You are on page 1of 13

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem muskuloskeletal terdiri atas rangka tulang dan tiga tipe otot: (1) rangka, (2)
jantung, dan (3) polos. Jenis-jenis otot dibedakan berdasarkan adanya lurik, sumber saraf, dan
mekanisme kontraksi.

Secara fisiologi, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan


dan posisi. Rangka tulang memberikan dukungan, proteksi, dan pergerakan rangka. Kontraksi
otot rangka menghasilkan pergerakan pada rangka ini. Rangka tubuh memberikan tempat
penyimpanan bagi kalsium dan ion-ion lainnya. Otot rangka, yang merupakan 40% hingga
50% berat badan, memegang peranan utama dalam metabolisme dan regulasi temperatur.

STRUKTUR SISTEM MUSKULOSKELETAL

OTOT

Otot Rangka

Otot rangka melekat pada tulang atau rangka tubuh. Otot rangka dinamakan demikian karena
beberapa hal yaitu: (1) pergerakan (misalnya, fleksi, ekstensi dengan pergerakan pada tulang
rangka), (2) bentuk (misalnya kuadrilateral, memanjang), (3) letak (yaitu perlekatan otot pada
rangka), (4) insersi (yaitu perlekatan yang dapat bergerak pada otot), (5) jumlah divisi, (6)
lokasi, atau (7) arah serat (misalnya transversal). Prinsip pengelompokan otot diperlihatkan di
Figur A&P 6-1.

Kontraksi otot rangka mengerahkan kekuatan pada tulang atau kulit dan menggerakan
mereka (Figur A&P 6-2). Sebagian besar otot rangka berada di bawah kontrol volunter pada
sistem saraf, namun sebagian lainnya dikontrol oleh divisi somatik pada sistem saraf perifer,
seperti yang digunakan untuk menjaga keseimbangan.

Otot rangka terdiri atas banyak sel-sel individu yang di sebut dengan serat otot. Serat-
serat ini di ikat oleh lapisan tipis dari jaringan penghubung fibrosa (fasia). Fasia juga
memasuki otot, memisahkannya dari bunlel (fasikulus). Otot rangka melekat pada tulang
rangka menggunakan perpanjangan fasia yang sangat tipis atau oleh tendon. Tendon (serat
fibrosa) memberikan perlekatan yang lebih kuat pada tulang dibandingkan fasia.
Pada uji mikroskopik, banyak nuklei dari sel-sel otot banyak dan dikelompokkan ke
dalam miofibril yang menyerupai benang. Pengamatan yang lebih dekat akan niofibril
memperlihatkan corak terang dan gelap yang bergantian (lurik). Sel-sel otot dapat dibagi ke
dalam segmen yang lebih kecil di sebut sakomer, digambarkan oleh pita Z. Sarkomer adalah
struktur pada otot dimana kontraksi yang sebenarnya terjadi. Dua miofilamen primer aktin
yang tipis. Filamen adalah protein yang menempel secara singkat dan menembus atau
bergerak antara satu dengan yang lainnya untuk menyebabkan otot berkontraksi.

Otot Jantung

Otot jantung (miokardium) bersifat involunter dan hanya terdapat pada jantung. Otot
ini terdiri atas sel-sel otot yang bercabang dan berlurik yang di hubungkan oleh taut imbas
(gap junction). Gap junction adalah hubungan antara sel-sel yang memungkinkan terjadinya
komunikasi secara listrik dan kimia. Otot jantung di kontrol oleh faktor intrinsik (seperti
jumlah darah dari vena yang kembali ke atrium kanan), hormo, dan sinyal dari sistem saraf
otonom. Otot jantung didiskusikan di Unit 13 Tinjukan Anatomi dan fisiologi.

Otot Polos

Otot “polos” tidak memiliki lurik yang terlihat. Berkosentrasi secara involunter dan terdapat
pada dinding-dinding rongga organ (misalnya saluran pencernaan, pembuluh darah, kandung
kemih) dan area lain (misalnya, mata). Otot ini dikontrol oleh sistem saraf otonomik, hormon,
dan faktor intrinsikdari organ (misalnya, peregangan disebabkan oleh adanya makanan di
usus halus). Gap junction antara sel-sel otot polos menghasilkan koordinasi gerak.

