You are on page 1of 12

TUGAS KOMUNITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PERAWATAN DIRI PADA PASIEN JIWA

Disusun Oleh :
1. Mei Nur Fatimah (10215003)
2. Desy Enggar Pravita (10215004)
3. Selviana Hanif M. (10215012)
4. Oktavia Eka Puspitasari (10215013)
5. Titik Pusparini (10215021)
6. M. Perdana Sigo P. (10215024)
7. Abdul Khafid Muzaki (10215033)
8. Fatin afizah sari (10215034)
9. Ayu rahma W. (10215043)
10. Rinda Dinarti (10215044)
11. Haris Tirta Kusuma (10215052)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa
2. Sasaran :
3. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
4. Media : Pamfleat, Leaflet dan PPT
5. Waktu dan tempat :
a. Hari : Rabu
b. Tanggal : 14 November 2018
c. Jam : 8.00 WIB - selesai.
d. Waktu : 30 menit
e. Tempat :

B. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak. WHO memperkirakan insiden ISPA di negara
berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran
hidup adalah 15-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO
kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh
± 4 juta anak balita setiap tahun (Rudianto, 2013). Kasus ISPA terbanyak
terjadi di India 43 juta, China 21 juta, Pakistan 10 juta dan Bangladesh,
Indonesia, masing-masing 6 juta episode.
Dari semua kasus yang terjadi dimasyarakat, 7-13% kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA merupakan salah satu penyebab
utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-
30%) (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Ditjen P2PL, 2011). Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati
urutan pertama penyebab kematian bayi. Sebanyak 36,4% kematian bayi pada
tahun 2008 (32,1%) pada tahun 2009 (18,2%) pada tahun 2010
dan38,8%pada tahun 2011 disebabkan karena ISPA. Selain itu, ISPA sering
berada pada daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitanya di rumah sakit.
Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009, cakupan penderita ISPA
melampaui target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749 penderita. Survei
mortalitas yang dilakukan Subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA
sebagai penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia dengan persentase
22,30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI, 2012). Dari hasil survei
yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang pada 37 Puskesmas,
diketahui jumlah penderita ISPA usia 0-4 tahun sebanyak 5.881 anak pada
tahun 2002.
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa salah satu penyebab
terjadinya ISPA pada balita bukan hanya faktor lingkungan fisik rumah
akan tetapi diperoleh fakta bahwa rata-rata lama pemberian ASI secara
ekslusif terdapat hubungan yang yang signifikan Antara lama pemberian
ASI secara ekslusif dengan frekuensi kejadian ISPA dalam 1 bulan
(p<0,05). Arah hubungan adalah negativ yang berarti semakin lama
pemberian ASI secara ekslusif maka frekuensi kejadian ISPA dalam 1 bulan
terakhir akan semakin kecil (Prameswari, 2009). Hasil peneltiain lain
dikatakan bahwa tersebut terlihat bahwa penderita ISPA terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun (Erlien, 2013).

C. Tujuan Penyuluhan
a. Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Perawatan Diri Pada
Pasien Jiwa, peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami terkait
Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa.
b. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Perawatan Diri Pada
Pasien Jiwa, peserta penyuluhan diharapkan dapat menjelaskan kembali :
1. Definisi Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa.
2. Akibat Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa.
4. Penyebab Perawatan diri Pada Pasien Jiwa.
5. Jenis-Jenis Perawatan diri.

D. Pengorganisasian
a. Penyaji :
b. Moderator :
c. Notulen :
d. Dokumentasi :
e. Fasilitator :
f. Observer :

E. Kegiatan Penyuluhan

NO. KEGIATAN RESPON PESERTA WAKTU

1. Pendahuluan :
a. Mengucapkan salam a. Membalas salam 5 menit
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan dan
penyuluhan mengerti tujuan dengan
c. Merekap peserta baik
c. Respon peserta
penyuluhan baik

2. A. Definisi Perawatan diri


B. Akibat Perawatan diri Mendengarkan dan 15 menit
C. Faktor-Faktor yang memperhatikan
Mempengaruhi Perawatan
diri
D. Penyebab Perawatan diri
E. Jenis-Jenis Perawatan diri

