You are on page 1of 9

Anatomi Sistem Urinarium

Gambar 1.1. Sistem Urinaria pada Pria


Sumber : F.Paulsen & J.Waschke. 2012

Gambar 1.1. Sistem Urinaria pada Pria


Sumber : F. Paulsen & J. Waschke. 2012
Sistem urinariun terdiri dari pasangan ginjal yang menghasilkan urin, dan traktus urinarius
eferen. Traktus ini terdiri dari :
1. Pelvis renalis
2. Ureter
3. Vesika Urinaria
4. Uretra

Selain uretra, sistem urinari memiliki konstruksi yang sama pada kedua jenis kelamin. Uretra
dalam penis laki-laki menjadi tempat keluar urin serta semen. Oleh sebab itu, uretra laki-laki juga
termasuk dalam genitalia eksterna laki-laki (F.Paulsen & J.Waschke. 2012).

1. Ginjal

Gambar 1.1. Lokasi Ginjal


Sumber : F. Paulsen & J. Waschke. 2012

Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang 4-5 inci (12-13
cm), lebar 6 cm, dan tebal 2,5 cm yang terletak di belakang rongga abdomen (di antar
rongga perut dan otot punggung/ rongga retroperitoneal), satu di masing-masing sisi
kolumna vertebralis, sedikit di atas garis pinggang. Setiap ginjal pada orang dewasa
beratnya kira-kira 150 gram (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014 dan Sherwood, L. 2014)

Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum tempat
lewatnya arteri dan vena renalis, pembuluh limfatik, saraf, dan ureter yeng membawa urin
akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urin disimpan hingga dikeluarkan (Guyton, A.
C., Hall, J. E., 2014).
Gambar 1.1 Bagian-bagian Ginjal
Sumber : Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014

Ginjal dibungkus oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur
dalamnya yang rapuh. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang
berbeda, yaitu korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam. Medula ginjal terbagi
menjadi 8 sampai 10 massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal.
Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus
dan duktus pengumpul nefron. Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara
korteks dan medula serta berakhir di papila, yang menonjol kedalam ruang pelvis ginjal ,
yaitu sambungan dari ujung ureter bagian atas yang berbentuk corong. Batas luaar pelvis
terbagi menjadi kantong-kantong dengan ujung terbuka yang disebut kaliks mayor, yang
meluas ke bawah dan terbagi menjadi kaliks minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus
setiap papila. Dinding kaliks, pelvis dan ureter terdiri atas bagian kontraktil yang
mendorong urin urin menuju kandung kemih, tempat urin disimpan sampai dikeluarkan
melalui miksi (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014 dan Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty
Wilson, 2006)
Aliran Darah Ginjal
Arteri renalis yang berasal dari aorta abdominalis memasuki ginjal melalui hilum dan
kemudian bercabang-cabang secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri arkuata,
arteri interlobularis (arteri radialis), dan arteriol aferen, yang menuju ke kapiler glomerulus.
Ujung distal kapiler pada setiap glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol eferen,
yang menuju jejaring kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular, yang megelilingi tubulus
ginjal. Aorta terletak di sebelah kiri garis tengah sehingga arteri renalis kanan lebih
panjang dari arteri renalis kiri (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014 dan Price, A. Sylvia,
Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006)

Gambar 1.1 Struktur Ginjal


Sumber Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014

Sirkulasi ginjal unik karena memiliki dua jejaring kapiler, yaitu kapiler glomerulus
dan kapiler peritubulus, yang tersusun seri dan dipisahkan oleh arteriol eferen yang
membantu mengatur tekanan hidrostatik dalam kedua perangkat kapiler. Tekanan
hidrostatik yang tinggi pada kapiler glomerulus menyebabkan filtrasi cairan yang cepat,
sedangkan tekanan tekanan hidrostatik yang jauh lebih rendah pada kapiler peritubulus
memungkinkan reabsorpsi cairan yang cepat. Dengan mengatur tahanan arteriol aferen dan
eferen, ginjal dapat mengatur tekanan hidrostatik pada kapiler glomerulus dan kapiler
peritubulus, dengan demikian mengubah laju filtrasi glomerulus , reabsorpsi tubulus, atau
keduanya sebagai respon terhadap kebutuhan homeostatis tubuh (Guyton, A. C., Hall, J. E.,
2014).
Kapiler peritubulus mengalir ke dalam pembuluh sistem vena, yang berjalan secara
pararel dengan pembuluh arteriol. Pembuluh darah sistem vena secara progresif
membentuk vena interlobularis, vena arkuata, vena interlobaris, dan vena renalis, yang
meninggalkan ginjal disamping arteri renalis dan ureter (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).

Gambar 1.1 Struktur Pembuluh Darah Ginjal


Sumber Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Snell, Richard S. 2006).

