You are on page 1of 4

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi alveoloplasti


Menurut Archer terdapat istilah alveoloplasty dan alveolektomi. Hal tersebut dapat
didefinisikan sebagai berikut:1
Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus alveolaris
sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate maupun
gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi dilakukan.1
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris, baik
sebagian maupun seluruhnya. Adapun pembuangan seluruh prosesus alveolaris yang
lebih dikenal sebagai alveolektomi diindikasikan pada rahang yang diradiasi
sehubungan dengan perawatan neoplasma yang ganas. Karena itu penggunaan istilah
alveolektomi yang biasa digunakan tidak benar, tetapi karena sering digunakan maka
istilah ini dapat diterima.1

3.2. Tujuan alveoloplasty


Alveoloplasty dilakukan dengan tujuan untuk membentuk prosesus alveolaris setelah tindakan
pencabutan gigi, memperbaiki abnormalitas dan deformitas alveolar ridge yang berpengaruh
dalam adaptasi gigi tiruan, membuang bagian ridge prosesus alveolaris yang tajam atau
menonjol, membuang tulang interseptal yang terinfeksi pada saat dilakukannya gingivektomi,
mengurangi tuberositas agar mendapatkan basis gigi tiruan yang baik, atau untuk
menghilangkan undercut-undercut, serta memperbaiki prognatisme maksila sehingga
didapatkan estetik yang baik pada pemakaian gigi tiruan.1

3.3. Bentuk yang ideal dari alveolar ridge2


1. Hubungan rahang interarch tepat di anteroposterior, melintang dan dimensi
vertikal.
2. Proses alveolar sebesar mungkin dan bentuk yang baik (Bentuk ideal dari proses
alveolar adalah berbentuk “U” yang luas )
3. Tidak ada tulang tonjolan jaringan atau undercut
4. Bentuk palatal yang baik, seperti kubah.
5. Bentuk tuberositas posterior yang baik
6. Vestibular yang dalam untuk perpanjangan protesa
7. Menambah kekuatan saat fraktur mandibula terjadi
8. Dukungan tulang memadai dan perlekatan jaringan lunak yang menutupi dapat
memfasilitasi penempatan implan bila diperlukan

3.4 Indikasi dan kontra indikasi alveoloplasty


Indikasi:1
 pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang tajam;
puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi, sehingga
mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan,
 jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang; maka
alveoloplasti dapat mempermudah pengeluarannya,
 jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga dapat
menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit setempat,
 pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang ini dapat dibuang pada waktu
dilakukan gingivektomi,
 pada kasus prognatisme maksila, dapat juga dilakukan alveoloplasti yang bertujuan
untuk memperbaiki hubungan antero-posterior antara maksila dan mandibula ,
 setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
dilakukan pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan,
 adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus mandibula yang besar.

Kontra indikasi :1
1. pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis maka
proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal ini harus
diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien muda lebih lama
dibandingkan pasien tua.
2. pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena rasa
malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat, karena selalu
dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini mengakibatkan proses
resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.
3. jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi
tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.
3.5 Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan alveoloplasty
Dalam melakukan alveoloplasti terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
oleh seorang dokter gigi, yaitu :1
A. Bentuk Prosesus Alveolaris
Pada pembuatan gigi tiruan dibutuhkan bentuk prosesus alveolaris yang dapat
memberikan kontak serta dukungan yang maksimal. Karena itu selain menghilangkan
undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigi tiruan, maka dalam melakukan
alveoloplasti harus diperhatikan juga bentuk prosesus alveolaris yang baik. Yaitu bentuk
U yang seluas mungkin, sehingga dapat menyebarkan tekanan mastikasi pada permukaan
yang cukup luas.1

B. Sifat tulang yang diambil


Untuk mendapatkan suatu hasil terbaik maka suatu gigi tiruan harus terletak pada tulang
kompakta, bukan tulang spongiosa. Pada waktu melakukan alveoloplasti dengan
pembuangan tulang yang banyak harus diusahakan untuk mempertahankan tulang
spongiosa. Hal ini disebabkan karena tulang spongiosa lebih cepat dan lebih banyak
mengalami resorbsi dibandingkan dengan tulang kompakta.1

C. Usia Pasien
Dalam melakukan alveoloplasti usia pasien juga harus dipertimbangkan, karena semakin
muda pasien maka jangka waktu pemakaian gigi tiruan semakin lama. Tulang pada
pasien muda lebih plastis dan lebih cenderung mengalami resorbsi dibandingkan atrofi,
serta pemakaian tulang alveolar lebih lama daripada pasien tua. Jadi pembuangan tulang
pada pasien muda dianjurkan lebih sedikit dan mungkin tidak perlu dilakukan trimming
tulang.1

D. Penambahan free graft


Jika pada waktu pencabutan gigi atau alveoloplasti dilakukan terdapat tulang yang secara
tidak sengaja terbuang atau terlalu banyak diambil, maka harus diusahakan untuk
mengembalikan pecahan tulang ini ke daerah operasi. Pecahan tulang ini disebut free
graft. Replantasi free graft ini dapat mempercepat proses pembentukan tulang baru serta
mengurangi resorbsi tulang. Boyne menyatakan bahwa penggunaan autogenous bone
graft lebih baik daripada homogenous dan heterogenous bone graft untuk pencangkokan,
dan semakin banyak sumsum tulang dan sel-sel endosteal pada tulang semakin baik
E. Proses Resorbsi Tulang
Pada periodontitis tingkat lanjut yang ditandai dengan resorbsi tulang interradikular,
maka alveoloplasti harus ditunda sampai soket terisi oleh tulang baru. Penundaan selama
4 - 8 minggu ini dapat menghasilkan bentuk sisa ridge yang lebih baik. Selain itu harus
diingat juga bahwa pada setiap pembe-dahan selalu terjadi resorbsi tulang, maka harus
dihindari terjadinya kerusakan tulang yang berlebih akibat suatu tindakan bedah, karena
keadaan ini dapat mempengaruhi hasil perawatan.1

You might also like