ubi jalar 68 Food trap 85
Bugis 24 Fragmentasi 85
Bunuh diri 64

99
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 99-102

G K

Generality 72 Kapitalisme 80
Genre 42 Karbohidrat 69
Global city 81 Kasiwiang 24
Good sexuality 39 Kaum migran 80
Gowa 21, 23 Kawasan pinggiran 81
Grand instintct 66 Kawula-gusti 30
Kearifan lokal 68
H KEDUNGSEPUR 79
Kejahatan 37
Hans Mol 18, 19, 25 Kekuasaan 30, 35
Hasrat 65 Kekuatan modal 89
Hasrat kematian 65 Kelainan jiwa 60
Heteroseksual 44 Kelas sosial 57
Hinterland 81, 85 Kepala stasiun 63
Hippies 49 Kepulauan Wakatobi 17
Horst 23 Kerajaan Bone 21
Huruf Lontarak 19 Kesultanan Johor 23
Kesultanan Tausug 23
I Kewirausahaan 90
Kisah Sawerigading 23
Identitas 15, 31, 45 Kompleks wilayah 82
Identitas bangsa 28 Konsep identitas 17
Identitas budaya 17 Konstruksi 44
Identitas diri 43 Konsumtivisme 89
Identitas individu 30 Kumuh 80
Identitas nasional 38
Identitas Suku Bajo 22 L
Ideologi dominan 35
Ideological state apparatus 30 La bête humaine 56
Ideologis 42 La grande fêlure 65
Illegitimate sexual activity 28 La Lison 60, 62
Indigenous Knowledge 69 La Marihi 17
Industri kecil 90 La petite fêlure 65
Infotainment 29 Lapian 23
Inovasi 69 Le Havre 59
Insting 66 Learning by doing 76
Instingtif 66 Leppa 16
Interaksi sosial 88 Liar 80
Interzone 81 Libidinal 57
Islam 15, 17, 22, 25 Liliweri 17
Lokomotif 62
J Lontarak Assalena Bajo 17
Jacques Lantier 59 Louissette 63
Johor 22
M

Magnitude 72

100
Indeks

Malaka 22 Pasar global 90


Manajemen lingkungan 79 Pasar tradisional 89
Masinis 62 Pecandu 62
Maskulinitas 43 Pelestarian tradisi 43
Mawken 16 Pembelajaran sosial 68
Mbo Ma Dilao 18, 24, 25 Pembudidayaan 69
McAllister 24 Pemerataan pembangunan 83
Media hiburan 42 Penderita 36
Media studies 28 Pendidikan dan kosmopolitan 77
Megacity 80 Penetrasi pemodal 89
Megaurban 79 Penyakit bawaan 65
Melayu 24 Perangkap pangan 85
Menkominfo 34 Performance 31
Mental life 89 Peri-peri 81
Merindukan pembunuhan 67 Perlawanan 50
Metode stepwise 73 Pertumbuhan ekonomi 79
Metropolitan 81 Pertumbuhan penduduk 79
Migrasi netto 79 Petta MatinroE ri Rompegading 21
Modifikasi 46 Pola investasi 81
Monsanto 85 Popularitas 46
Motivasi 71 Populer 42
Posisi tawar orang Bajo 24
N Produksi 44
produksi pangan 85
Nabi Muhammad 20 Proses sosial 18
Naskah Lontarak Assalenna Bajo 19, 20
Naskah Lontarak Assalenna Bajo 16, 25 R
Naturalisme 56
Negosiasi 50 Raja Bone 23
NEKROFILIA 56 Raja Gowa 23
Nekrofilik 58 Rambut gondrong 47
Nilai Islam 20 Realitas 42
Norma moral 38 Reformasi agraria 82
Region based urbanization 80
O Rekayasa 71
Representasi 44
Orang Bajau 16 Representasi 32
Orang Bajo 16 Reproduksi 44
Orang Bajo 17, 22, 24 Reproduksi motorik 71
Orang Kuala 16 Retakan 65
Orang Laut 16 Retensi 71
Orde Baru 30 Rezim politik 43
Otoritas 30 Role model 38, 52
Outer zone 81 Role-playing 31
Rural area 81
P
S
Pandangan dunia 56
Paradigma kritis 33 Sakralisasi identitas 19

101
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 99-102

Sama Dilaut 16 Terdiferensiasi 89


Samal Bajau Laut 16 Thanatos 58
Seksualitas 43 The narrative of nation 29
Selebritas 29 The nature of knowledge 35
Selebriti 29 Thomas Forrest 16
Semenanjung Malaya 23 Tokoh adat 72
Simbol maskulinitas 39 Tokoh agama 72
Soppeng 21 Tragedi 64
Sosialisme 80 Transfer pengetahuan 69
Status quo 32 Transformasi ideologi 44
Stratifikasi sosial 80 Transformasi struktur sosial 88
Strength 72 Trend fashion 49, 52
Strukturalisme 56
Stuart Hall 17 U
Styling foam 53
Suara marginal 39 Urban area 81
Subsisten 85 Urban bias 85
Substitusi impor 85 Urbanisasi 79
Suku Arfak 68
Suku Asli 16 V
Suku Bajo 16
Suku Bajo 18 Vision du monde 58
Suku Laut 16 Visual 42
Sulawesi 23 Volknation 32
Sulu 23
Swasembada pangan 87 W
Syngenta 85
Wacana kebangsaan 39
T Wacana kultural 31
Walenreng 23
Tabloid Indonesia 28 Wirausahawan lokal 85
Terasing 67 World vision 56

102

You might also like