3. Penutup :
a. Tanya jawab 10 menit
b. Menyimpulkan hasil a. Menanyakan hal-hal yang
penyuluhan belum jelas
c. Memberikan salam penutup b. Aktif bersama dalam
menyimpulkan
c. Membalas salam

D. Evaluasi
1. Evaluasi standart
a) Semua anggota hadir/ikut dalam kegiatan penyuluhan
b) Peserta datang tepat waktu
c) Kegiatan berjalan dengan aman dan tertib
2. Evaluasi Proses
a) Peserta kurang antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan
selesai
c) Prosentase keaktifan peserta kurang lebih 25 %
3. Evaluasi hasil
a) Peserta penyuluhan mampu menjelaskan definisi dari Perawatan diri.
b) Peserta penyuluhan mampu menyebutkan Akibat Perawatan diri.
c) Peserta penyuluhan mampu menjelaskan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perawatan diri.
d) Peserta penyuluhan mampu menjelaskan Penyebab Perawatan diri.
e) Peserta mampu menyebutkan Jenis-Jenis Perawatan diri.
LAMPIRAN
1. Daftar hadir
No Nama Tanda tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
2. Materi
F. Definisi Perawatan diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa defisit perawatan
diri adalah suatu kondisi seseorang dimana seseorang yang mengalami
kelemahan melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri..

G. Akibat Perawatan diri


Perawatan diri berdampak pada fisik maupun psikis pada diri
seseorang
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang sering di derita seseorang
karena tidak di jaganya kebersihan perorangan dengan baik.
Gangguan fisik yang seringa terjadi dalah gangaun intregitas
kulit,ganguan mukosa, infeksi pada mata dan telinga
b. Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal higient adalah
gangguan rasa nyaman kebutuhan di cintai dan mencintai,
kebutuahan harga diri, dan ganguan interaksi sosial
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan diri
a. Citra tubuh.
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya
hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep
subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini
dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka
perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan
keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat
keputusan tentang bagaimana memberikan peraatan hygienis.
Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau
penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra
untuk meningkatkan perawatan diri.
b. Praktik sosial.
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien
berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama
masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari
orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan
ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan
beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi.
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan
tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Perawat hrus
menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat
juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh
kelompok sosial klien.
d. Pengetahuan.
Pengtahuan tentang pentingnya perawatan diri dan
implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik perawatan diri.
Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien
juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali,
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk
meningkatkan perawatan diri. Pembelajaran praktik tertentu yang
diharapkan dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan
dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. Kebudayaan.
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan
yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula.
Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-
Negara Eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara
penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Pilihan pribadi.
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang
kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut.
klien memilih produk yang berbeda (misal Sabun, sampo,
deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (misal Kanker tahap
lanjut) atau menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik
atau ketangkasan untuk melakukan perawatan diri sendiri.

I. Penyebab Perawatan diri


1. Faktor Predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwadengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya danlingkungan
termasuk perawatan diri
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuanperawatan diri
lingkungannya. Situasilingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri

2. Faktor Predispitasi
Merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah, lemas yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) faktor- faktor yang mempengaruhi
personal hygienea adalah:
a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya: dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli kebersihan.
b) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan personal perawatan diri.
c) Status sosial ekonomi
Perawatan diri memerluka alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, shampo dan alat mandi semuanya memerluka uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
menderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh
dimandikan
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seorang mengunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun , shampo dan lain-lain
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
melakukannya

c. Jenis-Jenis Perawatan diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi atau kebersihan
Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi maupun
kebersihan diri
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian atau berhias
Gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktifitas berdanadan
sendiri
3. Kurang perawatan diri : Makan
Gangguan kemampuan untuk menunjukan aktifitas makan
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Gangguan kemampuanuntuk melakukan atau menyelesaikan
toileting sendiri (Nurjannah, 2004).

3. Leaflet
(Terlampir)

4. Dokumentasi Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan


Keperawatan, Jakarta : Depkes RI.
Nurjanah,intisari s.2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta: Memodia.
Nurjannah., I., (2004). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Perry& Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tarwoto & wartonah.2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

You might also like