Bagaimana cara penetapan ganti kerugian dalam pengadaan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum? a. Ketua tim pelaksana pengadaan tanah (berdasarkan perpres no 99/2014 diadakan oleh instansi yang memerlukan tanah, yo peraturan presiden republik indonesia nomor 148 tahun 2015 tentang perubahan keempat atas peraturan presiden nomor 71 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum) menetapkan penilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah b. Pelaksanaan pengadaan jasa penilai dilakukan dengan seleksi sederhana atau seleksi umum dengan dlm waktu paling lama 30 hari kerja. c. Jika pengadaan jasa penilai gagal /tidak dapat dilaksanakan dalam waktu 30 hari kerja, instansi yang memerlukan tanah menunjuk penilai publik yang merupakan penilai pemerintah yang sudah ditetapkan/memperoleh izin dari menteri keuangan d. Penunjukan penilai publik dilakukan oleh instansi yang membawahi penilai pemerintah setelah berkoordinasi dengan ketua tim pelaksana pengadaan tanah 3. Siapa yang berhak menerima kerugian dalam pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum terhadap tanah dan bangunan yang berdiri di atas tanah hak guna bangunan atas hak pengelolahan. Jelaskan !
Pasal 40 UU No.2 Tahun menyebutkan bahwa pemberian Ganti Kerugian atas
Objek Pengadaan Tanah diberikan langsung kepada Pihak yang Berhak. Meskipun pada prinsipnya 64pemberian Ganti kerugian harus diserahkan langsung kepada Pihak yang Berhak atas Ganti Kerugian. Namun apabila berhalangan, pihak yang Berhak karena hukum dapat memberikan kuasa kepada pihak lain atau ahli waris. Penerima kuasa hanya dapat menerima kuasa dari satu orang yang berhak atas Ganti Kerugian. Yang berhak atas Ganti Kerugian antara lain :
a. pemegang hak atas tanah;
b. pemegang hak pengelolaan; c. nadzir, untuk tanah wakaf; d. pemilik tanah bekas milik tanah adat; e. masyarakat hukum adat; f. Pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik; g. Pemegang dasar penguasaan atas tanah dan/atau h. Pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah. Menurut ketentuannya Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang Hak atas Tanah. Untuk hak guna bangunan berada diatas tanah yang bukan miliknya, Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang hak guna bangunan atau hak pakai atas bangunan tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki atau dipunyainya sedangkan Ganti Kerugian atas tanahnya diberikan kepada pemegang hak milik atau hak pengelolaan. Ganti Kerugian atas tanah ulayat diberikan dalam bentuk tanah pengganti pemukiman kembali, atau bentuk lain yang disepakati oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan. 4. Apa konsekuensi hukum bagi pihak yang berhak atas tanah yang ganti kerugian berupa uang yang dititipkan oleh instansi yang memerlukan tanah ke Pengadilan Negeri! Jelaskan! Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 juga menerpakan Lembaga Konsinyasi atau pembayaran ganti kerugian melalui penitipan di Pengadilan Negeri setempat.42 Penitipan ganti kerugian di Pengadilan Negeri setempat apabila: a. Pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung RI; b. Pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahui keberadaannya; atau c. Objek pengadaan tanah yang akan diberikan ganti kerugian sedang menjadi objek perkara di pengadilan, masih dipersengkatakan kepemilikkannya, diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau menjadi jaminan di Bank. Konsekuensi hukum terhadap pemberian ganti kerugian yang sudah dititipkan di Pengadilan Negeri setempat, maka kepemilikan atau hak atas tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus atau alat bukti haknya tidak berlaku, dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.43 Besarnya ganti rugi ini dibayarkan sesuai dengan kesepakatan para pihak dan tidak dikenakan pemotongan dalih apapun, karena semua bentuk biaya kepanitiaan telah dianggarkan langsung sesuai dengan Undang- undang Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 52, Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam hal instansi yang memerlukan tanah Badan Hukum Milik Negar/Badan Usaha Milik Negara yang mendapatkan penugasan khusus, pendanaan bersumber dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan