You are on page 1of 6

KISAH ABU LAHAB, ABU JAHAL, DAN

MUSAILAMAH AL KADZAB

SDN PRAYITNA
Nama :
Kelas : VI
1. KISAH ABU LAHAB

Kisah Abu Lahab tercantum dalam Al Qur’an surat Al-Lahab (surat ke 111) ayat 1 - 5
yang artinya :

 Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa

 Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan

 Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak

 Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar

 Yang di lehernya ada tali dari sabut

Dalam surat Al-Lahab ini menceritakan bahwa Abu Lahab dan isterinya menentang
Rasulullah. Keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab tak berguna
untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-usahanya.

Abu Lahab adalah keturunan dari suku Quraisy yang memusuhi, menentang dan
menghalang-halangi perjuangan dakwah Rasulullah dalam menegakkan agama Islam
di Mekkah. Abu Lahab selalu menghasut para pengikut Nabi Muhammad saw supaya
tidak mengikuti ajaran beliau. Ia berusaha sedemikian rupa dalam menghalang-halangi
dakwah nabi, ia berupaya merendahkan agama Islam.

Pada suatu ketika Rasulullah naik ke bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul
pada pagi hari ini!” Maka berkumpullah kaum Quraisy.

Rasulullah bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa


musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?”

Kaum Quraisy menjawab: “Pasti kami percaya.”

Rasulullah SAW bersabda: “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah swt. yang
dahsyat akan datang.”

Berkatalah Abu Lahab: “Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau
kumpulkan kami?”

Istri Abu Lahab juga mengikuti jejak Abu Lahab, yaitu menghalang-halangi Islam
dengan menyebarkan duri-duri di tempat yang akan dilalui Rasulullah. Abu Lahab
dengan perlakuannya seperi itu amatlah rugi dan sangat celaka, amalnya sa-sia,
usahanya untuk menghalang-halangi Islam percuma, harta, pangkat, kedudukan yang
dibanggakan Abu Lahab tidak berarti apa-apa. Abu Lahab kelak akan disiksa dengan
api neraka yang sangat panas.

2. KISAH ABU JAHAL


Abu Jahal nama lengkapnya adalah Abu Jahal bin Hisyam. Orang Quraisy biasa
memanggilnya Abul Hakam. Ia termasuk orang yang terpandang di kalangan kabilah
Quraisy. Dia adalah orang kafir Quraisy yang selalu menghalang-halangi dan memusuhi
Nabi Muhammad saw. Ejekan dan hinaan sering sekali dilontarkan dari mulutnya, dan
ia menganggap Rasulullah gila.

“Hai Muhammad, apalagi yang hendak kau katakan hari ini?” suara Abu jahal
dengan nada mengejek.

“Ada berita penting yang harus kusampaikan” Ujar Rasulullah, dengan tenang

“Apa itu?” Ujar Abu Jahal

“Semalam aku telah isra’ ke Baitul Maqdis,” Jawab Rasulullah

“Hahaha... kau ini gila! Wahai kaumku! Kemarilah kalian semua! Ada berita penting
dari Muhammad!” Abu Jahal memanggil orang-orag kafir Quraisy sambil terbahak-
bahak . Dalam waktu singkat penduduk mengelilingi Rasulullah.

“Ada apa lagi ini?” Tanya orang-orang Quraisy kasak kusuk

“Muhammad selalu membuat ulah yang aneh-aneh“ kata kaum kafir Quraisy

Tidak lama kemudian Nabi Muhammad saw bercerita tentang pertemuannya dengan
para Nabi. Mereka bahkan melakukan shalat berjamaah.

“Kalau kau memang bertemu para Nabi, bagaimana penampilan mereka itu?” tanya
Abu Jahal dengan berlagak menyelidik

“Nabi Isa as bertubuh sedang, tidak jangkung dan tidak pendek, warna kulitnya
kemerahan. Kalau Nabi Musa as bertubuh kekar dan jangkung, kulitnya agak
kehitaman. Sedangkan, Nabi Ibrahim as lebih mirip diriku“ kata Rasullullah

“Ah cerita seperti itu bisa dikarang! Siapa yang bisa meyakinkan kebenaran
omongannya?” orang-orang Quraisy tetap tidak puas. Mereka lupa bahwa sejak kecil
sampai dewasa (berusia 40 tahun) Rasulullah tidak sekalipun pernah berbohong.