SISTEM SKELETAL

Manusia memiliki endoskeleton yang berada di dalam jaringan lunak pada tubuh.
Endoskeleton ini terdiri atas jaringan hidup yang mampu untuk tumbuh, beradaptasi, dan
memperbaiki diri. Tubuh manusia dewasa memiliki 206 tulang, yang terdiri ke dalam 2
kategori mayor berdasarkan posisi: aksial dan apendikular. Tulang aksial (80 tulang) terdiri
atas tenggkorak, kolumna vertebral, dan tulang dada. Tulang apendikular (126 tulang)
termasuk tulang-tulang pada ekstremitas, bahu, dan pelvis (Figur A&P 6-3). Tulang juga
dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk mereka.
1. Tulang panjang lebih panjang daripada lebarnya dan ditemukan di ekstermitas atas
dan bawah. Humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal, dan
falangs adalah tulang panjang.
2. Tulang pendek (misalnya, karpal, tarsal) tidak memiliki axis yang panjang berbentuk
kubus.
3. Tulang pipih (misalnya rusuk, kranium, skapula, dan beberapa bagian dari pelvis
girdle) melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas
untuk melekatnya otot.
4. Tulang iregular memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel
telinga, tulang wajah, dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam
struktur dan komposisi.

Anatomi Kasar Tulang

Tulang panjang yang umum (Figur A&P 6-4) memiliki poros (diafisis) dan dua
pangkal (epifisis proksimal dan distal). Diafisis adalah celah silinder dari tulang kompak
yang mengitari celah medular (sumsum). Berjajar di bagian dalam dengan lapisan jaringan
penghubung yang tipis yang disebut endosteum. Pada anak-anak dan dewasa awal, epifisis
terpisah dari diafisis oleh lempeng atau kartilago epifisium, dimana tulang tumbuh lebih
panjang. Ketika pertumbuhan tulang lengkap, kartilago epifisium digantikan oleh tulang,
yang menghubungkannya dengan diafisis. Fraktur pada lempeng epifisium pada anak-anak
dapat menyebabkan pertumbuhan tulang yang lambat atau pemendekan tungkai.

Tulang di lapisi oleh lapisan jaringan penghubung yang disebut periosteum. Lapisan
luar (fibrosa) dari perioustreum memiliki banyak pembuluh darah dan saraf, beberapa di
antaranya memasuki tulang melalui kanal Volkmann. Lapisan ini sangat kokoh dan dapat
menahan fragmen fraktur tidaak bergeser (nondisplaced) tetap pada tempatnya. Lapisan
dalam (osteogenik) melekat langsungpada tulang dengan kolagen (serabut Sharpey). Tidak
terdapat periosteum pada permukaan artikular pada tulang panjang; area ini dilapisi oleh
kartilago artikular.

Anatomi Mikroskopis Tulang

Ketika dilihat dari mikroskop, tulang padat (compact bone) sangat teratur dan solid.
Tulang ini teratur sampai ke unit struktual yang disebut dengan osteon atau sistem haversian.
Osteon pada dasarnya merupakan silinder tulang. Tiap osteon mengandung (1) pembuluh di
kanal pusat (kanal haversiani), (2) lapisan konsentrik matriks tulang (lamela); (3) celah kecil
di antara lamela (lakuna) yang mengandung osetosit; dan (4) kanal kecil (kanalikuli).
Pembuluh darah memberikan nutrien pada tulang dan membawa sampah dari tulang.

Tulang spons (berongga) tidak memiliki struktur yang teratur seperti itu. Lamela tidak
diatur dalam lingkaran yang konsentris namun diarahkan berkaitan dengan garis tekanan
mksimum pada tulang. Tulang berongga memiliki osteosit yang menempel pada laku a, dan
lakuna saling berhubungan melalui kanalikuli. Darah mecapai osteosis dengan melalui celah
pada sumsum tulang.

