Professional Documents
Culture Documents
SYARIAH DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan Akuntansi Syariah
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Transaksi berbasis syariah memang lebih sering kita jumpai dalam kegiatan
perbankan, saat ini hampir semua bank di Indonesia sudah memiliki anak
perusahaan yang secara langsung menganut perbankan syariah, hal itu tentu
berkaitan dengan pangsa pasar saat ini yang mana masyarakat lebih tertarik terhadap
kegiatan perbankan syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas, pada makalah ini saya akan mengambil
beberapa bahasan permasalahan, diantaranya:
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Menurut Schaik pada tahun 2001, bahwa Bank Islam (Bank Syariah) adalah
sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah,
dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai
metode utama dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan
yang ditentukan sebelumnya. Dan menurut Sudarsono pada tahun 2004, bahwa Bank
Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-
jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan
prinsip-prinsip syariah.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip-prinsip Islam yang
dimaksudkan disini sudah dijelaskan pada pasal 1 butir 13 UU No. 10 tahun 1998,
bahwa yang dimaksud dengan prinsip syariah yakni suatu aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
pembiayaan kegiatan usaha atau keinginan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah antara lain berdasarkan:
1. Prinsip bagi hasil (mudharabah).
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah).
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank bank atau pihak lain (ijarah wa iqtina).
Berikut ini penjelasan poin-poin perbedaan antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional:
1. Perbedaan Hukum yang Digunakan
Pada Bank Syariah, semua akad atau transaksi harus sesuai dengan prinsip
syariah Islam, berdasarkan Al-Quran dan Hadist yang telah difatwakan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI). Hukum yang diberlakukan pada bank Syariah diantaranya:
Akad al-mudharabah (bagi hasil)
Al-musyarakah (perkongsian)
Al-musaqat (kerja sama tani)
Al-ba’i (bagi hasil)
Al-ijarah (sewa-menyewa)
Al-wakalah (keagenan).
Sedangkan pada Bank Konvensional, semua transaksi dan perjanjian dibuat
dengan dasar hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia. Hukum yang
digunakan adalah Hukum Perdata dan Hukum Pidana.
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional dari sisi hukum selanjutnya
akan menghasilkan perbedaan pada sistem yang digunakan, salah satunya adalah
dalam hal investasi.
Pada Bank Syariah, seseorang bisa meminjam dana usaha dari Bank apabila jenis
usaha yang dijalankannya halal dari sudut pandang Islam. Beberapa usaha tersebut
diantaranya, perdagangan, peternakan, pertanian, dan lain sebagainya. Sedangkan
pada Bank Konvensional, seseorang diperbolehkan meminjam dana dari bank untuk
jenis usaha yang diijinkan atas hukum positif yang berlaku di Indonesia. Usaha yang
dianggap tidak halal tapi bila diakui hukum positif di Indonesia tetap bisa meminjam
dana dari Bank Konvensional.
3. Perbedaan dari Sisi Orientasi
Selanjutnya, perbedaan Bank Syariah dan Bank Umum adalah pada sistem
pembagian keuntungan. Bank Syariah menerapkan sistem pembagian keuntungan
sesuai dengan akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua belah pihak. Tentu
saja Bank Syariah menganalisis kemungkinan untung dan rugi dari usaha yang akan
diberikan pembiayaan. Jika usaha tersebut dianggap tidak menguntungkan maka Bank
Syariah akan menolak pengajuan pinjaman nasabah.
Pada Bank Konvesnional menerapkan sistem bunga tetap atau bungan
mengambang pada semua pinjaman kepada nasabahnya. Dengan kata lain, pihak Bank
Konvensional menganggap bahwa usaha yang akan diberikan pinjaman dana akan
selalu untung. Lebih jelasnya, lihat tabel berikut ini:
Hal berikutnya yang menjadi perbedaan antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional adalah dilihat dari sisi hubungan bank dengan nasabahnya. Bank
Syariah memperlakukan nasabah mereka layaknya mitra dengan ikatan perjanjian
yang transparan. Itulah alasannya mengapa banyak nasabah Bank Syariah yang
mengaku punya hubungan emosional dengan pihak bank pemberi fasilitas
pembiayaan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam.
Prinsip-prinsip Islam yang dimaksudkan disini sudah dijelaskan pada pasal 1 butir
13 UU No. 10 tahun 1998, bahwa yang dimaksud dengan prinsip syariah yakni
suatu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau keinginan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain berdasarkan:
1. Prinsip bagi hasil (mudharabah).
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah).
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank bank atau pihak lain (ijarah wa iqtina).
Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional dapat dilihat dari berbagai aspek,
antara lain:
1. Hukum
2. Investasi
3. Orientasi
4. Keuntungan
5. Hubungan nasabah dan bank
6. Keberadaan dewan pengawas
7. Promo dan cicilan
DAFTAR PUSTAKA