2. Ureter
Merupakan saluran sepanjang 25-30 cm dan berdiameter 4-6 mm yang membawa
hasil penyaringan ginjal (filtrasi, sekresi) dari pelvis renalis menuju Vesica Urinaria.
Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing 1 ginjal. Saluran ini
menyempit di 3 tempat : titik asal ureter pada pelvis ginjal, dititik saat melewati pinggiran
pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Di tempat-tempat seperti itu
sering terbentuk batu/ kalkulus (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).
Ureter setelah keluar dari pelvis ginjal akan turun di sepan M. Poas Mayor, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan A. Iliaka Communis. Ureter berjalan secara postero-
inferior di dinding lateral pelvis, lalau melengkung secara ventral-medial untuk mencapai
Vesica Urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urin setelah
memasuki kandung kemih (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih merupakan suatu ruang otot polos yang terdiri dari dua bagian
utama: bagian korpus, yang merupakan bagian utama kandung kemih, dan tempat
pengumpulan urin, serta bagian leher berbentuk corong, yang merupakan perluasan bagian
korpus kandung kemih, berjalan ke bawah dan ke depan menuju segitiga urogenital dan
berhubungan dengan uretra. Bagian bawah leher kandung kemih disebut juga uretra
posterior karena bagian ini berhubungan dengan uretra (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serabut-serabut ototnya meluas
ke segala arah dan, ketika berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan di dalam kandung
kemih hingga 40-60 mm Hg. Jadi, kontralsi otot detrusor merupakan tahap utama pada
proses pengosongan kandung kemih. Sel-sel otot polos pada otot detrusor bergabung satu
sama lain sehingga terbentuk jalur'elektrik bertahanan rendah dari sel otot yang satu ke
yang lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu
sel otot ke sel berikutnya, menyebabkan kontraksi seluruh kandung kemih pada saat yang
bersamaan (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014 ).
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat di atas leher kandung kemih, terdapat
daerah segitiga kecil yang disebut trigonum. Pada bagian dasar apeks trigonum, leher
kandung kemih membuka ke arah uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung
kemih pada sudut puncak trigonum. Trigonum dapat dikenali karena mukosanya (lapisan
bagian dalam kandung kemih) yang halus, berbeda dengan mukosa di bagian lain kandung
kemih yang berlipat-lipat membentuk rugae. Setiap ureter, saat memasuki kandung kemih,
berjalan miring melintasi otot detrusor dan kemudian berjalan lagi I sampai 2 sentimeter di
bawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan urin ke kandung kemih (Guyton,
A. C., Hall, J. E., 2014).
Panjang leher kandung kemih (uretra posterior) adalah 2 sampai 3 sentimeter, dan
dindingnya tersusun atas otot detrusor yang membentuk jalinan dengan sejumlah
besarjaringan elastis. Otot di daerah ini disebut sfngter interna. Tonus alamiahnya menahan
leher kandung kemih dan uretra posterior untuk mengosongkan urin dan, dengan demikian,
mencegah pengosongan kandung kemih hingga tekanan pada bagian utama kandung kemih
meningkat melampaui nilai ambang (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).
Setelah melewati uretra posterior, uretra berjalan melalui diafragma urogenital,
yang mengandung suatu lapisan otot yang disebut sf.ngter eksterna kandung kemih. Otot
ini merupakan otot rangka yang volunteq berbeda dengan otot pada bagian korpus dan
leher kandung kemih, yang seluruhnya merupakan otot polos. Otot sfingter eksterna berada
di bawah kendali volunter oleh sistem sarafdan dapat digunakan untuk mencegah miksi
secara sadar bahkan ketika kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung
kemih (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis (Guyton, A. C., Hall, J. E.,
2014).
Persarafan Kandung Kemih
Kandung kemih mendapat persarafan utama dari sarafsarafpelvis, yang
berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan
dengan segmen S-2 dan S-3 dari medula spinalis. Perjalanan melalui saraf pelvis terdapat
dalam dua bentuk persarafan yaitu serabut saraf sensorik dan serabut saraf motorik.
Serabut sensorik mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung kemih. Sinyal-sinyal
regangan khususnya dari uretra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama
berperan untuk memicu refleks pengosongan kandung kemih (Guyton, A. C., Hall, J. E.,
2014).

Gambar 1.1 Struktur Persarafan Kandung Kemih


Sumber Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014
Persarafan motorik yang dibawa dalam saraf-saraf pelvis merupakan serabut
parasimpatis. Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam dinding kandung
kandung kemih. Kemudian saraf-saraf postganglionik yang pendek akan mempersarafi otot
detrusor (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014)..
Selain saraf pelvis, terdapat duajenis persarafan lain yang penting untuk mengatur
fungsi kandung kemih. Yang paling penting adalah serabut motorik skeletal yang dibawa
melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan serabut
saraf somatik yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter pada sfingter tersebut
(Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014)..
Kandung kemih juga mendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis
melalui saraf-saraf hipogastrik, yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 dari
medula spinalis. Serabut simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi
sedikit efek terhadap proses kontraksi kandung kemih. Beberapa serabut saraf sensorik
juga berjalan melalui persarafan simpatis dan mungkin penting untuk sensasi rasa penuh
dan nyeri (pada beberapa kasus) (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014)..
4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada
pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar
3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos
terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter
externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter) (Snell, Richard S. 2006)..
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa (Snell, Richard S. 2006)..
 Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
 Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
 Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang
berada di bawah kendali volunter (somatis).
 Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh
korpus spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra
pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya
di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat
volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak
memiliki fungsi reproduktif (Snell, Richard S. 2006).

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

F.Paulsen & J.Waschke. 2012. Atlas Anatomi Manusia “Sobotta”, Edisi 23 Jilid 1. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

You might also like