“Bagaimana kami bisa percaya pada kata-katamu? Perjalanan yang begitu jauh
engkau tempuh dalam waktu semalam saja?” Tanya seorang pemuka Quraisy
Akhirnya Rasulullah bercerita lagi mengenai pertemuannya dengan beberapa kafilah
yang sedang menuju Mekkah, mereka baru akan tiba sore itu. Rasulullah
menggambarkan ciri-ciri kafilah tadi dengan menjelaskan warna unta yang paling depan
beserta bawaannya dan Rasulullah memberikan petunjuk arah pada kafilah yang
tersesat.

Orang-orang kafir Quraisy segera pergi dan mencari kafilah yang diceritakan
Rasulullah tadi, dan keterangan yang dijelaskan Rasulullah tadi ternyata benar.
Meskipun demikian, kaum kafir yang sesat itu masih tidak mempercayai mukjizat yang
diterima Rasulullah, dan mereka tetap tidak mau beriman.

 Abu Jahal Ingin membunuh Rasulullah SAW


Para petinggi Quraisy ingin berunding dengan Rasulullah. Tatkala Rasulullah
berlalu, Abu Jahal dengan sombongnya berkata kepada kaum Quraisy “Wahai kaum
Quraisy! Sesungguhnya Muhammad sebagaimana yang telah kalian saksikan, hanya
ingin mencela agama nenekmoyang kita, menuduh kita menyimpang dari kebenaran
serta mencaci tuhan-tuhan kita. Sungguh aku berjanjiatas nama Allah untuk duduk di
dekatnya dengan membawa batu besar yang mampu aku angkat dan aku hempaskan
ke atas kepalanya saat dia sedang sujud dalam shalatnya. Maka setelah itu, kalian
hanya memiliki dua pilihan; menyerahkanku atau melindungiku. Dan setelah itu,
persilahkan Bani ‘Abdi Manaf berbuat apa saja yang mereka mau.”
Mereka menjawab,“Demi Allah! Sekali-kali Kami tidak akan menyerahkanmu.
Lakukan apa yang engkau inginkan.”
Pagi harinya, Abu Jahal benar-benar mengambil batu besar sebagamana yang ia
katakan, kemudian duduk sambil menunggu Rasulullah. Tak berapa lama kemudian,
Rasulullah datang sebagaimana biasa, lalu beliau melakukan shalat sedangkan kaum
Quraisy juga sudah datang dan duduk ditempat mereka berkumpul sambil menunggu
yang akan dilakukan oleh Abu Jahal. Ketika Rasul sedang sujud, Abu jahal mengangkat
batu besar kemudian berjalan menuju kearah Rasulullah hingga jaraknya dekat. Akan
tetapi anehnya ia berbalik mundur, wajahnya pucat ketakutan, tangannya sudah tidak
bisa menahan beratnya batu hingga dia melemparkannya.
Menyaksikan hal seperti itu, para pemuka Quraisy bergegas menyongsong dan
bertanya ”Ada apa denganmu, wahai Abu Jahal?”
“Aku telah berdiri menuju kearahnya untuk melakukan yang telah ku katakan
semalam, namun ketika aku mendekatinya seakan ada onta jantan yang
menghalangiku Aku belumpernah melihat onta jantan yang lebih menakutkan darinya,
baik rupanya, lehernya, ataupun taringnya. Binatang itu ingin memangsaku”, Kata Abu
Jahal.
Walaupun demikian, Abu Jahal tidak ada sadarnya pada saat parlemen “Darun
Nadwah” mengadakan sidang istimewa, AbuJahal mewakili kabilah bani Makhzum.
Sidang parlemen ini menyepakati terhadap keputusan keji untuk membunuh Nabi
Muhammad saw. Usulan keji itu berasal dari penjahat kelas kakap Mekkah, yaitu Abu
Jahal dengan usulan bahwa setiap kabilah harus memilih seorang pemuda yang gagah
dan bernasib baik sebagai perantara, kemudian masing-masing diberikannya pedang
yang tajam, lalu mereka arahkan untuk menebas secara serentak seakan tebasan satu
orang untuk kemudian membunuhnya. Dengan begitu akan terbebas dari ancamannya.
Berarti darahnya telah ditumpahkan oleh semua kabilah.
Tatkala keputusan keji itu akan dilaksanakan turunlah Malaikat Jibril untuk
memberitahukan perihal persekongkolan kaum Quraisy. Atas izin Allah swt, Nabi
Muhammad saw berhijrah meninggalkan Mekkah. Abu Jahal dengan penuh
keangkuhan dan kesombongan yakin betul akan berhasil membunuh Rasulullah seraya
berkata pada rekannya “Jika kalian tidak melakukannya, maka dia akan menyembelih
kalian” Sekalipun persiapan yang dilakukan orang Quraisy untuk melaksanakan
rencana keji sedemikian rapinya, namun mereka mengalami kegagalan.
Abu Jahal gagal menangkap Rasulullah lantas melabrak Rumah Abu Bakar dan
keluarlah Asma binti Abu Bakar. Abu Jahal yang terkenal dengan perangainya yang
buruk menampar pipi Asma dengan sebuah tamparan yang menyebabkan anting-
antingnya jatuh.
Singkat cerita dengan sisa-sisa kecongkakan dan keangkuhannya dia berusaha
untuk tegar dan semangat. Abu Jahal yang suka mencaci maki Rasulullah itu diserang
oleh dua pemuda secara serentak pada saat perang Badr dengan pedangnya hingga
dapat membunuhnya. Dua pemuda tersebut bernama Muadz bin Amr Al-Jamuh dan
Mu’awwid bin Afra.