Komposisi Tulang

Kerangka kerja organik tulang dibentuk dari protein kompleks dan serat, terutama
kolagen (mirip dengan kolagen yang ditemukan di jaringan penghubung lainnya). Kolagen
memberikan tulang kekuatan yang kuat sehingga dapat menahan regangan dan puntiran.
Garam inorganik (kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal, di istilahkan hidriksiapatit)
membuat tulang mampu menahan kompresi. Kombinasi kolagen dan garam membuat tulang
sangat kuat tanpa mengalami kerapuhan. Komposisi tulang dianalogikan seperti beton dengan
inti besi, dimana batang besi (kolagen) memberikan kekuatan tarikan; sedangkan semen,
pasir dan kerikil (garam-garam) memberikan kekuatan kompresi.

Tulang mengandung tipe-tipe sel yang memberikan keseimbangan dan fungsi.


Osteoblas adalah sel pembentuk tulang; mereka menghasilkan tulang baru dengan
mengkatalis reaksi yang membawa kalsium dan fosfat dari darah dan membentuknya menjadi
matriks tulang dalam jaringan kolagen. Osteosit merupakan osteoblas yang sudah maturyang
ditemukan pada matriks tulang. Osteosit adalah sel-sel yang menyerap (menghilangkan)
kerusakan atau sel-sel pada tulang yang lama selama periode pertumbuhan atau perbaikan.
Mereka juga penting dalam mengembalikan garam-garam inorganik dari tulang ke dalam
aliran darah. Sel-sel tulang ini membuat tulang mampu untuk tumbuh, memperbaiki diri, dan
mengubah bentuk. Bahkan tulang yang matur secara teratur mengalami perubahan, dengan
sel-sel baru yang dibentuk dan sel-sel baru yang dibentuk dan sel-sel lama dihancurkan.

ARTIKULASI

Artikulasi (sendi) adalah tempat bertemunya dua atau lebih tulang. Tidak semua sendi dapat
melakukan pergerakan. Sendi dapat bersifat sinocial, fibrosa, atau kartilago.
Sendi Sinovial

Sebagian besar sendi dalam tubuh adalah sendi sinovial. Mereka dapat bergeraak bebas,
memungkinkan terjadinya perubahan posisi dan gerak.

Sendi sinovial mampu untuk berbagai jenis pergerakan, bergantung pada tipe sendi.
Sendi sinovial memiliki empat karakteristik.

1. Tipe sendi dilapisi oleh kapsul artikular, mengakibatkan adanya celah sendi (Figur
A&P 6-5)
2. Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial , yang mengisi celah untuk lubrikasi
dan pemberiaan nutrisi pada kartilago.
3. Permukaan tulang pada sendi dilapisi oleh kartilago hialin (kartilaago artikular)
4. Sendi sinovial memiliki karakteristik pendukung tambahan. Ligamen dan tendon
menguatkan kapsul dan membantu membatasi pergerakan. Lempeng artikular
berlokasi di antara tulang-tulang pada beberapa sendi sinovial untuk menahan
benturan keras

Sendi Fibrosa

Sendi fibrosa merupakan artikulasi dimana tulang disatukan oleh jaringn penghubung fibrosa.
Hanya sedikit material yang memisahkan pangkal tulang, dan pergerakan yang minimal
mungkin dilakukan.

Sendi Sutura

Sendi sutura termasuk tulang pada tengkorak dan terkadang sutura di antara ilium iskium, dan
pubis. Pada saat lahir tulang-tulang pada tengkorak terpisah untuk memfasilitasi proses
kelahiran. Tulang tulang biasanya menyatu pada saat anak berusia 2 tahun. Ujung-ujung
tulang ini memiliki lekukan (interdigitasi) yang pas satu dengan yang lainnya dan terlihat
seperti jahitan.

Sendi Sindesmosis

Sendi sindemosis (ligamentus) digabungkan oleh ligamen (pita-pita jaringan fibrosa) atau
membran. Sendi sindesmosis memungkinkan terjadinya gerakan elastis dimana tulang dapat
merenggang dan kembali ke bentuk semula. Persendian pada ujung distal dari tibia dan fibula
adalah contoh sendi sindesmosis.

