Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
S1 AKUNTANSI B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2018
PERANCANGAN STRUKTUR
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
A. Latar Belakang
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang
meliputinya. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para
anggota organisasi agar tujuann organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekansime formal dengan
mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan
perwujudan pola tetap hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, weweanang dan tanggung jawab
yang berbeda dalalm suatu organisasi.
Secara garis besar desain organisasi terbagi dua, antra lain :
1. Desain organisasi tradisional
a. Struktur sederhana
Struktur sederhana adalah sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar
departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada
seseorang saja, dan sedikit formalisasi. Struktur sederhana paling banyak dipraktikkan dalam
usaha-usaha kecil di mana manajer dan pemilik adalah orang yang satu dan sama.Kekuatan
dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan,
ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya
adalah struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil karena
struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena
formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan
beban (overload) di puncak.
b. Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang
dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang
kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
c. Struktur Matriks
Struktur Matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan
menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk.Struktur matriks dapat ditemukan
di agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan
pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah,
universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.
Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi:
fungsional dan produk.Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada
penyatuan para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari
memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan
produk.Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional
yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran.
Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan dan kerugian yang
berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para spesialis untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih jauh,
departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang
terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan.Matriks berupaya
menarik kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep
kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan –manajer
departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando
ganda.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 10 yakni Pendesainan Organisasi untuk
Menyempurnakan Sistem, telah dibahas tentang pendesainan organisasi yang mendorong
Improvement terhadap sistem yang digunakan oleh perusahaan untuk melayani customer.
Dalam bab ini juga diuraikan bagaimana batas vertikal yang terdapat dalam organisasi
fungsional hierarkis tidak lagi sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis global. Di samping
itu, dalam Bab 10 tersebut dibahas juga secara singkat tiga sistem organisasi yang
menggunakan pendekatan kepemilikan sistem: sistem lintas fungsional, sistem berfokus ke
customer, dan sistem berfokus ke produk. Dalam Bab 11 Pembangunan Cross-Functional
Organization, diuraikan secara rinci batas horisontal yang sehat. Maka kami dalam Bab 12 ini
akan membahas tentang bagaimana membangun organisasi dengan batas vertikal, horisontal,
eksternal, dan geografis. Bab ini menguraikan tentang pembangunan organisasi nirbatas.
Pembangunan organisasi nirbatas bukan berärti pemban tanpa batas, namun pembangunan
organis vertikal, horisontal, eksternal, dan geografis yang sehat.
B. Pembahasan
1. Perubahan Lingkungan Bisnis Yang Dihadapi Oleh Perusahaan
Lingkungan bisnis global sekarang ini ditandai dengan karakteristik: customer
memegang kendali bisnis, persaingan sangat tajam dan perubahan menjadi konstan, pesat,
radikal, serentak, dan pervasif. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang telah berubah,
sebagaimana digambarkan di atas, organisasi perlu membangun faktor keberhasilan yang
berbeda dengan faktor keberhasilan organisasi di masa manajemen tradisional. Sehingga,
terjadi pergeseran faktor keberhasilan organisasi.
Bukan lagi ukuran (size) yang menentukan keberhasilan organisasi di masa sekarang,
namun kecepatan dalam menyediakan layanan bagi customer membawa produk dan jasa baru
ke pasar, mengubah strategi, dan merespons perubahan kebutuhan customer Bukan lagi
kejelasan peran melalui job description rinci yang menentukan keberhasilan organisasi di
masa sekarang, namun fleksibilitas personel dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan
perubahan lingkungan bisnis, kemampuan belajar keterampilan baru, dan kesediaan untuk
bergeser ke lokasi dan penugasan baru yang belum pernah dikenal
Bukan lagi spesialisasi yang menentukan keberhasilan organisasi masa sckarang,
namun keterpaduan seluruh personel organisasi, dan keterpaduan organisasi perusahaan
dengan organisasi pemasok dan customer, mengingat semakin kompleksnya kebutuhan
customer yang harus dipuaskan oleh organisasi perusahaan. Bukan organisasi, namun
kemampuan untuk menghasilkan inovasi produk untuk memenuhi kebutuhan customer yang
senantiasa berubah yang menentukan keberhasilan organisasi di masa sekarang.
Nilai dasar yang melandasi pendekatan lintas fungsional. Nilai dasar yang melandasi
pendekatan kepemilikan sistem adalah: (1) kerja sama, (2) mental berlimpah, (3)
kerendahan hati, dan (4) keterbukaan terhadap hal yang baru. Uraian mendalam
mengenai cross-functional mindset dapat dilihat kembali di Bab 7 Cross-functional
Mindset
Produk dan jasa yang dihasilkanoleh perusahaan hanya mampu menghasilkan value
bagi customer, jika produk dan jasa tersebut menghasilkan manfaat lebih besar bagi customer
dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan customer dalam memeroleh manfaat
produk dan jasa tersebut. Di samping itu, kemitraan usaha antarfungsi, antara manajer dengan
karyawan perusahaan, dan kemitraan usaha yang dibangun oleh perusahaan dengan pemasok
dan mitra bisnisnya serta dengan customer melipatgandakan customer value yang dapat
dihasilkan dari produk dan jasa yang disediakan oleh perusahaan bagi customers-nya
Kemitraan usaha antara perusahaan dengan pemasoknya akan menyebabkan
perusahaan memerolch produk dan jasa yang berkualitas untuk masukan bagi proses
produksi. Kualitas masukan ini akan mengakibatkan peningkatan keandalan dan kecepatan
perusahaan sebagai penyedia produk dan jasa bagi customer, Kualitas, keandalan, dan
kecepatan inilah yang merupakan faktor penentu untuk menjadikan perusahaan sebagai
produsen produk dan jasa yang cost effective. Cost effectiveness menjadikan perusahaan
mampu menyediakan produk dan jasa yang menghasilkan manfaat optimal dengan
pengorbanan minimum bagi customer
Kemitraan usaha antara perusahaan dengan mitra bisnisnya akan menyebabkan
perusahaan mampu menghasilkan secara konsisten satu ikat jasa berkualitas dalam produk
yang disediakan bagi customer. Oleh karena produk pada dasarnya merupakan satu ikat jasa,
yang tidak mungkin dihasilkan seluruhnya secara berkualitas hanya oleh satu perusahaan,
maka perusahaan perlu membangun kemitraan usaha dengan perusahaan lain dalam
memenuhi kebutuhan customer. Di samping itu, oleh karena kebutuhan customer senantiasa
mengalami perubahan pesat, kerja sama kemitraan antara perusahaan dengan perusahaan lain
akan menjadikan perusahaan dalam jejaring kerja (network) responsif untuk menghadapi
perubahan pesat tersebut.
Lanjutan,,,,
2. Strategic Alliance Strategic alliance adalah kemitraan usaha yang dibangun perusahaan
dengan mitra bisnisnya untuk menyediakan value terbaik bagi custmer. Sebagaimana telah
diuraikan di atas, produk pada dasarnya merupakan ikat jasa untuk memuaskan kebutuhan
customer. Karena banyaknya komponen yang menghasilkan value bagi customer,
perusahaan pada umumnya hanya memiliki core competency terbatas dalam menghasilkan
produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customer. Untuk menghasilkan value
terbaik bagi customer, perusahaan perlu membangun strategic alliance dengan mitra
bisnisnya