3. KISAH MUSAILAMAH AL KADZAB


Musailamah Al Kadzab adalah seorang nabi palsu. Ia mendakwahkan dirinya jadi
nabi. Ia berusaha untuk menandingi Al Qur’an, padahal mustahil bagi manusia dapat
membuat susunan yang serupa dengan Al Qur’an. Keindahan susunan dan gaya
bahasanya serta isinya tidak ada bandingannya. Al Qur’an adalah mukjizat yang
terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw.
Di dalam Al Qur’an sendiri memang terdapat ayat-ayat yang menantang setiap
orang dan mengatakan: hendakpun berkumpul jin dan manusia untuk membuat yang
serupa dengan Al Qur’an, mereka tidak akan dapat membuatnya,
Sebagaimana firman Allah swt
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk mengatakan
yang serupa Al Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat membuatnya, biarpun
sebagian mereka membantu sebagian (yang lain).” (QS Al Isra’ayat 88)
Musailamah Al Kadzab nabi palsu itu membuat gubahan untuk menandingi Al-
Qur’an. Kata-kata Musailamah Al Kadzab yang dianggapnya dapat menandingi
sebagian ayat-ayat Al-Qur’an contohnya adalah: “Hai katak (kodok) anak dari dua
katak, berkuaklah sesukamu, sebahagian atas engkau di air dan sebahagian bawah
engkau di tanah”
Seorang sasterawan Arab yang ternama yaitu Al Jahiz memberikan penilaian
gubahan Musailamah Al Kadzab ini dalam bukunya yang bernama “Al-Hayawan“
sebagai berikut: “Saya tidak mngerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa
Musailamah menyebut katak (kodok)dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan
yang dikatakannya sebagai ayat Al Qur’an itu kepadanya sebagai wahyu”
Musailamah Al Kadzab menemui kegagalan dalam menandingi Al Qur’an. Ia bahkan
mendapat cemoohan dan hinaan dari masyarakat. Musailamah Al Kadzab yang
mengaku sebagai nabi ini akhirnya ditumpas maka terjadilah peperangan, yang disebut
perang “Yamamah” pada tahun 12 Hijriyah, yaitu peperangan antara pasukan Islam
yang dipimpin oleh Kalidabi Walid melawan pasukan Musailamah Al Kadzab. Dengan
peperanagn ini, pasukan Islam dapat menumpas pasukan Musailamah Al Kadzab.
Akhirnya Musailamah Al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi.

You might also like