Sendi Kartilago

Tulang disatukan oleh kartilago (jaringan penghubung yang padat) pergerakan yang terbatas
memungkinkan di lakukan di persendian ini. Terdapat dua tipe persendian: sinkondrosis dan
simfisis.

Sinkondrisis

Sinkondrisis disatukan oleh kartilago hialin. Persendian di antara epifisis dan diafisis pada
tulang panjang digantikan oleh tulang (osifikasi) pada saat maturitas. Pada tulang rusuk,
bentuk kartilago ini juga bersifat sementara dan pada akhirnya akan digantikan oleh tulang.
Pada kartilago kostal, sinkondrosis di antara tulang rusuk dan sternum biasanya tidak
digantikan oleh tulang.

Simfisis

simfisis adalah permukaan artikular yang memiliki bantalan atau lempeng fibrokartilago yang
menghubungkan sambungan tulang. Pergerakan yang terbatas dapat dilakukan. Pada sendi,
permukaan berperan sebagai penyerap gesekan. Tulang belakang dan pubis dipisahkan oleh
simfisis.

STRUKTUR PENAHAN DAN PENDUKUNG

Sarung Bursae dan Tendon

Bursae adalah kantong kecil yang sejajar dengan membran sinovial (Figur A&P 6-5). Mereka
berperan sebagai bantalan antarstruktur terutama dimana otot dan tendon melintas di antara
tulang-tulang. Tubuh memiliki ratusan bursae. Beberapa diantaranya bersifat subkutan,
berada di antara tulang dan kulit (misalnya, b bursae di antara porses olekranon pada siku dan
kulit).

Sarung tendon merupakan struktur sinovial silinder yang mirip dengan bursae. Mereka
ditemukan di mana tendon bersilangan dengan sendi dan mungkin menyebabkan terjadinya
gesekan yang konstan, seperti pada terowongan karpal (carpal tunnel). Sarung tersebut
melapisi di sekeliling tendon, membentuk bantalan berisi cairan dimana tendon dapat
melintas.

Ligamen

Ligamen adalah ikatan dari jaringan fibrosa yang menghubungkan tulang pada sendi dan
memberikan stabilitas selama pergerakan. Beberapa ligamen yang sering kali mengalami
cedera adalah ligamen korakohumeral dan glenohumeral, yang mendukung lutut (Figur A&P
6-6).

Kartilago

Kartilago adalah tipe jaringan penghubung yang padat (kolagen tipe II) yang terdapat di
semua bagian sistem muskuloskeletal. Kartilago dapat menahan tekanan dan kompresi
dengan ketahanan yang besar. Berwarna semi-opaque (putih kebiruan atau abu-abu dan
memiliki suplai saraf dan darah yang terbatas. Sebagian besar dari rangka pada embrio adalah
kartilago yang kemudian secara bertahap menjadi tulang (osifikasi).

Tiga tipe kartilago yang ditemukan di dalam tubuh:

 Kartilago hialin, di temukan di saluran pernafasan, tulang yang berkembang, ujung


dari tulang penyambung.
 Fibrokartilago, ditemukan pada ligamen dan lempeng intervertebral
 Kartilago elastin, ditemukan di telinga bagian luar

FUNGSI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Otot

Pergerakan

Kontraksi otot rangka terjadi ketika stimulus memicu serat otot pada individu (lihat figure
A&P 6-2). Stimulus, suatu implus saraf, kemudian melepaskan asetilkolin (ACh) dari ujung
neuron motorik pada sinaps. Ach melintasi perlintasan neuronmuskular dan menyebabkan
potensial aksi dengan mengikat reseptor pada membran sel otot (misalny, implus elektrik
stimulatori. Potensial aksi memicu kontraksi sarkomer dengan melepaskan kalsium di dalam
sel. Serat-serat saraf dapat mensuplai lebih dari 100 sel-sel otot rangka individual, namun
sel otot individual dikontrol hanya oleh satu sel saraf. Rancangan ini memberikan kontrol
pada neural untuk melakukan pergerakan yang tepat. Aliran stimulus yang kontinu
mempertahankan tonus otot (menjaga otot berkontraksi secara parsial dalam kondisi siap
untuk melakukan pergerakan).

