You are on page 1of 13

REFERAT ANAK

DIARE AKUT

Oleh:

Intan Permata Balqis 201410330311075

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang

terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat

menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat

dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa.

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau

menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah

dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus

dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif

dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat

kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan

terganggunya masukan oral oleh karena infeksi.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Diare merupakan perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat

kandungan air dalam tinja melebihi normal, dengan peningkatan frekuensi defekasi

lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.

2.2. Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh

gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi

diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah

lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak

kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan

bayi

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%)

sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,

Minirotavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas

hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium

defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella

spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan

penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis,

Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi,

Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris

3
trichiura. Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada

anak-anak yaitu Rotavirus, Escherichia coli, Shigella, Campylobacter jejuni, dan

Cryptosporidium

2.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat.Singkatnya, dapat dikatakan melalui "4F" yakni

finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field (lingkungan).

2.3.1. Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen

antara lain:

1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan

bayi

2) Tidak memadainya penyediaan air bersih

3) Pencemaran air oleh tinja

4) Kurangnya sarana kebersihan (MCK)

5) Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

6) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis

7) Gizi buruk

8) Imunodefisiensi

9) Berkurangnya asam lambung

10) Menurunnya motilitas usus

11) Menderita campak dalam 4 minggu terakhir

12) Faktor genetic

4
2.3.2. Faktor lainnya :

a) Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat

diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan

kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan

aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri

tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat

bayi mulai merangkak.

b) Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi

asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan

pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin

berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung

virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius.

c) Faktor musim

Daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh

rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang

musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat

pada musim hujan.

d) Epidemic dan pandemic

2.4. Penyakit Penyerta pada Diare

1. KKP (Kurang Kalori Protein).

5
KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan

infeksi alat pencernaan. Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi

makanan terganggu dan berkurang sehingga akan menyebabkan bertambah

beratnya derajat KKP penderita.

2. Infeksi sistemik

Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya. Selain dapat menyebabkan

suhu penderita meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.

3. Kejang

Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah

dehidrasi terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit

(terutama hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.

2.5. Diagnosis

2.5.1. Anamnesis

Perlu ditanyakan deskripsi diare (frekuensi, lama diare berlangsung, warna,

konsistensi tinja, adanya lendir/darah), adanya muntah, tanda dehidrasi (rasa haus,

anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam, kejang, jumlah cairan masuk dan keluar,

riwayat makan dan minum, penderita sekitar, pengobatan yang diterima, dan gejala

invaginasi (tangisan keras dan bayi pucat)

2.5.2. Pemeriksaan fisik

Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan berat badan

6
Selidiki tanda-tanda dehidrasi, rewel/gelisah, letargis/kesadaran berkurang, mata

cekung, cubitan kulit perut kembali lambat (turgor abdomen), haus/minum lahap,

malas/tidak dapat minum, ubun-ubun cekung, airmata berkurang/tidak ada,

keadaan mukosa mulut

Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat

hipokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat dan dalam akibat

asidosis metabolik

Klasifikasi diare pada anak berdasarkan derajat dehidrasi

Klasifikasi Tanda dan Gejala

Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda berikut:


Kehilangan cairan > 10% berat badan  Kondisi umum, lemah,
letargis/tidak sadar
 Ubun-ubun besar, mata sangat
cekung
 Malas minum/tidak dapat minum
 Cubitan perut kembali sangat
lambat (>= 2 detik)
Dehidrasi ringan-sedang Dua atau lebih tanda berikut
Kehilangan cairan 5-10% berat badan  Rewel, gelisah, cengeng
 Ubun-ubun besar, mata sedikit
cekung
 Tampak kehausan, minum lahap
 Cubitan perut kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak ada cukup tanda untuk
Kehilangan cairan <5% berat badan diklasifikasikan ke kedua klasifikasi di
atas

2.5.3. Pemeriksaan penunjang

. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest,

bila diduga intoleransi gula.

7
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan

menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan

analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor

dalam serum (terutama bila ada kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit

secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

2.6. Tatalaksana

Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa

syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta

memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan

yang banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta

cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian

kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah

hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak

mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup

8
Departemen kesahatan menetapkan Lima pilar pilar penatalaksanaan

diarebagi semua kasus diare pada anak balita baik yang dirawat d rumah

maupun di rumah saikt :

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua

1. Rehidrasi denga oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah

a. Diare karena virus tersebut tidak menyebakan kekurangan elektrolit

seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan

formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah.

Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma,

sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturur-turut

Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc yang
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc
pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan
yang dikeluarkan.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk
mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare
berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan.

9
4. Antibiotik jangan diberikan

Kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian


antibiotic yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena
akan megganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan
tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.

5. Nasihat pada ibu atau pengasuh

Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum
sedikit, sangat halus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa


pertimbangan terapi:

a. Terapi cairan dan elektrolit


b. Terapi diet
c. Terapi non spesifik dengan antidiare
d. Terapi spesifik dengan antimikroba

10
BAB 3

KESIMPULAN

Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang


utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama
diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk
kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut pada anak berkaitan
dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi
oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan.
Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat
memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati penyakit
penyerta.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pudjadi AH, Hardyastusti S, Idris NS,2011,pedoman pelayanan medis Ikatan


Dokter Anak Indonesia (IDAI).Jakarta, Badan penerbit IDAI

Sastroasmoro S, 2007, Panduan pelayanan medis departemen kesehatan anak


RSCM.Jakarta, RSUPN dr.Cipto Mangukusumo.

World Health Organization (WHO), 2009, pelayanan kesehatan anak dirumah sakit,
pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota.Jakarta

Wyllie R, 2011, Clinical Manifestations of Gastrointestinal Disease.. Dalam:


Kliegman RM,Santon BM,Geme J, Schor N,Behrman RE, Penyunting. Nelson
textbook of pediatrics Edisi ke 19. Philadelphia. Elsevier Sauunders.

12
13

You might also like