Ikatan kalsium memperlihatkan lokasi aktif pada protein aktin. Aktin berikatan
dengan miosin, dan filamen miosin melakukan proses menggunakan hidrolisasi adenosin 5’-
trifosfat (ATP) sebelumnya sebagai sumber energi. Pergerakan melepaskan adenosin 5’-
difosfat (ADP) dan membuat ATP baru untuk berkaitan dengan miosin, melepaskan miosin
dari aktin. Serat-serat otot berelaksasi diantara kontraksi karena ion-ion kalsium yang
dilepaskan selama potensial aksi bebas untuk periode yang singkat. Kalsium dengan cepat
kembali ke penyimpanan di retikulum sarkoplasmik di otot. Jika implus saraf tiba pada
sukesi yang cepat hingga kalsium tetap bebas, otot akan terus berkontraksi (disebut spasme
atau tetani).

Untuk menghasilkan tenaga, sel-sel otot membutuhkan asupan oksigen dan glukosa
yang lebih banyak. Sehingga otot lebih kaya akan suplai vaskular. Utang oksigen terjadi
selama olahraga jika oksigen tidak dapat dikirimkan pada otot dalam konsentrasi yang cukup
besar untuk memenuhi kebutuhan metabolik sel. Peningkatan konsumsi oksigen dibutuhkan
untuk membayar pinjaman oksigen selama dan setelah olahraga.

Otot rangka memperagakan hubungan panjang dan tegangan. Sebelum kontraksi


peregangan pada otot dapat mengubah pengaturan protein aktin dan miosin (preload).
Tegangan maksimal yang dihasilkan dengan kontraksi otot dihasikan ketika terjadi tumpang
tindih antara protein aktin dan miosin, dan kondisi ini mendekati panjang otot rangka dalam
kondisi istirahat normal.

Sangat memungkinkan untuk stimulasi otot namun tidak demikian memaksakan


regangan sehingga otot tidak memendek. Hal ini disebut dengan kontraksi isometrik
(“panjang yang sama”. Sebaliknya, selama melakukan angkat beban, otot menghasilkan
tegangan sehingga tegangan cukup untuk menggerakan beban, menyebabkan terjadinya
kontraksi isotonik (“tegangan yang sama”).
Unit Motorik dan Somasi

Unit motorik didefinisikan sebagai neuron mototrik dan semua serat otot yang disuplainya.
Jumlah serat otot yang terlibat dalam tiap unit motorik merefleksikan derajat kontrol. Unit
motorik yang kecil mengatur kontrol halus, seperti pada otot – otot jari tangan. Unit
motorik yang besar mengoordinasikan dari otot - otot yang besar, seperti pada tubuh.

Kekuatan kontraksi ditingkatkan oleh somasi temporal atau spasial. Somasi temporal
meningkatkan laju aktivitas unit motorik individual. Somasi spasial meingkatkan jumlah unit
motorik yang diaktifkan. Baik somasi spasial maupun temporal dapat menyebabkan tetani,
suatu kontraksi menetap pada otot rangka.

Propulsi

Otot polos ditemukan didinding rongga konduit didalam tubuh, dan kontraksinya
menyebabkan adanya tekanan yang dapat menyatukan, memisahkan, atau mendorong
pergerakan substansi. Sebagai contoh, otot polos pada saluran gastrointestinal (GI)
mendorong makanan melalui saluran selama proses digesti. Otot polos di arterial merigulsi
aliran darah arterial dengan menyebabkan vasodilatasi dan vaskonstriksi. Otot polos
diuterus berkontraksi selama melahirkan, dan otot polos djalan nafas dapat berkontriksi
(bronkospasme) atau berdilatasi untuk mengubah pergerakan udara.

Produksi panas

Aktivitas otot rangka menghasilkan panas,beberapa diantaranya dapat digunakan untuk


menjaga temperatur tubuh. Selama olahraga, kelebihan panas dilepaskan melalui keringat
dan vasodilatasi. Ketika tubuh dingin, panas dihasilkan dengan cara menggigil.

SISTEM SKELETAL

Tulang memberikan bentuk pada tubuh : mereka mendukung berbagai jenis jaringan dan
organ dan membuat pergerakan dengan memberikan perlekatan bagi tendon dan otot.
Rangka juga bersifat melindungi. Rongga iga dan tengkorak, contohnya, melidungi paru-paru
dan otak serta organ – organ pengindra khusus lainnnya.

Fungsi Hematopoietik
Tulang merupakan rumah bagi jaringan hematopoietik, yang menghasilkan sel-sel darah.
Pada individu dewasa, sel-sel darah dibentuk dirogga sumsum pada tengkorak, tulang
belakang, rusuk, strernum, bahu, pelvis. Dua tipe sumsum tulang adalah kuning dan merah.
Beberapa peneliti telah mencatat adanya tipe ketiga dari sumsum tulang: cokelat. Sumsum
cokelat secara umum ditemukan pada individu lansia; strukturnya mirip dengan sumsum
berwarna kuning yang tidak aktif dan kekurangan jaringan adiposa. Sumsum kuning
(jaringan penghubung yang dibentuk oleh sel-sel lemak) ditemukan di batang tulang panjang
dan memanjang hingga sistem haversian. Sumsum kuning tidak menghasilkan sel-sel darah
kecuali saat diperlukan peningkatan sel darah. Sumsum merah memiliki fungsi
hematopoietik; memproduksi sel-sel darah merah dan putih serta platelet. Berlokasi di celah
kanselus tulang, ditemukan di tulang pipih.

Peran Tulang dalam Hemeostasis

Tulang juga berperan penting dalam keseimbangan mineral; mereka menyimpan kalsium,
fosfor, sodium, kalium dan mineral lainnya dan melepaskan mereka untuk metabolisme
selular dan untuk digunakan oleh sistem tubuh lainnya. Ketika sadar kalsium dalam darah
menurun, kelenjar paratiroid mendeteksi penurunan tersebut dan melepaskan hormon
paratiroid (PTH). PTH meningkatkan pergerakan kalsium dari tulang ke dalam cairan
ekstraseluler dengan menstimulasi osteoklas untuk memecah tulang dan melepas kalsium.
PTH juga menurunkan eksresi kalsium di ginjal, meningkatkan ekskresi fosfat, dan
meningkatkan transformasi metabolik vitaamin D3 ke bentuk aktifnya untuk meningkatkan
absoprsi kalsium dari usus halus.

Remodeling Tulang

Selama hidup, massa tulang secara terus-menerus menjalani proses yang formasi tulang dan
resorpsi tulang yang berregulasi dengan baik. Proses pergantian tulang di sebut remodeling
dan proses inimerupakan salah satu mekanisme mayor untuk mempertahankan
keseimbangan kalsium dalam tubuh. Setidaknya 15% dari total massa tulang biasanya
mengalami pergantian tiap tahunnya melalui tiga fase proses:

 Fase 1. Siklus dimulai ketika stimulus (seperti hormon, obat, atau stresor)
mengaktivasi prekursol sel tulang untuk menjadi osteoklas.
 Fase 2. Osteoklas secara bertahap menyerap tulang. Mereka menyisakan celah yang
memanjang (celah resorpso), yang sesuai dengan struktur umum dari sistem
haversian atau trabekulae.
 Fase 3. Tulang baru diproduksi oleh osteoblas. Osteoblas mengikuti alur dari
osteoklas untuk membentuk sistem haversan dan trabekulae yang baru.

Keseluruhan proses ini berlangsung selama kira-kira 4 bulan. Pembentukan kembali


tulang membutuhkan konsentrasi kalsium dan fosfat yang normal dalam plasma dan
sangat bergantung pada vitamin D.

Perbaikan Tulang

Proses remodeling memungkinkan perbaikan pada cedera tulang-tulang kecil, namun


patah tulang (fraktur) dan perlukaan pada tulang lainnya sembuh dengan cara yang
berbeda. Awalnya, tulang sembuh dengan membentuk hematoma. Fibrin dari
hematoma membentuk jaring, yang merupakan kerangka awal untuk penyembuhan.
Jaringan granulasi (pro-kalus) diproduksi, dan kalus fibrokartilago dibentuk sebelum
endapan tulang (oseous) berkembang. Osteoblas menghasilkan rumpun matriks tulang
(kalus) yang tidak beraturan. Trabekulae dan sistem haversian mengikuti setelahnya.
Akhirnya, ujung-ujung tulang dibuat ulang hingga ke ukuran dan bentuk tulang sebelum
cedera. Kalus dibentuk dilokasi fraktur dan dapat dilihat pada x-ray, mengindikasikan
fraktur yang telah sembuh atau “lama”.

EFEK PENUAAN

Penuaan memengaruhi tulang, otot, dan tendon. Jaringan tulang hilang karena kapasitas
untuk tumbuh kurang dari laju hilangnya kepadatan tulang. Sistem haversian pada
tulang kompak secara bertahap mengalami gangguan. Lakuna membesar, dan tulang
sangat dikaitkan dengan penuaan, menyebabkan melemah dan mengeroposnya tulang
dan meningkatkan resiko fraktur.

Lama kelamaan kartilago menjadi kaku dan rapuh dan massa otot berkurang. Seiring
dengan berkurangnya masa otot, begitu pula dengan kekuatan maksimal, yang dapat
menunrunkan higga 50% antara usia 20 hingga 50 tahun. Beberapa teori dikemukakan
untuk menjelaskan perubahan ini, termasuk perubahan dalam aktivitas, berkurangnya
sirkulasi, gangguan kardiovaskuler, dan masalah nutrisi.

Kesimpulan

Otot pada tubuh memungkinkan terjadinya pergerakan, menggerakan subtansi, dan


menghasilkan panas. Terapat tiga tipe otot-rangka, jantung, dan polos-yang melakukan
fungsi yang berbeda-beda. Tulang memberikan kerangka dan merupakan suatu struktur
protektif tubuh. Sistem harversian adalah unit struktual pada tulang. Mineral utama
pada tulang adalah kalsium dan fosfat, yang diregulasi oleh hormon paratiroid. Tulang
secara konstan megalami remodeling, dan setiap empat bulan digantikan secara total.
Persendian (persambungan tulang)menghubungkkan tulang dengan tulang dan
memungkinkan terjadinya pergerakan yang melibatkan lebih dari satu tulang.
Persendian dapat berupa sinovial, fibrosa, atau kartilago.

Gangguan muskuloskeletal adalah hal yang umum. Fraktur dapat terjadi pada usia
berapa pun ketika tahanan yang mengenai tulang melebihi kekuatan tahanan atau
kompresif tulang. Gangguan yang terlihat pada permukaan artikular (misalnya,
reumatoid artritis, osteoatritis) berkembang ketika kartilago artikular berdegenerasi,
menyebabkan nyeri dan penurunan pergerakan. Gangguan otot termasuk kondisi seperti
distrofi otot (degenerasi otot progresif) dan miastenia gravis (hilangnya reseptor Ach
pada, menyebabkan melemahnya otot).
Referensi

1. R. Berne, dkk. 2004. Physiology. Edisi ke-5. St. Louis: Mosby.


2. R.G. Carroll.2007. Elsevier’s intergrated physiology Philadelphia: Saunders.
3. A.L Kierszenbaum. 2007. Histology and cell biology: An introduction to pathology.
Edisi ke-2. St. Louis: Mosby.
4. A. Guyton, J. Hall. 2006. Textbook of medical physiology. Edisi ke-10. Philadelphia:
Saunders.
5. D. Silvertom. 2006. Human physiology. Edisi ke-4. San Francisco, Calif: Pearson
Benjamin Cummings.
6. G. Thibodeau, K. Patton. 2003. Anatomy and physiology. Edisi ke-5. St. Louis. Mobsy.

You might also like